Kalimantan Barat

provinsi di Pulau Kalimantan, Indonesia

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia, yang berada di pulau Kalimantan, dengan ibu kota atau pusat pemerintahan berada di kota Pontianak.[7]

Kalimantan Barat
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanzi西加里曼丹
Dari atas, kiri ke kanan: Rumah Radakng, Istana Surya Negara Sanggau, Pakaian adat Dayak, Air Terjun Rombo Dait Landak, Vihara Thai Pak Kung Singkawang, Masjid Jami Pontianak, Kantor DPRD dan Gereja Katedral St. Joseph Pontianak
Bendera Kalimantan Barat
Motto: 
Akçaya
(Sanskerta) Tak kunjung binasa
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 9 Tahun 2022[1]
Hari jadi28 Januari 1957[2]
Ibu kotaKota Pontianak
Kota besar lainnyaKota Singkawang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 12
  • Kota: 2
  • Kecamatan: 176
  • Desa: 1970
Pemerintahan
 • GubernurHarisson Azroi (Pj.)
 • Wakil Gubernurlowong
 • Sekretaris DaerahMohammad Bari (Pj.)
 • Ketua DPRDM. Kebing L.
Luas
 • Total147.037,037 km2 (56,771,317 sq mi)
Populasi
 (30 Juli 2024)[3]
 • Total5.598.190
 • Kepadatan38/km2 (99/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 60,07% Islam
  • 5,85% Buddha
  • 0,26% Konghucu
  • 0,05% Hindu
  • 0,03% Kepercayaan[4]
 • BahasaIndonesia (resmi)
Dayak (dominan)
 • IPMKenaikan 70,47 (2023)
 tinggi [5]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
78xxx-79xxx
Kode area telepon
Daftar
  • 0561 - Pontianak, Mempawah
  • 0562 - Sambas, Singkawang, Bengkayang
  • 0563 - Ngabang
  • 0564 - Sanggau
  • 0565 - Sintang
  • 0567 - Putussibau
  • 0568 - Nanga Pinoh
  • 0534 - Ketapang
Kode ISO 3166ID-KB
Pelat kendaraanKB
Kode Kemendagri61 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS61 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 1.766.686.880.000,- (2020)[6]
Lagu daerah"Cik Cik Periook"
Flora resmiTengkawang tungkul
Fauna resmiEnggang gading
Situs webwww.kalbarprov.go.id
Kalimantan Barat
Hanzi: 西加里曼丹省

Luas wilayah provinsi Kalimantan Barat adalah 147.307,00 km² (7,53% luas Indonesia).[8][9] Pada tahun 2020, penduduk Kalimantan Barat berjumlah 5.414.390 jiwa, dengan kepadatan 37 jiwa/km2, dan pada pertengahan tahun 2024 berjumlah 5.598.190 jiwa.[3][4]

Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.

Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia.[10] Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau.

Fauna

Sejarah

 
Provinsi Borneo saat masa awal kemerdekaan, tahun 1945.

Bakulapura atau Tanjungpura merupakan taklukan Kerajaan Singhasari. Wilayah kekuasaan Tanjungpura membentang dari Tanjung Dato sampai Tanjung Sambar. Pulau Kalimantan kuno terbagi menjadi 3 wilayah negara kerajaan induk: Borneo (Brunei), Sukadana (Tanjungpura) dan Banjarmasin (Bumi Kencana). Tanjung Dato adalah perbatasan wilayah mandala Borneo (Brunei) dengan wilayah mandala Sukadana (Tanjungpura), sedangkan Tanjung Sambar batas wilayah mandala Sukadana/Tanjungpura dengan wilayah mandala Banjarmasin (daerah Kotawaringin).[11][12] Daerah aliran Sungai Jelai, di Kotawaringin di bawah kekuasaan Banjarmasin, sedangkan sungai Kendawangan di bawah kekuasaan Sukadana.[13] Perbatasan di pedalaman, perhuluan daerah aliran sungai Pinoh (Lawai) termasuk dalam wilayah Kerajaan Kotawaringin (bawahan Banjarmasin)[14]

Daerah-daerah di Kalbar yang terkenal pada zaman dahulu diantaranya Tanjungpura dan Batang Lawai. Loue (Lawai) oleh Tomé Pires digambarkan daerah yang banyak intan, jarak dari Tanjompure empat hari pelayaran. Tanjungpura maupun Lawai masing-masing dipimpin seorang Patee (Patih). Patih-patih ini tunduk kepada Patee Unus, penguasa Demak.[15][16] Kesultanan Demak juga telah berjasa membantu raja Banjar Pangeran Samudera berperang melawan pamannya Pangeran Tumenggung penguasa Kerajaan Negara Daha terakhir untuk memperebutkan hegemoni atas wilayah Kalimantan Selatan.

Menurut naskah Hikayat Banjar dan Kotawaringin, negeri Sambas, Sukadana dan negeri-negeri di Batang Lawai (nama kuno sungai Kapuas) pernah menjadi taklukan Kerajaan Banjar atau pernah mengirim upeti sejak zaman Hindu. Kerajaan Banjar menamakan kerajaan-kerajaan di Kalbar ini dengan sebutan negeri-negeri di bawah angin. Kerajaan Banjar memiliki prajurit Dayak Biaju-Ot Danum dan Dayak Dusun-Maanyan-Lawangan yang sering memenggal kapala musuh-musuhnya (ngayau). Pada masa pemerintahan Raja Maruhum Panambahan seorang Adipati Sambas/Panembahan Ratu Sambas telah menghantarkan upeti berupa dua biji intan yang berukuran besar yang bernama Si Giwang dan Si Misim.[17][18]

Pada tahun 1604 pertama kalinya Belanda berdagang dengan Sukadana.[19] Tahun 1609, di Sambas pada saat itu ada ketakutan yang sangat besar akan serangan bermusuhan oleh Brunei, sehingga penguasa wilayah itu, Saboa Tangan Pangeran ay de Paty Sambas (Pangeran Adipati Sambas), membuat aliansi dengan VOC-Belanda pada 1 Oktober 1609, dengan harapan menentangnya, untuk memperkuat terhadap musuh-musuhnya. Sementara itu serangan itu tidak memiliki tempat; Walaupun, sultan Brunei telah turun ke laut dengan 150 perahu, tetapi badai telah memaksanya untuk mundur.[20] Tahun 1672, Sultan Banjar mengesahkan Raja Sintang sebagai Sultan.[21]

Sesuai perjanjian 20 Oktober 1756 VOC Belanda berjanji akan membantu Sultan Banjar Tamjidullah I untuk menaklukan kembali daerah-daerah yang memisahkan diri diantaranya Sanggau, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi), sedangkan daerah-daerah lainnya merupakan milik Kesultanan Banten, kecuali Sambas. Menurut akta tanggal 26 Maret 1778 negeri Landak dan Sukadana (sebagian besar Kalbar) diserahkan kepada VOC Belanda oleh Sultan Banten. Inilah wilayah yang mula-mula menjadi milik VOC Belanda selain daerah protektorat Sambas. Pada tahun itu pula Syarif Abdurrahman Alkadrie yang dahulu telah dilantik di Banjarmasin sebagai Pangeran yaitu Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam direstui oleh VOC Belanda sebagai Sultan Pontianak yang pertama dalam wilayah milik Belanda tersebut.[22] Pada tahun 1789 Sultan Pontianak dibantu Kongsi Lan Fang diperintahkan VOC Belanda untuk menduduki negeri Mempawah dan kemudian menaklukan Sanggau.

