Pisang

buah memanjang dan dapat dimakan yang dihasilkan oleh beberapa jenis tumbuhan berbunga herba besar dalam genus Musa

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna berukuran besar dengan daun memanjang dan besar yang tumbuh langsung dari bagian tangkai. Batang pisang bersifat lunak karena terbentuk dari lapisan pelepah yang lunak dan panjang.[1] Batang yang agak keras berada di bagian permukaan tanah. Pisang memiliki daun bertangkai yang berpencar dengan bagian batang yang meruncing. Ukuran daun pada tiap spesies pisang juga berbeda-beda. Tangkai pisang menghasilkan bunga dalam jumlah yang banyak. Bagian bunga pada pisang akan membentuk buah yang disebut sisir. Buah pisang berkelompok dalam satu bunga majemuk dengan ukuran yang makin ke bawah makin mengecil.[2]

Pisang
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Monokotil
Klad: Komelinid
Ordo: Zingiberales
Famili: Musaceae
Genus: Musa
Spesies
  • M. acuminata
  • M. balbisiana
  • M. × paradisiaca (invalid)
  • M. sapientum (invalid)

Media: Pisang

Dalam taksonomi, pisang termasuk dalam genus Musa dan famili Musaceae.[2] Beragam spesies pisang tersebar di kawasan Malenesia. Spesies pisang yang paling banyak dibudidayakan di dunia adalah pisang hutan. Jenis pisang hutan dapat tumbuh di hutan, bukit maupun di dataran rendah.[3] Selain itu, pisang juga dapat ditanam bersama dengan tanaman lain seperti jagung dan ketela pohon.[4]

Pisang dapat dipanen kapan saja, karena pertumbuhannya yang sesuai dengan segala jenis musim. Kematian pohon pisang hanya terjadi ketika berbuah hanya sekali semasa hidupnya.[3] Buah pisang dapat langsung dimakan atau dimasak terlebih dahulu. Nutrisi di dalam pisang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia dan dapat pula dibuat sebagai obat tradisional.[4]

Pada awalnya, pisang merupakan tumbuhan asli yang berasal dari kawasan Asia Tenggara, kemudian menyebar ke seluruh wilayah dunia. Dari arah barat, pisang menyebar mulai dari Samudra Atlantik menuju ke Pulau Madagaskar lalu ke Benua Afrika dan menuju ke Amerika Latin dan Amerika Tengah. Sementara itu, pisang yang menyebar dari arah timur melalui Samudra Pasifik menuju ke Hawaii.[5]

Di berbagai daerah dan mancanegara, pisang memiliki nama-nama khas tersendiri, beberapa diantaranya: gadang atau gedhang (Jawa), biyu (Bali), puntiq (Sasak), cau atau cawu (Sunda), punti (Lampung), unti (Makassar), koyo (Ternate), kula (Banda), uri (Ambon), tema (Seram), ounche (Madagaskar) dan loka (Banggai).[6][7]

Taksonomi

sunting

Nama spesies dari pisang adalah Musa sp yang berasal dari genus Musa. Pisang termasuk dalam famili Musaceae dalam kelas tumbuhan berkeping biji tunggal. Sementara itu, pisang masuk dalam subdivisi tumbuhan berbunga dan divisi tumbuhan berbiji.[5] Spesies pisang masih berkerabat dengan Orchidaceae.[4]

 
Jantung pisang

Penyebaran

sunting
 
Tunas muda pisang

Pisang dapat tumbuh subur di wilayah dengan musim kemarau yang berlangsung hingga 4,5 bulan. Curah hujan yang diperlukan oleh pisang untuk tumbuh dengan subur adalah 650 hingga 5.000 mililiter per tahun. Sementara itu, suhu lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan pisang berkisar antara 21oC hingga 29,5 oC.[4]

