Kompas (surat kabar)
Harian Kompas adalah surat kabar nasional Indonesia dari Jakarta yang terbit sejak 28 Juni 1965. Surat kabar ini diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari Kompas Gramedia. Kantor pusatnya terletak di Menara Kompas Lt. 5, Jl. Palmerah Selatan No. 21, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Slogan surat kabar ini adalah Amanat Hati Nurani Rakyat.
Amanat Hati Nurani Rakyat | |
Tipe | Surat kabar harian nasional |
---|---|
Format | Lembar lebar |
Pemilik | Yayasan Bentara Rakyat (1964-1990-an) Kompas Gramedia (1990-an-11 November 2018) KG Media (23 November 2018-sekarang) |
Pendiri | P.K. Ojong Jakob Oetama |
Penerbit | Yayasan Bentara Rakyat (1964-1990-an) PT Kompas Media Nusantara (1990-an-sekarang) |
Pemimpin redaksi | Sutta Dharmasaputra |
Diterbitkan | 1964 (sebagai "Bentara Rakyat") 28 Juni 1965 (sebagai "Kompas") |
Bahasa | Indonesia |
Berhenti publikasi | 27 Juni 1965 (sebagai "Bentara Rakyat") 1 Oktober 1965 21 Januari 1978 |
Pusat | Menara Kompas Multimedia Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan No. 21, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat 10270 |
Surat kabar saudari | Kontan, Tribun Network |
Situs web | kompas |
Surat Kabar Kompas juga terbit dalam bentuk daring di alamat Kompas.id yang dikelola oleh PT. Kompas Media Nusantara [1] berisi konten surat kabar harian Kompas dalam bentuk teks, gambar, dan format koran. Kompas.id dan Kompas.com adalah dua institusi yang berbeda. Kompas.com dikelola oleh PT Kompas Cyber Media yang merupakan anak perusahaan PT. Kompas Media Nusantara. Harian Kompas adalah satu di antara dua (2) koran di Indonesia yang diaudit oleh Audit Bureau of Circulations (ABC).[2][3]
Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan Reuters Institute for the Study of Journalism dan Universitas Oxford pada tahun 2021, Kompas merupakan surat kabar yang paling banyak diakses masyarakat Indonesia, dengan 39% responden mengaksesnya dalam seminggu terakhir. Selain itu, Kompas juga merupakan media kedua yang paling dipercaya masyarakat Indonesia dengan skor kepercayaan mencapai 67%, setingkat di bawah CNN Indonesia[4] – meski tak dijelaskan apakah itu mencakup seluruh media bermerek Kompas dari Kompas Gramedia (termasuk Kompas TV) atau hanya surat kabar ini saja.
Sejarah
suntingIde awal penerbitan harian ini datang dari Jenderal Ahmad Yani, yang mengutarakan keinginannya kepada Frans Xaverius Seda (Menteri Perkebunan dalam kabinet Soekarno) untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans kemudian mengemukakan keinginan itu kepada dua teman baiknya, Peter Kansius Ojong (Tionghoa: Auwjong Peng Koen) (1920-1980), seorang pimpinan redaksi mingguan Star Weekly, dan Jakob Oetama, wartawan mingguan Penabur milik gereja Katolik, yang pada waktu itu sudah mengelola majalah Intisari ketika PT Kinta akan mengalami kebangkrutan yang terbit tahun 1963. Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan Jakob Oetama sebagai editor in-chief pertamanya.
Pada tahun 1964, Presiden Soekarno mendesak Partai Katholik untuk mendirikan media cetak berbentuk surat kabar, maka dari wartawan bulanan Intisari inilah sebagian wartawan Katolik direkrut. Selanjutnya, beberapa tokoh Katolik tersebut mengadakan pertemuan bersama beberapa wakil elemen hierarkis dari Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI): Partai Katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik dan Wanita Katolik. Mereka sepakat mendirikan "Yayasan Bentara Rakyat".
Susunan pengurus pertama dari Yayasan Bentara Rakyat adalah Ignatius Joseph Kasimo (ketua Partai Katolik) sebagai ketua, Frans Seda sebagai wakil ketua, Franciscus Conradus Palaoensoeka sebagai penulis pertama, Jakob Oetama sebagai penulis kedua, dan P.K. Ojong sebagai bendahara. Dari yayasan tersebut, harian ini mulai diterbitkan.
Edisi perdana harian ini memuat karya terjemahan tentang bintang layar perak Marilyn Monroe, pengalaman perjalanan Nugroho Notosusanto, seorang ahli sejarah dari Universitas Indonesia, ke London, Britania Raya, dan kisah Usmar Ismail, sutradara film kenamaan, ketika pertama kali membuat film.
Pada awal penerbitannya, Frans Seda disarankan oleh Jenderal Ahmad Yani agar Kompas memberikan wacana untuk menandingi wacana Partai Komunis Indonesia yang berkembang pada saat itu. Namun secara pribadi, Jacob Oetama dan beberapa pemuka agama Katolik seperti Monsignor Albertus Soegijapranata dan I.J. Kasimo tidak mau menerima begitu saja, karena mengingat kontekstual politik, ekonomi dan infrastruktur pada saat itu tidak mendukung.
Tetapi, tekad Partai Katolik menerbitkan surat kabar sudah final. P.K. Ojong dan Jakob Oetama ditugaskan membangun perusahaan. Mulailah mereka bekerja mempersiapkan penerbitan surat kabar baru, corong Partai Katolik. Tapi, suhu politik yang memanas saat itu membuat pekerjaan mereka bukan perkara yang mudah. Rencananya, surat kabar ini diberi nama "Bentara Rakyat". Menurut Frans Seda, PKI tahu rencana itu lantas dihadang. Namun, karena Bung Karno setuju jalan terus hingga izinnya keluar. Frans Seda mengacu pada PKI yang merupakan salah satu partai besar di Indonesia pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an, serta PKI memenangkan tempat keempat dalam pemilihan umum 1955.
Izin sudah dimiliki, tetapi "Bentara Rakyat" tidak kunjung terbit. Rupanya rintangan belum semuanya berlalu. Masih ada satu halangan yang harus dilewati, yakni izin dari Panglima Militer Jakarta yang pada saat itu dijabat oleh Letnan Kolonel Dachja. Dari markas militer Jakarta, diperoleh jawaban izin operasi keluar apabila syarat 5.000 tanda tangan pelanggan terpenuhi. Akhirnya, para wartawan pergi ke pulau Flores untuk mendapatkan tanda tangan tersebut, karena memang mayoritas penduduk Flores beragama Katolik.