Pada tanggal 4 Mei 1826 Sultan Adam dari Banjar menyerahkan Jelai, Sintang dan Lawai (Kabupaten Melawi) kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Tahun 1846 daerah koloni Belanda di pulau Kalimantan memperoleh pemerintahan khusus sebagai Dependensi Borneo.[23] Pantai barat Borneo terdiri atas asisten residen Sambas dan asisten residen Pontianak. Divisi Sambas meliputi daerah dari Tanjung Dato sampai muara sungai Doeri. Sedangkan divisi Pontianak yang berada di bawah asisten residen Pontianak meliputi distrik Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Simpang, Sukadana, Matan, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, Sepapoe, Belitang, Silat, Salimbau, Piassa, Jongkong, Boenoet, Malor, Taman, Ketan, dan Poenan [24] Sebelumnya menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849 No. 40, ada 14 daerah (Sambas, Mampawa, Pontianak, Koeboe, Simpang, Soekadana, Matan, Landak, Tajan, Meliou, Sangouw, Sekadouw, Blitang, Sintang) di wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling van Borneo berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, per tanggal 27 Agustus 1849, No. 8.[25] Pada 1855, negeri Sambas dimasukan ke dalam wilayah Hindia Belanda menjadi Keresidenan Sambas.

Menurut Hikayat Malaysia, Brunei, dan Singapore wilayah yang tidak bisa dikuasai dari kerajaan Hindu sampai kesultanan Islam di Kalimantan Barat adalah kebanyakan dari Kalimantan Barat seperti Negeri Sambas dan sekitarnya, dan menurut Negara Brunei Darussalam Hikayat Banjar adalah palsu dan bukan dibuat dari kesultanan Banjar sendiri melainkan dari tangan-tangan yang ingin merusak nama Kalimantan Barat dan disebarluaskan keseluruh Indonesia sampai saat ini, karena menurut penelitian para ahli psikolog di dunia Negeri Sambas tidak pernah kalah dan takluk dengan Negara manapun.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal yang dimuat dalam STB 1938 No. 352, antara lain mengatur dan menetapkan bahwa ibu kota wilayah administratif Gouvernement Borneo berkedudukan di Banjarmasin dibagi atas 2 Residentir, salah satu di antaranya adalah Residentie Westerafdeeling Van Borneo dengan ibu kota Pontianak yang dipimpin oleh seorang Residen.[26]

Pada tanggal 1 Januari 1957 Kalimantan Barat resmi menjadi provinsi yang berdiri sendiri di Pulau Kalimantan, berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 tanggal 7 Desember 1956. Undang-undang tersebut juga menjadi dasar pembentukan dua provinsi lainnya di pulau terbesar di Nusantara itu. Kedua provinsi itu adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. [27]

Kondisi Alam

Iklim di Kalimantan Barat beriklim tropik basah, curah hujan merata sepanjang tahun dengan puncak hujan terjadi pada bulan Januari dan Oktober suhu udara rata-rata antara 26,0 s/d 27,0 dan kelembaban rata-tara antara 80% s/d 90%.

Hutan dan hutan adat

Hutan di Kalimantan Barat tinggallah bersisa 8,2 juta hektar, dan —sebagaimana dilansir oleh WALHI Provinsi Kalbar— mengalami deforestasi sebesar 124.956 hektar atau hampir 2 kali luas Jakarta pada periode 2015-16. Ia terdiri atas 124.657 hektar hutan primer dan sekunder, serta hutan tanaman 299 hektar. Laju deforestasi hutan di sini 42.000 hektar pertahun. Angka ini, termasuk yang tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya akibat alih fungsi lahan untuk investasi.[28]

Kalimantan Barat baru memiliki hutan adat yang baru disahkan oleh pemerintah. Presiden Joko Widodo pada 20 Agustus 2018 menyerahkan surat keputusan pengesahan atas hutan adat Desa Tae, Kecamatan Balai, Kabupaten Sanggau seluas 2.189 hektar, hutan adat Tembawang Tampun Juah di Dusun Segumon, Desa Lubuk Sabuk, Kecamatan Sekayam, masih dari Sanggau, seluas 651 hektar, dan 100 hektar hutan adat Pikul di Desa Sahan, Seluas, di Kabupaten Bengkayang.[29]

Batas Wilayah

Provinsi Kalimantan Barat memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara Sarawak, Malaysia Timur
Timur Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Tengah
Selatan Laut Jawa
Barat Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia

Pemerintahan

Daftar gubernur

  Gubernur Kalimantan Barat  
No. Foto Gubernur[30][31] Mulai Jabatan Akhir Jabatan Periode Ket. Wakil Gubernur
Farel Pasaribu 1953 1957 [ket. 1]
  Adji Pangeran Afloes
(Penjabat)
10 Januari 1957 24 April 1958 [32]
  Djenal Asikin Judadibrata
(Penjabat)
24 April 1958 30 Januari 1960 [32]
1   Johanes Chrisostomus
Oevaang Oeray
30 Januari 1960 1 Juli 1966 1 [32][33] Iwan Soepardi
(1960–64)
Soemadi[34]
(1965–67)
  Soemadi 1 Juli 1966 18 Agustus 1967 [35]
2 18 Agustus 1967 27 September 1972 2 [32]
3   Kadarusno 27 September 1972 30 Agustus 1977 3 [32]
4   Soedjiman 30 Agustus 1977 4 Januari 1983 4 [32]
4 Januari 1983 8 Januari 1988 5 Abassuni Abubakar
(1983–87)
5   Parjoko Suryokusumo 8 Januari 1988 12 Januari 1993 6 Jimmi Mohammad Ibrahim
(1987–92)
Muchalli Thaufiek
(1992–97)
6   Aspar Aswin 12 Januari 1993 12 Januari 1998 7
Syarifuddin Lubis
(1997–98)
12 Januari 1998 13 Januari 2003 8 Djawari
7   Usman Ja'far 13 Januari 2003 14 Januari 2008 9 Laurentius Herman Kadir
8   Cornelis 14 Januari 2008 14 Januari 2013 10 Christiandy Sanjaya
14 Januari 2013 14 Januari 2018 11
(2013)
  Doddy Riyadmadji
(Penjabat)
15 Januari 2018 5 September 2018 [36]
9   Sutarmidji 5 September 2018 5 September 2023 12
(2018)
Ria Norsan
  Harisson Azroi
(Penjabat)
5 September 2023 Petahana [37]
Catatan
  1. ^ Sebagai Kepala Kerasidenan Kalimantan Barat

