Jawa Barat

provinsi di Indonesia
(Dialihkan dari Jawa barat)

Jawa Barat (disingkat Jabar, Sunda: ᮏᮝ ᮊᮥᮜᮧᮔ᮪, translit. Jawa Kulon) atau dikenal dengan Tatar Sunda adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kota provinsi ini berada di Kota Bandung. Pada tahun 2021 penduduk provinsi Jawa Barat berjumlah 48.782.408 jiwa, dengan kepadatan 1.379 jiwa/km2.[3] Berdasarkan sensus BPS pada tahun 2010, penduduk di Jawa Barat merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak pertama di Indonesia, penduduk aslinya merupakan suku Sunda.

Jawa Barat
Sunda
Jabar
Transkripsi bahasa Sunda
 • Aksara Sundaᮏᮝ ᮊᮥᮜᮧᮔ᮪
 • Pegonڤرَوفينسي جاوا كولَون
 • Alfabet bahasa SundaJawa Kulon
Bendera Jawa Barat
Julukan: 
  • Tatar Sunda
  • Pasundan
Motto: 
Gemah, ripah, répéh, rapih
(Sunda) Makmur, sentosa, sederhana, rapi[1]
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 11 Tahun 1950
Hari jadi19 Agustus 1945 (umur 77)[2]
Ibu kotaLambang Kota Bandung.svg Kota Bandung
Kota besar lainnya
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 18
  • Kota: 9
  • Kecamatan: 627
  • Kelurahan: 645
  • Desa: 5.957
Pemerintahan
 • GubernurRidwan Kamil
 • Wakil GubernurUu Ruzhanul Ulum
 • Sekretaris DaerahSetiawan Wangsaatmaja
 • Ketua DPRDTaufik Hidayat
Luas
 • Total35.377,76 km2 (13,659,43 sq mi)
Populasi
 • Total48.782.408
 • Peringkat1
 • Kepadatan1.379,00/km2 (3,571,6/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam (97,22%)
Kristen (2,45%)
Protestan (1,83%)
Katolik (0,65%)
Buddha (0,22%)
Hindu (0,04%)
Konghucu (0,03%)
Kepercayaan (0,01%)[4]
 • Bahasa
 • IPMKenaikan 72,45 (2021)
Tinggi[5]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
16xxx-17xxx, 40xxx-41xxx, dan 43xxx-46xxx
Kode area telepon
Daftar
  • +62 21—Kota Depok—Kota Bekasi—Kabupaten Bekasi—Cibinong (Kabupaten Bogor)
  • +62 22—Kota Bandung—Kota Cimahi—Soreang (Kabupaten Bandung)—Lembang - Ngamprah (Kabupaten Bandung Barat)
  • +62 231—Kota Cirebon—Sumber - Losari (Kabupaten Cirebon)
  • +62 232—Kabupaten Kuningan
  • +62 233—Kabupaten Majalengka
  • +62 234—Kabupaten Indramayu
  • +62 251—Kabupaten Bogor—Kota Bogor—Bojongsari - Sawangan (Kota Depok)
  • +62 260—Kabupaten Subang
  • +62 261—Kabupaten Sumedang
  • +62 262—Kabupaten Garut
  • +62 263—Kabupaten Cianjur
  • +62 264—Kabupaten Purwakarta—Cikampek (Kabupaten Karawang)
  • +62 265—Kota Tasikmalaya—Kadipaten - Singaparna (Kabupaten Tasikmalaya)—Kota Banjar—Kabupaten Ciamis—Kabupaten Pangandaran
  • +62 266—Kota Sukabumi—Palabuhanratu (Kabupaten Sukabumi)—Kabupaten Cianjur
  • +62 267—Kabupaten Karawang
Kode ISO 3166ID - JB
Pelat kendaraan
Daftar
  • B (Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi dan Kota Depok)
  • D (eks-Keresidenan Priangan bagian barat (Bandung Raya))
  • E (eks-Keresidenan Cirebon)
  • F (eks-Keresidenan Bogor)
  • T (eks-Keresidenan Karawang)
  • Z (eks-Keresidenan Priangan bagian timur)
Kode Kemendagri32 Edit nilai pada Wikidata
APBDRp 28.530.972.638.325,-[6] (2015)
PADRp 23.989.000.087.978,-[7]
DAURp 3.306.552.702.000,- (2020)[8]
Lagu daerah"Manuk Dadali"
"Bubuy Bulan"
"Tokecang"
Rumah adat
Senjata tradisionalKujang
Flora resmiGandaria
Fauna resmiMacan tutul jawa
Situs webjabarprov.go.id
Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat

Jawa Barat merupakan jantung budaya Sunda atau biasa disebut sebagai Tatar Sunda/Pasundan bersama dengan provinsi Banten meskipun banyak pendatang yang menetap dan tinggal dari berbagai suku bangsa lainnya di Indonesia terutama di wilayah metropolitan Jakarta dan migrasi di Cirebon sejak berabad-abad lamanya.

SejarahSunting

Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuno) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.[butuh rujukan]

Wilayah Jawa Barat pada abad ke-5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara.[9] Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.[10]

Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara, kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Serayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda[butuh rujukan]. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan Sunda beribu kota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).[butuh rujukan]

Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi saingan ekonomi dan politik Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cerbon (kelak menjadi Kota Cirebon) lepas dari Kerajaan Sunda karena pengaruh Kesultanan Demak. Pelabuhan ini kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian tumbuh menjadi Kesultanan Banten.

Untuk menghadapi ancaman ini, Sri Baduga Maharaja, raja Sunda saat itu, meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan orang Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa (sekarang Jakarta) kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, dibuatlah perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang ditandai dengan Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal atau dikenal dengan Padrão Sunda Kelapa , ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut padrão di tepi Ci Liwung.

Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi CirebonDemak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon–Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.

Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran (ibu kota Kerajaan Sunda), dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan (Jawa Barat bagian tenggara) jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.

Jawa Barat sebagai provinsi otonom ditetapkakn pada tahun 1926 ketika pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Penetapannya dalam rangka pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi pemerintahan. Status ini secara resmi ditetapkan pada tanggal 1 Januari 1926 melalui staatsblad (lembar negara) nomor 326 pada tahun 1926. Kemudian ditetapkan lagi dalam staatsblad nomor 27, 28 dan 438 pada tahun 1928, dan staatsblad nomor 507 pada tahun 1932.[11]

Pembentukan provinsi Jawa Barat merupakan pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.

Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia. Ibukota Jawa Barat berpindah silih berganti. Ibukota Jawa Barat yang mula-mula ditempatkan di Bandung pada 19 Agustus 1945[12] dipindah ke Indihiang, Tasikmalaya pada 21 Juli 1947.[13] Selang beberapa hari kemudian,[butuh rujukan] ibukota Jawa Barat dipindah dari Indihiang ke Lebak Siuh lalu ke Culamega kemudian ke Tawangbanteng.[13] Raden Mas Sewaka kemudian ditangkap Belanda[13] dalam Agresi Militer Belanda I.[butuh rujukan] Ibukota Jawa Barat kemudian dipindah ke Wanayasa, Purwakarta pada 17 Agustus 1948.[13] Saat ibukota Jawa Barat dipindah ke Wanayasa, Oja Soemantri membentuk pemerintahan Jawa Barat dengan nama Pemerintahan Republik Jawa Barat (PRJB).[13] PRJB sendiri adalah suatu republik yang menolak Perjanjian Renville namun masih menyatakan setia pada semangat proklamasi 17 Agustus 1945.[13] Ketika Raden Mas Sewaka menjadi gubernur, ibukota Jawa Barat dipindah dari Wanayasa ke Subang, Kuningan.[13] Hal tersebut dilakukan untuk menjaga keamanan akibat Agresi Militer Belanda II.

Tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB. Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.

GeografiSunting

 
Kawah gunung Tangkuban Parahu di wilayah selatan kabupaten Subang[14].

Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta, dan Laut Jawa di sebelah utara, Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Provinsi Banten dan Provinsi DKI Jakarta di sebelah barat.

Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.

IklimSunting

Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu terendah tercatat yang dapat mencapai 9 °C di Puncak Gunung Pangrango dan tertinggi tercatat yang dapat mencapai 34 °C di Pantai Utara.[butuh rujukan] Curah hujan rata-rata mencapai 2.000mm per tahun di seluruh propinsi.[butuh rujukan] Adapun curah hujan di beberapa tempat di daerah pegunungan berkisar antara 3.000mm sampai 5.000mm per tahun.[butuh rujukan]

PemerintahanSunting

Kabupaten dan KotaSunting

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[15] Jumlah penduduk (2020)[16] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang Peta lokasi
1 Kabupaten Bandung Soreang Dadang Supriatna 1.767,96 3.623.790 31 10/270  
2 Kabupaten Bandung Barat Ngamprah Hengky Kurniawan 1.305,77 1.788.336 16 -/165  
3 Kabupaten Bekasi Cikarang Pusat Dani Ramdan (Pj.) 1.224,88 3.113.071 23 7/180  
4 Kabupaten Bogor Cibinong Iwan Setiawan (Plt.) 2.710,62 5.427.068 40 19/416  
5 Kabupaten Ciamis Ciamis Herdiat Sunarya 1.414,71 1.229.069 27 7/258  
6 Kabupaten Cianjur Cianjur Herman Suherman 3.840,16 2.477.560 32 6/354  
7 Kabupaten Cirebon Sumber Imron Rosyadi 984,52 2.270.621 40 12/412  
8 Kabupaten Garut Tarogong Kidul Rudi Gunawan 3.074,07 2.585.607 42 21/421  
9 Kabupaten Indramayu Indramayu Nina Agustina 2.040,11 1.834.434 31 8/309  
10 Kabupaten Karawang Karawang Barat Cellica Nurrachadiana 1.652,20 2.439.085 30 12/297  
11 Kabupaten Kuningan Kuningan Acep Purnama 1.110,56 1.167.686 32 15/361  
12 Kabupaten Majalengka Majalengka Karna Sobahi 1.204,24 1.305.476 26 13/330  
13 Kabupaten Pangandaran Parigi Jeje Wiradinata 1.010,00 423.667 10 -/93  
14 Kabupaten Purwakarta Purwakarta Anne Ratna Mustika 825,74 997.869 17 9/183  
15 Kabupaten Subang Subang Ruhimat 1.893,95 1.595.320 30 8/245  
16 Kabupaten Sukabumi Palabuhanratu Marwan Hamami 4.145,70 2.725.450 47 5/381  
17 Kabupaten Sumedang Sumedang Utara Dony Ahmad Munir 1.518,33 1.152.507 26 7/270  
18 Kabupaten Tasikmalaya Singaparna Ade Sugianto 2.551,19 1.865.203 39 -/351  
19 Kota Bandung - Ema Sumarna (Plh.) 167,67 2.444.160 30 151/-  
20 Kota Banjar - Ade Uu Sukaesih 113,49 200.973 4 9/16  
21 Kota Bekasi - Tri Adhianto Tjahyono (Plt.) 206,61 2.543.676 12 56/-  
22 Kota Bogor - Bima Arya Sugiarto 118,50 1.043.070 6 68/-  
23 Kota Cimahi - Dikdik Suratno Nugrahawan (Pj.) 39,27 568.700 3 15/-  
24 Kota Cirebon - Nasrudin Azis 37,36 333.303 5 22/-  
25 Kota Depok - Idris Abdul Shomad 200,29 2.056.335 11 63/-  
26 Kota Sukabumi - Achmad Fahmi 48,25 336.325 7 33/-  
27 Kota Tasikmalaya - Cheka Virgowansyah (Pj.) 171,61 716.155 10 69/-  


Kabupaten dan Kota Jawa Barat
     

      Jawa Barat terdiri atas 18 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil pemekaran sejak tahun 1996 adalah:

      Kecamatan, Desa dan KelurahanSunting

       
      Peta Administratif Provinsi Jawa Barat yang Menunjukkan Batas-Batas Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan

      Provinsi Jawa Barat terdiri dari 18 kabupaten, 9 kotamadya, 627 kecamatan, 645 kelurahan dan 5.312 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 44.039.313 jiwa dengan total luas wilayah 35.377,76 km².[17][18]

      Kecamatan dan Desa/Kelurahan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2017
      No. Kode
      Kemendagri
      Kabupaten/
      Kota
      Luas Wilayah
      (km²)
      Penduduk
      (2017)
      2017
      Kecamatan Kelurahan Desa
      1 32.04 Kab. Bandung 1.767,96 3.522.724 31 10 270
      2 32.17 Kab. Bandung Barat 1.305,77 1.616.203 16 - 165
      3 32.16 Kab. Bekasi 1.224,88 2.554.376 23 7 180
      4 32.01 Kab. Bogor 2.710,62 4.246.307 40 19 416
      5 32.07 Kab. Ciamis 1.414,71 1.228.294 27 7 258
      6 32.03 Kab. Cianjur 3.840,16 2.246.663 32 6 354
      7 32.09 Kab. Cirebon 984,52 2.099.089 40 12 412
      8 32.05 Kab. Garut 3.074,07 2.210.017 42 21 421
      9 32.12 Kab. Indramayu 2.040,11 1.845.205 31 8 309
      10 32.15 Kab. Karawang 1.652,20 2.110.476 30 12 297
      11 32.08 Kab. Kuningan 1.110,56 1.132.610 32 15 361
      12 32.10 Kab. Majalengka 1.204,24 1.266.981 26 13 330
      13 32.18 Kab. Pangandaran 1.010,00 406.898 10 - 93
      14 32.14 Kab. Purwakarta 825,74 912.708 17 9 183
      15 32.13 Kab. Subang 1.893,95 1.552.925 30 8 245
      16 32.02 Kab. Sukabumi 4.145,70 2.523.992 47 5 381
      17 32.11 Kab. Sumedang 1.518,33 1.135.818 26 7 270
      18 32.06 Kab. Tasikmalaya 2.551,19 1.713.677 39 - 351
      19 32.73 Kota Bandung 167,67 2.404.589 30 151 -
      20 32.79 Kota Banjar 113,49 201.191 4 9 16
      21 32.75 Kota Bekasi 206,61 2.409.083 12 56 -
      22 32.71 Kota Bogor 118,50 1.005.012 6 68 -
      23 32.77 Kota Cimahi 39,27 532.988 3 15 -
      24 32.74 Kota Cirebon 37,36 325.767 5 22 -
      25 32.76 Kota Depok 200,29 1.809.120 11 63 -
      26 32.72 Kota Sukabumi 48,25 334.033 7 33 -
      27 32.78 Kota Tasikmalaya 171,61 692.567 10 69 -
      Total Jawa Barat 35.377,76 44.039.313 627 645 5.312

      Daftar GubernurSunting

      Meski tidak secara berturut-turut, Gubernur Jawa Barat selalu ditunjuk untuk menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada masa Orde Lama hingga Orde Baru. Berikut merupakan daftar Gubernur Jawa Barat secara definitif sejak tahun 1945.[19]

