Tokyo

ibu kota Jepang

Tokyo (東京, Tōkyō, bahasa Jepang: [toːkʲoː] ( simak); lit. "Ibu kota Timur"), nama resminya Metropolis Tokyo (東京都 Tōkyō-to), adalah salah satu dari 47 prefektur Jepang yang menjadi ibu kota Jepang sejak 1869.[6][7] Hingga 2018, Tokyo Raya menempati peringkat pertama sebagai wilayah metropolitan terpadat di dunia.[8] Tokyo menjadi tempat bertakhtanya Kaisar Jepang, pemerintah Jepang, dan Parlemen Jepang. Tokyo mencakup sebagian dari wilayah Kanto, Kepulauan Izu, dan Kepulauan Ogasawara.[9] Tokyo dulunya bernama Edo ketika Shōgun Tokugawa Ieyasu menjadikan kota ini sebagai markas besarnya pada 1603. Kota ini berganti nama menjadi Tokyo setelah Kaisar Meiji menjadikannya sebagai ibu kota dan memindahkan takhtanya dari Kyoto pada tahun 1868. Metropolis Tokyo dibentuk pada tahun 1943 dari penggabungan bekas Prefektur Tokyo (東京府, Tōkyō-fu) dan Kota Tokyo (東京市, Tōkyō-shi). Tokyo sering kali disebut sebagai sebuah kota, padahal secara resmi Tokyo merupakan sebuah "prefektur metropolitan" yang sangat berbeda dari kota biasa dan menggabungkan unsur-unsur kota dan prefektur.

Tokyo
東京都
Metropolis Tokyo
Dari atas searah jarum jam: Kawasan bisnis Nishi-Shinjuku, Jembatan Pelangi, Gedung Parlemen Jepang, Shibuya, dan Tokyo Skytree
Dari atas searah jarum jam: Kawasan bisnis Nishi-Shinjuku, Jembatan Pelangi, Gedung Parlemen Jepang, Shibuya, dan Tokyo Skytree
Bendera Tokyo
Himne daerah: Lagu Metropolitan Tokyo (東京都歌, Tōkyō-to Ka)[1]
Lokasi Tokyo di Jepang
Lokasi Tokyo di Jepang
Koordinat: 35°41′N 139°41′E / 35.683°N 139.683°E / 35.683; 139.683Koordinat: 35°41′N 139°41′E / 35.683°N 139.683°E / 35.683; 139.683
Negara Jepang
WilayahKantō
PulauHonshu
Pembagian23 distrik kota khusus, 26 kota, 1 distrik, dan 4 subprefektur
Pemerintahan
 • JenisMetropolis
 • GubernurYuriko Koike (TF)
 • Ibu kotaTokyo[2]
 • Perwakilan42
 • Penasehat11
Luas
 • Metropolis2.193,96 km2 (847,09 sq mi)
 • Luas daratan406,58 km2 (156,98 sq mi)
 • Luas metropolitan
13.572 km2 (5,240 sq mi)
Peringkatke-45
Ketinggian
40 m (130 ft)
Populasi
 (Desember 2019)[3]
 • Metropolis13.953.972
 • Kepadatan6.360,18/km2 (16,472,8/sq mi)
 • Metropolitan38.140.000 – Tokyo Raya
 • Kepadatan metropolitan2.662/km2 (6,890/sq mi)
 • 23 DKK
9.630.254
 (per 2015 menurut pemerintah prefektur)
Demonim江戸っ子 (Edokko), 東京人 (Tōkyō-jin), 東京っ子 (Tōkyōkko), Tokyoite
GDP
 (Nominal; 2015)[5]
 • TotalJPY106,2 triliun
 • Per kapitaJPY7.610.736,2
Zona waktuUTC+9 (Waktu Standar Jepang)
ISO 3166-2
JP-13
BungaBunga Sakura Somei-Yoshino
PohonPohon Ginkgo (Ginkgo biloba)
BurungCamar berkepala hitam (Larus ridibundus)
Situs webwww.metro.tokyo.lg.jp
Tokyo

Tōkyō ditulis dalam kanji
Makna harfiah: Ibu kota Timur
Nama Jepang
Kanji: 東京
Hiragana: とうきょう
Katakana: トウキョウ
Kyujitai: 東亰

Dua puluh tiga Distrik Kota Khusus Tokyo (selanjutnya disebut DKK Tokyo atau DKK saja) dulunya adalah bagian dari Kota Tokyo. Pada 1 Juli 1943, kota Tokyo bergabung dengan Prefektur Tokyo dan menjadi Metropolis Tokyo dengan 26 kotamadya tambahan di bagian barat prefektur; kepulauan Izu serta kepulauan Ogasawara di selatan-tenggara Tokyo. Pada 1 Januari 2020, populasi Tokyo diperkirakan lebih dari 13,95 juta atau sekitar 11% dari total populasi Jepang.[10] Perkiraan terbaru pada 2019 menunjukkan pertumbuhan populasi Tokyo mencapai 13,9 juta orang, dengan DKK sebanyak 9,6 juta jiwa, wilayah Tama 4,2 juta jiwa, dan Kepulauan 25.037 jiwa.[3] Prefektur ini adalah bagian dari wilayah metropolitan terpadat di dunia dan ekonomi aglomerasi perkotaan terbesar di dunia yang disebut Tokyo Raya dengan populasi lebih dari 38 juta jiwa.[4] Hingga 2011, Tokyo menjadi rumah bagi 51 perusahaan Fortune Global 500, jumlah tertinggi dari kota mana pun di dunia pada waktu itu.[11] Tokyo dua kali berada di peringkat ketiga dalam Indeks Pengembangan Pusat Keuangan Internasional.[butuh rujukan] Kota ini adalah rumah bagi berbagai jaringan televisi seperti Fuji TV, Tokyo MX, TV Tokyo, TV Asahi, Nippon Television, NHK, dan Tokyo Broadcasting System.