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPRD Kalimantan Barat beranggotakan 65 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Kalimantan Barat terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Kalimantan Barat yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 30 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Pontianak di Gedung DPRD Provinsi Kalimantan Barat.[38][39][40][41] Komposisi anggota DPRD Kalimantan Barat periode 2019-2024 terdiri dari 12 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 15 kursi, kemudian disusul oleh Partai Golkar dan Partai NasDem yang masing-masing meraih 8 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kalimantan Barat dalam tiga periode terakhir.[42][43][44]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009-2014 2014-2019 2019-2024 2024-2029
PPIB 1
PPD 1
PDS 1
PBR 2
PKB 0   2   5   5
Gerindra 2   7   7   9
PDI-P 10   15   15   13
Golkar 10   9   8   9
PKS 5   2   3   2
PPP 5   4   3   2
PAN 3   6   5   5
Hanura 4   3   2   4
Demokrat 10   9   7   6
PBB 1   0   0   0
PKPI 0   3   1
NasDem (baru) 5   8   10
Perindo (baru) 1   0
Jumlah Anggota 55   65   65   65
Jumlah Partai 13   11   12   10


Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km²)[45] Jumlah penduduk (2023)[46] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Bengkayang Bengkayang Sebastianus Darwis 5.396,30 291.752 17 2/122
 
 
2 Kabupaten Kapuas Hulu Putussibau Fransiskus Diaan 29.842,03 268.840 23 4/278
 
 
3 Kabupaten Kayong Utara Sukadana Alfian Salam (Pj.) 4.568,26 128.009 6 -/43
 
 
4 Kabupaten Ketapang Delta Pawan Martin Rantan 31.588,00 591.917 20 9/253
 
 
5 Kabupaten Kubu Raya Sungai Raya Syarif Kamaruzaman (Pj.) 8.492,00 620.126 9 -/117
 
 
6 Kabupaten Landak Ngabang Gutmen Nainggolan (Pj.) 8.831,00 406.946 13 -/156
 
 
7 Kabupaten Melawi Nanga Pinoh Dadi Sunarya Usfa Yusra 10.640,80 235.025 11 -/169
 
 
8 Kabupaten Mempawah Mempawah Ismail (Pj.) 2.797,88 307.742 9 7/60
 
 
9 Kabupaten Sambas Sambas Satono 6.394,70 629.905 19 -/193
 
 
10 Kabupaten Sanggau Kapuas Suherman (Pj.) 12.857,70 492.770 15 6/163
 
 
11 Kabupaten Sekadau Sekadau Hilir Aron 6.263,07 214.429 7 -/87
 
 
12 Kabupaten Sintang Sintang Jarot Winarno 21.638,00 421.306 14 16/390
 
 
13 Kota Pontianak - Ani Sofian (Pj.) 118,32 676.096 6 29/-
 
 
14 Kota Singkawang - Sumastro (Pj.) 504,00 242.146 5 26/-
 
 


Kecamatan, desa dan kelurahan

Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari 12 kabupaten, 2 kota, 174 kecamatan, 99 kelurahan dan 2.031 desa. Pada tahun 2020, jumlah penduduknya diperkirakan mencapai 5.414.390 jiwa dengan total luas wilayah 147.307,00 km².[47][48][49]

No. Kode
Kemendagri
Kabupaten/Kota Ibukota Luas Wilayah
(km2)
Penduduk
(jiwa)
2020
Kecamatan Kelurahan Desa
1 61.07 Kab. Bengkayang Bengkayang 5.075,48 286.366 17 2 122
2 61.06 Kab. Kapuas Hulu Putussibau Utara 29.842,00 252.609 23 4 278
3 61.11 Kab. Kayong Utara Sukadana 4.568,26 126.571 6 43
4 61.04 Kab. Ketapang Delta Pawan 31.240,74 570.657 20 9 253
5 61.12 Kab. Kubu Raya Sungai Raya 6.958,22 609.392 9 117
6 61.08 Kab. Landak Ngabang 8.915,10 397.610 13 156
7 61.10 Kab. Melawi Nanga Pinoh 10.640,80 228.270 11 169
8 61.02 Kab. Mempawah Kota Mempawah 2.797,88 301.560 9 7 60
9 61.01 Kab. Sambas Sambas 6.716,52 629.905 19 193
10 61.03 Kab. Sanggau Kapuas 12.857,80 484.836 15 6 163
11 61.09 Kab. Sekadau Sekadau Hilir 5.444,20 211.559 7 87
12 61.05 Kab. Sintang Kota Sintang 21.638,20 421.306 14 16 390
13 61.71 Kota Pontianak - 107,80 658.685 6 29
14 61.72 Kota Singkawang - 504,00 235.064 5 26
TOTAL 147.307,00 5.414.390 174 99 2031


Demografi

Suku Bangsa

 
Keraton Kadariah, istana Kesultanan Pontianak, Kesultanan Melayu di Kalimantan Barat.
 
Parade suku Dayak dalam sebuah acara memperingati hari Sumpah Pemuda di Anjungan, Kalimantan Barat
 
Aksi Naga dan Barongsai saat Imlek di Kalimantan Barat

Berdasarkan sensus tahun 2010, suku bangsa paling dominan di Kalimantan Barat, yaitu Dayak (34,93%) dan Melayu (33,84%). Suku Dayak mayoritas di daerah pedalaman seperti Landak, Bengkayang, Sanggau, Sintang, Sekadau Sedangkan suku Melayu mayoritas di kawasan seperti Sambas, Kayong Utara, Ketapang, Mempawah dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Kapuas Hulu, penduduk suku Dayak dan Melayu hampir seimbang jumlahnya.

