Kota Cirebon

kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia
(Dialihkan dari Cirebon)


Kota Cirebon adalah salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya di lintas utara dan tengah Jawa. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk kota Cirebon sebanyak 348.912 jiwa, dengan kepadatan 9.194 jiwa/km2.[2][5]

Kota Cirebon
Transkripsi bahasa daerah
 • Aksara Sundaᮊᮧᮒ ᮎᮄᮠᮥᮛᮀ
 • Hanacarakaꦏꦸꦛꦕꦶꦉꦧꦺꦴꦤ꧀
 • Pegonچيرٓبَون
Dari kiri ke kanan: Kantor Wali kota, Gua Sunyaragi, Keraton Kasepuhan, Masjid Raya At-Taqwa.
Bendera Kota Cirebon
Lambang resmi Kota Cirebon
Julukan: 
  • Kota Udang
  • Kota Petis
  • Kota Wali
Motto: 
Gemah ripah loh jinawi
(Jawa) Subur makmur
Peta
Peta
Kota Cirebon di Jawa Barat
Kota Cirebon
Kota Cirebon
Peta
Kota Cirebon di Indonesia
Kota Cirebon
Kota Cirebon
Kota Cirebon (Indonesia)
Koordinat: 6°44′23″S 108°33′11″E / 6.7396903°S 108.5529678°E / -6.7396903; 108.5529678
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Tanggal berdiri4 Agustus 1950[1]
Dasar hukumUU Nomor 16 Tahun 1950[1]
Hari jadi10 Agustus 1859
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 5
  • Kelurahan: 22
Pemerintahan
 • Wali KotaAgus Mulyadi (Pj.)
 • Ketua DPRDRuri Tri Lesmana
Luas
 • Total37,36 km2 (14,42 sq mi)
Peringkat92
Populasi
 (30 Juni 2023)[2]
 • Total348.912
 • Peringkat43
 • Kepadatan9,300/km2 (24,000/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 93,45% Islam
  • 0,59% Buddha
  • 0,03% Hindu
  • 0,02% Konghucu[2]
 • Bahasa
Daftar
 • IPMKenaikan 75,89 (2022)
tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
Kode BPS
3274
Kode area telepon0231
Pelat kendaraanE
Kode Kemendagri32.74
Kode SNI 7657:2023CRB
DAURp 605.092.285.000,00 (2020)
Semboyan daerahBerintan
(Bersih, indah, tenteram, aman)
Flora resmiGayam[4]
Fauna resmiUdang rebon
Situs webwww.cirebonkota.go.id

Pada awalnya Cirebon berasal dari kata sarumban,[6] Cirebon adalah sebuah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gedeng Tapa. Lama-kelamaan Cirebon berkembang menjadi sebuah desa yang ramai yang kemudian diberi nama Caruban[7] (carub dalam bahasa Jawa artinya bersatu padu). Diberi nama demikian karena di sana bercampur para pendatang dari beraneka bangsa di antaranya Jawa, Sunda, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya bangsa Arab), agama, bahasa, dan adat istiadat. kemudian pelafalan kata caruban berubah lagi menjadi carbon dan kemudian cirebon.

Selain karena faktor penamaan tempat penyebutan kata cirebon juga dikarenakan sejak awal mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah pekerjaan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai, serta pembuatan terasi, petis dan garam. Dari istilah air bekas pembuatan terasi yang terbuat dari sisa pengolahan udang rebon inilah berkembang sebutan cai-rebon (bahasa Sunda: air rebon), yang kemudian menjadi cirebon.[8]

Sejarah sunting

 
Balai Kota Cirebon (1927)

Menurut Manuskrip Purwaka Caruban Nagari, pada abad 15 di pantai Laut Jawa ada sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati. Pada waktu itu sudah banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat. Pengurus pelabuhan adalah Ki Gedeng Alang-Alang yang ditunjuk oleh penguasa Kerajaan Galuh (Pajajaran). Dan di pelabuhan ini juga terlihat aktivitas Islam semakin berkembang. Ki Gedeng Alang-Alang memindahkan tempat permukiman ke tempat permukiman baru di Lemahwungkuk, 5 km arah selatan mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh. Sebagai kepala permukiman baru diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang dengan gelar Kuwu Cerbon.

Pada Perkembangan selanjutnya, Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar Cakrabumi. Pangeran inilah yang mendirikan Kerajaan Cirebon, diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh. Oleh karena itu Raja Galuh mengirimkan utusan ke Cirebon Untuk menanyakan upeti rebon terasi ke Adipati Cirebon, namun ternyata Adipati Cirebon berhasil meyakinkan para utusan atas kemerdekaan wilayah cirebon.