Tokyo menempati urutan pertama dalam Indeks Kekuatan Ekonomi Global dan ketiga dalam Indeks Kota Global. Inventaris GaWC tahun 2018 mengklasifikasikan Tokyo sebagai kota dunia alpha+[12] – dan hingga 2014 Survei Kota Dunia TripAdvisor menempatkan Tokyo sebagai yang pertama dalam kategori "Pengalaman Keseluruhan Terbaik" (kota ini juga menempati peringkat pertama dalam kategori berikut: "menolong penduduk setempat", "kehidupan malam", "belanja", "transportasi umum lokal", dan "kebersihan jalan-jalan").[13] Hingga 2018, Tokyo dinilai sebagai kota termahal kedua di dunia bagi ekspatriat menurut perusahaan konsultan Mercer[14] dan juga kota termahal ke-11 di dunia menurut survei Economist Intelligence Unit.[15] Pada 2015, Tokyo dinobatkan sebagai Kota Paling Layak Huni di dunia oleh majalah Monocle.[16] Panduan Michelin sejauh ini telah memberi Tokyo bintang Michelin terbanyak di dunia.[17][18] Tokyo menduduki peringkat pertama dari enam puluh kota dalam Indeks Kota Aman 2017.[19] QS Best Student Cities menempatkan Tokyo sebagai kota terbaik ke-3 di dunia untuk menjadi mahasiswa pada tahun 2016[20] dan ke-2 pada tahun 2018.[21]

Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1964, KTT G-7 1979, KTT G-7 1986, dan KTT G-7 1993, serta akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugbi 2019, Olimpiade Musim Panas 2020, dan Paralimpiade Musim Panas 2020.

Penelitian dan pengembangan di Jepang dan program luar angkasa Jepang secara global diwakili oleh beberapa fasilitas medis dan ilmiah Tokyo, termasuk Universitas Tokyo dan universitas lain di Tokyo, yang bekerja dalam kolaborasi dengan banyak lembaga internasional. Terutama dengan Amerika Serikat, termasuk NASA dan banyak perusahaan penerbangan luar angkasa swasta,[22] universitas-universitas di Tokyo memiliki hubungan kerja dengan semua lembaga Ivy League (termasuk Harvard, MIT, dan Universitas Yale),[23] bersama dengan universitas riset dan laboratorium pengembangan lainnya, seperti kampus Stanford dan UC di seluruh California,[24][25] serta UNM dan Sandia National Laboratories di Albuquerque, New Mexico.[26][27][28] Mitra lain di seluruh dunia termasuk Universitas Oxford di Inggris,[29] Universitas Nasional Singapura di Singapura,[30] Universitas Toronto di Kanada,[31] dan Universitas Tsinghua di Cina.[32]

Etimologi sunting

Tokyo awalnya dikenal sebagai Edo (江戸) yang berarti "muara".[33] Namanya diubah menjadi Tokyo (東京, Tōkyō, "timur", dan kyō "ibu kota") ketika menjadi ibu kota kekaisaran yang ditandai dengan pemindahan singgasana Kaisar Meiji pada tahun 1868.[34] Pengubahan nama sekaligus pemberian kata "ibu kota" () dalam setiap nama ibu kota negara sejalan dengan tradisi Asia Timur (seperti Kyoto (京都), Beijing (北京) dan Nanjing (南京)).[33] Selama periode Meiji awal, kota ini juga disebut "Tōkei", sebuah pelafalan alternatif untuk kanji yang sama dengan "Tokyo". Beberapa dokumen resmi bahasa Inggris yang masih ada menggunakan ejaan "Tokei".[35] Namun, pengucapan ini sekarang sudah punah.[36]

Sejarah sunting

Sebelum 1869 (Zaman Edo) sunting

 
Tokugawa Ieyasu

Tokyo asalnya merupakan desa perikanan kecil yang bernama Edo, yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Musashi lama. Edo pertama kali dibentengi oleh klan Edo pada akhir abad kedua belas. Pada tahun 1457, Ota Dōkan membangun Istana Edo. Pada tahun 1590, Tokugawa Ieyasu dipindahkan dari Provinsi Mikawa (markas seumur hidupnya) ke wilayah Kanto. Ketika ia menjadi shōgun pada tahun 1603, Edo menjadi pusat administrasi tentara keshogunan. Selama Zaman Edo berikutnya, Edo tumbuh menjadi salah satu kota terbesar di dunia dengan populasi mencapai satu juta jiwa pada abad ke-18.[37] Namun kala itu Edo adalah markas Tokugawa dan belum menjadi ibu kota Jepang (Hal itu disebabkan oleh Restorasi Meiji pada tahun 1868).[38] Kaisar sendiri saat itu masih tinggal di Kyoto yang mana sejak 794 hingga 1868 merupakan ibu kota Jepang. Selama era Edo, kota ini menikmati periode damai berkepanjangan yang dikenal sebagai Pax Tokugawa, dan dalam kedamaian seperti itu, Edo mengadopsi kebijakan pengucilan yang ketat, yang membantu mengurangi ancaman militer yang serius ke kota.[39] Tidak adanya kehancuran akibat perang memungkinkan Edo mencurahkan sebagian besar sumber dayanya untuk membangun kembali kotanya setelah kebakaran, gempa bumi, dan bencana alam lainnya yang menghancurkan kota. Namun, periode pengasingan yang berkepanjangan ini berakhir dengan kedatangan Komodor Amerika Matthew C. Perry pada tahun 1853. Komodor Perry memaksa pembukaan pelabuhan Shimoda dan Hakodate, yang mengarah pada peningkatan permintaan komoditas asing dan selanjutnya mengarah pada inflasi yang parah.[40] Kerusuhan sosial memuncak setelah harga-harga melambung lebih tinggi dan ditandai dengan meluasnya pemberontakan dan demonstrasi, terutama dalam bentuk "penghancuran" perusahaan beras.[41] Sementara itu, para pendukung Kaisar Meiji memanfaatkan gangguan yang disebabkan oleh demonstrasi pemberontakan yang meluas ini dengan menggulingkan Shōgun Tokugawa terakhir, Yoshinobu, pada tahun 1867.[42] Setelah 265 tahun, Pax Tokugawa berakhir.

Kidai Shōran (熈代勝覧) menggambarkan adegan dari zaman Edo yang terjadi di sepanjang jalan utama Nihonbashi di Tokyo (1805)

1869 – 1943 sunting

Pada tahun 1869, Kaisar Meiji yang baru berusia 17 tahun pindah ke Edo. Oleh karena itu, kota ini berganti nama menjadi Tokyo (berarti Ibu kota Timur). Kota ini dibagi menjadi Yamanote dan Shitamachi. Tokyo yang menjadi pusat politik dan budaya bangsa,[43] sekaligus tempat kediaman kaisar membuatnya menjadi ibu kota kekaisaran de facto, dengan bekas Istana Edo sebagai Istana Kekaisaran. Kota Tokyo secara resmi didirikan pada 1 Mei 1889.