Suku terbanyak ketiga di Kalimantan Barat yaitu suku Jawa (9,72%) yang memiliki basis pemukiman di daerah-daerah transmigrasi yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota. Di urutan keempat yaitu etnis Tionghoa (8,15%) yang banyak terdapat di perkotaan seperti Singkawang dan Pontianak. Di Kota Singkawang, 37% penduduknya adalah keturunan Tionghoa dan 32% Melayu, sedangkan di Kota Pontianak 32% penduduknya suku Melayu dan 18% Tionghoa. Budaya dasar Kalimantan Barat dibentuk atas tiga tungku utama, yaitu Dayak, Melayu dan Tionghoa.[50] Kedatangan orang Tionghoa ke Kalimantan Barat diyakini terdapat tiga gelombang, yang terbesar saat penemuan emas di Monterado, Bengkayang. Saat itu, Sultan Sambas dan Mempawah mendatangkan orang Tionghoa untuk menjadi tenaga penambang disana.[51] Walau demikian saat ini terdapat banyak suku bangsa dari seluruh Indonesia yang mendiami Kalimantan Barat, dan populasi suku Jawa sudah melebihi keturunan Tionghoa disebabkan banyaknya migrasi dari pulau Jawa, baik melalui transmigrasi maupun masuknya tenaga kerja dari berbagai sektor.[52]

Berikutnya di urutan kelima yaitu etnis Madura (6,25%) yang memiliki basis pemukiman di Mempawah dan Kubu Raya, yaitu sekitar 20%. Berbeda dengan suku Jawa, kedatangan suku Madura ke Kalimantan Barat karena migrasi swakarsa atau dengan biaya sendiri.[53] Di urutan keenam yaitu Bugis (3,12%) yang juga banyak terdapat di Mempawah (sekitar 10%). Setiap tahun di Mempawah diadakan upacara tradisi Robo'-Robo' untuk memperingati kedatangan Opu Daeng Manambon dari Kesultanan Luwu ke Kerajaan Mempawah.[54]

Suku bangsa di Kalimantan Barat selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Nomor Suku Bangsa Jumlah %
1 Dayak 1.531.989 34,93%
2 Melayu 1.484.085 33,84%
3 Jawa 427.238 9,72%
4 Tionghoa 358.451 8,15%
5 Madura 274.869 6,25%
6 Bugis 137.282 3,12%
7 Sunda 49.530 1,13%
8 Batak 26.486 0,60%
9 Palembang 23.428 0,53%
10 Banjar 14.430 0,33%
11 NTT 12.312 0,28%
12 Minangkabau 8.083 0,18%
13 Arab 6.809 0,15%
14 Papua 6.035 0,14%
15 Sasak, NTB 4.374 0,10%
16 Lampung 2.796 0,06%
17 Maluku 2.598 0,06%
18 Jambi 2.110 0,05%
19 Bali 1.916 0,04%
20 Betawi 1.785 0,04%
21 Minahasa 1.407 0,03%
22 Aceh 942 0,02%
Suku bangsa lainnya 6.401 0,15%
Total 4.397.162 100,00%

Bahasa

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung, yaitu Bahasa Melayu menurut wilayah penyebarannya. Demikian juga terdapat beragam jenis Bahasa Dayak, Menurut penelitian Institut Dayakologi terdapat 188 dialek yang dituturkan oleh suku Dayak dan Bahasa Tionghoa seperti Tiochiu dan Khek/Hakka. Dialek yang di maksudkan terhadap bahasa suku Dayak ini adalah begitu banyaknya kemiripannya dengan bahasa Melayu, hanya kebanyakan berbeda di ujung kata seperti makan (Melayu), makatn (Kanayatn), makai (Iban) dan makot (Melahui).

Khusus untuk rumpun Uud Danum, bahasanya boleh dikatakan berdiri sendiri dan bukan merupakan dialek dari kelompok Dayak lainnya. Dialeknya justru ada pada beberapa sub suku Dayak Uut Danum sendiri. Seperti pada bahasa sub suku Dohoi misalnya, untuk mengatakan makan saja terdiri dari minimal 16 kosakata, mulai dari yang paling halus sampai ke yang paling kasar. Misalnya saja ngolasut (sedang halus), kuman (umum), dekak (untuk yang lebih tua atau dihormati), ngonahuk (kasar), monirak (paling kasar) dan Macuh (untuk arwah orang mati).

Peta bahasa Kemendikbud menyebutkan ada 9 bahasa di Kalimantan Barat, diantaranya Bakatik, Bukat, Galik, Kayaan, Melayu, Punan, Ribun, Taman dan Uud Danum.[55][56]

Bakatik

Bahasa Bakatik dituturkan oleh masyarakat terutama di wilayah Kabupaten Bengkayang, tersebar di wilayah Kecamatan Ledo, Sanggau Ledo, Teriak, dan Bengkayang. Sementara itu selain di Kabupaten Bengkayang, bahasa Bakatik juga dituturkan di Kota Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Landak, dan Kabupaten Kubu Raya yang ada di sekitar Kecamatan Sungai Ambawang serta di Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Bahasa Bakatik terbagi atas 4 (empat) dialek. Pertama dialek Moro Betung dengan daerah sebarannya di Kecamatan Menyuke, Kabupaten Landak. Kedua dialek Ambawang Satu di Kabupaten Kubu Raya. Ketiga Sahan di Kecamatan Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang. Keempat dialek Rodaya daerah sebarannya di Kecamatan Ledo dan Desa Bani Amas di Kabupaten Bengkayang.[55][56]

Bukat

Bahasa Bukat dituturkan oleh masyarakat yang mendiami wilayah di sekitar hulu Sungai Kapuas, terutama di wilayah Kecamatan Putussibau, Kecamatan Putussibau Utara dan Desa Tanjung Jati, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Bahasa Bukat termasuk kelompok minoritas di Kalimantan Barat dan dapat dikatakan bahwa bahasa Bukat merupakan sebuah bahasa tersendiri di Kalimantan Barat.[55][56]

Galik (Golik)

Bahasa Galik (Golik) dituturkan oleh masyarakat di Kampung Mandong, Kampung Tayan Hulu dan Kampung Engkahan, Kecamatan Sekayam; di Kampung Kasro Mego, Kecamatan Beduwai; dan Kampung Tanap, Kecamatan Kembayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Bahasa Galik (Golik) terdiri atas empat dialek.Pertama dialek Mandong yang dituturkan di Kampung Mandong, Penutur menamakan bahasanya dengan bahasa Dayak Peruan. Kedua dialek Engkahan yang dituturkan di daerah Kecamatan Sekayam, penuturnya menamakan bahasa Dayak Karamai. Ketiga dialek Kasro Mego yang dituturkan di Desa Kasro Mego di Kecamatan Beduai, penuturnya menamakan bahasa Galik. Keempat dialek Tanap yang dituturkan di Desa Tanap, penuturnya menamakan bahasa Tanap.[55][56]

