Kota Makassar
Kota Makassar (Makassar: ᨀᨚᨈ ᨆᨀᨔᨑ, dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujung Pandang) adalah ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Makassar merupakan kota metropolitan terbesar di kawasan Indonesia Timur dan pada masa lalu pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur dan Provinsi Sulawesi. Makassar terletak di pesisir barat daya Pulau Sulawesi dan berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.
Kota Makassar ᨀᨚᨈ ᨆᨀᨔᨑ Ujung Pandang | ||
---|---|---|
Sulawesi ![]() | ||
![]() Dari kiri atas searah jarum jam: Karebosi Link, Trans Studio World Makassar, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Kawasan Anjungan Pantai Losari, Masjid Raya Makassar. | ||
| ||
Semboyan: Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut Ke Pantai | ||
ᨀᨚᨈ ᨆᨀᨔᨑ di Pulau Sulawesi | ||
Koordinat: 5°8′S 119°25′E / 5.133°S 119.417°E | ||
Negara | ![]() | |
Hari jadi | 9 November 1607 | |
Pemerintahan | ||
• Wali Kota | M. Iqbal Samad Suhaeb (penjabat) | |
Luas | ||
• Total | 175,77 km2 (6,787 sq mi) | |
Penduduk (2018)[1] | ||
• Total | 1.508.154 jiwa | |
• Kepadatan | 8.580/km2 (22,200/sq mi) | |
Demografi | ||
• Suku bangsa | Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Lainnya | |
• Agama | Islam 82.39% Kristen Protestan 9.61% Katolik 5.56% Buddha 1.41% Hindu 0.76% Konghucu 0.27%[2] | |
• Bahasa | Indonesia, Melayu Makassar, Makassar, Bugis | |
Zona waktu | WITA (UTC+8) | |
Kode telepon | +62 411 | |
Kecamatan | 15 | |
Desa/kelurahan | 153 | |
Bandar udara | Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin | |
Pelabuhan | Pelabuhan Soekarno Hatta | |
Situs web | makassarkota.go.id |
Menurut Bappenas, Makassar adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan Surabaya.[3][4] Dengan memiliki wilayah seluas 175,77 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa, kota ini berada di urutan kelima kota terbesar di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan.[5][6] Secara demografis, kota ini tergolong tipe multi etnik atau multi kultur dengan beragam suku bangsa yang menetap di dalamnya, di antaranya yang signifikan jumlahnya adalah Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa. Makanan khas Makassar yang umum dijumpai di pelosok kota adalah Coto Makassar, Roti Maros, Jalangkote, Bassang, Kue Tori, Palubutung, Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro.
SejarahSunting
Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit.[7] Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar.[8] Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.[8]
Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.
Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).
Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda tangani Perjanjian Bongaya.
PenamaanSunting
Kota ini dahulu bernama Ujung Pandang dan dipakai dari kira-kira tahun 1971 sampai tahun 1999. Alasan untuk mengganti nama Makassar menjadi Ujung Pandang dengan alasan politik, antara lain karena Makassar adalah nama sebuah suku bangsa padahal tidak semua penduduk kota Makassar adalah anggota dari etnik Makassar.
Perang Dunia Kedua dan pendirian Republik Indonesia sekali lagi mengubah wajah Makassar. Hengkangnya sebagian besar warga asingnya pada tahun 1949 dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing pada akhir tahun 1950-an menjadikannya kembali sebuah kota provinsi. Bahkan, sifat asli Makassar pun semakin menghilang dengan kedatangan warga baru dari daerah-daerah pedalaman yang berusaha menyelamatkan diri dari kekacauan akibat berbagai pergolakan pasca revolusi. Antara tahun 1930-an sampai tahun 1961 jumlah penduduk meningkat dari kurang lebih 90.000 jiwa menjadi hampir 400.000 orang, lebih daripada setengahnya pendatang baru dari wilayah luar kota. Hal ini dicerminkan dalam penggantian nama kota menjadi Ujung Pandang berdasarkan julukan ”Jumpandang” yang selama berabad-abad lamanya menandai Kota Makassar bagi orang pedalaman pada tahun 1971. Baru pada tahun 1999 kota ini dinamakan kembali Makassar, tepatnya 13 Oktober berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 Nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar dan sesuai Undang-Undang Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut 10.000 Ha, menjadi 27.577Ha [9]
Ujung Pandang sendiri adalah nama sebuah kampung dalam wilayah Kota Makassar. Bermula di dekat Benteng Ujung Pandang sekarang ini, membujurlah suatu tanjung yang ditumbuhi rumpun-rumpun pandan. Sekarang Tanjung ini tidak ada lagi. Nama Ujung Pandang mulai dikenal pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-X, Tunipalangga yang pada tahun 1545 mendirikan benteng Ujung Pandang sebagai kelengkapan benteng-benteng kerajaan Gowa yang sudah ada sebelumnya, antara lain Barombong, Somba Opu, Panakukang dan benteng-benteng kecil lainnya.