Nama "Bentara" sesuai dengan selera orang Flores. Majalah Bentara, katanya, juga sangat populer di sana. Ketika akan menjelang terbit pertama kalinya, Frans Seda melaporkan pada presiden Soekarno tentang persiapan terbitan perdana harian tersebut. Namun, dari Presiden Soekarno inilah lahir nama “Kompas” yang berarti adalah penunjuk arah. Akhirnya berdasarkan kesepakatan redaksi pada saat itu, untuk menerima usulan dari Presiden Soekarno untuk mengubah nama harian Bentara Rakyat menjadi Kompas. Atas usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas. Menurut Bung Karno, "Kompas" berarti pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba.[5][6]
Setelah mengumpulkan tanda bukti 3000 calon pelanggan sebagai syarat izin penerbitan, akhirnya Kompas terbit pertama kali pada tanggal 28 Juni 1965 di Jakarta.[7] Pada mulanya kantor redaksi Kompas masih menumpang di rumah Jakob Oetama, kemudian berpindah menumpang di kantor redaksi Majalah Intisari. Pada terbitan perdananya, Kompas hanya terbit dengan empat (4) halaman dengan iklan yang hanya berjumlah enam (6) buah.[8] Selanjutnya, pada masa-masa awal berdirinya (1965) Koran Kompas terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman, lalu terbit 4 kali seminggu, dan hanya dalam kurun waktu 2 tahun telah berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan oplah mencapai 30.650 eksemplar.[9]
Kompas edisi pertama dicetak oleh P.N. Eka Grafika, milik harian Abadi yang berafiliasi pada Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi). Tepat 28 Juni 1965, Kompas mulai diterbitkan untuk pertama kalinya dengan motto “Amanat Hati Nurani Rakyat.” Berita utama pada halaman pertama berjudul “Konferensi Asia-Afrika II Ditunda Empat Bulan.” Sementara Pojok kanan bawah mulai memperkenalkan diri dengan kalimat “Mari ikat hati. Mulai hari ini, dengan Mang Usil”. Kompas sebuah surat kabar harian pertama kali yang terbit di Jakarta sejak pada 28 Juni 1965, maka dari itu tanggal 28 Juni dijadikan hari lahir Kompas.
Di halaman pertama pojok kiri atas, tertulis nama staf: Pemimpin Redaksi Jakob Oetama; Staf Redaksi J. Adisubrata, Lie Hwat Nio, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th. Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan Eduard Liem. Menurut Jakob Oetama, nama P. K. Ojong ketika itu tabu politik. Lagipula, figur Ojong tidak disukai Soekarno.
Dalam kontekstual politik pada saat itu untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Pagi hari 30 September 1965, tepat tiga bulan usia Kompas, sebagian besar warga Jakarta terlelap dalam tidur pulasnya, ketika sekelompok tentara bersenjata menangkap beberapa jenderal yang dituduh terlibat dalam Dewan Jenderal. Peristiwa ini mengubah jalannya republik. Sejarah mencatat sebagai upaya perebutan kekuasaan terhadap pemerintahan Soekarno. Seperti beberapa harian yang terbit bersama dengan Kompas, mereka tidak terlepas dari upaya untuk memberikan tandingan kepada pers yang berafiliasi dengan ideologi kiri seperti PKI, dan harian yang dituduh tidak revolusioner lainnya.
Sehari setelah peristiwa itu, August Parengkuan dan Ponis Purba yang tengah mendapat giliran tugas malam, diberi tahu pihak percetakan bahwa Kompas beserta surat-kabar lain tak boleh terbit. Hanya harian Angkatan Bersenjata, Berita Yudha, kantor berita Antara, dan Pemberitaan Angkatan Bersenjata yang diperbolehkan menyiarkan berita. Larangan untuk tidak naik cetak tersebut dikeluarkan oleh pihak militer Jakarta. Dalam surat perintah itu disebutkan “dalam rangka mengamankan pemberitaan yang simpang-siur mengenai pengkhianatan oleh apa yang dinamakan Komando Gerakan 30 September atau Dewan Revolusi, perlu adanya tindakan-tindakan penguasaan terhadap media-media pemberitaan.
Ketika itu, August Parengkuan dan Ponis Purba tetap yakin Kompas tak perlu dilarang terbit. Alasannya, Kompas sudah mengecam pemberontakan, dan di dalam lay out sudah disiapkan bahwa Kompas edisi 2 Oktober juga memuat pernyataan sikap dari Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana RE Martadinata.
Penyerangan terhadap PKI ternyata tak menyelamatkan Kompas. Koran itu baru boleh terbit lagi pada 6 Oktober 1965. Rentang waktu seminggu itu, hingga saat ini menjadi misteri yang belum terkuak. Banyak asumsi, pertanyaan, dan analisis bergentayangan. Mengapa seluruh koran dibredel dan hanya menyisakan koran milik militer? Pertumbuhan Kompas meningkat. Saat pertama kali dicetak, oplah Kompas sekitar 4.800 eksemplar. Ketika pindah ke percetakan yang lebih bagus, Percetakan Masa Merdeka, tirasnya meningkat jadi 8.003 eksemplar, hingga menjelang pembredelan yang dilakukan pada masa pemerintahan Soeharto.
Saat terbit kembali pada 6 Oktober 1965, tiras Kompas menembus angka 23.268 eksemplar. Zaman berganti. Soekarno diganti Jenderal Soeharto. Pada 1999, setahun sesudah Soeharto dipaksa mundur, tiras Kompas mencapai angka lebih dari 600 ribu eksemplar per hari. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga riset AC Nielsen tahun 1999 menunjukkan pasar terbesar masih seputar Jakarta 46,77%, Bogor, Tangerang, dan Bekasi 13,02%, Jawa Barat 13.02%, Jawa Tengah, Yogyakarta 6,67%, Jawa Timur 2,04%, Sumatra 8,81%, Kalimantan 2,16%, dan Indonesia Timur 4,23%. Gramedia sebagai perusahaan induk Kompas tercatat sebagai persuahaan yang membayar pajak terbesar nomor 32 pada tahun 1980 sedang pada tahun pada tahun 1993 untuk perusahaan PT Kompas Media Nusantara saja diperkirakan menghasillkan Rp 240 miliar setahun dengan keuntungan bersih Rp 30 sampai 35 triliun. Tahun 1991 PT Gramedia dengan penerbitan bukunya menduduki urutan ke-151.
