Renault Sport F1

Perusahaan mesin balap Formula Satu asal Perancis

Renault Sport F1 merupakan sebuah perusahaan yang saat ini menjadi rekanan pemasok mesin untuk beberapa tim balap Formula Satu.[2][3] Perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari pabrikan mobil Prancis, Renault yang menjual 25% sisa sahamnya di tim F1 mereka pada akhir 2010 kepada pemegang saham mayoritas Genii Capital.[4] Tetapi Renault juga masih tetap berkomitmen bertahan di ajang Formula Satu sebagai pemasok mesin. Hal ini mereka wujudkan melalui pengelolaan kantor sekaligus pabrik pembuatan mesin balap mereka di Viry-Châtillon, Prancis.

Renault Sport F1
IndustriPerusahaan mesin balap Formula Satu
Kantor
pusat
,
Tokoh
kunci
Bernard Rey
(Chairman)
Jean François Caubet
(Managing Director)
Rob White
(Deputy Managing Director (technical))
Rémi Taffin
(Track Operations Manager)
JasaPemasok mesin balap Formula Satu
Karyawan
sekitar 250[1]
IndukRenault
Situs webwww.renaultsportf1.com

Sebelumnya pada masa silam, dengan nama yang berbeda, Renault Sport F1 dikenal dengan nama Renault Sport dan Renault F1. Mereka juga sempat membuat mesin dengan nama Supertec dan Mecachrome

Peran di Formula Satu sunting

Tugas dan aktivitas utama Renault Sport F1 adalah menyediakan pasokan mesin untuk para tim pelanggan mereka, saat ini diisi oleh Red Bull Racing, Lotus Renault GP dan Team Lotus. Terhitung sejak musim 2012, Renault Sport F1 juga menambah pasokan mesin mereka kepada tim Williams F1. Selain memasok mesin, Renault Sport F1 juga berperan besar pada pengembangan peralatan KERS di masing-masing rekanan mereka.

Dalam setiap lomba, pihak Renault Sport F1 mengirimkan sekurang-kurangnya 30 teknisi mereka kepada setiap tim yang dipasok. Masing-masing tim menerima enam orang teknisi (2 insinyur mesin, 2 teknisi mesin, 1 teknisi pendukung dan 1 ahli elektrik). Secara total setiap musimnya, Renault Sport F1 mengirimkan 48 mesin kepada seluruh tim yang mereka pasok.

Sejarah dalam ajang Formula Satu sunting

Team Lotus sunting

 
Nigel Mansell dengan Lotus-Renault di musim 1984.

Lotus pertama kali menggunakan mesin Renault di musim 1983 dengan pembalap Nigel Mansell dan Elio de Angelis. Satu-satunya hasil terbaik mereka saat itu adalah podium ketiga dari Mansell di GP Eropa.[5] Musim 1984 menjadi awal tanda-tanda bangkitnya Lotus bersama Renault, dengan hasil enam kali podium, Lotus berhasil naik ke P3 klasemen konstuktor. Puncaknya terjadi di musim 1985, saat Ayrton Senna berhasil meraih kemenangan pertama untuk tim Lotus-Renault di Portugal,[6] dan kemudian disusul Elio de Angelis di San Marino. Lewat kemenangan kedua Senna di Belgia, tim Lotus-Renault akhirnya berhasil finish di P4 klasemen kosntruktor. Musim 1986 merupakan musim terakhir Lotus menggunakan mesin Renault, dengan hasil dua kali kemenangan dari Ayrton Senna di Spanyol dan Detroit[7] dan tim berada di P3 klasemen kontruktor.

Williams dan Benetton sunting

 
Mobil Williams-Renault musim 1989.
 
Johnny Herbert bersama mobil Benetton-Renault di musim 1995.

Pada 1989, Renault kembali ke F1 dengan penampilan yang berbeda karena kali ini mereka bergabung sebagai pemasok mesin untuk tim Williams F1. Mengawali musim dengan buruk saat dua pembalapnya gagal finish dalam balapan di Rio de Janeiro, Williams secara perlahan tetapi pasti mulai menanjak naik.[8] Puncaknya adalah saat balapan keenam di Kanada dimana tim berhasil finish 1-2 untuk pertama kalinya bersama mesin Renault. Williams kemudian berhasil finish sebagai runner-up dalam klasemen konstruktor dengan 77 poin, 64 poin di belakang McLaren yang menjadi juara dunia.