Setelah bagian luar benteng selesai, didirikanlah bangunan khas Gowa (Balla Lompoa) di dalamnya yang terbuat dari kayu. Sementara di sekitar benteng terbentuk kampung yang semakin lama semakin ramai. Disanalah kampung Jourpandan (Juppandang). Sedangkan Benteng dijadikan sebagai kota kecil di tepi pantai Losari.
Beberapa tahun kemudian benteng Ujung Pandang jatuh ke tangan Belanda, usai perang Makassar, dengan disetujuinya Perjanjian Bungaya tahun 1667, benteng itu diserahkan. Kemudian Speelmen mengubah namanya menjadi Fort Rotterdam. Bangunan-bangunan bermotif Gowa di Fort Rotterdam perlahan-lahan diganti dengan bangunan gaya barat seperti yang dapat kita saksikan sekarang.
Ihwal nama Kota Makassar berubah menjadi Ujung Pandang terjadi pada tanggal 31 Agustus 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1971. Tak kala itu Kota Makassar dimekarkan dari 21 kilometer persegi menjadi 115,87 Kilometer persegi, terdiri dari 11 wilayah kecamatan dan 62 lingkungan dengan penduduk sekitar 700 ribu jiwa. Pemekaran ini mengadopsi sebagian dari wilayah tiga kabupaten yakni Kabupaten Maros, Gowa dan Pangkajene Kepulauan. Sebagai “kompensasinya” nama Makassar diubah menjadi Ujung Pandang.
Tentang kejadian bersejarah tersebut, Wali kotamadya Ujung Pandang Kolonel H. M. Daeng Patompo (alm) terpaksa menyetujui perubahan, demi perluasan wilayah kota. Sebab Bupati Gowa Kolonel K. S. Mas’ud dan Bupati Maros Kolonel H.M. Kasim DM menentang keras pemekaran tersebut. Untunglah pertentangan itu dapat diredam setelah Pangkowilhan III Letjen TNI Kemal Idris menjadi penengah, Walhasil Kedua Bupati daerah tersebut, mau menyerahkan sebagian wilayahnya asalkan nama Makassar diganti.
Sejak awal proses perubahan nama Makassar menjadi Ujung Pandang, telah mendapat protes dari kalangan masyarakat. Terutama kalangan budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hukum dan pebisinis. Bahkan ketika itu sempat didekalarasikan Petisi Makassar oleh Prof. Dr. Andi Zainal Abidin Farid SH, Prof. Dr. Mattulada dan Drs. H. D. Mangemba, dari deklarasi petisi Makassar inilah polemik tentang nama terus mengalir dalam bentuk seminar, lokakarya dan sebagainya.
Beberapa seminar yang membahas tentang polemik penggantian nama Makassar antara lain:
- Seminar Makassar yang dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 1981 di Hotel Raodah, diselenggarakan oleh SOKSI Sulsel.
- Diskusi panel Makassar Bersinar diselenggarakan 10 Nopember 1991 di gedung Harian Pedoman Rakyat lantai III. “Seminar Penelusuran Hari Lahirnya Makassar”, 21 Agustus 1995 di Makassar Golden Hotel.