Dengan demikian berdirilah daerah otonomi baru di Cirebon dengan Pangeran yang menjabat sebagai adipati dengan gelar Cakrabuana. Berdirinya daerah Cirebon menandai diawalinya Kerajaan Islam Cirebon dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan Asia Tenggara.[9]

Kemudian pada tanggal 7 Januari 1681 Cirebon secara politik dan ekonomi berada dalam pengawasan pihak VOC, setelah penguasa Cirebon waktu itu menandatangani perjanjian dengan VOC.[10]

Pada tahun 1858, di Cirebon terdapat 5 toko eceran dua perusahaan dagang. Pada tahun 1865, tercatat ekspor gula sejumlah 200.000 pikulan (kuintal), dan pada tahun 1868 ada tiga perusahaan Batavia yang bergerak di bidang perdagangan gula membuka cabang di Cirebon. Pada tahun 1877 Cirebon sudah memiliki pabrik es. Pipa air minum yang menghubungkan sumur-sumur artesis dengan perumahan dibangun pada tahun 1877.[11]

Pada masa kolonial pemerintah Hindia Belanda, tahun 1906 Cirebon disahkan menjadi Gemeente Cheribon dengan luas 1.100 ha dan berpenduduk 20.000 jiwa (Stlb. 1906 No. 122 dan Stlb. 1926 No. 370). Kemudian pada tahun 1942, Kota Cirebon diperluas menjadi 2.450 ha dan tahun 1957 status pemerintahannya menjadi Kotapraja dengan luas 3.300 ha, setelah ditetapkan menjadi Kotamadya tahun 1965 luas wilayahnya menjadi 3.600 ha.

Etimologi sunting

Cirebon dikenal dengan nama Kota Udang[12] dan Kota Wali. Selain itu kota Cirebon disebut juga sebagai Caruban Nagari (penanda gunung Ceremai)[13] dan Grage (Negeri Gede dalam bahasa Cirebon berarti kerajaan yang luas).[14] Sebagai daerah pertemuan budaya antara Suku Jawa, Suku Sunda, Bangsa Arab, Tiongkok dan para pendatang dari Eropa sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon dalam berbahasa biasa menyerap kosakata bahasa-bahasa tersebut ke dalam bahasa Cirebon. Misalkan saja, kata Murad yang artinya bersusun (serapan dari bahasa Arab), kata taocang yang berarti kucir (serapan dari bahasa etnis Tionghoa), serta kata sonder yang berarti tanpa (serapan dari bahasa Belanda),[15][16]

Geografi sunting

Titik 0 (nol) Kota Cirebon terletak pada 6°43′10.5″S 108°34′18.7″E / 6.719583°S 108.571861°E / -6.719583; 108.571861 pantai Utara Pulau Jawa, bagian timur Jawa Barat, memanjang dari barat ke timur 8 kilometer, Utara ke Selatan 11 kilometer dengan ketinggian dari permukaan laut 5 meter (termasuk dataran rendah). Kota Cirebon dapat ditempuh melalui jalan darat sejauh 130 km dari arah Kota Bandung dan 258 km dari arah Kota Jakarta.

Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya. Luas Kota Cirebon adalah 39,466 km² dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%).[5]

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 75 tahun 2018 tentang Batas Daerah Kabupaten Cirebon Dengan Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat menjadi dasar penentuan koordinat perbatasan wilayah Kota Cirebon dengan Kabupaten Cirebon untuk batas Sebelah Utara, Sebelah Barat dan Sebelah Selatan Kota Cirebon, sedangkan Sebelah Timur dibatasi Laut Jawa.

Sebagian besar wilayah merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0-2000 dpl, sementara kemiringan lereng antara 0-40 % di mana 0-3 % merupakan daerah berkarateristik kota, 3-25 % daerah transmisi dan 25-40 % merupakan pinggiran. Kota ini dilalui oleh beberapa sungai di antaranya Sungai Kedung Pane, Sungai Sukalila, Sungai Kesunean, dan Sungai Kalijaga.[5]

Iklim sunting

Kota Cirebon termasuk daerah iklim tropis dengan tipe iklim muson tropis (Am). Kelembapan udara berkisar antara ± 48-93% dengan kelembapan udara tertinggi terjadi pada bulan Januari-Maret dan angka terendah terjadi pada bulan Juni-Agustus. Rata-rata curah hujan tahunan di kota Cirebon ± 2260 mm/tahun dengan jumlah hari hujan ± 155 hari. Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, iklim di kota Cirebon termasuk dalam tipe iklim C dengan nilai Q ± 37,5% (persentase antara bulan kering dan bulan basah). Musim hujan jatuh pada bulan Oktober-April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Juni-September.

Keadaan angin terdapat tiga macam angin:

  • Angin Musim Barat: antara Desember sampai Maret
  • Angin Pancaroba: antara April dan November
  • Angin Musim Timur: antara Mei sampai Oktober
Data iklim Kota Cirebon, Jawa Barat
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30.9
(87.6)
30.5
(86.9)
31.5
(88.7)
31.8
(89.2)
32.3
(90.1)
32.1
(89.8)
32.2
(90)
32.4
(90.3)
32.6
(90.7)
33.3
(91.9)
32.9
(91.2)
31.9
(89.4)
32.03
(89.65)
Rata-rata harian °C (°F) 26.8
(80.2)
26.7
(80.1)
27.2
(81)
27.5
(81.5)
27.5
(81.5)
27.3
(81.1)
27.2
(81)
27.4
(81.3)
27.9
(82.2)
28.1
(82.6)
27.9
(82.2)
27.3
(81.1)
27.4
(81.32)
Rata-rata terendah °C (°F) 22.7
(72.9)
22.6
(72.7)
22.9
(73.2)
23
(73)
22.9
(73.2)
22.4
(72.3)
22.2
(72)
22.3
(72.1)
23.3
(73.9)
23.5
(74.3)
23
(73)
22.7
(72.9)
22.79
(72.96)
Presipitasi mm (inci) 455
(17.91)
391
(15.39)
338
(13.31)
238
(9.37)
132
(5.2)
65
(2.56)
30
(1.18)
15
(0.59)
19
(0.75)
63
(2.48)
210
(8.27)
330
(12.99)
2.286
(90)
Rata-rata hari hujan 23 21 20 17 11 6 3 1 1 5 15 19 142
% kelembapan 87 86 85 83 82 80 77 73 72 74 79 83 80.1
Rata-rata sinar matahari bulanan 178 186 215 227 235 260 274 289 291 278 251 190 2.874
Sumber #1: Climate-Data.org[17]
Sumber #2: BMKG [18] Weatherbase[19]