      Nomor urut Gubernur Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Wakil Ref.
      1   Sutardjo Kertohadikusumo
      (1892–1976)
        Parindra 19 Agustus 1945 Desember 1945 1 Jusuf Adiwinata
      1945–1949
      2 Djamin
      (1903–1957)
        Independen Desember 1945 Juni 1946 0–1 tahun 2
      3 Murdjani
      (1905–1956)
        Parindra Juni 1946 1 April 1947 0–1 tahun 3
      4 Sewaka
      (1895–tidak diketahui)
        Parindra 1 April 1947 25 April 1951 4 tahun, 24 hari 4 Ipik Gandamana
      1949–1952
      [20]
      25 April 1951 9 Mei 1951 138 hari 5 [21][22]
      Sewaka
      (dibebaskan dari jabatannya)
      9 Mei 1951 10 September 1951 124 hari
      5 Sanusi Hardjadinata
      (1914–1995)
        PNI 1 Juli 1951 9 April 1957 5 tahun, 282 hari 6
      Lowong 9 April 1957 1 Juli 1957 83 hari Tidak ada
      6 Ipik Gandamana
      (1906–1979)
        IPKI 1 Juli 1957 6 Februari 1960 5 tahun, 282 hari 7 Lowong
      7 Mashudi
      (1921–2005)
        ABRIAngkatan Darat 6 Februari 1960 25 April 1967 7 tahun, 78 hari 8
      • Astrawinata (1960–63)
      • Dachjar Sudiwijaya (1963–67)
      • Achmad Nashuhi (1967–73)
      25 April 1967 14 Februari 1970 2 tahun, 295 hari 9 [23]
      8 Solihin G. P.
      (lahir 1926)
        ABRIAngkatan Darat 14 Februari 1970 14 Februari 1975 5 tahun, 0 hari 10
      (1970)
      Achmad Nashuhi
      1967–1973
      9 Aang Kunaefi
      (1922–1999)
        ABRIAngkatan Darat 14 Februari 1975 19 Mei 1980 5 tahun, 95 hari 11
      (1975)
      Suhud Warnaen
      1978–1980
      19 Mei 1980 22 Mei 1985 5 tahun, 3 hari 12
      (1980)
      10 Yogie Suardi Memet
      (1929–2007)
        Golkar 22 Mei 1985 22 Mei 1990 5 tahun, 0 hari 13
      (1985)
      [24][25]
      22 Mei 1990 22 Mei 1993 3 tahun, 0 hari 14
      (1990)
      [26]
      11 Nana Nuriana
      (lahir 1938)
        Golkar 22 Mei 1993 13 Juni 1998 5 tahun, 22 hari 15
      (1993)
      [27]
      13 Juni 1998 13 Juni 2003 5 tahun, 0 hari 16
      (1998)
      12 Danny Setiawan
      (lahir 1945)
        Golkar 13 Juni 2003 13 Juni 2008 5 tahun, 0 hari 17
      (2003)
      Nu'man Abdul Hakim
      2003–2008
      [28]
      13 Ahmad Heryawan
      (lahir 1966)
        PKS 13 Juni 2008 13 Juni 2013 5 tahun, 0 hari 18
      (2008)
      Dede Yusuf
      2008–2013
      [29][30]
      13 Juni 2013 13 Juni 2018 5 tahun, 0 hari 18
      (2013)
      Deddy Mizwar
      2013–2018
      [31][32]
      14 Ridwan Kamil
      (lahir 1971)
        Independen 5 September 2018 Petahana 4 tahun, 268 hari 19
      (2018)
      Uu Ruzhanul Ulum
      2018–sekarang
      [33][34]
      Golkar

      Pengganti sementaraSunting

      Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil gubernur, termasuk ketika posisi gubernur berada dalam masa transisi. Berikut merupakan daftar pengganti sementara untuk jabatan Gubernur Jawa Barat.

      Potret Gubernur Partai Awal Akhir Periode Definitif Ref.
        Ukar Bratakusumah
      (Komisaris Republik Indonesia di Jawa Barat)
      PNI 22 Desember 1948 1 September 1950 4 Sewaka
        Lex Laksamana
      (Pelaksana Harian)
      Non Partisan 27 Maret 2008 9 April 2008 17
      (2003)
      Danny Setiawan [35]
        Perry Suparman
      (Pelaksana Harian)
      Non Partisan 7 Februari 2013 20 Februari 2013 18
      (2008)
      Ahmad Heryawan [36]
        Deddy Mizwar
      (Pelaksana Harian)
      Partai Demokrat 16 Maret 2014 26 Maret 2014 19
      (2013)
      [37]
      4 April 2014 24 April 2014 [38]
      13, 20, 25 Juni dan 1 Juli 2014 [39]
      15 September 2015 5 Oktober 2015 [40]
        Iwa Karniwa
      (Pelaksana Harian)
      Non Partisan 13 Juni 2018 15 Juni 2018 Transisi [41]
        Mochamad Iriawan
      (Penjabat)
      Non Partisan 15 Juni 2018 5 September 2018 [42]
        Uu Ruzhanul Ulum
      (Pelaksana Harian)
      PPP 18 Mei 2022 28 Mei 2022 20
      (2018)
      Ridwan Kamil [ket. 1]
      29 Mei 2022 3 Juni 2022
      9 Juni 2022 19 Juni 2022 [ket. 2]
      4 Juli 2022 18 Juli 2022 [43]
      Catatan
      1. ^ Wakil Gubernur Uu Ruzhanul Ulum diangkat sebagai Pelaksana Harian Gubernur selama Gubernur petahana Ridwan Kamil melakukan kunjungan kerja ke Britania Raya. Ridwan mengajukan perpanjangan cuti setelah anak sulungnya hilang dan kemudian ditemukan tenggelam di Swiss.
      2. ^ Gubernur petahana Ridwan Kamil kembali mengajukan cuti untuk memulangkan jenazah anak sulungnya di Rumah Sakit Insel, Swiss.
      Keterangan


      Perwakilan DaerahSunting

      DPRD Jawa Barat beranggotakan 120 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Jawa Barat terdiri dari 1 Ketua dan 5 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Jawa Barat yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 2 September 2019 oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Bandung, Arif Supratman, di Gedung Merdeka. Komposisi anggota DPRD Jawa Barat periode 2019-2024 terdiri dari 10 partai politik di mana Partai Gerindra adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu masing-masing 25 kursi.[44][45][46] Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Jawa Barat dalam tiga periode terakhir.[47][48][49][50]

      Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
      2009-2014 2014-2019 2019-2024
      PKB 2   7   12
      Gerindra 8   11   25
      PDI-P 17   20   20
      Golkar 16   17   16
      PKS 13   12   21
      PPP 8   9   3
      PAN 5   4   7
      Hanura 3   3   0
      Demokrat 28   12   11
      NasDem (baru) 5   4
      Perindo (baru) 1
      Jumlah Anggota 100   100   120
      Jumlah Partai 9   10   10

      Jawa Barat memiliki 91 wakil di DPR RI dari 11 daerah pemilihan dan empat wakil di DPD.