Kayaan

Bahasa Kayaan dituturkan di wilayah Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, di wilayah hulu Sungai Kapuas. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kayaan merupakan sebuah bahasa tersendiri.jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Kalimantan Barat.[55][56]

Melayu

Bahasa Melayu merupakan bahasa yang terbanyak penuturnya di Kalimantan Barat. Penutur bahasa Melayu ini tersebar di seluruh wilayah kabupaten dan kota di Kalimantan Barat dengan dialeknya masing-masing.[55][56]

Punan

Bahasa Punan antara lain dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanjunglokang, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.[55]

Ribun (Rihun)

Bahasa Ribun (Rihun) dituturkan oleh masyarakat di Desa Tanggung dan Desa Semirau, Kecamatan Jangkang; di Desa Gunam, Kecamatan Parindu; di Desa Empodis dan Desa Upe, Kecamatan Bonti; dan di Desa Semongan, Kecamatan Noyan. Daerah-daerah tersebut berada di Kabupaten Sanggau.[55][56]

Taman

Bahasa Taman dituturkan oleh masyarakat di wilayah hulu Sungai Kapuas, antara lain di Engko’ Tambe, Kecamatan Putussibau Selatan; di Desa Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu; di Mensiau, Kecamatan Batang Lupar; di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah tutur bahasa Taman dikelilingi oleh wilayah tutur bahasa Melayu. Bahasa Taman tersebar di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu di wilayah Kecamatan Putussibau, Mandai, dan Batang Lupar. Bahasa Taman mempunyai tiga dialek. Pertama dialek Taman Kapuas,yang memiliki daerah sebaran di Ingko’ Tambe, Kecamatan Putussibau. Kedua dialek Taman Embaloh, yang memiliki daerah sebaran di Pulau Manak, Kecamatan Embaloh Hulu dan Mensiau di Kecamatan Batang Lupar. Ketiga dialek Kalis, yang memiliki daerah sebaran di Nanga Tuwuk, Sungai Tempurau, Kecamatan Putussibau.[55][56]

Uud Daum (Ot Danum)

Bahasa Uud Danum (Ot Danum) dituturkan oleh masyarakat di Desa Nanga Keremoi, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, di daerah hulu Sungai Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.[55][56]

Agama

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik provinsi Kalimantan Barat tahun 2021, mayoritas masyarakat Kalimantan Barat menganut agama Islam yakni 60,07%. Wilayah-wilayah mayoritas muslim di Kalimantan Barat yaitu daerah pesisir yang mayoritas didiami Suku Melayu seperti Kabupaten Sambas, Mempawah, Ketapang, Kayong Utara, Kubu Raya, Kapuas Hulu dan Kota Pontianak. Di Kabupaten Melawi dan Kota Singkawang sekitar 49% penduduknya beragama Islam. Agama Islam juga dianut Suku Jawa, Madura dan Bugis yang berada di Kalimantan Barat.[4]

Di daerah pedalaman yang didiami Suku Dayak mayoritas penduduknya beragama Kristen (Katolik/Protestan) seperti di Kabupaten Bengkayang, Landak, Sanggau, Sintang dan Sekadau. Orang Tionghoa di Kalimantan Barat kebanyakan menganut agama Buddha dan Kristen (Katolik/Protestan). Di wilayah yang banyak terdapat etnis Tionghoa seperti Kota Singkawang dan kota Pontianak, juga terdapat penganut Budha dalam jumlah cukup besar.[4][3]

Agama yang dipeluk masyarakat Kalimantan Barat tahun 2020, yaitu:

Nomor Agama Jumlah Konsentrasi Keterangan
1 Islam 3.287.346 60,07% dipeluk oleh Suku Melayu, Jawa, Madura, Bugis, Banjar, Minangkabau, Sunda dan sebagian kecil Suku Dayak, Tionghoa dan Batak
2 Kristen Katolik 1.212.516 22,16% dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa
3 Kristen Protestan 633.814 11,58% dipeluk oleh Suku Dayak, Tionghoa, NTT, Suku Batak serta sebagian kecil Suku Jawa
4 Buddha 320.083 5,85% dipeluk oleh keturunan Tionghoa
5 Konghucu 14.160 0,26% dipeluk oleh keturunan Tionghoa
6 Hindu 2.848 0,05% dipeluk oleh Suku Bali
7 Kepercayaan 1.543 0,03% dipeluk oleh penduduk yang tinggal di pedalaman Kalimantan

Pendidikan

Menurut gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, ia menyatakan bahwa indeks pembangunan manusia Kalimantan Barat masih di nilai 66,26. Sedangkan IPM nasional adalah 70,89.[57] Nilai ini menempatkan Kalbar di nomor 29. Namun begitu, yang masih relatif lebih baik adalah harapan lama sekolahnya adalah 12,5 tahun. Rata-rata lama sekolah baru 7,5 tahun.[57]

Perguruan Tinggi/Universitas yang ada di Kalimantan Barat antara lain:

  1. Universitas Tanjungpura
  2. IAIN Pontianak
  3. Sekolah Tinggi Pastoral Santo Agustinus Keuskupan Agung Pontianak (STP St. Agustinus KAP)
  4. Politeknik Negeri Pontianak
  5. STIPER Panca Bhakti Pontianak
  6. STMIK Pontianak
  7. Politeknik Kesehatan
  8. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Pontianak
  9. Universitas Muhammadiyah
  10. ASMI Pontianak
  11. ABA Pontianak
  12. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma
  13. Akademi Sekretari dan Manajemen Widya Dharma
  14. Akademi Bahasa Asing Widya Dharma
  15. Akademi Bumi Sebalo Bengkayang
  16. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Dharma
  17. Politeknik Tonggak Equator (POLTEQ)
  18. STIE Pontianak
  19. Universitas Panca Bakti
  20. STIH Singkawang
  21. Universitas Kapuas, Sintang
  22. Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka
  23. STKIP PGRI Pontianak
  24. STKIP PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
  25. AMIK Bina Sarana Informatika Pontianak
  26. STKIP Singkawang
  27. Sekolah Tinggi Theologia (STT) Berea, Ansang, Kabupaten Landak
  28. Sekolah Tinggi Theologia Pontianak (STTP), Pontianak
  29. Sekolah Tinggi Theologia Kalimantan (STK), Pontianak
  30. Sekolah Tinggi Theologia Eklesia (STT Eklesia), Pontianak
  31. Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah (STIK Muhammadiyah) Pontianak
  32. Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang
  33. Politeknik Ketapang
  34. Politeknik Sambas
  35. Sekolah Tinggi Teologi Borneo (STT Borneo), Sanggau
  36. STKIP Melawi Nanga Pinoh; Perbatasan Entikong
  37. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Al-Haudl), Ketapang.