Panorama Perkotaan sunting

 
Downtown (Pusat Kota)

Pemerintahan sunting

 
Titik nol kilometer kota Cirebon

Setelah berstatus Gemeente Cirebon pada tahun 1906, kota ini baru dipimpin oleh seorang Burgermeester (wali kota) pada tahun 1920 dengan wali kota pertamanya adalah J.H. Johan. Kemudian dilanjutkan oleh R.A. Scotman pada tahun 1925. Pada tahun 1926 Gemeente Cirebon ditingkatkan statusnya oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi stadgemeente, dengan otonomi yang lebih luas untuk mengatur pengembangan kotanya. Selanjutnya pada tahun 1928 dipilih J.M. van Oostrom Soede sebagai wali kota berikutnya.

Pada masa pendudukan tentara Jepang ditunjuk Asikin Nataatmaja sebagai Shitjo (wali kota) yang memerintah antara tahun 1942-1943. Kemudian dilanjutkan oleh Muhiran Suria sampai tahun 1949, sebelum digantikan oleh Prinata Kusuma.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pemerintah Kota Cirebon berusaha mengubah citra Kota Cirebon yang telah terbentuk pada masa kolonial Belanda dengan simbol dan identitas kota yang baru, berbeda dari sebelumnya. di mana kota ini dikenal dengan semboyannya per aspera ad astra (dari duri onak dan lumpur menuju bintang), kemudian diganti dengan motto yang digunakan saat ini.

Pada tahun 2010 berdasarkan survei persepsi kota-kota di seluruh Indonesia oleh Transparency International Indonesia (TII), kota ini termasuk kota terkorup di Indonesia bersama dengan Kota Pekanbaru, hal ini dilihat dari Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (IPK-Indonesia) 2010 yang merupakan pengukuran tingkat korupsi pemerintah daerah di Indonesia, kota ini sama-sama mendapat nilai IPK sebesar 3.61, dengan rentang indeks 0 sampai 10, 0 berarti dipersepsikan sangat korup, sedangkan 10 sangat bersih. Total responden yang diwawancarai dalam survei yang dilakukan antara Mei dan Oktober 2010 adalah 9237 responden, yang terdiri dari para pelaku bisnis.[20][21]

Wali Kota sunting

 
Kantor Wali kota Cirebon

Wali Kota Cirebon adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kota Cirebon. Wali kota Cirebon bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Jawa Barat. Saat ini Wali Kota Cirebon dijabat oleh Penjabat Wali Kota yang ditugaskan oleh Kementerian Dalam Negeri karena jabatan lowong menunggu terpilihnya Wali Kota definitif hasil Pilkada Cirebon 2024 yang dilakukan secara serentak. Penjabat Wali Kota yang sedang menjabat saat ini adalah Agus Mulyadi yang sebelumnya merupakan Sekretaris Daerah Kota Cirebon.[22]

Wali kota atau kepala daerah terpilih pada pemilu sebelumnya dan menjabat di Kota Cirebon ialah Nasrudin Azis, dengan wakil wali kota Eti Herawati. Mereka menang pada Pemilihan umum Wali Kota Cirebon 2018. Pada periode sebelumnya, Nasrudin menjabat sebagai wakil wali kota, bersama dengan wali kota Ano Sutrisno. Namun, Ano Sutrisno meninggal dunia pada 19 Februari 2015, dan Nasrudin menjadi wali kota sejak 26 Maret 2015. Untuk Pemilihan Wali Kota 2018, ia berpasangan dengan Eti Herawati dan memenangkan pemilihan tersebut. Mereka dilantik oleh gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, pada tanggal 12 Desember 2018 di Gedung Sate Kota Bandung, untuk periode 2018-2023.[23]

Wali Kota Mulai jabatan Akhir jabatan Wakil Wali Kota
  Agus Mulyadi
(Penjabat)
13 Desember 2023 Petahana Lowong

Dewan Perwakilan sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Cirebon dalam dua periode terakhir.[24][25]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 2   2
Gerindra 3   6
PDI-P 7   6
Golkar 4   3
NasDem 4   4
PKS 3   3
PPP 2   3
PAN 3   3
Hanura 3   1
Demokrat 3   4
PKPI 1   0
Jumlah Anggota 35   35
Jumlah Partai 11   10


Anggota DPRD Kota Cirebon pada tahun 2015 sebanyak 36 orang, yang terdiri 26 laki-laki dan 10 perempuan. Anggota DPRD tersebut terbagi ke dalam 9 fraksi, Anggota fraksi terbanyak adalah Fraksi PDIP dengan 7 anggota, Fraksi Golkar 6 anggota, Fraksi Partai Nasdem 4 anggota, Fraksi Partai Gerindra 3 anggota, Fraksi Partai Demokrat 3 anggota, Fraksi PAN 3 anggota, Fraksi PKS 3, Fraksi Partai Hanura 3 dan Fraksi Bangkit Persatuan 3 anggota.[26]