      EkonomiSunting

       
      Kota dan Kabupaten di Jawa Barat menurut Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2019
        80.01 ke atas
        75.01 - 80.00
        70.01 - 75.00
        65.01 - 70.00

      ManufakturSunting

      Provinsi Jawa Barat memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk manufaktur termasuk di antaranya elektronik, industri kulit, pengolahan makanan, tekstil, furnitur dan industri pesawat. Juga panas bumi, minyak dan gas, serta industri petrokimia menjadi andalan Jawa Barat. Penyumbang terbesar terhadap GRDP Jawa Barat adalah sektor manufaktur (36,72%), hotel, perdagangan dan pertanian (14,45%), totalnya sebesar 51,17%. Terlepas dari adanya krisis, Jawa Barat masih menjadi pusat dari industri tekstil modern dan garmen nasional, berbeda dengan daerah lain yang menjadi pusat dari industri tekstil tradisional. Jawa Barat menymbangkan hampir seperempat dari nilai total hasil produksi Indonesia di sektor non Migas. Ekspor utama tekstil, sekitar 55,45% dari total ekspor Jawa Barat.[butuh rujukan]Jawa Barat juga menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi sumber produksi bijih besi untuk tujuan ekspor meski dalam jumlah yang sedikit.[51] Selain itu, Jawa Barat menjadi lokasi produksi baja, alas kaki, furnitur, rotan, elektronika, dan komponen pesawat.

      PertanianSunting

      Dikenal sebagai salah satu 'lumbung padi' nasional, hampir 23 persen dari total luas 29,3 ribu kilometer persegi dialokasikan untuk produksi beras.[butuh rujukan] Tidak dimungkiri lagi, Jawa Barat merupakan 'Rumah Produksi' bagi ekonomi Indonesia,[butuh rujukan] hasil pertanian Provinsi Jawa Barat menyumbangkan 15 persen dari nilai total pertanian Indonesia.[butuh rujukan] Hasil tanaman pangan Jawa Barat meliputi beras, kentang manis, jagung, buah-buahan dan sayuran, disamping itu juga terdapat komoditas seperti teh, kelapa, minyak sawit, karet alam, gula, coklat dan kopi. Perternakannya menghasilkan 120.000 ekor sapi ternak, 34% dari total nasional.[butuh rujukan]

      Kelautan dan perikananSunting

      Jawa Barat berhadapan dengan dua sisi lautan Jawa pada bagian utara dan samudera Hindia di bagian selatan dengan panjang pantai sekitar 1000 km.[butuh rujukan] Berdasarkan letak inilah Provinsi Jawa Barat memiliki potensi perikanan yang sangat besar.[kenetralan diragukan] Untuk pesisir selatan Jawa Barat, potensi tangkapan ikan diproyeksikan mencapai 1,2 juta ton per tahun meskipun hasil tangkapnya baru mencapai 11 ribu ton per tahun.[52] Total produksi ikan di Jawa Barat mencapai 1,6 juta ton per tahun dengan 280 ribu hingga 300 ribu atau 17,5% hingga 18,75% di antaranya berasal dari produksi ikan tangkap.[52] Artinya, hasil tangkap ikan di pesisir selatan Jawa Barat baru mencapai 3,67% jumlah produksi jkan tangkap di Propinsi Jawa Barat. Laporan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Propinsi Jawa Barat menyebutkan bahwa terdapat setidaknya 120 ribu nelayan di Jawa Barat dengan jumlah pembudidaya ikan yang diperkirakan mencapai angka jutaan orang.[52]

      Suatu perencanaan terpadu[oleh siapa?] tengah dilaksanakan untuk pengembangan Pelabuhan Cirebon, baik sebagai pelabuhan Pembantu Tanjung Priok Jakarta, maupun sebagai pelabuhan perikanan Jawa Barat yang dilengkapi dengan industri perikanan. Potensi perairan darat tidak hanya datang dari sejumlah sungai yang mengalir di Jawa Barat. Potensi ini juga diperoleh dari penampungan air / DAM Saguling di Cirata dan DAM Jatiluhur yang selain menghasilkan tenaga listrik juga berguna untuk mengairi area pertanian dan industri perikanan air tawar.

      Jumlah penduduk dan tenaga kerjaSunting

      Dengan jumlah penduduk sekitar 37 juta manusia pada tahun 2003,[butuh pemastian] atau 16 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, Pertumbuhan urbanisasi di Provinsi tumbuh sangat cepat, khususnya disekitar JABODETABEK (sekitar Jakarta). Jawa Barat memiliki tenaga pekerja berpendidikan berjumlah 15,7 juta orang pada tahun 2001 atau 18 persen dari total nasional tenaga pekerja berpendidikan.[butuh pemastian] Sebagian besar bekerja pada bidang pertanian, kehutanan dan perikanan (31%), pada industri manufaktur (17%), perdagangan, hotel dan restoran (22,5%) dan sektor pelayanan (29%).[butuh rujukan]

      Mineral dan geotermalSunting

      Minyak dapat ditemukan di sepanjang Laut Jawa, utara Jawa Barat, sementara cadangan geotermal (panas bumi) terdapat di beberapa derah di Jawa Barat. Tambang lain sepert Batu gamping, andesit, marmer, tanah liat merupakan pertambangan mineral yang dapat ditemukan, termasuk mineral lain yang cadangan depositnya sangat potensial, Emas yang dikelola PT Aneka Tambang, potensinya sebesar 5,5 million ton, dan menghasilkan 12,1 gram emas per ton.

      DemografiSunting

      PendudukSunting

       
      Piramida penduduk Provinsi Jawa Barat berdasarkan hasil sensus 2010. Legenda:
        Laki-laki
        Perempuan
       
      Peta kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Barat berdasarkan tingkat kepadatan penduduk hasil sensus 2010.
        < 2.000
        2.000 - 3.999
        4.000 - 8.999
        9.000 - 10.999
        ≥ 11.000

      Jawa Barat merupakan wilayah berkaraktaristik kontras dengan dua identitas: masyarakat urban yang sebagian besar tinggal di wilayah Jabodetabek (sekitar Jakarta) serta Bandung Raya; dan masyarakat tradisional yang hidup di pedesaan yang tersisa. Pada tahun 2002, populasi Jawa Barat mencapai 37.548.565 jiwa, dengan rata-rata kepadatan penduduk 1.033 jika/km persegi. Dibandingkan dengan angka pertumbuhan nasional (2,14% per tahun), Provinsi Jawa Barat menduduki peringkat terendah, dengan 2,02% per tahun.

      Tahun 2010, jumlah penduduk provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 43.053.732 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 28.282.915 jiwa (65,69 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 14.770.817 jiwa (34,31 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,41 persen di Kota Banjar hingga yang tertinggi sebesar 11,08 persen di Kabupaten Bogor.

      Penduduk laki-laki Provinsi Jawa Barat sebanyak 21.907.040 jiwa dan perempuan sebanyak 21.146.692 jiwa. Seks Rasio adalah 104, berarti terdapat 104 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Seks rasio menurut kabupaten/kota yang terendah adalah Kabupaten Ciamis sebesar 98 dan tertinggi adalah Kabupaten Cianjur sebesar 107. Seks Rasio pada kelompok umur 0-4 sebesar 106, kelompok umur 5-9 sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64 berkisar antara 97 sampai dengan 113, dan dan kelompok umur 65-69 sebesar 96.

      Median umur penduduk Provinsi Jawa Barat tahun 2010 adalah 26,86 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Provinsi Jawa Barat termasuk kategori menengah. Penduduk suatu wilayah dikategorikan penduduk muda bila median umur < 20, penduduk menengah jika median umur 20-30, dan penduduk tua jika median umur > 30 tahun.