Seiring dengan pertumbuhannya, seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas saat ini dibagi menjadi tiga bagian (section), yaitu bagian depan yang memuat berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, bagian berita olahraga dan iklan baris yang disebut dengan "Klasika". Harian Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara.
Oplah dan Pembaca
suntingKompas mulai terbit pada tanggal 28 Juni 1965 berkantor di Jakarta Pusat dengan tiras 4.800 eksemplar. Sejak tahun 1969, Kompas merajai penjualan surat kabar secara nasional. Pada tahun 2004, tiras hariannya mencapai 530.000 eksemplar, khusus untuk edisi Minggunya malah mencapai 610.000 eksemplar. Pembaca koran ini mencapai 2,25 juta orang di seluruh Indonesia.
Saat ini (2011), Harian Kompas Cetak (bukan versi digital) memiliki sirkulasi oplah rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan rata-rata jumlah pembaca mencapai 1.850.000 orang per hari yang terdistribusi ke seluruh wilayah Indonesia.[10] Dengan oplah rata-rata 500 ribu eksemplar setiap hari dan mencapai 600 ribu eksemplar untuk edisi Minggu, Kompas tidak hanya merupakan koran dengan oplah (sirkulasi) terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara. Untuk memastikan akuntabilitas distribusi harian Kompas, Koran Kompas menggunakan jasa ABC (Audit Bureau of Circulations) untuk melakukan audit semenjak tahun 1976 [11][12]
Berdasarkan hasil survey pembaca tahun 2008, Profil pembaca Koran Kompas mayoritas berasal dari kalangan (Strata Ekonomi dan Sosial) menengah ke atas (SES AB) yang tercermin dari latar belakang pendidikan dan kondisi keuangan.[13]
Pembredelan dan gugatan kasus hukum
sunting- Tanggal 1 Oktober 1965, Larangan terbit pertama, terkait dengan peristiwa G30S/PKI. Pada tanggal 1 Oktober 1965 malam, pemerintah melarang sejumlah koran yang terbit di Jakarta untuk terbit. Larangan tersebut hanya diberlakukan empat hari. Pada tanggal 6 Oktober 1965 larangan tersebut dicabut, Kompas dan sejumlah koran lainnya kembali terbit.[14]
- Tanggal 21 Januari 1978, Larangan terbit kedua, menyusul pemberitaan pencalonan Soeharto sebagai presiden untuk ketiga kalinya. Pada tanggal 21 Januari 1978, menyusul pemberitaan pencalonan Soeharto sebagai presiden untuk ketiga kalinya dan demo menentang korupsi yang marak, tujuh harian (Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore) dilarang terbit atas perintah Sudomo.[15]
- Tahun 2006, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Bambang Wisudo dan pembatalannya (2008). Pada tanggal 8 Desember 2006, Bambang Wisudo (wartawan) menerima surat pemecatan. Pada tanggal 12 Desember 2008, sekitar dua (2) tahun sesudahnya, diterbitkan surat pencabutan keputusan PHK Kompas terhadap Bambang Wisudo.[16]
- Tahun 2010, Aburizal Bakrie melaporkan sejumlah media ke Polisi dan Dewan Pers. Sejumlah media masa tersebut dilaporkan karena memberitakan pertemuan Aburizal Bakrie dengan terdakwa mafia pajak Gayus Tambunan di Bali.[17][18][19][20]
- Tanggal 11 Januari 2011, gugatan perdata oleh Raymond Teddy terhadap sejumlah media. Raymond Teddy melakukan gugatan perdata terhadap sejumlah media (Kompas, RCTI/Koran Sindo, Republika, Detikcom, Warta Kota, dan Suara Pembaruan) atas penyebutan dirinya sebagai bandar judi.[21]
Galeri Kompas Digital
sunting-
Kompas Reader (Desktop)
-
Kompas Mobile (Seluler)
-
Kompas Editor's Choice Playbook
-
Kompas Editor's Choice iPad
-
Realitas Visual
Konten
suntingCerita Bersambung
suntingDari berbagai fitur yang dikembangkan KOMPAS salah satunya adalah cerita bersambung yang sedikit banyak telah membuat komunitas dan mengangkat nama penulisnya hingga dijadikan novel dan diangkat ke layar lebar seperti:
- Badai Pasti Berlalu (novel), karya Marga T, dimuat 5 Juni 1972 - 2 September 1972
- Musashi (novel), karya Eiji Yoshikawa, dimuat 1983
- Karmila, karya Marga T
- Cintaku di Kampus Biru, karya Ashadi Siregar
- Rara Mendut. Kisah Rara Mendut ditulis ke dalam sebuah karya sastra klasik oleh Y.B. Mangunwijaya (atau "Romo Mangun"), tokoh sastra terkenal asal Ambarawa, Jawa Tengah, Indonesia, ke dalam sebuah novel trilogi yang pertama kali diterbitkan tahun 1982 sampai tahun 1987 dalam harian Kompas dalam format cerita bersambung. Trilogi ini masing-masing berjudul "Rara Mendut", "Genduk Duku", dan "Lusi Lindri".
Bobo
suntingPada awalnya, Majalah Bobo adalah halaman anak-anak pada Harian Kompas yang kemudian terbit menjadi majalah tersediri.
Bola
suntingTabloid Bola awalnya terbit sebagai sisipan harian Kompas pada 3 Maret 1984, namun empat tahun kemudian mulai diterbitkan terpisah.