Pisang awalnya merupakan tanaman lokal di kawasan Asia Tenggara yang sebagian besar berpusat di wilayah Indonesia. Sejak 500 tahun sebelum Masehi, pisang telah menyebar hingga ke Pulau Madagaskar. Sedangkan, wilayah Afrika lainnya telah mengenal dan membudidayakan pisang sejak seribu tahun sebelum Masehi. Pada masa yang sama, Hawaii telah mengenal dan membudidayakan pisang melalui pengiriman dari Kepulauan Canaria.[8]

Keragaman

sunting

Pusat keragaman utama pisang terletak di daerah Malesia (Asia Tenggara, Papua, dan Australia tropika). Pusat keragaman minor juga terdapat di Afrika tropis. Tumbuhan ini menyukai iklim tropis dan lembap, terutama di dataran rendah. Di daerah dengan hujan merata sepanjang tahun, produksi pisang dapat berlangsung tanpa mengenal musim. Indonesia, Kepulauan Pasifik, negara-negara Amerika Tengah, dan Brasil dikenal sebagai negara utama pengekspor pisang.[9] Pada tahun 2018, India menjadi negara dengan konsumsi pisang paling tinggi, di atas Tiongkok dan Indonesia.[10]

Pisang yang dibudidayakan pada masa sekarang dianggap merupakan keturunan dari Musa acuminata yang diploid dan tumbuh liar. Genom yang disumbangkan diberi simbol A. Persilangan alami dengan Musa balbisiana memasukkan genom baru, disebut B, dan menyebabkan bervariasinya jenis-jenis pisang.[11] Pengaruh genom B terutama terlihat pada kandungan tepung pada buah yang lebih tinggi. Secara umum, genom A menyumbang karakter ke arah buah meja, sementara genom B ke arah buah pisang olah atau pisang masak. Hibrida M. acuminata dengan M. balbisiana ini dikenal sebagai M. ×paradisiaca. Khusus untuk Kelompok AAB, nama Musa sapientum pernah digunakan.

Mengikuti anjuran Simmonds dan Shepherd yang karyanya diterbitkan pada tahun 1955, klasifikasi pisang budi daya sekarang menggunakan nama-nama kombinasi genom ini sebagai nama kelompok budi daya. Sebagai contoh, untuk pisang cavendish. Di bawah kelompok masih dimungkinkan pembagian dalam anak-kelompok. Lihat pula artikel Musa untuk pembahasan lebih mendalam.

Pengelompokkan

sunting

Pisang dapat dikelompokkan berdasarkan kode berikut:

Morfologi

sunting

Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang,[13] meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.[14]

Istilah "pisang" juga dipakai untuk sejumlah jenis yang tidak menghasilkan buah konsumsi, seperti pisang abaka, pisang hias, dan pisang kipas. Artikel ini hanya membahas pisang penghasil buah konsumsi serta kerabatnya yang berkaitan.

Budi daya

sunting

Ketika manusia hidup berpindah-pindah dengan mengumpulkan makanan, budi daya pisang belum dilakukan dan masih berupa tanaman liar. Pisang mulai dibudidayakan setelah manusia mengenal pertanian yang bersifat menetap. Masyarakat di kawasan Asia Tenggara telah memanfaatkan pisang sejak lama sebagai sayur, khususnya pada bagian pelepah dan tunas. Bagian-bagian pisang yang lainnya juga telah dimanfaatkan.[15]

Bukti pembudidayaan pisang oleh manusia dapat diketahui melalui relief dan naskah kuno. Pemeliharaan pisang pertama diketahui dalam literatur Pali, khususnya Kanon Pāli. Dalam naskah ini disampaikan bahwa pisang telah dipelihara di India sejak abad ke-6 hingga ke-5 sebelum Masehi. Dalam naskah ini, pisang digambarkan sebagai buah bertaring yang menjadi makanan bagi kera dan gajah. Kebudayaan lain yang telah membudidayakan pisang ditemukan di Sungai Panjang dan Sungai Kuning di Tiongkok. Dari prasasti kuno di Yunani, diketahui bahwa Yunani mengenal budi daya pisang dari India sejak abad ke-3 sebelum Masehi. Sementara itu, di wilayah Portugal telah diadakan budi daya pisang yang dipelajari dari Teluk Guinea dari Afrika sebelum ditemukannya jalur perhubungan antara Benua Asia dan Benua Eropa.[15]

Pisang secara tradisional tidak dibudidayakan secara intensif. Hanya sedikit yang dibudidayakan secara intensif dan besar- besaran dalam perkebunan monokultur, seperti 'Gros Michel' dan 'Cavendish'. Jenis-jenis lain biasanya ditanam berkelompok di pekarangan, tepi-tepi lahan tanaman lain, serta tepi sungai.