Seperti Osaka, pusat kota Tokyo telah dirancang sejak sekitar tahun 1900 untuk dipusatkan pada stasiun kereta api utama dengan gaya kepadatan tinggi, sehingga jalur kereta api pinggiran kota dibangun relatif murah di tingkat jalan dan dengan hak sendiri. Meskipun jalan bebas hambatan telah dibangun di Tokyo, desain dasarnya tidak berubah.[butuh rujukan]

Tokyo mengalami dua bencana hebat pada abad ke-20, tetapi untungnya kota ini dapat pulih dari keduanya. Salah satunya adalah gempa bumi Kantō 1923 yang menyebabkan 140.000 penduduk tewas atau hilang,[44] dan yang kedua adalah Perang Dunia II.[45]

1943 – sekarang sunting

 
Tokyo yang hangus terbakar pada tahun 1945

Pada tahun 1943, kota Tokyo bergabung dengan prefektur Tokyo untuk membentuk "Prefektur Metropolitan" Tokyo. Sejak itu, Pemerintah Metropolitan Tokyo bertindak sebagai pemerintah prefektur untuk Tokyo, serta mengelola DKK Tokyo (bagian dari kota Tokyo lama). Perang Dunia II menimbulkan kehancuran besar-besaran di sebagian besar kota karena serangan udara Sekutu yang terus-menerus ke Jepang dan penggunaan bom pembakar. Pengeboman Tokyo pada tahun 1944 dan 1945 diperkirakan telah menewaskan antara 75.000 dan 200.000 warga sipil dan menyebabkan lebih dari setengah kota hancur.[46] Malam paling mematikan dalam sejarah perang terjadi pada 9-10 Maret 1945, ketika Amerika meluncurkan "Operasi Meetinghouse";[47] karena hampir 700.000 bom pembakar menghujani bagian timur kota, terutama di lingkungan perumahan yang padat. Dua perlima kota benar-benar terbakar, lebih dari 276.000 bangunan dihancurkan, 100.000 warga sipil tewas, dan 110.000 lainnya terluka.[48][49] Antara 1940 hingga 1945, populasi di ibu kota Jepang menyusut dari mulanya 6.700.000 jiwa menjadi kurang dari 2.800.000 jiwa. Sebagian besar dari mereka yang kehilangan rumah mereka tinggal di "gubuk darurat".[50]

Tokyo Tower, dibangun tahun 1958
Gempa bumi Tōhoku 2011 menyebabkan sedikit kerusakan pada antena Tokyo Tower.

Setelah Perang Dunia II berakhir, Tokyo dibangun kembali.[butuh rujukan] Tokyo kemudian menjadi kota tuan rumah bagi Olimpiade Musim Panas 1964 setelah memenangkan persaingan pencalonan dengan kota kanditat lain yaitu Brussels, Detroit, dan Wina pada tahun 1959.[51] Pada tahun 1970-an, Tokyo menyaksikan pembangunan gedung-gedung pencakar langit seperti Sunshine 60, konstruksi bandara baru yang kontroversial[52] di Narita (yang agak jauh dari perbatasan kota) pada tahun 1978, dan peningkatan jumlah penduduk hingga sekitar 11 juta (dalam lingkungan wilayah metropolitan).[butuh rujukan]

Jaringan kereta bawah tanah dan komuter Tokyo menjadi salah satu yang tersibuk di dunia[53] karena makin besarnya gelombang urbanisasi ke daerah ini. Pada 1980-an, harga real estat meroket selama penggelembungan harga aset Jepang. Gelembung itu meledak pada awal 1990-an, dan banyak perusahaan, bank, dan individu yang terperangkap utang hipotik, sementara real estat menyusut nilainya. Sehingga terjadilah resesi besar yang membuat dekade 1990-an sebagai "dekade hilang" di Jepang,[54] namun resesi tersebut akhirnya bisa diatasi dengan baik.

Tokyo masih melihat perkembangan kota baru di banyak tanah yang kurang menguntungkan. Proyek-proyek tersebut antara lain Ebisu Garden Place, Pulau Tennōzu, Shiodome, Bukit Roppongi, Shinagawa (sekarang juga stasiun Shinkansen), dan sisi Marunouchi dari Stasiun Tokyo. Bangunan-bangunan penting dihancurkan untuk fasilitas belanja yang lebih mutakhir seperti Bukit Omotesando.[butuh rujukan]

Proyek reklamasi tanah di Tokyo juga telah berlangsung selama berabad-abad. Yang paling menonjol adalah Odaiba, sekarang menjadi pusat perbelanjaan dan hiburan utama. Berbagai rencana telah diusulkan[55] untuk memindahkan fungsi-fungsi pemerintah nasional dari Tokyo ke ibu kota-ibu kota sekunder di daerah-daerah lain di Jepang, untuk memperlambat perkembangan yang cepat di Tokyo dan merevitalisasi daerah-daerah yang tertinggal secara ekonomi di negara itu. Rencana-rencana ini menjadi sangat kontroversial[56] di Jepang dan belum direalisasikan hingga kini.

Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011 yang menghancurkan sebagian besar pantai timur laut Honshu sangat terasa di Tokyo. Namun, karena infrastruktur di Tokyo tahan gempa, kerusakan di Tokyo sangat kecil dibandingkan dengan daerah yang terkena tsunami,[57] walaupun begitu aktivitas di kota ini sebagian besar terhenti.[58] Krisis nuklir berikutnya yang disebabkan oleh tsunami juga sebagian besar membuat Tokyo tidak terpengaruh, meskipun kadang-kadang terjadi lonjakan tingkat radiasi.[59][60]

Pada 7 September 2013, IOC memilih Tokyo untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2020. Tokyo akan menjadi kota Asia pertama yang menjadi tuan rumah Olimpiade dua kali.[61]

Geografi sunting

 
Foto satelit dari 23 DKK Tokyo yang diambil oleh Landsat 7 milik NASA
 
Gedung Pemerintah Metropolitan Tokyo

Tokyo terbagi dalam dua bagian, yaitu Tokyo Daratan dan Tokyo Kepulauan. Tokyo Daratan terletak di barat laut Teluk Tokyo dan membentang sepanjang 90 km (56 mi) dari timur ke barat dan 25 km (16 mi) dari utara ke selatan. Ketinggian rata-rata di Tokyo adalah 40 m (131 ft).[62] Tokyo berbatasan dengan Prefektur Chiba di timur, Prefektur Yamanashi di barat, Prefektur Kanagawa di selatan, dan Prefektur Saitama di utara. Tokyo Daratan dibagi menjadi dua jenis wilayah, yaitu wilayah DKK (特別区) (menempati bagian timur) dan wilayah Tama (多摩地域) (menempati bagian barat).