Suplemen
suntingKompas Ekstra
suntingSejak Bulan Februari 2011, Harian Kompas menerbitkan suplemen dengan nama Kompas Ekstra. Kompas Ekstra berwujud terbitan yang ukuran kertasnya lebih kecil dari ukuran surat kabar Kompas. Pengirimannya dijadikan satu dengan fisik koran Kompas. Suplemen ini terbit satu bulan sekali, tepatnya tiap hari senin minggu terakhir. Suplemen ini terbit dengan konten yang tematis. Beberapa tema kontennya antara lain 'Kesehatan', 'Pendidikan', 'Asuransi' dan lain-lain.[22]
Penghargaan dan Rekor
sunting- 2005, Tiga (3) penghargaan jurnalistik MH Thamrin untuk kategori artikel umum, kebakaran dan foto.[23]
- 2006, Goldern Brand Award 2006 untuk kategori surat kabar.[24]
- 2009, Kompas Raih Penghargaan Swara Sarasvati 2010 yang diselenggarakan oleh Koalisi Perempuan Indonesia.[25]
- 2009, Harian Kompas menerima dua penhargaan dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup, masing-masing kategori Surat Kabar Peduli LIngkungan dan Surat Kabar untuk Berita Foto Lingkungan.[26]
- 2009, Harian Kompas Terima Penghargaan dari Mahkamah Konstitusi (MK)karena dianggap banyak membantu mensosialisasikan fungsi dan kewenangan MK dalam pemberitaannya.[27]
- 2009, Indonesia Best Brand Award 2009 Platinum untuk kategori media.[28]
- 2010, Kompas Pecahkan Rekor Sepeda Santai.[29]
- 2010, Best Brand Award 2010 untuk kategori Koran.[30]
- 2010, WAN-IFRA Best In Design (Gold) 2010 untuk halaman pertama yang menampilkan foto Gus Dur.[31]
- 2010, Kompas meraih tiga (3) penghargaan. Best in User Generated Content, Best in Cross Media Editorial Coverage dan Best eReader-Tablet .[32][33]
- 2010, Agus Susanto, Fotografer Kompas Raih Penghargaan The Jakarta International Photo Summit 2010.[34]
- 2011, Harian Kompas terpilih sebagai koran yang paling disukai perempuan.[35]
- 2011, Harian Kompas terpilih sebagai media cetak pengguna Bahasa Indonesia terbaik tingkat nasional.[36]
- 2011, Penghargaan dari asosiasi surat kabar sedunia (WAN IFRA) untuk bidang layanan publik dalam kategori World Young Reader Prize 2011.[37]
- 2011, Harian Kompas terpilih sebagai Indonesia's Most Favorite Netizen Brand 2011 untuk kategori Koran (Wilayah Jakarta).[38]
- 2011, Kompas meraih (3) penghargaan pada Asian Digital Media Awards 2011 Hongkong (DMA11) Diarsipkan 2011-11-24 di Wayback Machine.. Ekspedisi Citarum Diarsipkan 2011-11-24 di Wayback Machine. mendapat Gold Award pada kategori Cross Media, Silver Award untuk Best Newspapaer Website dan eReader Playbook mendapat Bronze Award untuk kategori Best eReader.[39]
- 2011, Kompas Raih Anugerah Tirtoadisuryo 2011.[40]
- 2011, Penghargaan media cetak yang terbanyak memuat isu lingkungan hidup periode 2011.[41]
- 2012, Penghargaan Adam Malik (Award), untuk kategori media dan jurnalis terbaik.[42]
- 2012, Hadiah Adinegoro untuk karya jurnalistik karikatur.[43]
- 2012, Dua Emas pada Indonesia Print Media Award 2012 dan Indonesia Inhouse Magazine 2012.[44][45]
- 2012, Penghargaan Perunggu untuk aktivitas "Volunter In Action" dari Asosiasi Surat Kabar Dunia (WAN-IFRA), untuk kategori Layanan Komunitas [46]
- 2012, Penghargaan Emas (P.Raditya Mahendra Yasa), Perak (Agus Susanto) dan Perunggu (Yuniadhi Agung) dari Asosiasi Surat Kabar Dunia (WAN-IFRA), untuk kategori Sports Photography [47]
- 2012, Dua penghargaan pada malam "38 Tahun Anugerah Jurnalistik M.H Thamrin - PWI Jaya" untuk kategori "Artikel Layanan Publik" dan "Tajuk Rencana"[48]
- 2012, Penghargaan Pendidikan pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012 [49]
- 2012, Dua wartawan kompas dan satu fotografer mendapat penghargaan dalam acara Anugerah Penghargaan Bidang Kebencanaan (APBK) 2012 yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana.[50]
- 2012, Wartawan Kompas, Eny Prihtiyani meraih juara III lomba karya tulis jurnalistik IFC Indonesia.[51]
- 2012, Ekspedisi Cincin Api mendapat penghargaan emas dan perak dari (WAN-IFRA),[52]
- 2012, Harian Kompas meraih Transmigration Award [53]
- 2012, Harian Kompas mendapat penghargaan dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI). Selama dua tahun ini, Kompas dinilai sebagai satu-satunya media yang konsisten dan komprehensif menyosialisasikan kondisi geologi Indonesia, melalui peliputan Ring of Fire (cincin api).[54]
- 2013, Harian Kompas meraih penghargaan Asian Media Award 2013. Fotografer Kompas, Agus Susanto meraih penghargaan perunggu untuk fotonya 'Indonesia Lawan Korea Utara (SCTV Cup)' [55]
- 2013, Melalui proyek Kompas Archipelago Culinary Expedition, Harian Kompas meraih penghargaan Digital Media Asia (DMA) 2013 untuk kategori tablet publishing.[56]
- 2013, Harian Kompas meraih Roy Morgan Customer Satisfaction Awards 2013 untuk kategori koran.[57]
- 2014, PT Kompas Media Nusantara mendapatkan Bronze Award pada acara Asian Media Award 2014 di Hongkong untuk kategori Foto Jurnalisme dengan judul foto 'Jakarta Tak Berdaya'.[58]
Komunitas
sunting- Penghargaan Cerpen "Kompas". Merupakan aktivitas yang dilakukan Harian Kompas dalam mendukung kesusastraan Indonesia melalui penghargaan yang sudah berlangsung semenjak tahun 1992.