Kecamatan sunting

Kota Cirebon memiliki 5 kecamatan dan 22 kelurahan dengan luas wilayah 39,44 km²[27]. Pada tahun 2017 jumlah penduduknya mencapai 325.767 jiwa dan sebaran penduduk 8.719 jiwa/km².Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Cirebon, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
32.74.03 Harjamukti 5
32.74.01 Kejaksan 4
32.74.05 Kesambi 5
32.74.02 Lemahwungkuk 4
32.74.04 Pekalipan 4
TOTAL 22


Luas wilayah administrasi Pemerintah Kota Cirebon adalah 38,10 km2, pada tahun 2014 terdiri dari 5 wilayah kecamatan, 22 kelurahan, 247 Rukun Warga (RW), dan 1.352 Rukun Tetangga (RT). Harjamukti adalah kecamatan terluas (47%), kemudian berturut-turut Kesambi (22%), Lemahwungkuk (17%), Kejaksan (10%) dan Pekalipan (4%).

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di Pemerintahan Kota Cirebon pada tahun 2015 mencapai 6.197 orang.

Demografi sunting

Penduduk sunting

 
Papan nama jalan Cipto Mangunkusumo Cirebon

Menurut hasil Suseda Jawa Barat Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Cirebon telah mencapai jumlah 298 ribu jiwa. Dengan komposisi penduduk laki-laki sekitar 145 ribu jiwa dan perempuan sekitar 153 ribu jiwa, dan rasio jenis kelamin sekitar 94,85

Penduduk Kota Cirebon tersebar di lima kecamatan, kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Pekalipan sebesar 21,5 ribu jiwa/km², terpadat kedua adalah Kecamatan Kejaksan 11,8 ribu jiwa/km², kemudian Kecamatan Kesambi 8,8 ribu jiwa/km², Kecamatan Lemahwungkuk 8,45 ribu jiwa/km², dan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Harjamukti hampir 5,48 ribu jiwa/km².

Pada akhir tahun 2014, kota Cirebon berpenduduk 384.000 jiwa, naik dari 300.434 jiwa pada Tahun 2012. PDRB per kapita kota ini pada tahun 2012 sebesar Rp43,65 juta (menurut harga berlaku) atau Rp19,78 juta (menurut harga konstan 2000). Menurut BPS Kota Cirebon, secara riil daya beli penduduk kota ini pada tahun 2012 tumbuh 5,2% dibandingkan tahun 2011. Pertumbuhan ini terpantau terus meningkat dalam empat tahun terakhir.

Suku bangsa sunting

 
Tari Topeng Cirebon

Cirebon sebagai kota pelabuhan pada masa lalu menjadi tempat berniaga oleh pedagang-pedagang dari berbagai etnis. Dari sinilah mereka menikah dengan warga lokal atau sesamanya, dan menetap di kota ini. Oleh karena itu di Kota Cirebon mudah dijumpai beberapa etnis. Karena kemajemukan masyarakatnya, Cirebon bahkan pernah disebut sebagai "Kota Sejuta Etnis" pada masa lalu[28].

Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2000, sebagian besar penduduk Kota Cirebon adalah orang Cirebon (jawa cirebonan). Suku Jawa dan Sunda memiliki jumlah yang cukup signifikan. Penduduk dari keturunan Tionghoa juga terdapat di Kota Cirebon, seterusnya disusul oleh suku Batak, Minangkabau, dan suku lainnya. Berikut adalah besaran penduduk Kota Cirebon berdasarkan suku bangsa sesuai data Sensus Penduduk tahun 2000;[29]

No Suku Jumlah (2000) %
1 Cirebon 149.171 54,95%
2 Jawa 53.747 19,80%
3 Sunda 34.589 12,74%
4 Tionghoa 12.124 4,47%
5 Batak 1.600 0,59%
6 Betawi 1.518 0,56%
7 Minangkabau 994 0,36%
8 Suku lainnya 17.722 6,53%
Kota Cirebon 271.465 100%

Catatan: Suku Lainnya sudah termasuk suku-suku sisanya yang membentuk populasi Kota Cirebon seperti: Madura, dan Bali.

Perhubungan sunting

 
Stasiun Besar Kejaksan (Cirebon)

Kota Cirebon terletak di wilayah strategis yang merupakan titik bertemunya jalur menghubungkan dua kota utama di Pulau Jawa, yakni Jakarta serta Surabaya melalui lintas tengah dan utara Jawa. Semua jenis transportasi itu baik transportasi darat, rel, laut, dan udara saling berintegrasi mendukung pembangunan di kota Cirebon. Kota Cirebon memiliki terminal bus tipe A, yaitu Terminal Harjamukti yang melayani layanan bus antarkota menuju berbagai tujuan di Pulau Jawa.

Kota Cirebon memiliki dua stasiun kereta api, yakni Stasiun Cirebon atau Stasiun Kejaksan dan Stasiun Cirebon Prujakan. Stasiun Cirebon berarsitektur khas kolonial Belanda dan melayani kereta api antarkota kelas eksekutif dan campuran di lintas tengah dan utara Pulau Jawa, sedangkan Stasiun Cirebon Prujakan hanya melayani sebagian kecil kereta api antarkota kelas campuran dan seluruh kereta api antarkota kelas ekonomi maupun kereta api aglomerasi seperti KA Kaligung.