Musim 1990, Williams-Renault hanya mampu memenangi dua balapan saja di San Marino dan Hungaria, dan mereka hanya mampu finish di P4 klasemen konstruktor.[9] Masuk ke tahun 1991, Williams-Renault kembali bangkit dengan raihan delapan kemenangan (tujuh untuk Mansell dan satu untuk Patrese). Williams berhasil naik ke posisi runner-up klasemen konstruktor dibawah McLaren dengan Honda.

Gelar juara dunia yang ditunggu akhirnya datang ke tim Williams dan Renault pada musim 1992, dengan Nigel Mansell yang mendominasi musim dengan raihan sembilan kemenangan dalam satu musim. Mobil Williams musim 1992 terbilang sangat cocok dengan mesin Renault karena mereka melengkapinya dengan suspensi aktif. Dominasi Williams-Renault berlanjut di musim 1993 dengan gelar juara dunia yang direbut Alain Prost, dan gelar konstruktor dimana Renault memenangi 7 dari 16 lomba.[10][11] Musim 1994 Williams-Renault gagal melanjutkan dominasinya setelah Ayrton Senna tewas di Imola, dan meninggalkan Damon Hill yang kemudian bertarung untuk gelar juara dunia. Hill sempat menekan Michael Schumacher sampai balapan terakhir di musim 1994, dimana keduanya lantas terlibat insiden di Adelaide yang membuat Schumi meraih gelar dunia untuk mesin Ford, sementara Renault sendiri harus puas menjadi juara dunia konstruktor bersama Williams.

Benetton lantas tertarik untuk menggunakan mesin Renault di musim 1995, setelah sebelumnya di 1994 mereka menggunakan mesin Ford. Hasilnya Michael Schumacher kemudian berhasil mempertahankan gelar dunianya dan juga mengantar Benetton menjadi juara konstruktor untuk pertama kalinya dalam sejarah.[12][13]

Musim 1996, dominasi Renault di F1 kembali ke tangan Williams-Renault[14] setelah Michael Schumacher hengkang dari Benetton-Renault. Kali ini Damon Hill yang berhasil menjadi juara dunia. Awal musim 1997, Renault kemudian mengumumkan bahwa mereka akan mengundurkan diri dari F1 di akhir musim. Bagi Williams, berita ini adalah petaka karena mereka juga baru saja ditinggalkan Adrian Newey yang hengkang ke McLaren. Meskipun begitu, Williams melalui Jacques Villeneuve tetap mampu menjadi juara dunia sekalipun harus bertarung dengan Schumi dan Ferrari sampai balapan penutup.[15]

Musim 1998 aroma Renault tetap terasa di F1 sekalipun mereka tidak berlaga di arena melalui pasokan mesin upgrade atas nama Playlife untuk tim Benetton (dari musim 1998-2000),[16] Mecachrome untuk Williams (dari musim 1998-1999),[17][18] dan Supertec untuk tim B.A.R (1999) dan Arrows (2000).[19][20]

RBR, Lotus dan Williams sunting

Pada musim 2007, Renault kembali menjadi pemasok mesin, kali ini untuk tim Red Bull Racing.[21] Setelah meraih hasil biasa-biasa selama dua musim di 2007 dan 2008, Renault kemudian mampu mengantarkan tim Red Bull menang di GP China 2009 lewat pembalap Sebastian Vettel, saat di sisi lain tim utamanya sendiri terseok-seok di barisan belakang. Di musim 2009 sendiri Red Bull kemudian tampil dominan dan menjadi runner-up klasemen konstruktor di akhir musim.[22]