Namun Pemerintah Daerah maupun DPRD setempat, tidak juga tergugah untuk mengembalikan nama Makassar pada ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Nasib kota “Daeng” ini nyaris tak menentu, hingga akhirnya dipenghujung masa jabatan Presiden B.J. Habibie, nama Makassar dikembalikan, justru tanpa melalui proses yang berbelit.
Dalam konsideran Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 1999, di antaranya menyebutkan bahwa perubahan itu wujud keinginan masyarakat Ujung Pandang dengan mendapat dukungan DPRD Ujung Pandang dan perubahan ini sejalan dengan pasal 5 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1999, bahwa perubahan nama daerah, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Seiring perubahan dan pengembalian nama Makassar, maka nama Ujung Pandang kini tinggal kenangan dan selanjutnya semua elemen masyarakat kota mulai dari para budayawan, pemerintah serta masyarakat kemudian mengadakan penelurusan dan pengkajian sejarah Makassar, Hasilnya Pemerintah Daerah Nomor 1 Tahun 2000, menetapkan Hari jadi Kota Makassar, tanggal 9 Nopember 1607. Dan untuk pertama kali Hari Jadi Kota Makassar ke 393, diperingati pada tanggal 9 November 2000. Nama Makassar berasal dari sebuah kata dalam bahasa Makassar "Mangkasarak" yang berarti yang metampakkan diri atau yang bersifat terbuka.
GeografiSunting
IklimSunting
Data iklim Makassar | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.7 (87.3) |
31 (87.8) |
31.3 (88.3) |
32 (89.6) |
32.1 (89.8) |
32.5 (90.5) |
32.4 (90.3) |
34.3 (93.7) |
34.8 (94.6) |
34.6 (94.3) |
33.5 (92.3) |
31.3 (88.3) |
32.54 (90.57) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 23.2 (73.8) |
22.7 (72.9) |
23.3 (73.9) |
23.6 (74.5) |
23.4 (74.1) |
22.9 (73.2) |
21.7 (71.1) |
20.1 (68.2) |
21.2 (70.2) |
21.7 (71.1) |
22.7 (72.9) |
23 (73.4) |
22.46 (72.44) |
Presipitasi mm (inci) | 734 (28.9) |
533 (20.98) |
391 (15.39) |
235 (9.25) |
127 (5) |
66 (2.6) |
48 (1.89) |
15 (0.59) |
83 (3.27) |
83 (3.27) |
273 (10.75) |
549 (21.61) |
3.137 (123,5) |
Sumber: Weatherbase [10] |
PemerintahanSunting
Daftar Wali KotaSunting
No | Wali Kota[11] | Mulai Menjabat | Akhir Jabatan | Prd. | Ket. | Wakil Wali Kota | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Zaman Kolonial Belanda | ||||||||
J.E. Dambrink | ||||||||
J.H. de Groot | ||||||||
G.H.J. Beikenkamp | ||||||||
F.C. van Lier | ||||||||
Ch.H. ter Laag | ||||||||
J. Leewis | ||||||||
H.F. Brune | ||||||||
Zaman Kolonial Jepang | ||||||||
Yamasaki | ||||||||
Zaman Revolusi Kemerdekaan Indonesia | ||||||||
Nadjamuddin Daeng Malewa | ||||||||
H.F. Brune | ||||||||
D.M. van Swietene | ||||||||
Negara Indonesia Timur | ||||||||
Abdul Hamid Daeng Magassing | ||||||||
Charllofta Salawati | ||||||||
Republik Indonesia | ||||||||
J.M. Qaimuddin | ||||||||
J. Mewengkang | ||||||||
Sampara Daeng Lili | ||||||||
Achmad Dara Syachruddin | ||||||||
Mohammad Junus Daeng Mile | ||||||||
Abdul Latif Daeng Masikki | ||||||||
H. Arupala |
||||||||
Kol. H. Muhammad Daeng Patompo |
||||||||
Kol. Abustam |
||||||||
Kol. Jancy Raib |
||||||||
Kol. Suwahyo |
||||||||