- Dana Kemanusiaan "Kompas" (DKK) . Merupakan aktivitas pengumpulan dana untuk kemanusiaan yang aset tahunannya diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Leonard, Mulia & Richard. Dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan, Kompas tidak pernah mendiskriminasi para penerimba bantuan baik dari segi etnis, agama, gender, maupun usia/umur. Dalam menentukan kebutuhan dan pengalokasikan dana, harus melalui Dewan Pengawas DKK.[59]
- Milis Forum Pembaca Kompas (milis FPK). Milis ini dibentuk oleh salah seorang pembaca Kompas bernama Agus Hamonangan pada tanggal 30 Juli 2004. Selain sebagai pendiri, Agus Hamonangan juga aktif sebagai moderator. Selain pembaca Kompas, milis tersebut juga dilanggani oleh karyawan Kompas terutama bagian redaksi. Karena lahir dari komunitas, maka pengelolaannya juga dilakukan oleh komunitas secara sukarela, pihak Kompas tidak mengelola secara langsung.[60]
- Milis Kompas Community . Milis ini ditujukan untuk pembaca dan pelanggan Kompas yang akan memberikan kritik dan saran untuk Redaksi, Sirkulasi, Iklan, atau produk lain yang dipublikasikan oleh Kompas. Milis ini langsung dikelola oleh pihak Kompas.[61]
- Diskusi Panel Forum Pembaca Kompas (FPK) atau yang juga biasanya disebut Kompas Audience Engagement (KAE). Merupakan aktivitas resmi yang diselenggarakan oleh pihak Kompas yang melibatkan pelanggan dan penulis artikel.[62] Kegiatan ini telah berlangsung dari tanggal 22 Juni 2002 dan saat ini (31 Oktober 2011) telah dilakukan di sepuluh (10) kota besar di Indonesia. Kota tempat aktivitas FPK adalah Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Banjarmasin, Makassar[63] dan Bali.
- Di tingkat yang lebih professional, ada Ombudsman. Komunitas ini ditujukan untuk mengkritisi dan memberi masukan terhadap pemberitaan Kompas agar netralitas dan keterimbangan tetap terjaga. Anggota Ombudsman terdiri atas sejumlah pakar dari berbagai bidang dan profesi yang setiap bulan bertemu dengan pimpinan dan para editor Kompas.[64]
- Kompas Muda, adalah komunitas pembaca Harian Kompas yang masuk kategori muda. Kompas Muda terdiri dari Siswa-siswi Sekolah Menengah Umum (SMU) dan sederajat yang memiliki aktivitas bersama. Salah satu aktivitasnya adalah mengisi rubrik Kompas Muda di harian Kompas. Selain mengisi rubrikasi, aktivitas Kompas Muda yang berawal dari proses rekrutmen juga merambah ke berbagai kompetisi dan ajang kreativitas lainnya.[65] Para pelajar yang berkumpul dalam komunitas Kompas Muda biasanya disebut dengan nama 'Mudaers'
Galeri Komunitas
sunting-
Para volunteer Kompas MuDA.
-
Kompas Audience Engagement.
-
Penghargaan Cerpen Kompas.
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-09-22. Diakses tanggal 2019-02-08.
- ^ "Warta Kota, The City Icon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-01. Diakses tanggal 2011-10-31.
But this has resulted in a very accurate and reliable outcome, especially for advertisers. I think only Kompas and Warta Kota that use the ABC’s service. It’s not cheap, but for our credibility, money must not be a problem,” he added.
- ^ "Lembaga Rating Dikritik Lagi (Kasus Rating Warta Kota)". Diakses tanggal 2011-10-31.
Dengan menggunakan hasil rating terbaru dari ABC, Warta Kota berani menyatakan dirinya sebagai koran yang 'laku' terjual banyak (sekita 140 ribuan eksemplar), serta mendapatkan penghargaan (iklannya ada di berbagai majalah).
- ^ "Digital Media Reports 2021 - Indonesia". Reuters Institute for the Study of Journalism, University of Oxford. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-03. Diakses tanggal 28 Oktober 2021.
- ^ "Nama KOMPAS Pemberian Bung Karno". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-03. Diakses tanggal 2011-11-04.
Mendengar jawaban itu Bung Karno tersenyum dan berkata: "saya memberi nama yang lebih bagus. Kompas! Tahu toh apa artinya Kompas? Pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan dan hutan rimba. Maka, harian baru itu terbit dengan nama Kompas.
- ^ Kurniawan, Andik; Nurcahyo, Abraham (2013-01-10). "Pengaruh Dinamika Politik Indonesia Terhadap Eksistensi Harian Kompas (1965-2012)". AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA. 3 (01). doi:10.25273/ajsp.v3i01.904. ISSN 2502-2857. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2019-12-15.
- ^ "Nama KOMPAS Pemberian Bung Karno". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-03. Diakses tanggal 2011-11-04.
Untuk mendapatkan izin penerbitan ketika itu bukan perkara mudah. Selain aparat yang mengatur perizinan dikuasai Partai Komunis Indonesia (PKI), penerbit juga harus bisa menunjukkan bukti bahwa sudah ada pelanggan sekurang-kurangnya 3.000 orang. Maka, Frans seda kemudian menginstruksikan kepada anggota-anggota partai, guru-guru sekilah, dan anggota Koperasi Kopra Primer di Kabupaten sikka, Ende Lio, dan Flores Timur untuk secepat mungkin mengirim daftar 3.000 pelanggan, lengkap dengan tanda tangan dan alamat.
- ^ "Pers Order Baru". Diakses tanggal 2011-11-04.
hal.50.
- ^ "History". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-28. Diakses tanggal 2013-15-29.
Pada mulanya KOMPAS terbit sebagai surat kabar mingguan dengan 8 halaman, lalu terbit 4 kali seminggu, dan hanya dalam kurun waktu 2 tahun telah berkembang menjadi surat kabar harian nasional dengan oplah mencapai 30.650 eksemplar
- ^ "Oplah danPembaca Kompas". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-01-05. Diakses tanggal 2010-06-02.
Harian Kompas terbit rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan tingkat keterbacaan 1.850.000 per hari. Artinya, Kompas rata-rata dibaca oleh 1.850.000 orang per hari.
- ^ "Oom Pasikom Panjang Umur". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-12. Diakses tanggal 2011-11-15.
Sirkulasi Kompas saat ini sekitar 470 ribu. Ini berarti, dalam 20 tahun Kompas telah tumbuh berlipat hampir seratus kali. Kompas sekarang bukan cuma koran terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara.
- ^ "Catatan Atas "Kongkow Bareng" Jakob Oetama". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-02. Diakses tanggal 2011-11-15.
Kompas diawali dengan buletin Intisari yang terus diterbitkan dan ada sebagai tonggak berdirinya Kompas sebagai harian dan menjadi bisnis media cetak terbesar di Asia Tenggara dengan oplah 500 ribu eksemplar setiap hari, dan menjadi 600 ribu eksemplar pada hari Minggu.