 
Hama kutu putih pada daun pisang

Perbanyakan secara vegetatif membuat pisang amat mudah terkena serangan hama, karena sempitnya keragaman genetik. Suatu perkebunan yang terkena penyakit tumbuhan dapat menularkan dengan singkat ke perkebunan tetangganya. Spesies kumbang bernama Cosmopolites sordidus merupakan hama penyebab bercak hitam pada buah pisang.[16]

Penyakit

sunting

Wabah panama

sunting

Wabah panama merupakan penyakit pisang yang paling umum terjadi di berbagai wilayah budi daya pisang di dunia. Ciri pisang yang sedang terkena wabah panama adalah layu tiba-tiba dan mati sebelum menghasilkan buah. Spesies jamur bernama Fusarium oxysporum merupakan patogen utama yang menyebabkan wabah panama. Penularan penyakit dilakukan melalui akar tanaman yang berada di dalam tanah. Fusarium oxysporum dapat bertahan di dalam tanah meskipun tidak memiliki inang. Ketahanannya sangat lama hingga mencapai waktu selama 5 tahun.[17]

Penyakit sigatoka

sunting

Penyakit sigatoka juga merupakan penyakit pisang yang paling umum terjadi di berbagai wilayah budi daya pisang di dunia. Dampak yang ditimbulkannya adalah kematian pada pohon pisang. Pada pisang, penyakit ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu sigatoka kuning dan sigatoka hitam. Pembagian ini didasari oleh gejala yang timbul ketika patogen penyakit sigatoka sedang merusak pisang. Pada sigatoka kuning, daun pisang yang akan mati memiliki bercak berwarna kuning, sementara pada sigatoka hitam bercaknya berwarna hitam. Sigatoka kuning disebabkan oleh patogen bernama Mycosphaerella musicola, sedangkan sigatoka hitam disebabkan oleh Mycosphaerella fijiensis.[18]

Penyakit sigatoka awalnya muncul di perkebunan pisang di kawasan Asia pada tahun 1964. Penyakit ini menyebar ke Amerika Serikat pada tahun 1968 melalui Hawaii. Sementara itu, penyakit sigatoka juga terjadi pada perkebunan pisang di kawasan Afrika dan Amerika Tengah sejak tahun 1972. Di Asia, negara pertama yang perkebunan pisangnya mengalami penyakit sigatoka adalah Taiwan. Penyakit ini kemudian menyebar ke negara Asia lainnya yaitu Tiongkok, Filipina, Sumatra (Indonesia), Thailand, dan Malaysia. Setelah itu, penyakit sigatoka menyebar dari kawasan Malesia ke Benua Australia. Sedangkan penyakit sigatoka di Afrika awalnya dialami di negara Zambia. Dari Zambia, penyakit ini menyebar ke wilayah negara Afrika lainnya yaitu Gabon (1979), Burundi dan Rwanda (1986), serta 16 negara Afrika lainnya. Sementara itu, penyakit sigatoka di kawasan Amerika Tengah pertama kali terjadi di Honduras yang kemudian meluas menjadi wabah. Penyakit sigatoka kemudian menyebar ke Jamaika, Kuba dan Republik Dominika. Penyebaran penyakit ini mencapai Florida pada tahun 1998.[19]

Pembusukan cerutu

sunting

Pembusukan cerutu merupakan penyakit pisang yang hanya terjadi di kawasan Amerika Selatan. Patogen penyakit ini adalah spesies jamur bernama Stachylidium theobromae. Gejala awal dari penyakit ini adalah pembusukan pada bunga pisang yang kemudian meluas hingga ke ujung buah. Kondisi fisik buah yang mengalami pembusukan cerutu adalah berkulit gelap dan berserat pada daging buah.[20]