Perekonomian

Pertanian, Perkebunan & Perikanan

Kalimantan Barat memiliki potensi pertanian, perkebunan dan perikanan yang cukup melimpah. Hasil pertanian Kalimantan Barat di antaranya adalah padi, jagung, kedelai, dan lain-lain. Sedangkan hasil perkebunan di antaranya adalah karet, kelapa sawit, kelapa, lidah buaya, dan lain-lain. Kebun kelapa sawit sampai Oktober 2012 sudah mencapai 1.060.000 ha. Kebun-kebun tersebut sebagian besar dibangun pada kawasan budi daya (APL) dan ada juga yang dibangun pada kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) setelah melalui proses pelepasan kawasan dari Kementerian Kehutanan. Kebun-kebun sawit menguntungkan pengusaha dan penguasa. Para petani peserta menderita sengsara. Pendapatan petani sawit binaan PTPN XIII hanya 6,6 ons beras per hari/orang. Sedangkan pengelolaan kebun dengan pola kemitraan hanya memberi 3,3 ons beras per hari/orang. Kondisi ini lebih buruk dari tanaman paksa (kultuurstelsel) zaman Hindia Belanda.[butuh rujukan]Begitu juga dengan perikanan yang berada di wilayah Kalimantan Barat. Di mana untuk wilayah barat berbatasan dengan Laut Natuna, Selat Karimata dan Semenanjung Malaysia dan wilayah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa sehingga masyarakat pesisir penghasilan utamanya adalah hasil laut.

Produksi perikanan tangkap di laut Provinsi Kalimantan Barat yang meliputi Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Ketapang, dan Kota Pontianak dapat dilihat pada tabel berikut :

 

Seni dan Budaya

Tarian Tradisional

Tari Monong/Manang/Baliatn, merupakan tari penyembuhan yang terdapat pada seluruh masyarakat Dayak. Tari ini berfungsi sebagai penolak/penyembuh/penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. Tarian ini hadir di saat sang dukun sedang dalam keadaan trance, dan tarian ini merupakan bagian dari upacara adat Bemanang/Balian.

Tari Pingan merupakan tarian tunggal pada masyarakat Dayak Mualang Kabupaten Sekadau di masa lalunya sebagai tarian upacara dan pada masa kini sebagai tari hiburan masyarakat atas rezeki/tuah/makanan yang diberikan oleh Tuhan. Tari ini menggunakan Pingan sebagai media atraksi dan tari ini berangkat dari kebudayaan leluhur pada masa lalu yang berkaitan erat dengan ritualisme legitimasi kelulusan beladiri tradisional Dayak Mualang (Ibanik Group).

Tari Pedang / Ajat Pedang, merupakan tarian tunggal terdapat pada Dayak Mualang, tarian ini menceritakan persiapan membela diri bagi seorang pemuda yang akan turun melakukan ekspedisi Mengayau. penari melakukan gerakan-gerakan menyerang dan menangkis menggunakan keahlian tradisionalnya. tarian ini masa lalunya dimulai dengan ritual memuja pedang ( Nyabor bahasa Mualang) dan tarian ini diiringi dengan instrumen musik disebut Tebah Unop. tersebar di kampung Merbang dan sekitarnya kecamatan Belitang Hilir dan belitang hulu kampung sebetung.

Tari Jonggan, merupakan tari pergaulan masyarakat Dayak Kanayatn di daerah Kubu Raya ( Ambawakng), Mempawah ( Toho, Manyalitn), Landak ( Sahapm) yang masih dapat ditemukan dan dinikmati secara visual, tarian ini meceritakan suka cita dan kebahagiaan dalam pergaulan muda mudi Dayak. Dalam tarian ini para tamu yang datang pada umumnya diajak untuk menari bersama.

Tari kondan merupakan tari pergaulan yang diiringi oleh pantun dan musik tradisional masyarakat Dayak Kabupaten Sanggau Kapuas, kadang kala kesenian kondan ini diiringi oleh gitar. kesenian kondan ini adalah ucapan kebahagiaan terhadap tamu yang berkunjung dan bermalam di daerahnya. kesenian ini dilakukan dengan cara menari dan berbalas pantun.

Kinyah Uut Danum, adalah tarian perang khas kelompok suku Dayak Uut Danum yang memperlihatkan kelincahan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Dewasa ini Kinyah Uut Danum ini banyak diperlihatkan pada acara acara khusus atau sewaktu menyambut tamu yang berkunjung. Tarian ini sangat susah dipelajari karena selain menggunakan Ahpang (Mandau) yang asli, juga karena gerakannya yang sangat dinamis, sehingga orang yang fisiknya kurang prima akan cepat kelelahan.

Tari Zapin pada masyarakat Melayu Kalimantan Barat, Zapin merupakan tarian Masyarakat Melayu Nusantara diadofsi dari timur tengah yaitu Hadramaut, selanjutnya menyebar ke Riau seterusnya ke Kalbar. Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat, sebagai media ungkap kebahagiaan dalam pergaulan. Jika ia menggunakan properti Tembung maka disebut Zapin tembung, jika menggunakan kipas maka di sebut Zapin Kipas.

Tari Menoreh Getah adalah tarian yang menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat pedesaan Kalimantan Barat. Tari Mandau, merupakan wujud semangat juang para pemuda suku dayak untuk membela hukum dan martabatnya.

Alat Musik Tradisional

  • Gong/Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai maskawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.
  • Gambus, alat musik petik khas suku Melayu yang mendapat pengaruh dari arab.
  • Tawaq (sejenis Kempul) merupakan alat musik untuk mengiringi tarian tradisional masyarakat Dayak secara umum. Bahasa Dayak Uut Danum menyebutnya Kotavak.
  • Hadrah, alat musik khas suku Melayu yang berbentuk seperti gendang tetapi memiliki gerincing-gerincing di sekelilingnya.
  • Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu. Pada masyarakat Uut Danum menyebutnya Konyahpik (bentuknya) agak berbeda sedikit dengan Sapek.
  • Balikan/Kurating merupakan alat musik petik sejenis Sapek, berasal dari Kapuas Hulu pada masyarakat Dayak Ibanik, Dayak Banuaka".
  • Kangkuang merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kayu dan berukir, terdapat pada masyarakat Dayak Banuaka Kapuas Hulu.
  • Keledik/Kedire merupakan alat musik terbuat dari labu dan bilah bambu di mainkan dengan cara ditiup dan dihisap, terdapat di daerah Kapuas Hulu. Pada suku Dayak Uut Danum di sebut Korondek. Entebong merupakan alat musik Pukul sejenis Gendang yang banyak terdapat di kelompok Dayak Mualang di daerah Kabupaten Sekadau.
  • Rebab, yaitu alat musik gesek, terdapat pada suku Melayu penggunaannya mirip dengan biola.
  • Kohotong, yaitu alat musik tiup, terbuat dari dahan semacam pelepah tanaman liar di hutan seperti pohon enau.
  • Sollokanong (beberapa suku Dayak lain menyebutnya Klenang) terbuat dari kuningan, bentuknya lebih kecil dari gong, penggunaannya harus satu set.
  • Terah Umat (pada Dayak Uut Danum) merupakan alat musik ketuk seperti pada gamelan Jawa. Alat ini terbuat dari besi (umat) maka di sebut Terah Umat.