      Rasio ketergantungan penduduk Provinsi Jawa Barat adalah 51,20. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+), yang menunjukkan banyaknya beban tanggungan penduduk suatu wilayah. Rasio ketergantungan di daerah perkotaan adalah 48,84 sementara di daerah perdesaan 55,92.[53]

      Indeks Pembangunan ManusiaSunting

      Jawa Barat merupakan salah satu provinsi termaju di Indonesia. Jika dilihat dari Indeks Pembangunan Manusianya (IPM), Jawa Barat merupakan provinsi paling maju ke-10 di Nusantara.[54] Kini IPM Jawa Barat adalah 70,05 (0,700) dan menempati status tinggi.[55] Daerah subprovinsi termaju ialah Kota Bandung dengan IPM sebesar 80,13 (0,801) yang berstatus sangat tinggi, sedangkan yang paling tertinggal ialah Kabupaten Cianjur dengan IPM sebesar 62,92 (0,629) yang berstatus sedang.[56]

      Artikel yang berkaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia kota dan kabupaten di Jawa Barat:

      Suku bangsaSunting

      Penduduk asli provinsi Jawa Barat adalah Suku Sunda. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku bangsa Jawa Barat sangat beragam. Adapun jumlah penduduk provinsi Jawa Barat berdasarkan suku bangsa tahun 2010 dari 42.982.865 jiwa adalah suku Sunda sebanyak 30.889.910 jiwa (71,87%), kemudian suku Jawa 5.710.652 jiwa (13,29%), Betawi 2.664.143 (6,20%), Cirebon 1.812.842 jiwa (4,22%).[57] Suku di luar pulau Jawa terbesar adalah suku Batak sebanyak 467.438 jiwa (1,09%), kemudian suku Minangkabau 272.018 jiwa (0,63%), Tionghoa 254.920 jiwa (0,59%) dan Melayu 190.224 jiwa (0,44%). Suku asal Sumatra Selatan sebanyak 95.502 jiwa (0,22%), asal Lampung 92.862 jiwa (0,22%), asal Banten 60.948 jiwa (0,14%), Madura 0,10% dan suku lainnya 0,99%.[57]

      Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2000 dan Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Jawa Barat:[58]

      No Suku Jumlah (2000) % Jumlah (2010) %
      1 Sunda 26.297.124 73,73% 30.889.910 71,87%
      2 Jawa 3.939.465 11,05% 5.710.652 13,29%
      3 Betawi 1.901.930 5,33% 2.664.143 6,20%
      4 Cirebon 1.890.102 5,30% 1.812.842 4,22%
      5 Batak 275.230 0,77% 467.438 1,09%
      6 Minangkabau 168.999 0,47% 272.018 0,63%
      7 Tionghoa 163.255 0,46% 254.920 0,59%
      8 Melayu 190.224 0,44%
      9 Asal Sumatra Selatan 95.502 0,22%
      10 Lampung 92.862 0,22%
      11 Madura 43.001 0,10%
      12 Suku Lainnya 967.782 2,71% 428.914 0,99%
      Provinsi Jawa Barat 35.668.374 100% 42.982.865 100%

      BahasaSunting

      Selain bahasa resmi yakni bahasa Indonesia, mayoritas masyarakat Jawa Barat umumnya bertutur menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa asli mereka. Sementara di sebagian besar wilayah timur laut provinsi Jawa Barat seperti kabupaten dan kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, serta sebagian utara Kabupaten Subang dan sebagian utara Kabupaten Karawang (khususnya di kecamatan Cilamaya Kulon dan Cilamaya Wetan) dituturkan bahasa Jawa Cirebonan dan bahasa Jawa Indramayu (Dermayonan) sedangkan daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Kota Bekasi, Kecamatan Tarumajaya dan Babelan (Kabupaten Bekasi), kecamatan Parung dan Bojonggede serta sebagian utara Gunung Sindur (Kabupaten Bogor) dan Kota Depok bagian utara dituturkan bahasa Betawi oleh pendatang etnis Betawi.

      Penggunaan bahasa daerah kini mulai dipromosikan kembali karena banyak pendatang yang sudah menggeser bahasa dan budaya Sunda. Sejumlah stasiun televisi dan radio lokal kembali menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar pada beberapa acaranya, terutama berita dan talk show, misalnya Bandung TV memiliki program berita menggunakan Bahasa Sunda serta Cirebon Radio yang menggunakan ragam Bahasa Cirebon. Begitu pula dengan media massa cetak yang menggunakan bahasa sunda, seperti majalah Manglé dan majalah Bina Da'wah yang diterbitkan oleh Dewan Da'wah Jawa Barat.

      Bahasa SundaSunting

      Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Jawa Barat, terutama di wilayah Parahyangan atau wilayah kebudayaan Priangan yang merupakan wilayah tempat tinggal tradisional Suku Sunda.

      Berdasarkan Pergub Jabar No.69 tahun 2013, Bahasa Sunda ditetapkan sebagai salah-satu mata pelajaran bahasa dan sastra daerah di Jawa Barat, bersama dengan bahasa Cirebon. Bahasa Sunda diajarkan di dua tingkat jenjang pendidikan, yaitu jenjang pendidikan dasar (Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah lalu Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah) dan jenjang pendidikan menengah (Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah).[59]

      Dalam membantu keberlangsungan pendidikan Bahasa Sunda di Jawa Barat, pemerintah daerah Jawa Barat bekerjasama dengan Universitas Padjadjaran dan Yayasan Kebudayaan Rancage menerbitkan Kamus Utama, yaitu kamus bahasa Sunda terlengkap yang terdiri dari 6 jilid, 10.000 halaman dan memuat 150.000 entri.[60][61] Saat ini kamus tersebut sudah dikirim ke perpustakaan di Eropa seperti perpustakaan KITLV di Belanda.[62]

      Bahasa CirebonSunting

      Pada sensus penduduk 2010 jumlah penduduk provinsi Jawa Barat adalah sebanyak 46.497.175 jiwa[63] sementara jumlah suku Cirebon pada sensus penduduk 2010 dengan survei awal pada wilayah inti suku Cirebon yaitu di kabupaten Cirebon, kota Cirebon dan kabupaten Indramayu adalah sebesar 1.812.842 jiwa, data tersebut menjelaskan bahwa jumlah suku Cirebon ada sekitar 4-5% dari total provinsi Jawa Barat. Secara budaya dan bahasa, suku Cirebon masih mewarisi kedekatan-kesekatan tersebut dengan suku Sunda.

      KesenianSunting

       
      Bangunan Mande Karesmen pada kompleks keraton Kasepuhan terlihat para Wiyaga (penabuh gamelan) sedang berdiskusi disela-sela prosesi penabuhan gong Sekati pada Idul Fitri 2014, dari jajaran Wiyaga terlihat Ki Waryo (anak dari Ki Empek) duduk paling kanan, Ki Adnani dan kemudian Ki Encu

      KulinerSunting

      KesehatanSunting

      Catatan dari Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa lima kabupaten dengan kasus demam berdarah dengue paling banyak se-Indonesia berada di wilayah Jawa Barat.[64] Lima kabupaten tersebut meliputi Kota Bandung, dengan 4.196 kasus;[64] Kabupaten Bandung, dengan 2.777 kasus;[64] Kota Bekasi, dengan 2.059 kasus;[64] Sumedang, dengan 1.647 kasus;[64] serta Kota Tasikmalaya, dengan 1.542 kasus.[64]

      PendidikanSunting

       
      Pembagian wilayah Geobudaya di Jawa Barat
        Bodebek
        Purwasuka
        Ciayumajakuning
        Priangan Barat
        Priangan Tengah
        Priangan Timur
       
      Pagelaran Wayang kulit Cirebon pada Mei 2015 yang diabadikan oleh Arie Nugraha (budayawan Cirebon) dengan lakon "Rit Madenda" di desa Mekar Asih, kecamatan Banyu Sari, kabupaten Karawang yang dipimpin oleh Ki Dalang Enang Sutriya

      Perlindungan dan proses pengembangan Budaya dan Bahasa yang ada di Jawa Barat secara kongrit dimulai dengan adanya Kongres Jawa Barat, kongres Jawa Barat merupakan sebuah wadah berkumpulnya para tokoh masyarakat Jawa Barat untuk membicarakan berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan yang ada di Jawa Barat.

      Keberagaman budaya dan bahasa yang ada di Jawa Barat sempat diuji ketika Kongres Jawa Barat yang ketiga disiapkan. Tepatnya di Kota Bandung tanggal 23 Februari 1948[65] (namun menurut Dayat Suryana dalam bukunya yang berjudul Provinsi Provinsi di Indonesia peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 28 Februari 1948[66] .) Salah satu perwakilan warga Jawa Barat dari suku Sunda yaitu bapak Soeria Kartalegawa yang juga ketua Partai Rakyat Pasundan (PRP) mengusulkan supaya pembicaraan dalam rapat badan perwakilan tersebut (Kongres Jawa Barat) dibolehkan mempergunakan Bahasa Sunda, namun belakang usulan tersebut segera disanggah oleh perwakilan masyarakt Jawa Barat lainnya dari suku Cirebon yaitu bapak Soekardi, bapak Soekardi mencetuskan

      Perguruan tinggi negeriSunting

      Perguruan tinggi swastaSunting

      PariwisataSunting

       
      Sebuah ladang singkong di Ciseeng, Kabupaten Bogor

      Objek-objek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:

      1. Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung

      2. Taman Wiladatika, Cimanggis, Kota Depok

      3. Saung Talaga, Pancoran Mas, Kota Depok

      4. Situ Cikabuyutan, Cilebak, Kabupaten Kuningan

      5. Situ Patenggang, Rancabali, Kabupaten Bandung

      6. Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat

      7. Taman Hutan Raya, Lembang, Kabupaten Bandung Barat

      8. Situ Buleud, Kabupaten Purwakarta

      9. Kebun Raya Bogor, Kota Bogor

      10. Talaga Warna, Puncak, Kabupaten Bogor

      11. Taman Safari Indonesia, Cisarua, Kabupaten Bogor

      12. Taman Wisata Mekarsari, Cileungsi, Kabupaten Bogor

      13. Pantai Pangandaran, Kabupaten Pangandaran

      14. Curug Cibeureum, Cipanas, Kabupaten Cianjur

      15. Puncak, Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur

      16. Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur

      17. Taman Bunga Nusantara, Kabupaten Cianjur

      18. Taman Wisata Gunung Gede Pangrango, Cipanas, Kabupaten Cianjur

      19. Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur

      20. Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon

      21. Keraton Kanoman, Kota Cirebon

      22. Keraton Kacirebonan, Kota Cirebon

      23. Keraton Kaprabonan, Kota Cirebon

      24. Taman Air Sunyaragi, Kota Cirebon

      25. Plangon, Kabupaten Cirebon

      26. Belawa, Kabupaten Cirebon

      27. Trusmi, Kabupaten Cirebon

      28. Wanawisata Ciwaringin, Kabupaten Cirebon

      29. Cikalahang, Kabupaten Cirebon

      30. Cipanas, Kabupaten Garut

      31. Bendungan Walahar, Klari, Kabupaten Karawang

      32. Curug Bandung, Tegalwaru, Kabupaten Karawang

      33. Curug Cigeuntis, Tegalwaru, Kabupaten Karawang

      34. Curug Cipanundaan, Tegalwaru, Kabupaten Karawang

      35. Pantai Muara Baru, Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang

      36. Pantai Pakis Jaya, Pakis Jaya, Kabupaten Karawang

      37. Pantai Samudera Baru, Pedes, Kabupaten Karawang

      38. Pantai Tanjung Baru, Tempuran, Kabupaten Karawang

      39. Pantai Tirtamaya, Juntinyuat, Kabupaten Indramayu

      40. Linggarjati, Kabupaten Kuningan

      41. Candi Jiwa, Batujaya, Kabupaten Karawang

      42. Candi Blandongan, Batujaya, Kabupaten Karawang

      43. Waduk Darma, Kabupaten Kuningan

      44. Curug Putri, Kabupaten Kuningan

      45. Lembah Cilengkrang, Kabupaten Kuningan

      46. Liang Panas, Kabupaten Kuningan

      47. Air Terjun Sidomba, Kabupaten Kuningan

      48. Curug Landung, Kabupaten Kuningan

      49. Situ Cicerem, Kabupaten Kuningan

      50. Paseban, Kabupaten Kuningan

      51. Cigugur, Kabupaten Kuningan

      52. Hutan Kota, Kabupaten Kuningan

      53. Kebun Raya Kuningan, Kabupaten Kuningan

      54. Palutungan, Kabupaten Kuningan

      55. Curug Muara Jaya, Kabupaten Majalengka

      56. Situ Sangiang, Kabupaten Majalengka

      57. Taman Buana Marga, Kabupaten Majalengka

      58. Tirta Indah, Kabupaten Majalengka

      59. Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta

      60. Ciater, Kabupaten Subang

      61. Gunung Tangkuban Perahu, Kabupaten Subang

      62. Pantai Blanakan, Blanakan, Kabupaten Subang

      63. Pantai Pondok Bali, Legon Kulon, Kabupaten Subang

      64. Penangkaran Buaya, Blanakan, Kabupaten Subang

      65. Pantai Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi

      66. Pantai Ujung Genteng, Ciracap, Kabupaten Sukabumi

      67. Kampung Toga, Kabupaten Sumedang

      68. Museum Prabu Geusan Ulun, Kabupaten Sumedang

      69. Situ Gede, Kota Tasikmalaya

      70. Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya

      71. Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya

      72. Godong Ijo, Bojongsari, Kota Depok 73. Situ Bagendit, Kabupaten Garut

      74. Pantai Santolo, Kabupaten Garut

      75. Situ Cilodong, Cilodong, Kota Depok

      76. Pantai Rancabuaya, Kabupaten Garut

      77. Kampung 99 Pepohonan, Limo, Kota Depok

      78. Curug Cimahi, Kabupaten Bandung Barat

      79. D’Kandang Amazing Farm, Sawangan, Kota Depok

      80. Situ Ciburuy, Kabupaten Bandung Barat

      81. Masjid Dian Al-Mahri, Limo, Kota Depok

      82. Situ Pengasinan, Sawangan, Kota Depok

      83. Situ Pengarengan, Sukmajaya, Kota Depok

      84. Situ Lengkong, Panjalu, Kabupaten Ciamis.

      85. Museum Sejarah Nabi Muhammad, Sukmajaya, Kota Depok

      86. Alun-Alun Kota Depok, Cilodong, Kota Depok

      87. Rumah Keramik F Widayanto, Beji, Kota Depok

      88. Studio Alam TVRI, Sukmajaya, Kota Depok

      89. Air Terjun Curug Nangka Indah, Tamansari, Kabupaten Bogor

      90. Taman Hutan Raya Pancoran Mas, Pancoran Mas, Kota Depok

      91. TWM Park, Cisarua, Kabupaten Bogor

      92. Hutan Kota Universitas Indonesia (UI), Beji, Kota Depok

      93. Devoyage Bogor, Bogor Selatan, Kota Bogor

      94. Museum Zoologi Bogor, Bogor Tengah, Kota Bogor

      95. Curug Cisurian, Jalaksana, Kabupaten Kuningan

      96. Pulau Biawak, Kabupaten Indramayu

      97. Gunung Munara, Rumpin, Kabupaten Bogor

      Aspirasi Perubahan Nama Provinsi Jawa BaratSunting

      Secara Geografi, Provinsi Banten merupakan yang jadi Jawa [yang paling] Barat, nama Jawa Barat sudah tidak relevan sejak 2000, jadi penggantian nama Provinsi menjadi relevan. Wacana perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi nama lain sebenarnya sudah berlangsung lama dan menjadi isu yang terus digulirkan masyarakat Jawa Barat. Usul perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi nama Provinsi lain kembali mencuat pada 2022. Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD), LaNyalla Mahmud Mattalitti pada 2022 mendukung keinginan masyarakat Sunda untuk mengubah nama provinsinya[68].