H. Andi Malik Baso Masry, S.E., M.Si. |
||||||||
Drs. H. Baso Amiruddin Maula, S.H., M.Si. |
||||||||
Ir. H. Ilham Arief Sirajuddin, M.M. |
||||||||
Ir. H. Andi Herry Iskandar, M.Si. |
||||||||
Dr. Ir. H. Ilham Arief Sirajuddin, M.M. |
||||||||
Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto |
||||||||
Muhammad Anshar (Pelaksana Harian) |
||||||||
Dr. Muhammad Iqbal Samad Suhaeb S.E., M.T. (Penjabat) |
Dewan PerwakilanSunting
DPRD Kota Makassar 2014-2019 | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Partai | Kursi | |||||||||||
Partai Golkar | 8 | |||||||||||
Partai Demokrat | 7 | |||||||||||
Partai NasDem | 5 | |||||||||||
PKS | 5 | |||||||||||
Partai Gerindra | 5 | |||||||||||
PPP | 5 | |||||||||||
Partai Hanura | 5 | |||||||||||
PDI-P | 4 | |||||||||||
PAN | 4 | |||||||||||
PBB | 1 | |||||||||||
PKPI | 1 | |||||||||||
Total | 50 | |||||||||||
Sumber: Situs web DPRD Kota Makassar[14] |
KecamatanSunting
Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan dan 153 kelurahan.
- Biringkanaya
- Bontoala
- Kepulauan Sangkarrang
- Makassar
- Mamajang
- Manggala
- Mariso
- Panakkukang
- Rappocini
- Tallo
- Tamalanrea
- Tamalate
- Ujung Pandang
- Ujung Tanah
- Wajo
Rencana Pengembangan KotaSunting
DemografiSunting
PendudukSunting
Makassar merupakan kota yang multi etnis Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar dan Suku Bugis, sisanya berasal dari Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya.
Tahun | 1971 | 1980 | 1990 | 2000 | 2008 | 2009 | 2010 | 2018 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 434.766 | 708.465 | 944.372 | 1.130.384 | 1.253.656 | 1.272.349 | 1.338.663 | 1.508.154 |
AgamaSunting
Berdasarkan data sensus BPS Kota Makassar tahun 2015 menunjukan bahwa mayoritas penduduk menganut agama Islam sebanyak 82.39%, kemudian Kristen Protestan 9.61%, Katolik 5.56%, Buddha 1.41%, Hindu 0.76%, dan Konghucu 0.27%.[15]
TransportasiSunting
LautSunting
Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar Di Makassar, Soekarno-Hatta menjadi nama pelabuhan, khususnya pelabuhan untuk kapal penumpang dan terminal penumpang. Pelabuhan ini dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Pelindo IV).
Di area pelabuhan penumpang ini terdapat Masjid Babussalam. Masjid ini diresmikan Presiden Megawati, berbarengan dengan peresmian Terminal Petikemas Makassar, pada 21 Juli 2001. Sementara di kawasan ujung utara pelabuhan, atau ujung jalan Nusantara, terdapat awal Jalan Tol Reformasi (tol lingkar Makassar) yang menghubungkan kawasan pelabuhan dengan pusat kota. Jalan tol yang hanya sepanjang 3,1 km ini dikelola oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk. Perusahaan milik Bosowa Group ini juga jadi pengelola jalan tol Bintaro-Bumi Serpong Damai (Jakarta/Tangerang).
Paotere adalah suatu pelabuhan perahu yang terletak di Kecamatan Ujung Tanah, Makassar. Pelabuhan yang berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada Perahu Phinisi ke Malaka. Pelabuhan Paotere sekarang ini masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Phinisi dan Lambo dan juga menjadi pusat niaga nelayan.