Penyakit darah

sunting

Penyakit darah pada pisang disebabkan oleh patogen berupa bakteri, yaitu Ralstonia solanacearum. Penyakit ini juga dikenal dengan nama penyakit Moko. Gejala yang ditimbulkan berupa layunya daun hingga mengering. Penyakit darah umumnya menyerang tumbuhan yang masih berusia muda. Gejala pada tanaman pisang yang lebih tua ialah daun menguning pada bagian sekitar tangkai. Gejala infeksi yang timbul adalah berhentinya pertumbuhan buah. Pisang yang telah membentuk sisir akan mengalami kerusakan kulit di bagian ujungnya, warnanya menjadi hitam, dan kulitnya mengerut. Pada pisang yang berusia sangat tua, gejala pada sisir tidak tampak, tetapi daging buah rusak dan membusuk.[20]

Penyakit layu bakteri Xanthomonas

sunting

Nutrisi

sunting
Pisang, Mentah (Asupan Harian)
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi371 kJ (89 kcal)
22.84 g
Gula12.23 g
Serat pangan2.6 g
0.33 g
1.09 g
VitaminKuantitas
%AKG
Tiamina (B1)
3%
0.031 mg
Riboflavin (B2)
6%
0.073 mg
Niasin (B3)
4%
0.665 mg
Asam pantotenat (B5)
7%
0.334 mg
Vitamin B6
31%
0.4 mg
Folat (B9)
5%
20 μg
Kolina
2%
9.8 mg
Vitamin C
10%
8.7 mg
MineralKuantitas
%AKG
Zat besi
2%
0.26 mg
Magnesium
8%
27 mg
Mangan
13%
0.27 mg
Fosfor
3%
22 mg
Potasium
8%
358 mg
Sodium
0%
1 mg
Seng
2%
0.15 mg
Komponen lainnyaKuantitas
Air74.91 g

Link to USDA Database entry nilai untuk porsi yang dapat dimakan
Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central

Pisang mentah (tidak termasuk kulitnya) mengandung 75% air, 23% karbohidrat, 1% protein, dan mengandung sedikit lemak yang dapat diabaikan. 100 gram pisang mengandung 89 kalori, 31% dari Nilai Asupan Harian AS yang direkomendasikan, vitamin B6, dan vitamin C dalam jumlah sedang, mangan dan serat pangan, tanpa nutrien lain berukuran mikro dalam kandungan yang signifikan (lihat tabel).

Potasium

sunting

Meskipun pisang umumnya dianggap mengandung kandungan kalium yang luar biasa.[21][22] Kandungan kalium di dalam pisang sebenarnya tidak tinggi per porsi makanan biasa, hanya memiliki 8% dari Nilai Asupan Harian AS yang direkomendasikan untuk kalium (dianggap sebagai tingkat asupan harian rendah, lihat tabel nutrisi), dan peringkat kandungan kaliumnya di antara buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan banyak makanan lainnya relatif sedang.[23][24] Sayuran dengan kandungan kalium lebih tinggi daripada pisang pencuci mulut mentah (358 mg per 100 g) misalnya bayam mentah (558 mg per 100 g), kentang panggang tanpa kulit (391 mg per 100 g), kedelai matang (539 mg per 100 g), jamur portabella panggang (437 mg per 100 g), dan saus tomat olahan (413–439 mg per 100 g). Pisang raja mentah mengandung 499 mg kalium per 100 g. Pisang pencuci mulut kering atau bubuk pisang mengandung 1491 mg kalium per 100 gramnya.[23]

Alergen

sunting

Orang dengan alergi lateks mungkin mengalami reaksi alergi terhadap pisang.[25]

Budaya

sunting

Makanan dan masakan

sunting
 
Pisang bakar, khas dari Sumatera Barat.