Tokyo Kepulauan terletak di tenggara Tokyo Daratan, terdiri dari Kepulauan Izu dan Kepulauan Ogasawara, yang membentang lebih dari 1.000 km (620 mi) menuju Samudra Pasifik. Karena pulau-pulau ini dan daerah pegunungan di sebelah barat, angka kepadatan populasi keseluruhan Tokyo jauh di bawah angka nyata untuk wilayah perkotaan dan pinggiran kota Tokyo.[butuh rujukan]

Berdasarkan hukum Jepang, Tokyo ditetapkan sebagai to (), diterjemahkan sebagai metropolis.[63] Struktur pemerintahannya serupa dengan prefektur Jepang lainnya. Dua puluh tiga distrik kota khusus (特別 -ku) yang berada di dalam Tokyo merupakan kotamadya mandiri dengan masing-masing kotamadya memiliki walikota, dewan, dan status setingkat kota.

Selain 23 distrik kota khusus ini, Tokyo juga mencakup 26 kota ( -shi), lima kota kecil ( -chō atau machi), dan delapan desa ( -son atau -mura) lainnya, yang masing-masing memiliki pemerintah daerah sendiri. Pemerintah Metropolitan Tokyo mengelola seluruh wilayah metropolis Tokyo, termasuk sungai, bendungan, perkebunan, pulau terpencil, dan taman nasional. Prefektur metropolitan ini dipimpin oleh seorang gubernur dan majelis metropolitan yang dipilih melalui pemilu setiap 4 tahun sekali. Pusat pemerintahannya terletak di Shinjuku.

 OkutamaHinoharaŌmeHinodeAkirunoHachiōjiMachidaMizuhoHamuraFussaMusashimurayamaTachikawaAkishimaHinoTamaHigashiyamatoHigashimurayamaKodairaKokubunjiKunitachiFuchūInagiKiyoseHigashikurumeNishitōkyōKoganeiMusashinoMitakaKomaeChōfuNerimaSuginamiSetagayaItabashiNakanoToshimaShinjukuShibuyaMeguroKitaBunkyoChiyodaChūōMinatoShinagawaŌtaAdachiArakawaTaitōKatsushikaSumidaKotoEdogawaPrefektur SaitamaPrefektur YamanashiPrefektur KanagawaPrefektur ChibaDistrik Kota Khusus TokyoTokyo BaratDistrik Nishitama

Distrik kota khusus sunting

 練馬区板橋区北区足立区荒川区豊島区中野区杉並区葛飾区新宿区文京区台東区墨田区世田谷区渋谷区目黒区港区千代田区中央区品川区大田区江東区江戸川区
Peta 23 DKK Tokyo

Distrik kota khusus (特別区, tokubetsu-ku) di Tokyo meliputi wilayah yang dulunya merupakan Kota Tokyo. Pada tanggal 1 Juli 1943, Kota Tokyo digabungkan dengan Prefektur Tokyo (東京府, Tōkyō-fu) untuk membentuk "prefektur metropolitan" saat ini. Hasilnya, berbeda dengan distrik kota lain di Jepang, distrik-distrik khusus ini merupakan munisipalitas dengan wali kota dan majelisnya sendiri.[butuh rujukan]

Di bawah yurisdiksi Pemerintah Metropolitan Tokyo, setiap distrik kota juga merupakan wilayah dengan pemimpin dan dewan terpilihnya sendiri, seperti kota-kota lain di Jepang. Distrik kota khusus menggunakan kata "kota" dalam nama resmi berbahasa Inggris mereka (misalnya Chiyoda (千代田区, Chiyoda-ku) memiliki nama resmi Chiyoda City).

Distrik kota berbeda dari kota-kota lain dalam hal hubungan administratif yang unik dengan pemerintah prefektur. Fungsi kota tertentu, seperti saluran air, saluran air kotor, dan pemadam kebakaran, ditangani oleh Pemerintah Metropolitan Tokyo. Untuk membayar biaya administrasi tambahan, prefektur memungut pajak kota, yang biasanya dipungut oleh kota.[64]

Ke-23 distrik kota khusus Tokyo:

"Tiga distrik kota pusat" Tokyo – Chiyoda, Chūō, dan Minato – adalah pusat bisnis kota, dengan populasi siang hari tujuh kali lebih tinggi daripada populasi malam mereka.[65] Distrik kota Chiyoda unik karena walaupun berada di jantung bekas Kota Tokyo, namun merupakan salah satu distrik kota yang paling sedikit penduduknya. Distrik kota ini ditempati oleh banyak perusahaan besar Jepang dan juga merupakan pusat dari pemerintahan nasional dan kaisar Jepang. Karenanya, distrik kota ini sering disebut sebagai "pusat politik" negara.[66] Akihabara yang dikenal sebagai pusat budaya otaku dan distrik perbelanjaan untuk barang-barang komputer, juga terletak di Chiyoda.

Wilayah Tama (Tokyo Barat) sunting

 
Peta kota di bagian barat Tokyo. Mereka berbatasan dengan tiga distrik kota khusus paling barat di peta di atas.

Di sebelah barat distrik kota khusus, Metropolis Tokyo terdiri dari kota-kota, kota-kota kecil, dan desa-desa yang menikmati status hukum yang sama dengan yang ada di tempat lain di Jepang.

Sementara berfungsi sebagai "kota tempat tidur" bagi mereka yang bekerja di pusat Tokyo, beberapa dari mereka juga memiliki basis komersial dan industri lokal, seperti Tachikawa. Secara kolektif, ini sering dikenal sebagai daerah Tama atau Tokyo Barat.

Kota sunting

Ke-26 kota yang terletak di bagian barat Tokyo:

Pemerintah Metropolitan Tokyo telah menetapkan Hachiōji, Tachikawa, Machida, Ōme dan Tama New Town sebagai pusat regional di wilayah Tama,[67] sebagai bagian dari rencananya untuk membubarkan fungsi perkotaan dari pusat Tokyo.