UdaraSunting
Kota Makassar mempunyai sebuah bandara internasional, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yang pada tanggal 26 September 2008 diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang menandakan mulai pada saat itu Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin beroperasi secara penuh di mana sebelumnya telah beroperasi tetapi hanya sebagian. Bandara Hasanuddin juga memiliki taksi khusus Bandara dengan harga yang bervariasi sesuai dengan region dari daerah yang dituju serta shuttle bus khusus yang melayani jalur dari dan ke bandara baru. Bahkan banyak taksi-taksi yang gelap yang juga menawarkan jasa kepada penumpang yang baru tiba di Makassar. Pada tahun 2009 diharapkan runway yang baru telah rampung dan bisa digunakan.[16]
DaratSunting
Pete-pete adalah sebutan angkot di Makassar dan sekitarnya. Pete-pete merah adalah angkot yang berasal dari Kabupaten Gowa dan melayani pengangkutan antar kota, sedangkan pete-pete biru adalah angkot yang berasal dari Kota Makassar itu sendiri dan hanya melayani pengangkutan di wilayah Makassar saja.
- Pete-pete Smart (batal)
- Bus
- Taksi
- Becak: Makassar terkenal dengan angkutan tradisional becak. Jumlahnya sendiri mencapai 1.500 unit. Pemerintah setempat memberlakukan becak untuk pariwisata dan khusus beroperasi di sekitar kawasan wisata saja. Tarifnya tergantung kesepakatan dengan pengayuh.
- Bentor: Populasi becak motor di Makassar mulai ramai dan secara perlahan menggantikan becak. Bagian depan bentor adalah becak dan di belakangnya adalah motor.
- Ojek
- Busway BRT Mamminasata
- LRT Makassar (masih diperbincangkan)
- Kereta api (Beroprasi 2019)
EkonomiSunting
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Makassar berada di peringkat paling tinggi di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Makassar di atas 9%. Bahkan pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar mencapai angka 10,83%. Pesatnya pertumbuhan ekonomi saat itu, bersamaan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur yang mendorong perputaran ekonomi, seperti pembangunan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, jalan tol dan sarana bermain kelas dunia Trans Studio di Kawasan Kota Mandiri Tanjung Bunga.[17]
PariwisataSunting
Tempat wisataSunting
Makassar modern memiliki banyak tempat wisata yang digunakan untuk keperluan hiburan masyarakat Makassar maupun bagi wisatawan yang berasal dari kota maupun negara lain. Beberapa di antaranya yang paling digemari maayarakat makassar adalah:
- Pantai Losari
- Fort Rotterdam, merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Benteng ini merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Gowa, Kesultanan ini pernah berjaya sekitar abad ke-17 dengan ibu kota Makassar. Kesultanan ini sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengitari seluruh ibu kota. Hanya saja, Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng paling megah di antara benteng benteng lainnya dan keasliannya masih terpelihara hingga kini.
- Pantai Akarena
- Pulau Lae-Lae
- Pulau Khayangan
- Pulau Samalona
- Pantai Barombong
- Makam Raja-Raja Tallo
- Pelabuhan Paotere
- Taman Makam Pahlawan
- Trans Studio (Indoor Theme Park terbesar di Indonesia)
- Desa Wisata Delta Lakkang
- [Pulau Kapoposang]
- [Pantai Galesong Utara]
- Benteng Panyua, Dinding benteng ini kukuh menjulang setinggi 5 meter dengan tebal dinding sekitar 2 meter, dengan pintu utama berukuran kecil. Jika dilihat dari udara benteng ini berbentuk segi lima seperti penyu yang hendak masuk kedalam pantai. Karena benteng ini bentuknya mirip penyu, kadang juga benteng ini juga dinamakan Benteng Panynyua (Penyu). Benteng ini mempunyai 5 Bastion, yaitu bangunan yang lebih kukuh dan posisinya lebih tinggi di setiap sudut benteng yang biasanya ditempatkan kanon atau meriam di atasnya.
Seni BudayaSunting
- Atraksi permainan tradisional "Ma'raga", Merupakan pertunjukan permainan bola raga yang dipindahkan dari kaki ke kaki atau ke tangan, pertunjukan ini dimainkan dengan suka cita. Para pemain menggunakan pakaian adat seperti passapu dan sarung, biasanya dimainkan oleh 6 orang pemain. Pertunjukan ini akan semakin menarik ketika para pemain mulai saling menopang hingga semakin tinggi dan tetap lihai memainkan bola dan tidak terjatuh ke tanah.