Pelabuhan Cirebon saat ini hanya digunakan untuk pengangkutan batu bara dan kebutuhan pokok dari pulau-pulau lain di Indonesia. Bandar Udara Cakrabuana merupakan bandar udara di Kota Cirebon saat ini hanya dijadikan sebagai bandara khusus sekolah penerbangan dan militer. Namun penerbangan komersial untuk Kota Cirebon dilayani di Bandar Udara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka. Di kota ini masih terdapat Becak khas Cirebon sebagai sarana transportasi rakyat sekaligus sarana untuk wisata keliling kota.

Pengangkutan dan Komunikasi sunting

Menurut catatan Dinas Kimpraswil Kota Cirebon, panjang jalan di Kota Cirebon pada tahun 2009, tercatat panjangnya mencapai 166.686 km. Dari panjang jalan tersebut, sebagian besar (99%) adalah jalan yang sudah diaspal yaitu sepanjang 165.217 km; dan sepanjang 1.448 km (1%) adalah jalan berkerikil. Dilihat dari kondisi jalan, sepanjang 161.439 km kondisinya baik, dan sekitar 4.141 km kondisi sedang, serta sebanyak 1,08 km kondisinya rusak, baik rusak berat maupun ringan.

Jumlah sepeda motor, mobil penumpang, dan mobil barang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 jumlah sepeda motor tercatat sebanyak 80.714 buah dan pada tahun 2008 jumlahnya meningkat menjadi 109.961 buah.

Kegiatan di pelabuhan laut Cirebon sepanjang tahun 2006-2009 mengalami penurunan dari 1.809 kapal yang berlabuh pada tahun 2006 menjadi 1.630 kapal yang berlabuh pada tahun 2009. Dari sejumlah kapal tersebut 40 kapal merupakan jenis pelayaran luar negeri, sebanyak 1.488 kapal merupakan jenis kapal pelayaran dalam negeri, 132 kapal merupakan pelayaran rakyat. Arus barang berdasarkan perdagangan di pelabuhan Cirebon didominasi oleh bongkar muat antar pulau.

Lalu lintas penerbangan melalui Bandara Penggung Cirebon mengalami peningkatan dari sebanyak 899 pesawat pada tahun 2009 menjadi 1.110 pesawat pada tahun 2010. Pada tahun 2010 juga terjadi peningkatan volume keberangkatan pesawat, karena pada 2010 terdapat 1.117 pesawat yang berangkat dari bandara Penggung.

Penumpang yang diangkut melalui stasiun Cirebon pada tahun 2009 telah mencapai 683.912 orang. Bulan Juni merupakan jumlah penumpang kereta api terbanyak yaitu mencapai 70.145 orang, sedangkan yang terendah terjadi di bulan Februari yang mencapai 40.914 orang.

Data pengiriman surat dalam negeri melalui kantor pos. Tercatat pengiriman surat dalam negeri tahun 2009 tercatat sebanyak 541.912 surat. Untuk jenis pengiriman surat yang terbanyak masih pengiriman surat biasa, kemudian pengiriman surat kilat khusus dan pengiriman surat kilat.[30]

Perekonomian sunting

Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografis yang strategis dan karakteristik sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa. Tomé Pires dalam Suma Orientalnya sekitar tahun 1513 menyebutkan Cirebon merupakan salah satu sentra perdagangan di Pulau Jawa. Setelah Cirebon diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1859, pelabuhan Cirebon ditetapkan sebagai transit barang ekspor-impor dan pusat pengendalian politik untuk kawasan di pedalaman Jawa.

Sampai tahun 2001 kontribusi perekonomian untuk Kota Cirebon adalah industri pengolahan (41,32%), kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (29,8%), sektor pengangkutan dan komunikasi (13,56%), sektor jasa-jasa (6,06%). Sedangkan sektor lainnya (9,26%) meliputi sektor pertambangan, pertanian, bangunan, listrik, dan gas rata-rata 2-3%.

Salah satu wujud usaha di sektor informal adalah pedagang kaki lima, Kota Cirebon yang sering menjadi sasaran urbanisasi memiliki jumlah PKL yang cukup signifikan pada setiap tahunnya. Fenomena ini di satu sisi menggembirakan karena menunjukkan dinamika ekonomi akar rumput, tetapi di sisi lain jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan persoalan yang serius di sektor ketertiban dan tata ruang.

Perusahaan rokok multinasional, British American Tobacco (BAT), merupakan salah satu produsen rokok yang pernah berdiri di Kota Cirebon. Namun pada tahun 2010, guna mengefisiensikan produksinya, merelokasi pabrik di Kota Cirebon ke Kota Malang. Kota Cirebon memiliki 12 kompleks ruko, 13 bangunan plaza dan mall serta 12 pasar tradisional.

Pada triwulan I 2010, Kota Cirebon mengalami laju inflasi tertinggi dibandingkan dengan kota lainnya di Jawa Barat. Faktor pendorong kenaikan laju inflasi terutama berasal dari kelompok transpor, komunikasi dan jasa, keuangan serta pendidikan, pariwisata, dan olahraga.

Kelompok Triwulan II 2009 Triwulan III 2009 Triwulan IV 2009 Triwulan I 2010
Bahan makanan 1.84 3.72 4.68 3.58
Makanan jadi 7.67 6.55 5.99 5.30
Perumahan 9.17 4.11 3.64 2.31
Sandang 6.45 8.41 10.77 2.00
Kesehatan 6.85 6.68 5.48 2.53
Pendidikan 25.06 7.96 8.15 7.01
Transporstasi -6.67 -5.50 -2.95 2.29
Total 5.23 3.67 4.11 3.54
Inflasi Tahunan Kota Cirebon Menurut Kelompok Barang dan Jasa
Sumber:[31]

Kelompok transpor Kota Cirebon mengalami laju inflasi yang cukup tinggi karena kenaikan harga BBM nonsubsidi serta tarif jasa keuangan. Sementara itu, tarif kursus/pelatihan di Kota Cirebon relatif tinggi dibandingkan dengan kota-kota lainnya, sehingga mendorong tingginya inflasi kelompok pendidikan.