Senjata Tradisional

  • Mandau (Ahpang: sebutan Uut Danum) adalah sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Pada suku Dayak Uut Danum hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tetapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.
  • Tombak
  • Keris Melayu
  • Sumpit (Sohpot: sebutan Uut Danum)
  • Senapang Lantak ( senjata Tradisional )
  • Duhung (Uut Danum)
  • Isou Bacou atau Parang yang kedua sisinya tajam (Uut Danum)
  • Lunjuk atau sejenis tombak untuk berburu (Uut Danum)
  • Mandau ( sejenis pedang namun berukir pada besi dan ganggang, bilah besi berbentuk cembung sebelah.
  • Nyabor ( sejenis mandau namun melentik ke atas bilah besinya memiliki ketajaman yang sama )

Sastra lisan

Beberapan sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:

  • Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban, Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
  • Bejandeh merupakan sejenis bekana tetapi objek ceritanya beda.
  • Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
  • Pantun Jepin yaitu syair-syair atau gurindam yang dilantunkan pada acara adat suku Melayu.

Pada suku Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum (zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada zaman ketiga adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang (Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi.

Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai, Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra untuk mengolok-olok atau bergurau.

Tenun

Kain Tenun Tradisional terdapat di beberapa daerah, di antaranya:

  • Tenun Daerah Songket Sambas, kain tenun tersebut biasa disebut Kain Lunggi atau Kain benang Emas, di sebut demikian karena salah satu bahan yang di pergunakan adalah benang emas yang berwarna kuning emas. Kain tenun ini telah ada sejak kesultanan Sambas pada tahun 1675 yang mmeerintah kesultanan Sambas selama 10 tahun
  • Tenun Belitang daerah Kumpang Ilong Kabupaten Sekadau ( Dayak Mualang / Ibanik )
  • Tenun Ensaid Panjang Kabupaten Sintang ( Dayak Desa / Ibanik)
  • Tenun Kapuas Hulu ( Iban dan Kantuk / Kelompok Ibanik )
  • Sulam Kalengkang khas suku Melayu Kabupaten Sanggau,

Kerajinan Anyam Manik

Anyam Manik kelompok Dayak Banuaka Group: anyam baju adat Dayak Taman, tamambaloh, peniung, Kalis ( baju Manik dan baju Burik)

Kerajinan Anyam Rotan atau bambu

Bakul, keranjang, Kelayak, Tudung Saji, ambinan, dsb. tersebar di Pontianak, Landak, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas hulu.

Kerajinan Tangan

Berbagai macam kerajinan tangan dapat diperoleh dari daerah ini, misalnya:

  • Tikar Lampit, di Pontianak dan daerah Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, Ketapang.
  • Bidai ( bahasa Ibanik ) atau bide (bahasa Kanayatn Group) tersebar hampir disebagian suku Dayak baik di Indonesia maupun di Serawak, bidai merupakan tikar tradisional Dayak, terdapat di Bengkayang, Sekadau, Kapuas Hulu, Serawak ( pada komunitas Dayak Iban)
  • Ukir-ukiran, perisai, mandau dan lain-lain terdapat di Pontianak dan Kapuas Hulu.
  • Kacang Uwoi (tikar rotan bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.
  • Takui Darok (caping lebar bermotif) khas suku Dayak Uut Danum.