Berdasarkan cara mengonsumsi buahnya, pisang dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu pisang meja dan pisang olah. Pisang meja dikonsumsi dalam keadaan segar tanpa melalui proses pengolahan, seperti pisang ambon, pisang susu, pisang raja, pisang seribu, dan pisang cavendish. Pisang olahan dikonsumsi setelah melalui proses pengolahan makanan, seperti digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak. Pisang yang termasuk dalam golongan pisang olahan adalah pisang kepok, pisang siam, pisang kapas, pisang tanduk, dan pisang uli.

Buah pisang dapat diolah menjadi berbagai produk makanan ringan, seperti kue, dan arak. Olahan pisang yang cukup populer antara lain keripik pisang (Lampung),[26] pisang epe (Makassar),[27] sale pisang (Bandung), pisang molen (Bogor), dan arak (Amerika Latin).

Pisang mempunyai kandungan gizi lebih tinggi dibandingkan apel.[28] Buah pisang mengandung mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium.[29] Pisang juga mengandung vitamin, yaitu Vitamin C, Vitamin B kompleks, Vitamin B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmiter dalam kelancaran fungsi otak.[butuh rujukan]

Bunga atau jantung pisang

sunting

Jantung pisang digunakan sebagai sayuran [30] pada masakan Asia Selatan dan Asia Tenggara, baik mentah atau dikukus dengan saus atau dimasak dalam sup, kari, dan makanan goreng.[31][32] Rasanya menyerupai articok, baik bagian daging dari daun pelindung maupun jantung dapat dimakan.[33] Selain itu, jantung pisang juga digunakan pada sebagian daerah di Indonesia sebagai obat luar.[34]

Bonggol pisang

sunting

Bonggol pisang merupakan sumber serat bagi tubuh. Bonggol pisang dapat diolah menjadi makanan ringan seperti keripik. Serta, dapat diolah menjadi pupuk cair untuk berbagai tanaman seperti bawang merah.[35]