      Ridwan Kamil selaku Gubernur Jabar mengungkapkan bahwa "Terkait provinsi saya harus melihat secara fundamental karena Jawa Barat itu kalau secara judul itu bukan dari Jawa bagian Barat dan Jawa paling barat tentu kan Banten Jadi kalau disebut paling barat yang bukan Jawa Barat tapi Banten"[69]. Oleh karena itu, alasan penggantian Jawa Barat menjadi nama lain menjadi relevan.

      Terkait nama yang bisa merepresentasikan, banyak nama pilihan yang bisa dipilih yang bisa merepresentasikan masyarakat Jabar. Pada Juli 2022, Penyusunan Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Provinsi Jawa Barat (Jabar) tengah disusun DPR RI. Akademisi Pakar hukum tata negara Universitas Padjajaran Indra Perwira mengusulkan adanya perubahan nama Provinsi Jawa Barat menjadi Tatar Sunda atau Pasundan. Pakar hukum tata negara Indra Perwira mengungkapkan "Istilah Jabar ini bentukan Belanda. Waktu kita merdeka, Bung Karno menetapkan Wiranatakusuma sebagai wali Negara Pasundan (saat ini Jabar)". Lebih lanjut, Indra menjelaskan nama Pasundan dan Tatar Sunda sejatinya tak merujuk pada satu etnis tertentu. Sebab, Jabar saat ini terbangun dari tiga subkultur di wilayah tersebut dan Tatar Sunda hanya menunjukkan bentukan geografisnya[70]. Atas aspek histori tersebut, Indra selaku Akademisi Pakar hukum tata negara sepakat agar RUU tentang Provinsi Jabar itu mengubah pula nama Jabar menjadi Pasundan atau Tatar Sunda[70].