Distrik Nishi-Tama (西多摩郡) sunting

 
Distrik Nishi-Tama berwarna hijau

Distrik (, gun) terbarat di daerah Tama adalah Nishi-Tama. Sebagian besar daerah ini bergunung-gunung dan tidak cocok untuk urbanisasi. Gunung tertinggi di Tokyo, Gunung Kumotori, tingginya 2,017 m (6,62 ft). Gunung lainnya di Tokyo antara lain Takanosu (1,737 m (5,70 ft)), Odake (1,266 m (4,15 ft)), dan Mitake (929 m (3.048 ft)). Danau Okutama yang terletak di DAS Sungai Tama dekat Prefektur Yamanashi, adalah danau terbesar di Tokyo. Distrik ini terdiri dari tiga kota kecil (Hinode, Mizuho dan Okutama) dan satu desa (Hinohara).

Kepulauan sunting

 
Peta Kepulauan Izu
 
Peta Kepulauan Ogasawara

Tokyo memiliki banyak pulau terpencil, yang membentang sejauh 1.850 km (1.150 mi) dari pusat kota Tokyo. Karena jarak pulau-pulau tersebut cukup jauh dari Kantor Pemerintah Metropolitan Tokyo di Shinjuku, pemerintahan diwakili oleh kantor cabang subprefektur lokal.

Kepulauan Izu adalah sekelompok pulau vulkanik dan merupakan bagian dari Taman Nasional Fuji-Hakone-Izu. Pulau-pulau yang paling dekat dengan Tokyo adalah Izu Ōshima, Toshima, Nii-jima, Shikine-jima, Kōzu-shima, Miyake-jima, Mikurajima, Hachijō-jima, dan Aogashima. Kepulauan Izu dikelompokkan menjadi tiga subprefektur. Izu Ōshima dan Hachijojima adalah kota kecil. Pulau-pulau yang tersisa adalah enam desa, dengan Niijima dan Shikinejima membentuk satu desa.

Kepulauan Ogasawara membentang dari utara ke selatan, meliputi Chichi-jima, Nishinoshima, Haha-jima, Kita Iwo Jima, Iwo Jima, dan Minami Iwo Jima. Ogasawara juga mengelola dua pulau kecil yang terpencil: Minami Torishima, titik paling timur di Jepang (berjarak 1.850 km (1.150 mi) dari pusat Tokyo) dan Okinotorishima, titik paling selatan di Jepang.[68] Klaim Jepang tentang zona ekonomi eksklusif (ZEE) di sekitar Okinawaotorishima diperebutkan oleh Tiongkok dan Korea Selatan karena mereka menganggap Okinawaotorishima sebagai batu yang tidak dapat dihuni yang tidak memiliki ZEE.[69] Rantai Iwo dan pulau-pulau terpencil tidak memiliki populasi permanen, hanya personel Pasukan Bela Diri Jepang yang bermukim. Populasi lokal hanya ditemukan di Chichi-Jima dan Haha-Jima. Kepulauan ini membentuk Subprefektur Ogasawara dan desa Ogasawara, Tokyo.

Taman Nasional sunting

 
Taman Nasional Ogasawara, situs Warisan Alam Dunia UNESCO

Pada tanggal 31 Maret 2008, 36% dari total luas wilayah prefektur ditetapkan sebagai Taman Alam (kedua setelah Prefektur Shiga), yaitu Chichibu Tama Kai, Fuji-Hakone-Izu, dan Taman Nasional Ogasawara (yang terakhir disebut adalah Situs Warisan Dunia UNESCO); Taman Nasional Kuasi Meiji no Mori Takao; dan Taman Alam Prefektur Akikawa Kyūryō, Hamura Kusabana Kyūryō, Sayama, Takao Jinba, Takiyama, dan Tama Kyūryō.[70]

Sejumlah museum terletak di Taman Ueno: Museum Nasional Tokyo, Museum Nasional Alam dan Sains, Museum Shitamachi, dan Museum Nasional Seni Barat. Ada juga karya seni dan patung di beberapa tempat di taman. Ada juga kebun binatang di taman, dan taman adalah tujuan populer untuk melihat bunga sakura.

Kegempaan sunting

Kegempaan umum sunting

 
Tanda bilingual dengan instruksi (dalam bahasa Jepang dan Inggris) jika terjadi gempa bumi (Shibuya)

Tokyo berada di dekat batas tiga lempeng, menjadikannya daerah yang sangat aktif untuk gempa kecil dan selip yang sering mempengaruhi wilayah perkotaan dengan bergoyang seolah-olah dalam sebuah perahu, meskipun pusat gempa di daratan Tokyo (tidak termasuk yurisdiksi pulau sepanjang 2000 km di Tokyo) cukup langka. Tidak jarang di wilayah metro terjadi ratusan gempa kecil (magnitudo 4–6) yang dapat dirasakan dalam satu tahun, sesuatu yang warga setempat anggap sepele, tetapi dapat menjadi sumber kegelisahan tidak hanya bagi turis asing namun juga turis domestik dari daerah lain. Gempa-gempa ini jarang menyebabkan banyak kerusakan (kadang-kadang hanya beberapa cedera) karena mereka terlalu kecil atau jauh karena gempa cenderung pelan di sekitar wilayah tersebut. Daerah sesar aktif meliputi daerah lepas pantai hingga perbatasan Chiba dan Ibaraki.[71]

Gempa kuat yang jarang terjadi sunting

Tokyo telah dilanda gempa bumi megathrust yang kuat pada tahun 1703, 1782, 1812, 1855, 1923, dan 2011 (likuifaksi di beberapa tempat).[72][73] Frekuensi gempa langsung dan besar jarang terjadi. Gempa bumi 1923, dengan kekuatan sekitar 8,3, menewaskan 142.000 orang, terakhir kali daerah perkotaan langsung dilanda. Fokus gempa 2011 berjarak ratusan kilometer jauhnya dan tidak mengakibatkan kematian langsung di wilayah metropolitan.