Keuangan dan Harga sunting

Pada tahun anggaran 2007 penerimaan mencapai 510,2 miliar rupiah, sementara itu pada tahun anggaran 2010 meningkat menjadi 758,7 miliar rupiah. Pos penerimaan terbesar masih diperoleh dari bagian Dana Perimbangan yaitu sebesar 489,3 miliar rupiah atau sekitar 64,5 persen dari seluruh penerimaan daerah, penerimaan terbesar kedua berasal dari Bagian Pendapatan Asli Daerah yaitu sebesar 115,2 miliar rupiah atau sebesar 15,2 persen dari seluruh penerimaan daerah.

Besarnya Dana Perimbangan ini, terutama merupakan kontribusi dari dana alokasi umum (DAU) kepada pemerintah daerah Kota Cirebon yang pada tahun 2010 jumlahnya mencapai 412 miliar rupiah atau sebesar 84,2 persen dari total penerimaan. Pada tahun anggaran 2010 ini untuk realisasi belanja tidak langsung dan belanja langsung, tercatat belanja tidak langsung langsung sebesar 419,4 miliar rupiah dan belanja langsung sebesar 350,7 miliar rupiah. Dari sejumlah belanja tidak langsung, yang menggunakan keuangan terbesar adalah untuk pos belanja pegawai yaitu sebesar 347 miliar rupiah. Sementara itu untuk belanja langsung, pos terbesar adalah untuk belanja barang dan jasa yaitu sebesar 118,2 miliar.

Jumlah Koperasi di kota Cirebon tahun 2010 sebanyak 244 buah koperasi dengan anggota aktif sebanyak 29.089 orang. Angka tersebut menurun dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 271 buah koperasi.[32]

Pelayanan umum sunting

Listrik sunting

Listrik selain untuk menunjang kegiatan ekonomi seperti industri, juga untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan cara membuat kemudahan penduduk beraktivitas.

Dari data kelistrikan yang disajikan, tercatat jumlah pelanggan pengguna listrik mencapai pelanggan pada tahun 2010, dengan rincian sekitar 89,04 persen adalah pelanggan rumah tangga (R) dan 7,73 persen pelanggan bisnis (B), pelanggan golongan tarif sosial (S) sekitar 2,05 persen. Pelanggan industri hanya 0,16 persen. Daya terpasang pada tahun 2008 ini sebesar 133.655.500 KVA.[33]

Air Minum sunting

Penyedian sumber air minum sangat penting untuk sebuah kota seperti Kota Cirebon yang merupakan sebagian wilayahnya berbatasan dengan pantai, yang cenderung sebagian besar sumber airnya tidak layak untuk air minum. Oleh karena itu, ketersediaan air oleh PDAM menjadi sangat penting.

Produksi air oleh PDAM Kota Cirebon, dalam kurun 2006- 2009 jumlah produksi air minum cenderung berfluktuasi, pada tahun 2006 produksi air mencapai 23.425.965 m3, kemudian menjadi 26.245.072 m3 (2007) dan turun pada tahun 2008 menjadi 25.432.691 m3, dan naik kembali menjadi 25.455.687 m3 pada tahun 2008. Untuk air yang disalurkan pada tahun 2009 mencapai 18.682.035 m3. Dengan rincian, air minum yang disalurkan pada rumah tangga sebesar 13.554.294 m3 ; hotel, objek wisata dan industri sebesar 2.552.822 m3 ; Badan Sosial/Rumah Sakit sebesar 733.357 m3 .

Nilai penjualan air minum pada tahun 2009 mencapai 27.994 juta rupiah, turun sebesar 2,07 persen dibandingkan dengan tahun 2008. Nilai penjualan terbesar dihasilkan dari penjualan kepada golongan pelanggan rumah tangga dengan nilai sebesar 17.793 juta rupiah atau 63,56 persen dari total penjualan.[34]

Hampir 93% penduduknya telah terlayani oleh layanan air bersih dari PDAM Cirebon, mayoritas pelanggan air bersih di kota ini adalah rumah tangga (90,37% atau sebanyak 59.006) dari jumlah total sambungan yang ada (65.287).[35]

Kesehatan sunting

Sejak pemerintah Hindia Belanda, Kota Cirebon telah memiliki rumah sakit yang bernama Oranje, yang diresmikan penggunaannya pada 31 Agustus 1921 dan mulai beroperasi sejak tanggal 1 September 1921.