      ReferensiSunting

      1. ^ Sigar, Edi (1996). Buku Pintar Indonesia. Jakarta: Pustaka Delaprasta. 
      2. ^ "Tempo.com: Hari Jadi Jawa Barat Ditetapkan Tanggal 19 Agustus 1945". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-17. Diakses tanggal 2019-08-17. 
      3. ^ a b "Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2022" (pdf). www.jabarprov.go.id. hlm. 9, 104. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-21. Diakses tanggal 20 Juni 2022. 
      4. ^ "Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kepercayaan dan Jenis Kelamin di Provinsi Jawa Barat". www.data.jabarprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-04. Diakses tanggal 4 Februari 2020. 
      5. ^ "Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi 2019-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-15. Diakses tanggal 26 November 2021. 
      6. ^ "APBD Perubahan Jawa Barat 2015". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-22. Diakses tanggal 2016-03-29. 
      7. ^ "PAD Jawa Barat 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-21. Diakses tanggal 2016-03-29. 
      8. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 26 Januari 2021. 
      9. ^ Media, Kompas Cyber (2022-01-03). "Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-05-16. 
      10. ^ Indonesia, C. N. N. "7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara". edukasi. Diakses tanggal 2023-05-16. 
      11. ^ BPS Provinsi Banten (2019). Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019 (PDF). Dinas Pariwisata Provinsi Banten. hlm. 50. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-05-30. Diakses tanggal 2022-05-17. 
      12. ^ Sitompul, Martin (30 November 2018). "Gubernur di Tengah Operasi Anti Mata-Mata: Kisah Soetardjo saat terjebak dalam sebuah operasi pembersihan para telik sandi Belanda". Majalah Historia. Jakarta Barat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-22. Diakses tanggal 22 Agustus 2022. 
      13. ^ a b c d e f g Arifianto, Bambang (22 Agustus 2022). "Jabar Pernah Terbelah Kantor Gubernur Berpindah". Pikiran Rakyat. Bandung. hlm. 10. 
      14. ^ "Pemerintah Kabupaten Subang - Kawah Tangkuban Parahu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-02. Diakses tanggal 2015-03-29. 
      15. ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-10. 
      16. ^ "Potret Sensus Penduduk 2020 Provinsi Jawa Barat Menuju Satu Data Kependudukan Indonesia". Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 22 Februari 2021. hlm. 24. Diakses tanggal 1 April 2021. 
      17. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
      18. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
      19. ^ "Jabar dalam Grafis: Sejarah Pemimpin". Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-28. Diakses tanggal 12 Mei 2018. 
      20. ^ "Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1951 Tentang Pengangkatan Saudara Sewaka sebagai Gubernur Kepala Daerah Propinsi Otonom Jawa Barat" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 25 April 1951. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 18 November 2019. 
      21. ^ "Arsip Keputusan Presiden". Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 2020-06-09. 
      22. ^ "Ketetapan Presiden Nomor 177 Tahun 1951 Tentang Perberhentian Kepala Daerah Jawa Barat" (PDF). Sistem Informasi Perundangan-undangan Sekretariat Kabinet. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 10 September 1951. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 12 Mei 2018. 
      23. ^ Abdullah, Taufik; Rahardjo, Supratnikno; Abdurrachman, Sukri; Gunawan, Restu (2012). Malam Bencana 1965: Dalam Belitan Krisis Nasional. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 76. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 2023-03-19. 
      24. ^ "Dilantik". Tempo.co. 1985-05-25. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-07-15. 
      25. ^ "Target Gubernur Yogie". Tempo.co. 1985-05-25. Diakses tanggal 2022-04-29. 
      26. ^ "Pelantikan". Tempo.co. 1990-05-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-19. Diakses tanggal 2022-04-29. 
      27. ^ "Pelantikan". Tempo.co. 1993-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-21. Diakses tanggal 2020-06-18. 
      28. ^ ORS; Hidayat, Patria (22 Mei 2003). "Dani Setiawan-Nu`man Abdul, Gubernur dan Wagub Jabar". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-24. Diakses tanggal 13 Juni 2018. 
      29. ^ A15; MHF; BAY (23 April 2008). "Heryawan Terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-09. Diakses tanggal 3 Juni 2018. 
      30. ^ KPL; RIF, ed. (22 April 2008). "Hade Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar Terpilih". Merdeka.com. Diakses tanggal 3 Juni 2018. [pranala nonaktif permanen]
      31. ^ Kuswandi, Rio (13 Juni 2013). Wadrianto, Glori K., ed. "Heryawan Resmi Dilantik sebagai Gubernur Jabar". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-13. Diakses tanggal 13 Juni 2018. 
      32. ^ TYA; AVI (13 Juni 2013). "Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-13. Diakses tanggal 13 Juni 2018. 
      33. ^ Ramdhani, Dendi (24 Juli 2018). Susanti, Reni, ed. "Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar Terpilih". Kompas.com. Bandung. Diakses tanggal 13 Juni 2018. 
      34. ^ "Pelantikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Delapan Kepala Daerah Lain Diwarnai Kirab". Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung. Jakarta. 5 September 2018. Diakses tanggal 29 April 2023. 
      35. ^ "Danny setiawan Cuti dari Gubernur Jabar". detikcom. 2008-03-26. Diakses tanggal 2020-05-29. [pranala nonaktif permanen]
      36. ^ Rahardjo, Didit Putra Erlangga (2013-02-04). Suprihadi, Marcus, ed. "Gubernur Jabar Dapat Cuti". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-02. Diakses tanggal 2020-05-29. 
      37. ^ "Jadi Juru Kampanye Ahmad Heryawan Cuti 10 Hari". Republika. 2014-03-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 2020-05-29. 
      38. ^ "Jadi Jurkam, Aher Cuti Jadi Gubernur Selama 20 Hari". detikcom. 2014-04-04. Diakses tanggal 2020-05-29. [pranala nonaktif permanen]
      39. ^ Kuswandi, Rio (2014-06-12). Auliani, Palupi Annisa, ed. "Heryawan: Cuti Saya Tidak Ganggu Pemerintahan!". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 2020-05-29. 
      40. ^ Sudrajat, Ajat (2015-09-15). Maryati, ed. "Deddy Mizwar jadi pelaksana harian Gubernur Jawa Barat". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 2022-07-14. 
      41. ^ Bebey, Aksara (11 Juni 2018). "Tugas Aher selesai, Iwa Karniwa jadi Plh Gubernur Jawa Barat". Merdeka.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-12. Diakses tanggal 13 Juni 2018. 
      42. ^ "M Iriawan Resmi Jadi Pj Gubernur Jabar | Republika Online". Republika Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-18. Diakses tanggal 2018-06-18. 
      43. ^ Ferdinan, Yuniardi (4 Juli 2022). Ferdinan, Yuniardi, ed. "Ridwan Kamil berhaji, Uu Ruzhanul Ulum jadi Plh. Gubernur Jabar". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 6 Juli 2022. 
      44. ^ Dendi Ramdhani (02-09-2019). Khairina, ed. "120 Anggota DPRD Jabar Resmi Dilantik di Gedung Merdeka". kompas.com. Diakses tanggal 23-09-2019. 
      45. ^ Endah Asih Lestari (02-09-2019). "Sebanyak 120 Anggota DPRD Jabar Periode 2019-2024 Resmi Dilantik". PIKIRAN RAKYAT. Diakses tanggal 23-09-2019. 
      46. ^ Fabiola Febrinastri (02-09-2019). "120 Anggota DPRD Jabar 2019 - 2024 Resmi Dilantik". suara.com. Diakses tanggal 23-09-2019. 
      47. ^ (Indonesia) "Rapat Pleno KPU Tetapkan Gerindra Dapat Kursi Paling Banyak di DPRD Jabar". Kompas. 13 Aug 2019. Diakses tanggal 14 Aug 2019. 
      48. ^ (Indonesia) "Sejarah DPRD Jawa Barat". dprd jabar. 12 Feb 2014. Diakses tanggal 12 Feb 2015. 
      49. ^ "Ini Bakal Anggota DPRD Jabar Hasil Pemilu 2019". JUARA NEWS. 17-05-2019. Diakses tanggal 23-09-2019. 
      50. ^ Oris Riswan (01-09-2014). "Resmi Dilantik, 100 Anggota DPRD Jabar Siap Bekerja". okezone.com. okenews. Diakses tanggal 23-09-2019. 
      51. ^ Supriadi, A., dkk. (Desember 2015). Dampak Pembatasan Ekspor Bijih Besi Terhadap Penerimaan Sektor ESDM dan Perekonomian Nasional (PDF). Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. hlm. 43. ISBN 978-602-0836-19-5. 
      52. ^ a b c Nurulliah, Novianti (9 Agustus 2022). "Gelombang Tinggi: Produksi Ikan Tangkap Turun 30%". Pikiran Rakyat. Bandung. hlm. 2. 
      53. ^ Sensus Penduduk 2010 - Provinsi Jawa Barat Diarsipkan 2019-05-09 di Wayback Machine.. Badan Pusat Statistik Indonesia. Diakses 30 Juli 2013
      54. ^ "Daftar provinsi Indonesia menurut IPM tahun 2016". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2017-06-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-28. Diakses tanggal 2017-08-28. 
      55. ^ https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1211 Diarsipkan 2017-08-28 di Wayback Machine. Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi, 2010-2016 (Metode Baru)
      56. ^ "Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat". jabar.bps.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-28. Diakses tanggal 2017-08-28. 
      57. ^ a b "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 17 Oktober 2021. 
      58. ^ "Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk 2000" (pdf). www.jabar.bps.go.id. 1 November 2001. hlm. 72. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-19. Diakses tanggal 20 Juni 2022. 
      59. ^ "Pergub 69 Tahun 2013" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-09-17. Diakses tanggal 2016-09-04. 
      60. ^ "Kamus Utama, Kamus Bahasa Sunda Terlengkap - Website Resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-17. Diakses tanggal 2016-09-04. 
      61. ^ "Unpad dan Yayasan Kebudayaan Rancage Luncurkan Kamus Utama Basa Sunda - Universitas Padjadjaran". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-15. Diakses tanggal 2016-09-04. 
      62. ^ "Kamus Tebal Bahasa Sunda Dikenalkan di Eropa | nusa | tempo.co". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-11. Diakses tanggal 2016-09-04. 
      63. ^ "Staf Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat. 2011. Penduduk. [[Bandung]] : Pemerintah Provinsi Jawa Barat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-15. Diakses tanggal 2019-07-16. 
      64. ^ a b c d e f Abdul Halim, Hilmi; S., Asep M. (27 September 2022). "Potensi Kasus DBD di Jabar Tinggi". Pikiran Rakyat. Kabupaten Purwakarta. hlm. 10. 
      65. ^ a b Zuhdi,Susanto. 2017. Antara Sewaka dan Soeria Kartalegawa: Dinamika Politik Pemerintahan Di Jawa Barat Pada Masa Revolusi Indonesia. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
      66. ^ Suryana, Dayat. 2012. Provinsi Provinsi di Indonesia. [ Scotts Valley Diarsipkan 2022-12-06 di Wayback Machine. ] : CyberSpace Independent Publishing
      67. ^ https://nusaputra.ac.id/ Diarsipkan 2018-11-14 di Wayback Machine. diakses 14 November
      68. ^ Jakarta, Koran. "Perubahan Nama Provinsi Jawa Barat". Koran-Jakarta.com. Diakses tanggal 2023-03-03. 
      69. ^ Media, Kompas Cyber (2020-11-12). "Jabar Diusulkan Diganti Jadi Provinsi Sunda, Ini Awal Mula Usulan dan Tanggapan Ridwan Kamil". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-03-03. 
      70. ^ a b Wamad, Sudirman. "Akademisi-Kongres Sunda Usulkan Perubahan Nama di RUU Provinsi Jabar". detikjabar. Diakses tanggal 2023-03-03. 

      CatatanSunting

      Bacaan lebih lanjutSunting

      • Raden Mas Sewaka, Tjorat-tjoret dari jaman ke djaman. Bandung: penerbit tidak diketahui, 1955.
      • Suwangsa, Aat; Abidin, Zaenal; Ir. R.H. Ukar Bratakusumah dari Jaman Penjajahan Belanda Hingga Jaman Pembangunan: Seorang Pejuang dan Pelopor Pembangunan. Bandung: Yayasan Kudjang, 1995.

      Lihat pulaSunting

      Pranala luarSunting

      Koordinat: 6°52′S 107°36′E / 6.867°S 107.600°E / -6.867; 107.600