Iklim sunting

Bekas kota Tokyo dan sebagian besar daratan Tokyo terletak di zona iklim subtropis lembab (klasifikasi iklim Köppen Cfa),[74] dengan musim panas yang panas nan lembap dan musim dingin yang umumnya dingin dengan mantra dingin. Seperti sebagian besar Jepang, Wilayah ini mengalami jeda musiman satu bulan, dengan bulan terhangat adalah Agustus (rata-rata 264 °C (507,2 °F)) dan bulan terdingin adalah Januari (rata-rata 52 °C (125,6 °F)). Rekor suhu terendah adalah −92 °C (−133,6 °F) pada 13 Januari 1876, sedangkan rekor tertinggi adalah 395 °C (743,0 °F) pada 20 Juli 2004. Rekor tertinggi suhu rendah adalah 303 °C (577,4 °F) pada 12 Agustus 2013, menjadikan Tokyo salah satu dari tujuh lokasi pengamatan di Jepang yang mencatat suhu rendah di atas 30 °C (86,0 °F).[75] Curah hujan tahunan rata-rata hampir 1.530 milimeter (60,2 in), dengan musim panas yang lebih basah dan musim dingin yang lebih kering. Hujan salju bersifat sporadis, tetapi terjadi hampir setiap tahun.[76] Tokyo juga sering diterjang topan setiap tahun, meskipun sedikit yang kuat. Bulan terbasah sejak pencatatan dimulai pada 1876 adalah Oktober 2004, dengan 780 milimeter (30 in) hujan,[77] termasuk 2.705 mm (106,5 in) pada kesembilan bulan itu;[78] yang terakhir dari empat bulan pada catatan untuk mengamati tidak ada curah hujan adalah Desember 1995.[75] Curah hujan tahunan berkisar antara 8.795 mm (346,3 in) pada 1984 hingga 22.296 mm (877,8 in) pada 1938.[75]

Data iklim Taman Kitanomaru, Chiyoda, Tokyo[79]
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor tertinggi °C (°F) 22.6
(72.7)
24.9
(76.8)
25.3
(77.5)
29.2
(84.6)
32.2
(90)
36.2
(97.2)
39.5
(103.1)
39.1
(102.4)
38.1
(100.6)
32.6
(90.7)
27.3
(81.1)
24.8
(76.6)
39.5
(103.1)
Rata-rata tertinggi °C (°F) 9.6
(49.3)
10.4
(50.7)
13.6
(56.5)
19.0
(66.2)
22.9
(73.2)
25.5
(77.9)
29.2
(84.6)
30.8
(87.4)
26.9
(80.4)
21.5
(70.7)
16.3
(61.3)
11.9
(53.4)
19.8
(67.6)
Rata-rata harian °C (°F) 5.2
(41.4)
5.7
(42.3)
8.7
(47.7)
13.9
(57)
18.2
(64.8)
21.4
(70.5)
25.0
(77)
26.4
(79.5)
22.8
(73)
17.5
(63.5)
12.1
(53.8)
7.6
(45.7)
15.4
(59.7)
Rata-rata terendah °C (°F) 0.9
(33.6)
1.7
(35.1)
4.4
(39.9)
9.4
(48.9)
14.0
(57.2)
18.0
(64.4)
21.8
(71.2)
23.0
(73.4)
19.7
(67.5)
14.2
(57.6)
8.3
(46.9)
3.5
(38.3)
11.6
(52.9)
Rekor terendah °C (°F) −9.2
(15.4)
−7.9
(17.8)
−5.6
(21.9)
−3.1
(26.4)
2.2
(36)
8.5
(47.3)
13.0
(55.4)
15.4
(59.7)
10.5
(50.9)
−0.5
(31.1)
−3.1
(26.4)
−6.8
(19.8)
−9.2
(15.4)
Presipitasi mm (inci) 52.3
(2.059)
56.1
(2.209)
117.5
(4.626)
124.5
(4.902)
137.8
(5.425)
167.7
(6.602)
153.5
(6.043)
168.2
(6.622)
209.9
(8.264)
197.8
(7.787)
92.5
(3.642)
51.0
(2.008)
1.528,8
(60,189)
Curah salju cm (inci) 5
(2)
5
(2)
1
(0.4)
0
(0)
0
(0)
0
(0)
0
(0)
0
(0)
0
(0)
0
(0)
0
(0)
0
(0)
11
(4.3)
Rata-rata hari hujan atau bersalju (≥ 0.5 mm) 5.3 6.2 11.0 11.0 11.4 12.7 11.8 9.0 12.2 10.8 7.6 4.9 114.0
Rata-rata hari bersalju 2.8 3.7 2.2 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 9.7
% kelembapan 52 53 56 62 69 75 77 73 75 68 65 56 65
Rata-rata sinar matahari bulanan 184.5 165.8 163.1 176.9 167.8 125.4 146.4 169.0 120.9 131.0 147.9 178.0 1.876,7
Sumber: Japan Meteorological Agency[75][80][81]

Daerah pegunungan barat Tokyo, Okutama juga terletak pada iklim subtropis yang lembap (klasifikasi Köppen Cfa).

Data iklim Ogouchi, Okutama, Tokyo (1981–2010)
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 6.7
(44.1)
7.1
(44.8)
10.3
(50.5)
16.3
(61.3)
20.5
(68.9)
23.0
(73.4)
26.8
(80.2)
28.2
(82.8)
23.9
(75)
18.4
(65.1)
13.8
(56.8)
9.3
(48.7)
17.1
(62.8)
Rata-rata harian °C (°F) 1.3
(34.3)
1.8
(35.2)
5.0
(41)
10.6
(51.1)
15.1
(59.2)
18.5
(65.3)
22.0
(71.6)
23.2
(73.8)
19.5
(67.1)
13.8
(56.8)
8.5
(47.3)
3.8
(38.8)
11.9
(53.4)
Rata-rata terendah °C (°F) −2.7
(27.1)
−2.3
(27.9)
0.6
(33.1)
5.6
(42.1)
10.5
(50.9)
14.8
(58.6)
18.7
(65.7)
19.7
(67.5)
16.3
(61.3)
10.3
(50.5)
4.6
(40.3)
−0.1
(31.8)
8.1
(46.6)
Presipitasi mm (inci) 44.1
(1.736)
50.0
(1.969)
92.5
(3.642)
109.6
(4.315)
120.3
(4.736)
155.7
(6.13)
195.4
(7.693)
280.6
(11.047)
271.3
(10.681)
172.4
(6.787)
76.7
(3.02)
39.9
(1.571)
1.623,5
(63,917)
Rata-rata sinar matahari bulanan 147.1 127.7 132.2 161.8 154.9 109.8 127.6 148.3 99.1 94.5 122.1 145.6 1.570,7
Sumber: Japan Meteorological Agency[82]

Iklim lepas pantai Tokyo sangat bervariasi. Iklim Chichi-jima di desa Ogasawara berada pada batas antara iklim sabana tropis (klasifikasi Köppen Aw) dan iklim subtropis lembap (klasifikasi Köppen Cfa). Letaknya sekitar 1.000 km selatan dari Tokyo Raya menghasilkan kondisi iklim yang berbeda.