- Atraksi permainan rakyat "Mappadendang".
- Tarian magis "Pepe-pepeki ri Makka".
- Tarian ritual Bissu "Ma'giri".
- Pemain gendang "Gandrang Bulo".
- Tarian-tarian tradisional seperti Tari Pakarena.
Kuliner KhasSunting
Tokoh TerkenalSunting
|
PendidikanSunting
Sekolah Menengah Atas
• SMA Katolik Rajawali Makassar • SMA Negeri 1 Makassar
Perguruan TinggiSunting
- Universitas Negeri Makassar
- Universitas Hasanuddin
- Universitas Islam Negeri Alauddin
- Universitas Bosowa
- Universitas Atma Jaya Makassar
- Universitas Indonesia Timur
- Universitas Islam Makassar
- Universitas Kristen Indonesia Paulus
- Universitas Muhammadiyah Makassar
- Universitas Muhammadiyah
- Universitas Muslim Indonesia
- Universitas Pancasakti
- Universitas Patria Artha
- Universitas Pepabri Makassar
- Universitas Sawerigading
- Universitas Teknologi Sulawesi
- Universitas Terbuka Makassar
- Universitas Veteran Republik Indonesia
- Unversitas Satria Makassar
- Universitas Fajar Makassar
- Akademi Kebidanan Sandi Karsa
- Akademi Keperawatan Gigi Sandi Karsa
- Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar
- Akademi Keperawatan Sandi Karsa
- Akademi Maritim Indonesia Makassar
- Akademi Pariwisata Makassar
- Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar
- Politeknik Kesehatan Makassar
- Politeknik Negeri Ujung Pandang
- Politeknik ATI Makassar
- STKIP YPUP Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Yappi Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIEM Bongaya) Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tri Dharma Nusantara
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Tamalatea
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik (STIK GIA) Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Handayani
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stella Maris Makassar
- Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea
- Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Nitro
- Sekolah Tinggi Informatika dan Multimedia Nusa Palapa
- Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Handayani
- Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Komputer Dipanegara
- Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Profesional Makassar
- Sekolah Tinggi Manajemen dan Informatika Komputer Kharisma Makassar
- STIEM Nitro Muhammadiyah Makassar
|}
OlahragaSunting
Klub OlahragaSunting
Sarana PrasaranaSunting
Fasilitas KotaSunting
HotelSunting
- Claro Hotel(Sebelumnya Grand Clarion)
- Imperial Arya Duta
- Grand Quality Hotel
- Hotel Horison Makassar
- Hotel Aston Makassar
- Hotel Harper Perintis Makassar
- Novotel Grand Shayla Makassar
- Hotel Sahid Jaya Makassar
- Hotel Pantai Gapura
- Swiss-Belinn Panakkukang Makassar
- Swiss-Belhotel Losari Makassar
- Hotel Santika Makassar
- Hotel Singgasana Makassar
- Hotel Makassar Golden
- Karebosi Condotel Makassar
- Four Points by Sheraton Makassar
- The Banua Hotel Makassar
- Aerotel Smile Hotel & Resto
- Aswin Hotel Latimojong
- Dalton Hotel Makassar
- Rinra Hotel Makassar
Pusat PerbelanjaanSunting
MallSunting
- Mal Panakkukang
- Mal Global Trade Center (GTC)
- Mal Ratu Indah
- Makassar Trade Center (MTC) Karebosi
- Pusat Grosir Modern (PGM) Karebosi
- Makassar Mall
- Karebosi Link
- Sarana Penyeberangan Multiguna (SPM) MTC Karebosi
- Makassar Town Square
- Trans Studio Mall Makassar
- Nipah Mall
- Panakkukang Square
- Daya Grand Square
- Pettarani Square
- Living Plaza Maricaya
- Living Plaza Pettarani
ToserbaSunting
- Grand Toserba
- Top Mode
- Indo Mode
Media Massa & KomunikasiSunting
TelevisiSunting