- ^ "Angket pembaca KOMPAS, 2008". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-20. Diakses tanggal 2011-11-07.
Survey terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar pembaca KOMPAS berasal dari kelas menengah ke atas, tercermin dari kondisi keuangan dan latar belakang pendidikan mereka.
- ^ "/Harian_Rakjat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-27. Diakses tanggal 2011-1-04.
Dan, akhirnya, dua hari setelah Gerakan 30 September 1965 meletus, harian itu ditutup untuk selamanya. Pada 1 Oktober 1965 malam, semua harian yang terbit di Jakarta dilarang terbit, kecuali Harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha milik militer.
- ^ Tujuh Koran Dilarang Arsip Tempo, 28 Januari 1978
- ^ "Surat Pencabutan PHK Bambang Wisudo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2011-11-01.
maka sehubungan telah diadakannya Perjanjian Perdamaian antara Pihak Perusahaan dengan Saudara pada tanggal 12 Desember 2008, dengan ini dinyatakan bahwa kedua surat tersebut dicabut dan dibatalkan.
- ^ Wadrianto, Glori K. (ed.). "1000 Persen Ical Tak Temui Gayus di Bali". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-11-03.
Sementara itu, keberadaan Ical juga tercium wartawan. Semula wartawan tidak menyadari kehadiran Ical. Mereka baru tahu bahwa ada Ical menjadi penonton pertandingan itu ketika mantan Ketua KONI Agum Gumelar yang juga menyaksikan pertandingan itu bersama istrinya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari, memanggil-manggil Ical.
- ^ Asdhiana, I Made (ed.). "Dibantah, Ical Bertemu Gayus di Bali". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-11-03.
Aburizal yang disebut-sebut ikut menonton tenis ini dikabarkan bertemu dengan Gayus. Namun, kabar ini segera dibantah oleh anggota Fraksi Partai Golkar, Aziz Syamsuddin.
- ^ "Aburizal Adukan Sejumlah Media ke Dewan Pers". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-27. Diakses tanggal 2011-11-03.
Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie melaporkan sejumlah media ke Dewan Pers.
- ^ "Aburizal Laporkan Sejumlah Media ke Polisi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-26. Diakses tanggal 2011-11-04.
Pengusaha Aburizal Bakrie, yang akrab disapa Ical, berencana melaporkan sejumlah media ke Dewan Pers, Rabu 24 November 2010. Aburizal menilai bahwa sejumlah media itu telah menyudutkan dirinya dalam berita soal plesirnya Gayus Tambunan ke Bali. Rencananya, Ketua Umum Partai Golkar ini juga akan mengadukan kasus ini ke kepolisian.
- ^ Wahono, Tri (ed.). "Hari Ini, Sindo Hadapi Putusan". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-11-01.
Seperti diketahui, kasus perdata yang dihadapi tujuh media ini bermula dari gugatan Raymond Teddy. Raymond merasa keberatan dengan pemberitaan ketujuh media tersebut, yakni Kompas, RCTI/Koran Sindo, Republika, Detikcom, Warta Kota, dan Suara Pembaruan, atas penyebutan dirinya sebagai bandar judi.
- ^ "Kompas Ekstra". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-03. Diakses tanggal 2012-05-31.
- ^ "Harian Kompas Dominasi Penghargaan Jurnalistik MH Thamrin". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-02. Diakses tanggal 2011-11-01.
Sementara itu, Harian Kompas mendominasi perolehan penghargaan yang disediakan Institut Anugerah Jurnalistik MH Thamrin PWI Jaya. Dari enam penghargaan, Harian terbesar di Indonesia itu berhasil memborong tiga penghargaan.
- ^ "Kompas Raih Indonesia Golden Brand Award 2006". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-10-31.
Untuk keempat kalinya secara berturut-turut Harian Kompas mendapatkan pernghargaan Indonesia Best Brand Award (IBBA) untuk kategori surat kabar. Penghargaan ini diserahkan Kamis malam ini di Hotel Sangrilla, Jakarta.
- ^ "Kompas Raih Penghargaan Swara Sarasvati 2010". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-25. Diakses tanggal 2011-10-31.
Swara Sarasvati adalah bentuk apresiasi dari Koalisi Perempuan Indonesia untuk media massa yang mendukung perjuangan mengkampanyekan peningkatan keterwakilan politik perempuan dalam pengambilan kebijakan. Selain itu salah satu wartawan KOMPAS Maria Hartiningsih juga meraih penghargaan Swara Sarasvati melalui tulisannya yang berjudul ” Terhambatnya Perempuan, Kerugian Demokrasi ” yang dimuat di harian KOMPAS pada 4 Februari 2009.
- ^ "Kompas Meraih Dua Penghargaan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-01. Diakses tanggal 2011-10-31.
Harian Kompas menerima dua penhargaan dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup, masing-masing kategori Surat Kabar Peduli LIngkungan dan Surat Kabar untuk Berita Foto Lingkungan. Selama empat bulan, 28 Maret-26 Juni 2009, pihak kementerian memantau pemberitaan di 10 media cetak.
- ^ "Harian Kompas Terima Penghargaan dari MK". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-10-31.
Harian Kompas menerima penghargaan dari Mahkamah Konstitusi karena dianggap banyak membantu mensosialisasikan fungsi dan kewenangan MK dalam pemberitaannya. Penghargaan diberikan dalam rangka ulang tahun ke-6 MK, Kamis (13/8).
- ^ "Konsumen semakin pragmatis". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-26. Diakses tanggal 2011-10-31.
Dalam kesempatan ini, harian Kompas meraih penghargaan Indonesia Best Brand 2009 Platinum untuk kategori koran. Penyelenggara menilai harian Kompas mampu mempertahankan loyalitas konsumen terhadap merek hingga selama 44 tahun masih menjadi pemimpin pasar.
- ^ Mbonk (ed.). "Kompas Pecahkan Rekor "Fun Bike"". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2011-10-31.
ara Kompas Green Fun Bike 2010 yang digelar di Surabaya, Minggu (11/4/2010), memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia untuk jumlah peserta. Kegiatan itu diikuti 39.073 peserta.
- ^ Hidayat, Fikria (ed.). "Kompas Raih Indonesia Best Brand Award". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 2011-10-31.
CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo (kiri) menerima penghargaan untuk kategori koran dalam Indonesia Best Brand Award 2010 dari Pemimpin Redaksi Majalah Swa Kemal Effendi Gani di Studio Metro TV, Jakarta Barat, Kamis (29/7/2010).
- ^ "Kompas Raih Tiga Penghargaan". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-06. Diakses tanggal 2012-05-22.
Kali ini, Harian Kompas meraih penghargaan pertama atau emas untuk desain halaman satu pada 9th Asia Media Awards 2010 yang diselenggarakan oleh World Association of Newspaper and News Publisher (WAN) IFRA di Hotel Shangri-La, Kuala Lumpur, Malaysia, 4 Agustus 2010.
- ^ "Kompas Raih Tiga Penghargaan". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-06. Diakses tanggal 2011-10-31.
Ketiga penghargaan untuk kategori “Best in User Generated Content”, “Best in Cross Media Editorial Coverage”, dan “Best eReader-Tablet”.
- ^ "Pos Kupang, Kompas Raih Tiga Penghargaan". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-02. Diakses tanggal 2011-10-31.
Kompas berhasil meraih tiga penghargaan internasional dalam ajang Asian Digital Media Awards (ADMA) yang digelar asosiasi suratkabar dunia WAN-IFRA.
- ^ "Fotografer Kompas raih penghargaan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-05. Diakses tanggal 2011-10-31.
Agus Susanto, fotografer harian Kompas yang memfoto Gayus Tambunan saat menonton tenis di Bali meraih Penghargaan Photo Summit Indonesia 2010.
- ^ Margianto, Heru (ed.). ""Kompas", Koran Paling Disukai Perempuan". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-11-07.
- ^ Napitupulu, Ester Lince. Ksp, Robert Adhi, ed. ""Kompas" Terima Penghargaan Bahasa". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2011-10-31.
Harian Kompas terpilih sebagai media cetak pengguna Bahasa Indonesia terbaik tingkat nasional.
- ^ Wahono, Tri (ed.). "Harian "Kompas" Meraih "World Young Reader Prize"". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-22. Diakses tanggal 2011-10-31.
Surat kabar Kompas lewat kegiatan Kompas Muda mendapat penghargaan dari asosiasi surat kabar sedunia (WAN IFRA) untuk bidang public service dalam kategori World Young Reader Prize 2011.
- ^ Hidayat, Wicaksono Surya (ed.). "KOMPAS, Surat Kabar Terfavorit Pengguna Internet". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-11-07.
Penghargaan ini diberikan oleh MarkPlus Insight berdasarkan hasil survei terhadap pengguna Internet (netizen) di Indonesia tahun 2011 ini.
- ^ "Situs "Kompas.com" Menangi Penghargaan Asia". Diakses tanggal 2011-11-25.
Situs berita Kompas.com mendapatkan penghargaan Asian Digital Media Awards 2011 yang diumumkan di Hong Kong, Kamis (24/11/2011). Kompas.com mendapatkan silver award untuk kategori Best Newspaper Website in Asia.
[pranala nonaktif permanen] - ^ Tanuredjo, Budiman. Suprihadi, Marcus, ed. "Kompas Raih Anugerah Tirtoadisuryo 2011". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-12-15.
Harian Kompas kembali meraih prestasi membanggakan di bidang jurnalistik. Kali ini Anugerah Tirtoadisuryo 2011 akan diberikan kepada Tim Ekspedisi Kompas atas rintisannya yang menyegarkan gaya dan substansi laporan jurnalistik dalam tradisi pers Indonesia.
- ^ Susanto, Ichwan. Ksp, Robert Adhi, ed. ""Kompas" Media Terbanyak Memuat Isu Lingkungan". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2011-12-15.
Ini merupakan penghargaan serupa yang diterima kali ketiga oleh Kompas. Penghargaan ini diberikan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya, Senin (19/12/11) di Jakarta, kepada Kompas yang diterima Wakil Pemimpin Redaksi Trias Kuncahyono.
- ^ Dewabrata, Wisnu. Ksp, Robert Adhi, ed. "Harian "Kompas" Sabet Dua Kategori Penghargaan Adam Malik 2012". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2012-01-31.
Pengumuman dan penyerahan Penghargaan Adam Malik 2012, Rabu (4/1/2012), dilakukan bersamaan dengan Pidato Pernyataan Tahunan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Gedung Nusantara Kemlu.
- ^ Nugraha, Pepih (ed.). "Karikaturis Harian "Kompas" Jitet Kustana Raih Adinegoro". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2012-01-31.
Karikatur yang dimuat harian Kompas pada 25 Mei 2011 itulah yang kemudian meraih Hadiah Adinegoro untuk karya jurnalistik karikatur.
- ^ Tambunan, Irma. Aziz, Nasru Alam, ed. "Media Cetak Tetap Bertahan". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2012-02-08.
Kompas meraih dua emas untuk kategori yang sama, yaitu surat kabar nasional.
- ^ ""Desain Halaman Satu "Kompas" Raih Dua Emas". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-01. Diakses tanggal 2012-06-09.
Desain halaman muka harian Kompas terbitan Rabu, 9 Februari 2011 dan terbitan Sabtu, 12 Maret 2011, meraih medali emas Indonesia Print Media Award 2012 dan Indonesia Inhouse Magazine Award 2012.
- ^ ""Asian Media Awards 2012 Winners". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-17. Diakses tanggal 2012-04-12.
The Winners list, which includes publications such as Star (Malaysia), South China Morning Post, Jawa Pos, Jakarta Globe, Mid Day, Malayala Manorama, Gulf News, AP, Kompas Gramedia, Singapore Press Holdings, Asahi Shimbun and many more, can be downloaded on this page.
- ^ ""Asian Media Awards 2012 Winners". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-08-17. Diakses tanggal 2012-04-12.
The Winners list, which includes publications such as Star (Malaysia), South China Morning Post, Jawa Pos, Jakarta Globe, Mid Day, Malayala Manorama, Gulf News, AP, Kompas Gramedia, Singapore Press Holdings, Asahi Shimbun and many more, can be downloaded on this page.
- ^ Afifah, Riana. Hidayat, Wicaksono Surya, ed. "Kompas dan Warta Kota Raih Penghargaan MH Thamrin". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2012-06-22.