Musim 2010 Renault berhasil mengantarkan tim Red Bull Racing menjadi juara dunia ganda (pembalap dan konstruktor) sekaligus menjadi mobil yang paling tangguh dengan raihan 15 pole position dari 19 lomba. Di GP Inggris, Renault mengumumkan bahwa mereka membuka diri bagi tim lain yang berminat memakai mesin mereka di musim 2011 selain tetap memasok mesin untuk tim RBR dan membina tim pabrikannya sendiri. Pada tanggal 5 November 2010, Team Lotus mengkonfirmasikan bahwa mereka akan menggunakan mesin Renault mulai musim 2011 dan 2012.[23]

Pada 4 Juli 2011 tim Williams resmi mengumumkan bahwa mereka akan kembali memakai mesin Renault untuk 2012 dan 2013 dengan opsi perpanjangan kontrak sampai 2014.[24]

Referensi sunting

  1. ^ "New season, new challenge". Motorsport.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-02. Diakses tanggal 1 October 2011.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  2. ^ "Renault launches Renault Sport F1. Genii Capital and Group Lotus join forces in Lotus Renault GP". International press website of the Renault Group. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-06. Diakses tanggal 7 October 2011.  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan)
  3. ^ "RENAULT MAINTAINS ITS COMMITMENT TO F1 AND ANNOUNCES THE CREATION OF RENAULT SPORT F1" (PDF). Renault. December 8, 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-11-11. Diakses tanggal 17 October 2011. 
  4. ^ http://news.bbc.co.uk/sport2/hi/motorsport/formula_one/9267715.stm
  5. ^ Lang, Mike (1992). Grand Prix! Vol 4. Haynes Publishing Group. hlm. 210. ISBN 0-85429-733-2. 
  6. ^ Hamilton, Maurice (ed.) (1985). AUTOCOURSE 1985-86. Hazleton Publishing. hlm. 233. ISBN 0-905138-38-4. 
  7. ^ http://www.youtube.com/watch?v=Pn6wnhb2Vpg&feature=related
  8. ^ The changing face of F1 . Akses: 12 Juli 2006.
  9. ^ Unless otherwise indicated, all race results are taken from "The Official Formula 1 website". Diakses tanggal 2007-08-08. 
  10. ^ "The Official Formula 1 website". Diakses tanggal 2007-09-01. 
  11. ^ Interview – Frank Williams (1 Juli 1993) [1] Diarsipkan 2013-01-30 di Wayback Machine.. Diakses pada 14 Juli 2006.
  12. ^ Official result of the 1995 British Grand Prix at formula1.com
  13. ^ Henry, Alan. "1995 Grands Prix: Italian Grand Prix". Autocourse 1995-96. Hazleton Publishing. hlm. 190–191. ISBN 1-8745-5736-5. 
  14. ^ "GP.Com > Features > News Feature > Review of 1996". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-09. Diakses tanggal 2011-10-30. 
  15. ^ Review of 1997 Diarsipkan 2013-01-30 di Wayback Machine.. Diakses pada 14 Juli 2006.
  16. ^ "1999 European GP: Overview". ChicaneF1.com. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  17. ^ News Feature > Mecachrome Diarsipkan 2013-01-30 di Wayback Machine.. Diakses pada 14 Juli 2006.
  18. ^ "1999 European Grand Prix". The Official Formula 1 Website. Diakses tanggal 2007-07-29. 
  19. ^ Henry, Alan (1999-11-02). "God help Ferrari No.2". Guardian. Guardian Newspapers. hlm. 8. 
  20. ^ "Arrows 2000 season results". FIA / Formula One Administration. Diakses tanggal 2010-03-07. 
  21. ^ "BBC SPORT | Motorsport | Formula One | Red Bull to be Renault powered". BBC News. 2006-10-31. Diakses tanggal 2009-04-28. 
  22. ^ "Brazilian Grand Prix: Jenson Button seals world title with brilliant drive". Daily Mail. 2009-10-18. Diakses tanggal 2009-10-22. 
  23. ^ "Renault Engine Partnership". lotusracing.my. Team Lotus. 5 November 2010. Diakses tanggal 16 November 2010. 
  24. ^ Williams reunite with Renault Diarsipkan 2011-07-07 di Wayback Machine. - WilliamsF1

Pranala luar sunting