Kota Makassar juga memiliki beberapa stasiun televisi terdiri dari 21-stasiun televisi (16-siaran nasional dan 5-siaran lokal) seperti:
Kanal | Signal | Frekuensi | Nama | Jaringan | Nama Perusahaan Ternama(PT) | Pemilik | Status | Negara |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
23 | 487.250 MHz | UHF | Kompas TV | PT Makassar Lintas Visual Cemerlang | Kompas Gramedia | Nasional | Indonesia | |
25 | 503.250 MHz | ANTV | PT Cakrawala Andalas Televisi Makassar dan Palu | Visi Media Asia | ||||
27 | 519.250 MHz | Indosiar | PT Indosiar Lontara Televisi | Surya Citra Media | ||||
29 | 535.250 MHz | MNCTV | PT TPI Tujuh | MNC Media | ||||
31 | 551.250 MHz | Celebes TV | ANTARA TV | PT Celebes Televisi Indonesia | Bosowa Corporation | Lokal | ||
33 | 567.250 MHz | RCTI | PT RCTI Enam | MNC Media | Nasional | |||
35 | 583.250 MHz | SCTV | PT Surya Citra Dimensi Media | Surya Citra Media | ||||
37 | 599.250 MHz | TVRI Nasional | TVRI | Lembaga Penyiaran Publik TVRI | Pemerintah Indonesia | |||
TVRI Sulawesi Selatan (16:00-20:00 WITA) | Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan | Lokal | ||||||
39 | 615.250 MHz | Metro TV | PT Media Televisi Makassar | Media Group | Nasional | |||
41 | 631.250 MHz | Trans 7 | PT Trans 7 Semarang Makassar | Trans Media | ||||
43 | 647.250 MHz | GTV | PT GTV Enam | MNC Media | ||||
45 | 663.250 MHz | Trans TV | PT Trans TV Semarang Makassar | Trans Media | ||||
47 | 679.250 MHz | tvOne | PT Lativi Media Karya Makassar dan Ambon | Visi Media Asia | ||||
49 | 695.250 MHz | Fajar TV | Jawa Pos TV | PT Fajar Makassar Televisi | Grup Jawa Pos | Lokal | ||
51 | 711.250 MHz | iNews | PT Sun Televisi Makassar | MNC Media | Nasional | |||
53 | 727.250 MHz | GOTV Makassar | PT GO Media Televisi | GO Media Group | Lokal | |||
57 | 759.250 MHz | NET. | PT Cakrawala Adyswara Media | Net Visi Media | Nasional | |||
59 | 775.250 MHz | RTV | PT Cipta Abadi Televisindo | Rajawali Corpora | ||||
61 | 791.250 MHz | VE Channel | PT First Media News | BeritaSatu Media Holdings |
RadioSunting
Kota Makassar juga memiliki beberapa stasiun radio terdiri dari 28-stasiun radio bersiaran lokal seperti:
Frekuensi | Signal | Nama | Stasiun |
---|---|---|---|
828 KHz | AM | Radio Christy | |
1080 KHz | Radio Suara Victory | ||
87.7 MHz | FM | Radio Madama | |
88.5 MHz | Radio Bosowa | ||
89.3 MHz | Radio Fajar | ||
90.1 MHz | Radio Medika | ||
90.7 MHz | HOT Radio Makassar | Mega Media Indonesia | |
90.9 MHz | Radio Celebes | ||
92.9 MHz | Radio Programma 4 | Radio Republik Indonesia | |
93.3 MHz | Radio Dejavu | ||
94.4 MHz | Radio Programma 1 | Radio Republik Indonesia | |
93.9 MHz | Radio MNC Trijaya | MNC Networks | |
96.0 MHz | I-Radio Makassar | MRA Media Group | |
96.8 MHz | Radio Programma 2 | Radio Republik Indonesia | |
97.6 MHz | Radio Venus Citra Musik Indonesia | ||
98.4 MHz | Radio Makassar | ||
99.2 MHz | Radio Delta | Mahaka Media | |
99.6 MHz | Radio Al Markaz Al Islami | Masjid Al-Markaz Al-Islami | |
100.0 MHz | Radio POP Rasio Plus Makassar | Mega Media Indonesia | |
100.8 MHz | Radio Insania Makassar | Ma'had Al-Birr Unismuh Makassar | |
101.1 MHz | Radio Smart | Kompas Gramedia | |
101.9 MHz | Radio Al-Ikhwan | ||
102.7 MHz | Radio Telstar Pesona Keluarga | ||
103.5 MHz | Radio SPFM | ||
104.3 MHz | Radio Mercurius | ||
105.1 MHz | Radio Prambors | Mahaka Media | |
105.9 MHz | Radio Gamasi | ||
106.3 MHz | Radio Programma 3 | Radio Republik Indonesia | |
107.1 MHz | Radio Syiar |
Kota KembarSunting
Lihat PulaSunting
ReferensiSunting
- ^ "Kota Makassar Dalam Angka 2019". 2019-08-16. Diakses tanggal 2019-10-24.
- ^ Sulawesi Selatan Dalam Angka 2016, BPS
- ^ https://www.bappenas.go.id/files/2713/5227/9312/bag-z-74-75-cek__20090130070903__25.doc
- ^ https://books.google.co.id/books?id=MMaqCLchf9UC&pg=PT114&lpg=PT114#v=onepage&q&f=false
- ^ Kementrian Dalam Negeri:"Data jumlah penduduk dan luas wilayah" dalam Buku Induk Kode dan Data Wilayah 2013
- ^ 10 kota berpenduduk terbesar di Indonesia
- ^ Muljana 2005, hlm. 63.
- ^ a b Poelinggomang 2002, hlm. 22-23.
- ^ (http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/73/name/sulawesi-selatan/detail/7371/kota-makassar)
- ^ "Weatherbase: Makassar Indonesia Records and Averages". Weatherbase. Diakses tanggal 22 November 2011.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaSej
- ^ Gewati, Mikhael (9 Mei 2019). "Sekretaris Kota Ansar Jabat Plh Wali Kota Makassar". Kompas.com. Diakses tanggal 22 Mei 2019.
- ^ Arsyad, Syachrul (13 Mei 2019). "Lantik Iqbal Suhaeb, Gubernur Minta Pj Wali Kota Jaga Kedamaian". Sindonews. Diakses tanggal 22 Mei 2019.
- ^ [1]
- ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Agama Yang Dianut di Provinsi Sulawesi Selatan, 2015
- ^ Hasanuddin Airport
- ^ "Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tertinggi di Indonesia"
- ^ "(Pakistan, Indonesia agree to declare Peshawar, Makassar as sister cities)". PPI - Pakistan Press International. 2008-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-28.
- ^ "Kota Kembar Makassar-Constantia". Ali Mochtar Ngabalin. Diakses tanggal 2010-01-25.
Bacaan LanjutanSunting
- Poelinggomang, Edward L. (2002). Makassar Abad XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799023810. Diakses tanggal 15 Agustus 2013.
- Reid, Anthony. 1999. Charting the shape of early modern Southeast Asia. Chiang Mai: Silkworm Books. ISBN 974-7551-06-3. hal. 100-154. (sejarah awal Makassar)
- Muljana, Slamet (2005). Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit). Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. ISBN 9789798451355. Diakses tanggal 15 Agustus 2013.
Pranala luarSunting
- (Indonesia) Makassar Informasi Turis
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) Situs web informasi "Semua tentang Makassar"
- (Indonesia) Situs web Tanjung Bunga
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 10.647.383 | Kota Makassar |
7 | Palembang | Sumatra Selatan | 1.581.651 | ||
2 | Surabaya | Jawa Timur | 2.917.688 | 8 | Bandar Lampung | Lampung | 1.179.627 | |||
3 | Medan | Sumatra Utara | 2.499.838 | 9 | Batam | Kepulauan Riau | 1.071.231 | |||
4 | Bandung | Jawa Barat | 2.440.717 | 10 | Pekanbaru | Riau | 910.661 | |||
5 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.671.001 | 11 | Padang | Sumatra Barat | 898.237 | |||
6 | Semarang | Jawa Tengah | 1.667.131 | 12 | Malang | Jawa Timur | 847.391 | |||
Sumber: Kemendagri 2018 (tidak termasuk kota satelit) |