Dari delapan kategori yang dilombakan, Harian Kompas menyabet dua penghargaan. Pertama, untuk kategori Artikel Layanan Publik dengan artikel berjudul Ugal-ugalan Bus Umum Kegilaan Sosial Landa Jakarta yang ditulis oleh Neli Triana. Kedua, untuk kategori Tajuk Rencana dengan tulisan berjudul Jakarta Minus Masa Depan.
- ^ Akuntono, Indra. Latief, ed. "Penghargaan Bidang Pendidikan untuk "Kompas"". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2012-06-22.
Penghargaan Bidang Pendidikan - Harian Kompas yang diwakili Wakil Pemimpin Redaksi, Budiman Tanurejo (kanan), menerima penghargaan bidang pendidikan yang diserahkan Wakil Presiden, Boediono, yang didampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, pada puncak peringatan Hari Pendidikan Nasional 2012 di Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Rabu (13/6). Penghargaan diberikan atas kontribusi Kompas yang konsisten memberitakan tentang pendidikan dan budaya di Indonesia.
- ^ Faiq, Mohammad Hilmi. Ksp, Robert Adhi, ed. "Kompas Borong Juara APBK 2012". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2012-11-29.
Untuk kategori lomba karya tulis (Citra Carita Parama), dua wartawan Kompas Ahmad Arif dan Mohammad Hilmi Faiq masing-masing meraih juara I dan II. Juara I diraih Zaky Yamani. Adapun untuk kategori foto (Citra Adiluhung), fotografer Kompas Agus Susanto menyabet juara II.
- ^ Teks foto di Hal 19, Kompas, Selasa (20/11)
- ^ Diredja, Tjahja Gunawan. Aziz, Nasru Alam, ed. "Liputan Ekspedisi Cincin Api Kompas Dapat Penghargaan". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2012-11-28.
Harian Kompas mendapatkan penghargaan emas untuk kategori Cross Media dan perak untuk kategori publikasi di tablet untuk liputan Ekspedisi Cincin Api pada Asian Digital Media Award 2012, WAN-IFRA, Rabu (28/11/2012).
- ^ Hamzirwan. Diredja, Tjahja Gunawan, ed. "Harian "Kompas" Raih Transmigration Award". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-08. Diakses tanggal 2012-12-08.
Harian Kompas kembali meraih apresiasi Transmigration Award untuk yang kedua kali dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
- ^ ""Penghargaan IAGI untuk Kompas"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-19. Diakses tanggal 2013-06-25.
Penghargaan IAGI ini secara khusus diterima Wakil Redaktur Pelaksana Kompas Bambang Sigap Sumantri, Senin malam di Yogyakarta. Dalam acara ini, Kompas menjadi satu-satunya media yang mendapatkan penghargaan dari IAGI.
- ^ ""Kompas Raih Penghargaan di Asian Media Awards"". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-15. Diakses tanggal 2013-09-12.
Presiden WAN IFRA Thomas Brunegard (kiri) didampingi Presiden Penerbitan Surat kabar India KN Tilak Kumar (tengah) menyerahkan medali perunggu kepada wartawan Kompas Agus Susanto pada Asian Media Awards 2013 yang diselenggarakan WAN-IFRA (Asosiasi Surat Kabar dan Penerbitan Berita Dunia) di Hotel Taj Vivanta Yeshwantpur, Bengaluru, India, Rabu (11/9/2013)
- ^ ""Asian Digital Media Awards 2013 Winners"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-16. Diakses tanggal 2013-11-14.
Some of Asia’s leading news media companies, including Singapore Press Holdings, South China Morning Post, Kompas, and the Nation Group, were among the winners of the 4th annual Asian Digital Media Awards presented tonight (13 November) in a ceremony in Kuala Lumpur, Malaysia, by the World Association of Newspapers and News Publishers (WAN-IFRA).
- ^ ""Harian Kompas meraih Roy Morgan Customer Satisfaction Awards 2013 untuk kategori koran"". Kompas.com. 6 Maret 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-22. Diakses tanggal 2014-04-21.
Harian Kompas meraih Roy Morgan Customer Satisfaction Awards 2013 untuk kategori koran. Adapun penghargaan untuk kategori toko buku diraih Toko Buku Gramedia. Pencapaian Kompas dan Gramedia tersebut disampaikan Direktur Regional Asia Roy Morgan International Debnath Guharoy pada malam penyerahan Roy Morgan Satisfaction Awards 2013 di The Financial Hall CIMB Niaga, Jakarta, Rabu (5/3).
- ^ "Asian Media Award 2014 Winners". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 2014-07-01.
- ^ "Dana Kemanusiaan Kompas". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-16. Diakses tanggal 2012-28-11.
- ^ "Forum Pembaca Kompas Gelar Gethering". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-07. Diakses tanggal 2011-10-31.
Moderator Milis FPK Agus Hamonangan mengungkapkan, awalnya dia hanya iseng membuat milis FPK pada 30 Juli 2004. Bahkan ketika itu Agus tidak tahu mem-posting milis dan masih "hancur-hancuran.
- ^ "Milis Kompas Community". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-13. Diakses tanggal 2012-06-10.
- ^ "Diskusi FPK". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-29. Diakses tanggal 2011-10-31.
Berawal dari masukan pembaca dalam berbagai penelitian tentang perlunya forum interaktif antara pembaca dan penerbit serta mengingat pentingnya peran pembaca sebagai salah satu stakeholder KOMPAS, maka pada tahun 2002 dibentuklah Forum Pembaca KOMPAS (FPK).
- ^ "FPK Makassar". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-08. Diakses tanggal 2011-10-31.
Suasana peresmian Forum Pembaca Kompas Angkatan ke-7 di Hotel Santika, Makassar pada tanggal 02 Maret 2008.
- ^ "KOMPAS". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-03. Diakses tanggal 2011-11-03.
Di tingkat yang lebih professional, ada Ombudsman yang mengkritisi isi Kompas. Anggota Ombudsman terdiri atas sejumlah pakar, setiap bulan bertemu dengan pimpinan dan para editor..
- ^ "Kompas Muda". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-23. Diakses tanggal 2012-05-31.
Kompas MuDA menantang kalian yang masih SLTA untuk buat Tim yang akan mengisi Kompas MuDA edisi cetak.
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Situs resmi