Nilai ekonomi

sunting

Nilai ekonomi dari budi daya pisang ditinjau dari masa berbuah, masa pertumbuhan, kesuburan tanah, dan pemeliharaan. Pisang mulai dapat berbuah setelah mencapai usia setahun sehingga pengembalian modal untuk budi daya menjadi lebih cepat. Sementara itu, pisang menghasilkan buah dengan jumlah yang berlipat setelah mulai berbuah. Pisang dapat menghasilkan buah sebanyak tiga atau empat kali lipat dari masa berbuah pertamanya. Sementara itu, kesuburan tanah di sekeliling pisang sangat cepat memburuk. Pisang harus selalu memperoleh pemeliharaan rutin. Buah pisang juga hanya dapat bertahan selama 15 hari setelah panen dan setelahnya akan mengalami pembusukan.[36]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Parker, Sybil, P (1984). McGraw-Hill Dictionary of Biology. McGraw-Hill Company. 
  2. ^ a b Lubis 2021, hlm. 7.
  3. ^ a b Lubis 2021, hlm. 2.
  4. ^ a b c d Lubis 2021, hlm. 4.
  5. ^ a b Suyanti dan Supriyadi 2008, hlm. 5.
  6. ^ Crawfurd, John (2017). Sejarah Kepulauan Nusantara: Kajian Budaya, Agama, Politik, Hukum dan Ekonomi. 1. Diterjemahkan oleh Zara, Muhammad Yuanda. Yogyakarta: Penerbit Ombak. hlm. 299. ISBN 9786022584698. 
  7. ^ "Arti kata loka". Kamus Banggai-Indonesia. Diakses tanggal 2024-12-23. 
  8. ^ Sastrahidayat 2015, hlm. 1-2.
  9. ^ Sodhiq, Arif (1 Mei 2020). "Sepuluh Negara Pengekspor Pisang Terbesar di Dunia - Hortikultura sariagri.id". sariagri.id. Diakses tanggal 2022-02-09. 
  10. ^ "Which Country Eats the Most Bananas?". www.helgilibrary.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-09. 
  11. ^ Ravishankar, Kundapura V; Mohandas, Sukhada, ed. (2016). Banana: Genomics and Transgenic Approaches for Genetic Improvement. Springer Singapore. hlm. 15. ISBN 9789811015854. 
  12. ^ Ernawati, A (2000). "The Micropropagation of Bananas" (dalam bahasa Inggris). 
  13. ^ D'mello, Brendan (22 September 2015). "Why Do Bananas Turn Yellow When Ripe?". Science ABC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-09. 
  14. ^ Arnarson, Atli (7 Mei 2019). "Bananas 101: Nutrition Facts and Health Benefits". Healthline (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-09. 
  15. ^ a b Suyanti dan Supriyadi 2008, hlm. 6.
  16. ^ Janick, Jules, ed. (2010). Plant Breeding Reviews, Volume 14. Wiley. hlm. 120. ISBN 9780470650066. 
  17. ^ Sastrahidayat 2015, hlm. 3.
  18. ^ Sastrahidayat 2015, hlm. 4.
  19. ^ Sastrahidayat 2015, hlm. 4-5.
  20. ^ a b Sastrahidayat 2015, hlm. 5.
  21. ^ Gordon Edwards (2019). "About radioactive bananas" (PDF). Canadian Coalition for Nuclear Responsibility. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal May 15, 2017. Diakses tanggal April 24, 2019. 
  22. ^ Kraft S (August 4, 2011). "Bananas! Eating Healthy Will Cost You; Potassium Alone $380 Per Year". Medical News Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 25, 2014. Diakses tanggal October 25, 2014. 
  23. ^ a b "Ranking of potassium content per 100 grams in common fruits and vegetables". United States Department of Agriculture, National Nutrient Database for Standard Reference, Release 28. November 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 9, 2017. Diakses tanggal May 6, 2017. 
  24. ^ "What you need to know about potassium". EatRight Ontario, Dietitians of Canada. 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 3, 2019. Diakses tanggal April 24, 2019. 
  25. ^ Taylor, J.S.; Erkek, E. (2004). "Latex allergy: diagnosis and management". Dermatologic Therapy. 17 (4): 289–301. doi:10.1111/j.1396-0296.2004.04024.x. ISSN 1396-0296. PMID 15327474. 
  26. ^ Madjid, Aziza Zahwa Layla (13 Oktober 2021). Widyanti, Ni Nyoman Wira, ed. "6 Oleh-oleh Camilan Manis Khas Bandar Lampung". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-02-10. 
  27. ^ Hubeis, Musa; Dewi, W. Kania (2019). Kuliner: Suatu Identitas Ketahanan Pangan Unik. PT Penerbit IPB Press. hlm. 33. ISBN 978-602-440-683-7. 
  28. ^ Picincu, Andra (8 Oktober 2019). "Banana Vs. Apple". LIVESTRONG.COM (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-10. 
  29. ^ Putman, Jamie (12 Juli 2019). "All About Bananas: Nutrition Facts, Health Benefits, Recipes, Risks". EverydayHealth.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-10. 
  30. ^ Solomon, C (1998). Encyclopedia of Asian Food (edisi ke-Periplus). Australia: New Holland Publishers. ISBN 978-0-85561-688-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 3, 2008. Diakses tanggal May 17, 2008. 
  31. ^ Fried banana flowers Diarsipkan April 5, 2011, di Wayback Machine.. Duda Online (December 14, 2009). Retrieved on October 2, 2011.
  32. ^ "Very Good Recipes of Banana and Flowers". verygoodrecipes.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-10-06. 
  33. ^ Molly Watson. "Banana Flowers". About.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 14, 2014. Diakses tanggal May 13, 2014.  See also the link on that page for Banana Flower Salad.
  34. ^ Nasution, Khairon (2019-09-19). "Efektivitas Aplikasi Pupuk Organik Cair Jantung Pisang Barangan Dan Fungsi Mikroriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annuum L)". Universitas Medan Area. 
  35. ^ Laia, Yulianus (2018-01). "Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Bawang merah(Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Kotoran Ayam dan Pupuk Organik Cair Bonggol Pisang". 
  36. ^ Lubis 2021, hlm. 5-6.

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting