Stasiun Rangkasbitung

stasiun kereta api di Indonesia

Stasiun Rangkasbitung (RK) (atau lebih dikenal masyarakat setempat dengan bentuk singkatnya Stasiun Rangkas) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kelurahan Muara Ciujung Timur, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Stasiun yang terletak pada ketinggian +22 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta, dan merupakan stasiun utama di Provinsi Banten.

Stasiun Rangkasbitung
Kereta Api Indonesia KAI Commuter
R22LM01

Tampak depan bangunan lama Stasiun Rangkasbitung yang kini berstatus cagar budaya, 2024
Nama lainStasiun Rangkas
Lokasi
Ketinggian+22 m
Operator
Letak
Jumlah peron3 (satu peron sisi dan dua peron pulau bertangga tinggi)
Jumlah jalur8
  • jalur 1: sepur lurus jalur ganda dari arah Jakarta
  • jalur 2: sepur lurus jalur ganda ke arah Jakarta sekaligus jalur tunggal dari dan ke arah Merak
LayananLokal: Commuter Line Merak
Komuter: Commuter Line Rangkasbitung
Konstruksi
Jenis strukturPolonceau (kanopi)
Informasi lain
Kode stasiun
  • RK
  • 0130[2]
  • RANGKAS
KlasifikasiBesar tipe A[2]
Sejarah
Dibuka1 Oktober 1899
Elektrifikasi2015-2017
Nama sebelumnyaRangkas Betoeng, Rangkasbitoeng, Rangkasbetung
Perusahaan awalStaatsspoorwegen
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya Stasiun berikutnya
Citeras Commuter Line Rangkasbitung
Tanah Abang–Rangkasbitung
Terminus
Terminus Commuter Line Merak
Merak–Rangkasbitung, p.p.
Jambu Baru
menuju Merak
Fasilitas dan teknis
FasilitasMusala Toilet Mesin tiket Pemesanan langsung di loket Isi baterai Parkir Pertokoan/area komersial Ruang/area tunggu Air minum 
Tipe persinyalanElektrik tipe DBRI Vital Processor Interlocking[3]
Cagar budaya Indonesia
Stasiun/Depo Rangkasbitung
PeringkatNasional
KategoriBangunan
No. RegnasKB004983
No. SK420/Kep.587-DINDIKBUD/2020 Tanggal SK : 2020-11-04
PemilikPT Kereta Api Indonesia (Persero)
PengelolaKAI Commuter
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun ini terletak berdekatan dengan pasar dan pertokoan Rangkasbitung.

Sejarah

sunting

Agar mobilitas penumpang dari Batavia hingga kawasan Banten semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan Staatsspoorwegen (SS) berencana membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan daerah Duri hingga daerah Serang, melalui daerah Tangerang dan Cikande.[4]

Proyek jalur pun sudah dikerjakan. Di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur ini akhirnya dibatalkan dan diubah menjadi melalui daerah Parung Panjang hingga ke Rangkasbitung,[4] jalur ini selesai pada 1 Oktober 1899.[5] Trase jalur kereta api pertama yang sudah terlanjur dibangun pun dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang saja, dan diresmikan sebagai jalur kereta api Tangerang-Duri yang berstatus sebagai jalur cabang. Jalur ini selesai dibangun pada 2 Januari 1899.[6]

Jalur kereta api dari Stasiun Rangkasbitung diteruskan pembangunannya oleh Staatsspoorwegen (SS) hingga ke daerah Serang pada 1 Juli 1900,[7] yang kemudian dilanjutkan kembali hingga ke dekat Pelabuhan Anyer Kidul pada 1 Desember 1900. Pada 1 Desember 1914, dibuat sebuah jalur percabangan di Stasiun Krenceng yang mengarah ke daerah Merak untuk mengakomodasi Pelabuhan Merak yang lebih dekat untuk menyebrang ke Lampung.[8]

Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Di kemudian waktu, status kedua jalur ini ditukar.

Pada 18 Juni 1906, dibuat sebuah jalur percabangan dari Stasiun Rangkasbitung yang mengarah ke daerah Labuan. Wesel percabangan dari jalur ini terletak setelah jembatan kereta api Ciujung, dan diatur melalui sebuah rumah sinyal yang berada tepat di depan titik percabangan. Pada lintas Rangkasbitung-Labuan ini, dibangun pula sebuah percabangan di Stasiun Saketi yang menuju ke daerah Bayah saat masa pendudukan Jepang, tepatnya pada tahun 1943-1944.[8] Jalur ini dibangun oleh para tawanan perang Jepang (romusha) untuk mengangkut hasil batu bara dengan moda kereta api.[9]

Stasiun Rangkas Betoeng (Rangkasbitung) merupakan stasiun yang memiliki banyak fasilitas perkeretaapian. Stasiun ini memiliki depo lokomotif beserta turntable, gudang penyimpanan barang, dan menara air untuk lokomotif uap. Bangunan stasiun memiliki desain yang sederhana, dengan kanopi yang menggunakan rangka Polonceau.[10]

Stasiun ini dahulunya memiliki banyak Rumah Dinas yang Beberapa sudah tidak di pakai lagi, sekitar 2 rumah dinas terbengkalai dan Stasiun ini masih mempertahankan bangunan dipo (bagian samping kanan/kiri) yang khas bangunan lama.

Stasiun Rangkasbitung memiliki banyak jalur, sepur simpang, dan percabangan. Sejak era Hindia Belanda, terdapat layanan kereta api angkutan minyak kelapa di stasiun ini, yang pabrik dan sepur simpangnya terletak di sebelah selatan emplasemen stasiun. Layanan kereta api ini masih bertahan hingga dekade 1980-an.

Di sebelah barat stasiun, terdapat sebuah jembatan kereta api besar yang membentang di atas Sungai Ciujung. Jembatan tersebut terdiri dari tiga rangka baja di atas dua tiang pondasi. Kedua rangka baja memiliki panjang 36 meter, sementara rangka ketiga memiliki panjang 24 meter dan konstruksinya lebih rendah. Selain jembatan kereta api, jembatan ini juga digunakan sebagai fasilitas bagi pejalan kaki dan kendaraan yang ingin menyeberang Sungai Ciujung.[11] Kini, di sebelah kiri jembatan KA tersebut sudah dibangun jembatan jalan raya, serta rangka baja dari jembatan KA Ciujung ini pun sudah pernah diganti dan bukan lagi peninggalan Staatsspoorwegen (SS).

Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1957 Presiden Soekarno melaksanakan kunjungan kerja ke Rangkasbitung. Presiden Soekarno melakukan kunjungan kerja dengan menaiki sebuah rangkaian Kereta Luar Biasa (KLB) yang ditarik oleh lokomotif uap seri C27. Setelah tiba, Presiden dan rombongan meninggalkan Stasiun Rangkasbitung menuju ke Kabupaten Rangkasbitung.

Pada akhir era 1970-an, layanan kereta api penumpang pada segmen Tanah Abang-Rangkasbitung sudah sepenuhnya menggunakan lokomotif diesel maupun KRD, dan tidak lagi menggunakan armada lokomotif uap. Stasiun dan Depo Lokomotif Rangkasbitung pun menjadi tempat berkumpulnya lokomotif uap yang sebagian unitnya dikirim dari Depo Lokomotif Tanah Abang. Lokomotif uap seperti B51, C27, BB10, dan CC10 digunakan untuk dinasan kereta api penumpang ke arah Anyer Kidul, Merak, dan Labuan.

Sejak sekitar tahun 1978, hanya ada 1 perjalanan PP saja pada jalur Rangkasbitung-Labuan dengan B5138 sebagai lokomotifnya, meskipun terkadang juga menggunakan lokomotif BB1005 dan B5132. KA berangkat dari Labuan sekitar pukul 4 pagi, lalu kembali ke Labuan dari Rangkasbitung sekitar pukul 2 atau 3 sore. Lokomotif menginap di emplasemen Stasiun Labuan untuk berdinas di keesokan harinya. Jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan akhirnya ditutup pada tahun 1984 dikarenakan kalah bersaing dengan moda transportasi massal lainnya. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sempat meminta agar lintas ini kembali diaktifkan beberapa waktu setelah ditutup, tetapi tidak dikabulkan oleh PJKA. Namun, kini jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan sudah masuk kembali dalam masterplan reaktivasi.[12]

Pada tahun 1984, masa pakai lokomotif uap di Indonesia resmi berakhir. Semua armada-armada lokomotif uap di lintas ini dikumpulkan dan dirucat di Depo Lokomotif Rangkasbitung. Di kemudian hari, depo lokomotif ini diisi oleh armada lokomotif diesel seperti BB304 untuk dinasan kereta api penumpang Rangkasbitung-Merak.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan kereta api komuter, jalur kereta api antara Stasiun Maja hingga Stasiun Rangkasbitung mulai dielektrifikasi pada tahun 2015,[13] dan layanan KRL Tanah Abang-Rangkasbitung diresmikan pada 1 April 2017, menggantikan KA Rangkas Jaya. Layanan kereta api penumpang diesel pada jalur kereta api Tanah Abang-Rangkasbitung ini pun akhirnya tinggal cerita setelah kurang lebih 60 tahun beroperasi.

Bangunan dan tata letak

sunting

Stasiun Rangkasbitung memiliki delapan jalur kereta api. Stasiun ini pada awalnya tidak memiliki sepur lurus. Dari arah Merak, jalur 2 merupakan sepur lurus. Sedangkan dari arah Jakarta, sepur lurus adalah jalur 1. Setelah jalur ganda Maja-Rangkasbitung resmi beroperasi pada 1 Desember 2019,[14] jalur 1 hanya dijadikan sebagai sepur lurus jalur ganda dari arah Jakarta, sedangkan jalur 2 dijadikan sebagai sepur lurus jalur ganda ke arah Jakarta sekaligus jalur tunggal dari dan ke arah Merak. Stasiun ini dilengkapi dengan 3 peron penumpang yang terdiri dari satu peron sisi dan dua peron pulau bertangga tinggi. Stasiun ini memiliki depo lokomotif, depo kereta dan gerbong, serta Pengawas Urusan Kereta (PUK) yang digunakan untuk menyimpan rangkaian KRL. Selain itu, terdapat bekas bangunan menara air yang dahulu digunakan untuk lokomotif uap.

 

  R22LM01  

G Bangunan utama stasiun
P
Lantai peron
Peron sisi
Jalur 1 Sepur lurus jalur ganda dari arah Tanah Abang
Memiliki jalur akses langsung ke Depo Lokomotif dan Kereta
(Jambu Baru)      Commuter Line Merak, dari dan ke Merak
Peron pulau
Jalur 2 Sepur lurus jalur ganda ke arah Tanah Abang
Sepur raya jalur tunggal dari dan ke arah Merak
Jalur berjalan langsung kereta api ke arah Tanah Abang maupun Merak
(Jambu Baru)      Commuter Line Merak, dari dan ke Merak
Peron pulau
Jalur 3 Sepur belok (nonaktif sementara)
Jalur 4
Peron pulau (dalam proses pembangunan)
Jalur 5      Commuter Line Rangkasbitung, dari dan ke Tanah Abang (Citeras)
Peron pulau
Jalur 7      Commuter Line Rangkasbitung, dari dan ke Tanah Abang (Citeras)
Jalur 8 Jalur parkir rangkaian kereta
Jalur X

Bangunan stasiun ini yang merupakan peninggalan Staatsspoorwegen masih dipakai hingga sekarang dan dijadikan sebagai aset cagar budaya.[15][16] Stasiun ini memiliki kanopi yang menggunakan rangka Polonceau.[10]

Pada tahun 2020, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub) berencana akan mengelektrifikasi jalur KA pada petak Rangkasbitung-Serang agar dapat menambah frekuensi angkutan penumpang dengan moda kereta rel listrik (KRL), serta akan ditambah dengan pembangunan jalur ganda jika frekuensi penumpang KRL tersebut terus meningkat. Rencana ini diawali dengan revitalisasi jalur KA lintas Rangkasbitung-Merak dari rel R42 ke R54 guna meningkatkan kecepatan kereta, dan kemudian akan dilanjutkan dengan pemasangan tiang listrik aliran atas (LAA). Namun, hingga saat ini hanya revitalisasi jalur saja yang baru terlaksana, sedangkan kabar tentang rencana elektrifikasi belum terdengar lagi.[17][18]