Data iklim Chichijima, Ogasawara, Tokyo (1981–2010)
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rekor tertinggi °C (°F) 26.1
(79)
25.2
(77.4)
26.6
(79.9)
28.1
(82.6)
30.0
(86)
32.9
(91.2)
34.1
(93.4)
32.8
(91)
32.4
(90.3)
31.1
(88)
30.2
(86.4)
27.2
(81)
34.1
(93.4)
Rata-rata tertinggi °C (°F) 20.5
(68.9)
20.1
(68.2)
21.5
(70.7)
23.2
(73.8)
25.4
(77.7)
28.0
(82.4)
30.0
(86)
29.9
(85.8)
29.7
(85.5)
28.3
(82.9)
25.6
(78.1)
22.4
(72.3)
25.4
(77.7)
Rata-rata harian °C (°F) 18.4
(65.1)
17.9
(64.2)
19.2
(66.6)
21.0
(69.8)
23.2
(73.8)
25.8
(78.4)
27.5
(81.5)
27.7
(81.9)
27.5
(81.5)
26.2
(79.2)
23.5
(74.3)
20.3
(68.5)
23.2
(73.8)
Rata-rata terendah °C (°F) 15.7
(60.3)
15.3
(59.5)
16.7
(62.1)
18.8
(65.8)
21.2
(70.2)
24.0
(75.2)
25.4
(77.7)
25.9
(78.6)
25.5
(77.9)
24.1
(75.4)
21.3
(70.3)
17.8
(64)
21.0
(69.8)
Rekor terendah °C (°F) 10.1
(50.2)
9.6
(49.3)
9.2
(48.6)
12.1
(53.8)
14.6
(58.3)
17.7
(63.9)
20.8
(69.4)
22.5
(72.5)
21.1
(70)
17.2
(63)
13.2
(55.8)
10.8
(51.4)
9.2
(48.6)
Curah hujan mm (inci) 65.3
(2.571)
58.2
(2.291)
77.0
(3.031)
118.4
(4.661)
145.4
(5.724)
134.7
(5.303)
80.9
(3.185)
112.6
(4.433)
131.1
(5.161)
132.1
(5.201)
128.2
(5.047)
108.7
(4.28)
1.292,6
(50,888)
Rata-rata hari hujan (≥ 0.5 mm) 10.3 9.1 10.8 9.9 11.7 9.3 8.4 11.0 11.6 13.0 11.1 11.8 128
% kelembapan 66 68 73 79 83 86 82 82 82 80 75 70 77.2
Rata-rata sinar matahari bulanan 136.4 131.4 154.7 148.2 159.8 198.9 250.3 211.0 200.9 179.1 140.9 126.8 2.038,4
Sumber: Japan Meteorological Agency[83]

Wilayah paling timur Tokyo, pulau Minamitorishima di desa Ogasawara, berada di zona iklim sabana tropis (klasifikasi Köppen Aw). Pulau Izu dan Ogasawara di Tokyo dipengaruhi oleh rata-rata 5,4 topan per tahun, dibandingkan dengan daratan Kanto yang hanya 3,1 topan per tahun.[84]

Cityscape sunting

Arsitektur di Tokyo sebagian besar dibentuk oleh sejarah Tokyo. Dua kali dalam sejarah Tokyo telah ditinggalkan dalam keadaan tinggal reruntuhan: pertama saat gempa bumi Kanto 1923 melanda dan kemudian setelah pengeboman besar-besaran dalam Perang Dunia II.[85] Karena itu, lansekap kota Tokyo sebagian besar terdiri dari arsitektur modern dan kontemporer, dan bangunan tua dalam jumlah jarang.[85] Tokyo menampilkan banyak bentuk arsitektur modern yang terkenal secara internasional termasuk Tokyo International Forum, Asahi Beer Hall, Mode Gakuen Cocoon Tower, NTT Docomo Yoyogi Building dan Rainbow Bridge. Tokyo juga memiliki dua menara khas: Tokyo Tower, dan Tokyo Skytree baru, yang merupakan menara tertinggi di Jepang dan dunia, dan struktur tertinggi kedua di dunia setelah Burj Khalifa di Dubai.[86]

Tokyo juga memiliki banyak taman dan kebun. Ada empat taman nasional di Prefektur Tokyo, termasuk Taman Nasional Fuji-Hakone-Izu, yang mencakup semua Kepulauan Izu.

Pemandangan panorama Tokyo dari Tokyo Skytree
 
Pohon sakura di Istana Kekaisaran Tokyo.
 
Panorama Shinjuku dan Gunung Fuji.
 
Panorama Istana Kekaisaran Tokyo yang diambil di Marunouchi.

Lingkungan dan Alam sunting

Tokyo telah memberlakukan langkah untuk memotong gas rumah kaca. Gubernur Shintaro Ishihara menciptakan sistem tutup emisi pertama di Jepang, yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan total 25% pada tahun 2020 dari level 2000.[87] Tokyo adalah contoh pulau bahang perkotaan, dan fenomena ini sangat serius di DKK-nya.[88][89] Menurut Pemerintah Metropolitan Tokyo,[90] suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 3 °C selama 100 tahun terakhir. Tokyo telah dikutip sebagai "contoh meyakinkan dari hubungan antara pertumbuhan perkotaan dan iklim."[91]

Pada tahun 2006, Tokyo memberlakukan "Proyek 10 Tahun untuk Tokyo Hijau" yang akan direalisasikan pada 2016. Ini menetapkan tujuan meningkatkan pohon pinggir jalan di Tokyo menjadi 1 juta buah (dari semula 480.000 buah), dan menambah 1.000 ha ruang hijau yang mana 88 ha di antaranya akan menjadi sebuah taman baru bernama "Umi no Mori" (hutan laut) yang akan berada di pulau reklamasi di Teluk Tokyo yang dulunya merupakan tempat pembuangan sampah.[92] Dari 2007 hingga 2010, 436 ha dari 1.000 ha ruang hijau yang direncanakan telah dibuat dan 220.000 pohon ditanam sehingga total menjadi 700.000. Pada tahun 2014, pohon sisi jalan di Tokyo telah meningkat menjadi 950.000, dan tambahan 300 ha ruang hijau telah ditambahkan.[93]