Pada tahun 2009 di Kota Cirebon telah tersedia sekitar 6 rumah sakit umum, 4 rumah sakit bersalin, 21 Puskesmas, 15 Puskemas Pembantu, 20 Puskesmas Keliling, serta 85 Apotik, dan 31 Toko Obat.[butuh pemastian] Dengan jumlah tenaga medis seperti dokter spesialis sekitar 94 orang, dan 118 dokter umum, 45 dokter gigi, 847 perawat, serta 278 bidan.[36]

Catatan BKKBN menyebutkan bahwa Cirebon, bersama dengan Kabupaten Bandung, Cianjur, dan Garut, di tahun 2022, menjadi daerah berstatus darurat stunting. Hal ini disebabkan persentase stunting pada anak berusia di bawah 12 tahun[butuh rujukan] mencapai lebih dari 30%.[37]

Rumah sakit sunting

Pendidikan sunting

Jumlah sekolah yang ada di Kota Cirebon, terdapat 160 Sekolah Dasar sederajat, 52 Sekolah Menengah Pertama sederajat, 58 Sekolah Menengah Atas sederajat, dan 19 Sekolah Menengah Kejuruan. Sementara untuk perguruan tinggi, diantaranya:[38]

Pendidikan formal SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA atau MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 160 52 58 19 14
Data sekolah di Kota Cirebon
Sumber:[39][40]

Pariwisata sunting

 
Bangunan Mande Karesmen pada kompleks keraton Kasepuhan terlihat para Wiyaga (penabuh gamelan) sedang berdiskusi di sela-sela prosesi penabuhan gong Sekati pada Idul Fitri 2014, dari jajaran Wiyaga terlihat Ki Waryo (anak dari Ki Empek) duduk paling kanan, Ki Adnani dan kemudian Ki Encu

Kota Cirebon memiliki wisata tentang sejarah kejayaan kerajaan Islam, kisah para wali, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid At-Taqwa Cirebon, kelenteng kuno, dan bangunan-bangunan peninggalan zaman Belanda. Kota ini juga menyediakan bermacam kuliner khas Cirebon, dan terdapat sentra kerajinan rotan serta batik.

Di kota Cirebon terdapat keraton di dalam kota, yakni Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Keraton tersebut memiliki arsitektur gabungan dari elemen kebudayaan Islam, Tiongkok, dan Belanda. Ciri khas bangunan keraton selalu menghadap ke utara dan ada sebuah masjid di dekatnya. Setiap keraton mempunyai alun-alun sebagai tempat berkumpul, pasar dan patung macan di taman atau halaman depan sebagai perlambang dari Prabu Siliwangi, tokoh sentral terbentuknya kerajaan Cirebon. Ciri lain adalah piring porselen asli Tiongkok yang jadi penghias dinding. Beberapa piring konon diperoleh dari Eropa saat Cirebon jadi pelabuhan pusat perdagangan Pulau Jawa.[butuh rujukan]

Kota Cirebon memiliki beberapa kawasan taman di antaranya Taman Air Sunyaragi dan Taman Ade Irma Suryani. Taman Air Sunyaragi memiliki teknologi pengaliran air yang canggih pada masanya, air mengalir di antara teras-teras tempat para putri raja bersolek, halaman rumput hijau tempat para kesatria berlatih, ditambah menara dan kamar istimewa yang pintunya terbuat dari tirai air. Sementara beberapa masakan khas kota ini sebagai bagian dari wisata kuliner antara lain: Sega Jamblang, Sega lengko, Empal gentong, Docang, Tahu gejrot, Kerupuk Melarat, Mendoan, Sate beber, Mi koclok, Empal asem, Nasi goreng Cirebon, Ketoprak Cirebon, Bubur ayam Cirebon, Kerupuk Udang dan sebagainya.

Bangunan bersejarah sunting

Kebudayaan sunting

Kebudayaan yang melekat pada masyarakat Kota Cirebon merupakan perpaduan berbagai budaya yang datang dan membentuk ciri khas tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari beberapa pertunjukan khas masyarakat Cirebon antara lain Tarling, Tari Topeng Cirebon, Sintren, Kesenian Gembyung dan Sandiwara Cirebonan.

Kota ini juga memiliki beberapa kerajinan tangan di antaranya Topeng Cirebon, Lukisan Kaca, Bunga Rotan dan Batik. Salah satu ciri khas batik asal Cirebon yang tidak ditemui di tempat lain adalah motif Mega Mendung, yaitu motif berbentuk seperti awan bergumpal-gumpal yang biasanya membentuk bingkai pada gambar utama.

Motif Mega Mendung adalah ciptaan Pangeran Cakrabuana (1452-1479), yang hingga kini masih kerap digunakan. Motif tersebut didapat dari pengaruh keraton-keraton di Cirebon. Karena pada awalnya, seni batik Cirebon hanya dikenal di kalangan keraton. Sekarang dicirebon, batik motif mega mendung telah banyak digunakan berbagai kalangan. Selain itu terdapat juga motif-motif batik yang disesuaikan dengan ciri khas penduduk pesisir.[41]