Stasiun Rangkasbitung saat ini sedang direnovasi besar-besaran demi mewujudkan peran sebagai stasiun pusat di Provinsi Banten. Kementerian Perhubungan melakukan renovasi pada stasiun ini dan memperbesar kapasitas penumpangnya. Pengerjaan renovasi stasiun ini berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pekerjaan jalur dan peron, kemudian tahap kedua adalah pekerjaan bangunan stasiun. Seluruh pekerjaan konstruksi stasiun ditargetkan selesai di tahun 2024 dan dapat beroperasi sepenuhnya di tahun 2025. Nantinya, stasiun ini akan menjadi pusat untuk sejumlah perjalanan kereta api di provinsi tersebut.[19]

Insiden

sunting

Pada 25 Oktober 2001, sekitar pukul 02.40 dini hari, terjadi sebuah tabrakan antara KA penumpang bernomor 930 yang ditarik lokomotif BB303 14 relasi Tanah Abang-Rangkasbitung dengan KA batu bara rangkaian pendek bernomor 2123 yang ditarik lokomotif BB304 relasi Cigading-Bekasi di sinyal masuk Rangkasbitung, sekitar 800 meter dari Stasiun Rangkasbitung ke arah Stasiun Jambu Baru. Kejadian ini berawal dari KA 930 yang mengalami kerusakan rem, sehingga tidak dapat berhenti dan terus melaju melewati emplasemen stasiun, kemudian menabrak KA 2123 yang sedang berhenti di sinyal masuk Rangkasbitung pihak Jambu Baru. Akibat kejadian ini, 3 orang tewas dan 13 penumpang luka-luka.[20][21]

Pada 11 Oktober 2010, sekitar pukul 01.45 dini hari, beberapa oknum membakar rangkaian-rangkaian kereta penumpang yang sedang terparkir di emplasemen Stasiun Rangkasbitung. Sedikitnya, ada 17 unit kereta penumpang kelas ekonomi (K3) yang terbakar. Berdasarkan kronologi, rangkaian kereta tersebut baru saja dicuci pada pukul 23.00 untuk digunakan keesokan harinya, namun secara tiba-tiba terbakar sekitar pukul 01.45. Api baru bisa dipadamkan pada pukul 03.00. Akibat peristiwa ini, perjalanan KA bernomor 901 relasi Rangkasbitung-Pasar Senen dibatalkan.[22]

Layanan kereta api

sunting

Semua kereta api yang melintasi jalur Tanah Abang-Merak berhenti di Stasiun Rangkasbitung. Sebelumnya, stasiun ini juga melayani kereta api penumpang jarak jauh dan kereta api lokal seperti KA Kalimaya, Patas Merak, dan Krakatau. Per 1 April 2017, KA Kalimaya dan Patas Merak dinyatakan berhenti beroperasi karena digantikan oleh layanan baru bernama Commuter Line Rangkasbitung,[23] dan pada tanggal yang sama rute KA Lokal Merak dipangkas menjadi hanya Rangkasbitung-Merak PP saja, dari yang sebelumnya Tanah Abang-Merak PP.[24] Pada 17 Juli 2017, KA Krakatau ikut dipangkas rutenya menjadi Pasar Senen-Blitar PP dari yang sebelumnya Merak-Blitar PP, dan namanya diganti menjadi KA Singasari.[25]

Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di stasiun ini sesuai Gapeka 2023.[26]

Lokal dan komuter (Commuter Line)

sunting
Nama kereta api Relasi perjalanan Keterangan
  Commuter Line Rangkasbitung Rangkasbitung Tanah Abang Ada sebagian perjalanan hanya sampai di Stasiun Parungpanjang (jadwal malam) dan Stasiun Serpong saja (jadwal sore dan malam).
LM Commuter Line Merak Merak

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  4. ^ a b Anne Reitsma, Steven (1916). Indische Spoorweg-Politiek. Batavia: Landsdrukkerij. 
  5. ^ Oegema, J.J.G. (1982). De Stoomtractie op Java en Sumatra. Antwerpen: Kluwer Technische Boeken B.V. 
  6. ^ Anne Reitsma, Steven (1928). Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen. Weltevreden: G. KOLLF & Co. 
  7. ^ Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  8. ^ a b "ZWP - Haltestempels Ned.Indië". studiegroep-zwp.nl. Diakses tanggal 2022-10-22. 
  9. ^ Idris, Muhammad. "Ada Rel Mati di Banten, Dibangun Romusha Zaman Jepang". detikcom. Diakses tanggal 2017-10-16. 
  10. ^ a b de Jong, Michiel van Ballegoijen (1993). Spoorwegstations op Java. Amsterdam: De Bataafsche Leeuw. hlm. 118. 
  11. ^ Johannes Raap, Olivier (2017). Sepoer Oeap di Djawa Tempo Doeloe. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). hlm. 118. 
  12. ^ "Reaktivasi Jalur Kereta Api Rangkasbitung-Labuan jadi Harapan Warga Lebak". Pelita Banten. 2017-09-21. Diakses tanggal 2017-10-16. 
  13. ^ "Elektrifikasi Jalur Maja-Rangkasbitung Telan Anggaran Rp 172 Miliar". kumparan. Diakses tanggal 2023-06-03. 
  14. ^ djka.dephub.go.id. "PEMBANGUNAN DOUBLE TRACK MAJA - RANGKASBITUNG TINGKATKAN KAPASITAS KRL MENJADI DUA KALI LIPAT". djka.dephub.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-06-03. 
  15. ^ Difa (2019-08-06). "Bangunan Stasiun Rangkasbitung Jadi Cagar Budaya". Redaksi24.com. Diakses tanggal 2021-07-22. 
  16. ^ de Jong, Michiel van Ballegoijen (1993). Spoorwegstations op Java. Amsterdam: De Bataafsche Leeuw. hlm. 119. 
  17. ^ Televisi, PT Cakrawala Andalas (2020-01-18). "Pemetaan Elektrifikasi Jalur Kereta Api, Menhub Kunjungi Stasiun Serang-Banten". www.antvklik.com. Diakses tanggal 2023-07-22. 
  18. ^ Sulistyo, Bayu Tri (2020-01-18). "April 2020 Elektrifikasi Rangkasbitung - Serang Dimulai". Railway Enthusiast Digest. Diakses tanggal 2023-07-22. 
  19. ^ Fajrin, Muhammad Pascal (2022-06-23). "Kementerian Perhubungan Renovasi Stasiun Rangkasbitung, Perbesar Kapasitasnya". Railway Enthusiast Digest. Diakses tanggal 2023-06-03. 
  20. ^ Liputan6.com (2001-10-26). "Dipastikan, Tiga Orang Tewas dan 14 Cedera". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-08-06. 
  21. ^ Liputan6.com (2001-10-26). "Kerusakan Teknis Penyebab Kecelakaan". liputan6.com. Diakses tanggal 2023-08-06. 
  22. ^ "BELASAN KERETA PARKIR TERBAKAR DI STASIUN RANGKASBITUNG Kementerian Perhubungan Republik Indonesia". dephub.go.id. Diakses tanggal 2023-06-03. 
  23. ^ Abdullah, Fariz (2017-03-19). "Empat Perjalanan KA Lokal Rangkasbitung – Tanah Abang Dihapus 1 April 2017". bantenhits (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-02-16. 
  24. ^ "April 2017, KA Lokal Hanya Layani Rute Rangkasbitung-Merak". April 2017, KA Lokal Hanya Layani Rute Rangkasbitung-Merak. 2017-03-20. Diakses tanggal 2019-10-11. 
  25. ^ Fahmi, M Iqbal (2017-07-02). Rastika, Icha, ed. "KA Krakatau Berubah Jadi KA Singasari, Berikut Jadwal dan Rute Barunya". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-10-10. 
  26. ^ Grafik Perjalanan Kereta Api pada Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Jawa Tahun 2023 (PDF). Bandung: PT Kereta Api Indonesia (Persero). 14 April 2023. hlm. 56. Diakses tanggal 12 Mei 2023 – via Direktorat Jenderal Perkeretaapian. 
Stasiun sebelumnya   Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Jambu Baru
menuju Merak
Merak–Tanah Abang Citeras
Warunggunung
menuju Labuan
Labuan–Rangkasbitung Terminus