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-04-05. Diakses tanggal 2022-04-05. 
  2. ^ "Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-64 Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2021". bkpsdmad.sambas.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-27. Diakses tanggal 2022-03-18. 
  3. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 25 Juli 2024. 
  4. ^ a b c d "Provinsi Kalimantran Barat Dalam Angka 2021" (pdf). BPS. hlm. 13, 95, 306. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-30. Diakses tanggal 11 April 2021. 
  5. ^ "Indeks Pembangunan Manusia menurut Provinsi (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.kalbar.bps.go.id. Diakses tanggal 27 Januari 2024. 
  6. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 26 Januari 2021. 
  7. ^ Arsitektur Tradisional Daerah Kalimantan Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1986. hlm. 35. 
  8. ^ "Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat". kalbar.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-16. Diakses tanggal 2019-02-22. 
  9. ^ (Inggris) Soetarto, Endriatmo (2001). Decentralisation of administration, policy making and forest management in Ketapang District, West Kalimantan. CIFOR. hlm. 1. ISBN 9798764854. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-05-23.  ISBN 978-979-8764-85-1
  10. ^ (Indonesia) Ishak, Awang Faroek. Membangun Wilayah Perbatasan Kalimantan dalam Rangka Memelihara dan Mempertahankan Integritas Nasional. Penerbit Indomedia. hlm. 15. ISBN 9799733650. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-05-23.  ISBN 978-979-97336-5-8
  11. ^ (Inggris) Smedley, Edward (1845). Encyclopædia metropolitana; or, Universal dictionary of knowledge. hlm. 713. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2012-12-28. 
  12. ^ (Inggris) Malayan miscellanies (1820). Malayan miscellanies. hlm. 7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2012-12-28. 
  13. ^ (Belanda) Hoëvell, Wolter Robert (1861). Tijdschrift voor Nederlandsch Indië. 52. Ter Lands-drukkerij. hlm. 220. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2012-12-28. 
  14. ^ (Belanda) Perhimpunan Ilmu Alam Indonesia, Madjalah ilmu alam untuk Indonesia (1856). Indonesian journal for natural science. 10-11. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2012-12-28. 
  15. ^ Sejarah Nasional Indonesia; Pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaaan
  16. ^ "(Inggris) Donald F. Lach, Asia in the making of Europe: The century of discovery, Volume 2, University of Chicago Press, 1994 ISBN 0-226-46732-5, 9780226467320". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2016-05-14. 
  17. ^ (Belanda) Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, Lembaga Kebudajaan Indonesia (1857). "Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde". 6. Lange & Co.: 243. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2013-01-24. 
  18. ^ J. J. Ras, Hikajat Bandjar: A study in Malay historiograph, Martinus Nijhoff, 1968
  19. ^ (Inggris) J. H., Moor (1837). Notices of the Indian archipelago & adjacent countries: being a collection of papers relating to Borneo, Celebes, Bali, Java, Sumatra, Nias, the Philippine islands ... Singapore: F.Cass & co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-04-09. 
  20. ^ (Belanda) Ludovicus Carolus Desiderius van Dijk (1862). Neêrlands vroegste betrekkingen met Borneo, den Solo-Archipel, Cambodja, Siam en Cochin-China: een nagelaten werk. J. H. Scheltema. hlm. 214. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2019-02-01. 
  21. ^ (Indonesia)Tomi (2014). Pasak Negeri Kapuas 1616-1822. Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 221. ISBN 602961357X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2019-02-01. ISBN 9786029613575
  22. ^ (Inggris) Soekmono, Soekmono (1981). Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 3. Kanisius,. ISBN 9794132918. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-19. Diakses tanggal 2011-04-09. ISBN 978-979-413-291-3
  23. ^ (Inggris) Townsend, George Henry (1867). A manual of dates: a dictionary of reference to the most important events in the history of mankind to be found in authentic records (edisi ke-2). Warne. hlm. 160. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-06-18. 
  24. ^ "(Belanda)Allen's Indian mail, and register of intelligence for British and foreign India, China, and all parts of the East, Volume 4, 1846". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-04-03. 
  25. ^ Nederlandisch Indië (1849). "Staatsblad van Nederlandisch Indië, voor het jaar 1849" (dalam bahasa Belanda). Batavia: Ter Lands-drukkerij: 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2020-07-21. 
  26. ^ "De Nederlandsch-indische Strafvordering". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-07-05. 
  27. ^ "(Indonesia) Djoko Pramono, Budaya bahari, Gramedia Pustaka Utama, 2005 ISBN 979-22-1351-1, 9789792213515". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2011-04-03. 
  28. ^ "Deforestasi di Kalbar Mendesak untuk Diatasi". Kompas. 18 Januari 2019. Hlm.15
  29. ^ "Daerah Belum Pahami Proses Hutan Adat". Kompas. Hlm.17.
  30. ^ "Inilah Foto-foto Gubernur Kalbar dari Masa Pimpinan Adji Panggeran Afloes Hingga Cornelis". Tribunnews.com. 31 Januari 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 4 November 2017. 
  31. ^ "Gubernur Kalimantan Barat dan Sejarah Singkatnya". ApriBarbor. Maret 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-30. Diakses tanggal 30 Juni 2018. 
  32. ^ a b c d e f "Galeri Pontianak Tempo Doeloe". Dinas Perpustakaan, Arsip & Dokumentasi Pemerintah Kota Pontianak. Diakses tanggal 30 Juni 2018. [pranala nonaktif permanen]
  33. ^ Chairunnisya. Pernah Berstatus Daerah Istimewa, Oevang Oeray Gubernur Pertama:Pemerintahan Daerah Kalimantan Barat dari Masa ke Masa Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine.. Pontianak Post. Kamis, 27 Januari 2011. Diakses pada 30 Juli 2012.
  34. ^ "Keppres RI No. 167 tahun 1965" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Sistem Informasi, Perundang-undangan, Sekretariat Kabinet RI. 11 Juni 1965. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 15 Januari 2018. 
  35. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-04-08. Diakses tanggal 2019-04-08. 
  36. ^ Nadlir, Moh. (15 Januari 2018). Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Mendagri Lantik Penjabat Gubernur Kalimantan Barat". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-15. Diakses tanggal 15 Januari 2018. 
  37. ^ https://news.detik.com/berita/d-6913753/tito-resmi-lantik-9-pj-gubernur-ada-bey-machmudin-hingga-nana-sudjana
  38. ^ "DILANTIK, Ini Nama 65 Anggota DPRD Kalbar Periode 2019-2024! PDIP 15, Perindo dan PKPI 1 Wakil". tribunpontianak.co.id. 30-09-2019. Diakses tanggal 30-10-2019. 
  39. ^ "DPRD Provinsi Kalbar Periode 2019-2024 Resmi Dilantik". strategi.co.id. 03-10-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-30. Diakses tanggal 30-10-2019. 
  40. ^ "Pelantikan DPRD Provinsi oleh Gubernur Kalbar Periode 2019-2024". porosnusantara.co.id. 04-10-2019. Diakses tanggal 30-10-2019. 
  41. ^ "Pelantikan Anggota DPRD Prov Kalbar, Ribuan Mahasiswa Aksi". sambaskini.com. 30-09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 30-10-2019. 
  42. ^ "65 Caleg Terpilih DPRD Kalbar Ditetapkan". kalbar.kpu.go.id. 13-08-2019. Diakses tanggal 30-10-2019. 
  43. ^ "KPU Kalbar Tetapkan Nama Caleg Terpilih". kalbar.antaranews.com. 12-05-2014. Diakses tanggal 30-10-2019. 
  44. ^ "Daftar Angggota DPRD Provinsi Kalimantan Barat periode 2009-2014". jariungu.com. Diakses tanggal 13-12-2019. 
  45. ^ "BPS Provinsi Kalimantan Barat". kalbar.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-11-27. 
  46. ^ "BPS Provinsi Kalimantan Barat". kalbar.bps.go.id. Diakses tanggal 2019-11-27. 
  47. ^ "Provinsi Kalimantran Barat Dalam Angka 2021" (pdf). BPS. hlm. 13, 95. Diakses tanggal 11 April 2021. 
  48. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  49. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  50. ^ "Tiga Tungku di Borneo Barat". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  51. ^ "Tionghoa Kalimantan Barat: Ekspedisi Kubilai Khan Sampai Mangkuk Merah". nationalgeographic.grid.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  52. ^ Prihatini, Dina. "Duh, Tenaga Kerja di Kalbar Mayoritas Impor dari Pulau Jawa". Okezone.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  53. ^ "MENGURAI PERTIKAIAN ETNIS MIGRASI SWAKARSA ETNIS MADURA KE KALIMANTAN BARAT". pustaka-bpnbkalbar.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-17. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  54. ^ "Kalbar Lestarikan Budaya Robo'-Robo' dari Tanah Bugis". gatra.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 2021-07-17. 
  55. ^ a b c d e f g h i j Peta Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Bahasa di Provinsi Kalimantan Barat". Bahasa dan Peta Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-15. Diakses tanggal 24 Januari 2021. 
  56. ^ a b c d e f g h i Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Data Referensi Bahasa Daerah di Provinsi Kalimantan Barat". Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-29. Diakses tanggal 24 Januari 2021. 
  57. ^ a b Saputra, Emanuel Edi (1 Desember 2018). "Membangun Asa dari Gubuk Gulita". Kompas. Hlm. 1 & 15.

Pranala luar

0°30′S 111°7′E / 0.500°S 111.117°E / -0.500; 111.117