Galeri kuliner sunting

Referensi sunting

  1. ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  2. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 27 Desember 2023. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 3 Agustus 2023. 
  4. ^ satuharapan.com: Gayam, Flora Identitas 2 Kota yang Kian Langka Diarsipkan 2021-12-12 di Wayback Machine., diakses 12 Desember 2021
  5. ^ a b c "Kota Cirebon Dalam Angka 2019". Badan Pusat Statistik Kota Cirebon. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-04. Diakses tanggal 4 Februari 2020. 
  6. ^ [1] Diarsipkan 2014-10-20 di Wayback Machine.|Caruban Nagari, Menengok Cirebon pada Masa Silam
  7. ^ Pangeran Arya Carbon (1978). Purwaka Caruban nagari: (asal mula berdirinya negara Cerbon). Penyalur Tunggal Pustaka Nasional Sudiam. 
  8. ^ Hariwijaya. M. 2007. Kerajaan - Kerajaan Islam di Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani
  9. ^ http://www.cirebonkota.go.id Diarsipkan 2012-08-05 di Wayback Machine. Profil Sejarah Pemerintahan Diarsipkan 2011-06-20 di Wayback Machine.
  10. ^ Universitas Indonesia, Wacana: jurnal ilmu pengetahuan budaya, Yayasan Obor Indonesia, ISSN 1411-2272
  11. ^ Lubis, Nina. 2000. Sejarah kota-kota lama di Jawa Barat. Jatinangor: Alqaprint
  12. ^ Eliot, Joshua (2001). Indonesia handbook (edisi ke-3). Footprint Travel Guides. ISBN 1-900949-51-2. 
  13. ^ dikti.go.id/ Observasi di Kota Cirebon Diarsipkan 2011-10-17 di Wayback Machine.
  14. ^ http://www.gragecirebon.wordpress.com Diarsipkan 2016-04-03 di Wayback Machine. Sejarah Cirebon Diarsipkan 2014-03-03 di Wayback Machine.
  15. ^ TD. Sudjana. 2001. Kamus Bahasa Cirebon. Bandung: Humaniora Utama Press
  16. ^ Salana. 2002. Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon. Bandung: Humaniora Utama Press
  17. ^ "Cirebon, Indonesia". Climate-Data.org. 
  18. ^ "Curah Hujan Kota Cirebon – ZOM 81 & 92" (PDF). BMKG. hlm. 57. Diakses tanggal Agustus 2021. 
  19. ^ "Cirebon, Indonesia". Weatherbase. Agustus 2020. 
  20. ^ nasional.kompas.com Pekanbaru dan Cirebon, Kota Terkorup Diarsipkan 2011-01-01 di Wayback Machine. (diakses pada 9 November 2010)
  21. ^ http://www.ti.or.id Diarsipkan 2011-06-06 di Wayback Machine. Konferensi Pers: Peluncuran Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2010 Diarsipkan 2011-09-21 di Wayback Machine. (diakses pada 9 November 2010)
  22. ^ Hidayah, Nurul (13 Desember 2023). "sekda Kota Cirebon Dilantik Jadi Penjabat Wali Kota". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 21 Desember 2023. 
  23. ^ Solehudin, Mochamad (12 Desember 2018). "Lantik Wali Kota Cirebon, Ridwan Kamil Ingatkan Integritas". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-15. Diakses tanggal 15 Februari 2022. 
  24. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Cirebon 2014-2019
  25. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Cirebon 2019-2024
  26. ^ Data dan Statistik BK Diklat Kota Cirebon www.bkdiklat.cirebonkota.go.id
  27. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2021 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan" (PDF). Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 12 September 2022. 
  28. ^ tagar.id: Cirebon, Kota Sejuta Etnis dan Budaya Diarsipkan 2021-12-23 di Wayback Machine., diakses 23 Desember 2021
  29. ^ "Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk 2000" (pdf). www.jabar.bps.go.id. 1 November 2001. hlm. 72. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-19. Diakses tanggal 20 Juni 2022. 
  30. ^ http://www.cirebonkota.go.id Diarsipkan 2012-08-05 di Wayback Machine. Pengangkutan dan komunikasi Diarsipkan 2011-08-22 di Wayback Machine.
  31. ^ "Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan I-2010" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-02-05. Diakses tanggal 2011-06-12. 
  32. ^ Cirebon Dalam Angka 2011. Katalog BPS: 1102001.3274
  33. ^ http://www.cirebonkota.go.id Diarsipkan 2012-08-05 di Wayback Machine. industri, listrik, gas dan air minum Diarsipkan 2011-08-22 di Wayback Machine.
  34. ^ http://www.cirebonkota.go.id Diarsipkan 2012-08-05 di Wayback Machine. industri listrik gas dan air minum Diarsipkan 2011-08-22 di Wayback Machine.
  35. ^ ciptakarya.pu.go.id Profil Kota Cirebon Diarsipkan 2011-11-20 di Wayback Machine. (diakses pada 16 April 2011)
  36. ^ data kesehatan Kota Cirebon Diarsipkan 2013-05-12 di Wayback Machine. (diakses pada 30 Mei 2011)
  37. ^ Arifianto, Bambang; Fahas, Eva; Nurulliah, Novianti; Kasumaningrum, Yulistyne (19 Agustus 2022). "Jabar Masih Harus Terus Berbenah". Pikiran Rakyat. Bandung. hlm. 1. 
  38. ^ "Daftar Universitas dan Perguruan Tinggi di Cirebon". tilikkana.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-07-06. Diakses tanggal 27 Juli 2022. 
  39. ^ http://www.cirebonkota.go.id Diarsipkan 2012-08-05 di Wayback Machine. Pendidikan Kota Cirebon Diarsipkan 2011-08-16 di Wayback Machine. (diakses pada 16 Mei 2011)
  40. ^ Daftar Sekolah Menengah Atas Kota Cirebon Diarsipkan 2012-01-06 di Wayback Machine. (diakses pada 20 mei 2011)
  41. ^ "Motif Batik Cirebon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-13. Diakses tanggal 2011-05-16. 
  42. ^ "Nasi Lengko, Makanan Sederhana Penggugah Selera". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-12-28. Diakses tanggal 2016-12-28. 
  43. ^ "Siroop Tjap Buah Tjampolay, Khas Cirebon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-02-24. Diakses tanggal 2011-06-05. 

Lihat pula sunting

Pranala luar sunting