Demografi sunting

Pada Desember 2019, perkiraan sensus resmi menunjukkan 13.953.972  jiwa bermukim di Tokyo dengan 9.654.996 jiwa (69,19%) diantaranya tinggal di DKKT.[94] Saat siang hari, jumlah penduduk bertambah hampir 2,5 juta jiwa karena karyawan dan siswa pergi pulang dari wilayah pinggiran. Efek ini bahkan lebih menonjol di tiga DKK utama, yaitu Chiyoda, Chūō, dan Minato, yang populasi kolektifnya pada Sensus Nasional 2005 adalah 326.000 jiwa pada malam hari, dan melonjak hingga 2,4 juta jiwa pada siang hari.[95]

Pada tahun 1889, Kementerian Dalam Negeri mencatat 1.375.937 jiwa tinggal di Kota Tokyo dari total 1.694.292 jiwa tinggal di Tokyo-fu.[96] Pada tahun yang sama, total 779 warga negara asing tercatat tinggal di Tokyo. Kebangsaan yang paling umum adalah Inggris (209 penduduk), diikuti oleh warga negara Amerika Serikat (182) dan warga negara Qing (137).[97]

 
Populasi sejarah Tokyo sejak 1920
WNA terdaftar[98]
Kebangsaan Populasi (2019)
  Republik Rakyat Tiongkok 213.767
  Korea Selatan 92.418
  Vietnam 36.227
  Filipina 33.219
    Nepal 27.290
  Taiwan 19.726
  Amerika Serikat 18.508
  India 12.130
  Myanmar 10.395
  Thailand 8.101
  Korea Utara 5.155
  Indonesia 4.711
Lainnya 70.036
 
Bagan ini adalah tingkat pertumbuhan kotamadya Tokyo, Jepang. Diperkirakan berdasarkan sensus yang dilakukan pada 2005 dan 2010.
Pertambahan
  10.0% dan lebih
  7,5 – 9,9%
  5,0 – 7,4%
  2,5 – 4,9%
  0,0 – 2,4%
Pengurangan
  0,0 – 2,4%
  2,5 – 4,9%
  5,0 – 7,4%
  7,5 – 9,9%
  10,0% dan lebih
Penduduk Tokyo[95]
Berdasarkan wilayah1

Tokyo
DKK
Tama
Kepulauan

13,95 juta
9,65 juta
4,27 juta
25,037

Berdasarkan umur2

Remaja (usia 0-14)
Bekerja (usia 15-64)
Pensiunan (usia 65+)

1,461 juta (11,8%)
8,546 juta (69,3%)
2,332 juta (18,9%)

Berdasarkan waktu3

Siang
Malam

14,978 juta
12,416 juta

Berdasarkan kewarganegaraan

Penduduk asing

551.6834 (3,95% total)

1 Diperkirakan pada 1 Desember 2019.

2 per 1 Januari 2007.

3 Sensus Nasional hingga 2005.

4 per 1 Januari 2019.

Ekonomi sunting

 
Tokyo Skytree, menara tertinggi di dunia
 
Bursa Efek Tokyo
 
Ginza adalah area perbelanjaan kelas atas yang populer di Tokyo[meragukan] sebagai salah satu distrik perbelanjaan paling mewah di dunia.
 
Kantor pusat Bank of Japan di Chūō, Tokyo
 
Menara Tokyo di malam hari
 
Shibuya menarik banyak wisatawan.

Tokyo merupakan satu dari tiga pusat keuangan dunia, bersama dengan New York dan London.[99][100] Tokyo merupakan metropolitan ekonomi terbesar di dunia. Menurut studi oleh PricewaterhouseCoopers, Tokyo Raya (mencangkup Tokyo hingga Yokohama dengan 38 juta penduduk) memiliki produk domestik bruto sejumlah US$2 triliun pada 2012 (menurut keseimbangan kemampuan berbelanja).[101] Pada tahun 2008, 47 perusahaan yang masuk kedalam daftar Fortune Global 500 berbasis di Tokyo.[102]

Seperti yang tertera di atas, Tokyo adalah pusat keuangan dunia utama;[103] dan menjadi rumah dari beberapa bank investasi terbesar di dunia dan perusahaan asuransi, dan berfungsi sebagai hub untuk industri transportasi, penerbitan, elektronika dan penyiaran Jepang. Selama pertumbuhan ekonomi Jepang yang terpusat setelah Perang Dunia II, banyak perusahaan besar memindahkan kantor pusat mereka dari kota-kota seperti Osaka (ibu kota komersial bersejarah) ke Tokyo, dalam upaya untuk mengambil keuntungan dari akses yang lebih dekat dengan pemerintah pusat. Tren ini mulai melambat karena pertumbuhan populasi yang berkelanjutan di Tokyo dan tingginya biaya hidup di sana.

Economist Intelligence Unit menilai Tokyo sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di dunia selama 14 tahun berturut-turut hingga tahun 2006.[104]

Tokyo muncul sebagai pusat keuangan internasional (IFC) terkemuka pada 1960-an dan telah digambarkan sebagai salah satu dari tiga "pusat komando" untuk ekonomi dunia, bersama dengan New York City dan London.[105] Dalam Indeks Pusat Keuangan Global 2017, Tokyo mendapat peringkat sebagai pemilik pusat keuangan paling kompetitif kelima di dunia (bersama kota-kota seperti London, Kota New York, San Francisco, Chicago, Sydney, Boston, dan Toronto di 10 besar), dan ketiga yang paling kompetitif di Asia (setelah Singapura dan Hong Kong).[106] Pasar keuangan Jepang dibuka perlahan pada tahun 1984 dan mempercepat internasionalisasi dengan "Big Bang Jepang" pada tahun 1998.[107] Meskipun Singapura dan Hong Kong muncul sebagai pusat keuangan yang bersaing, IFC Tokyo berhasil mempertahankan posisi terkemuka di Asia.

Bursa Saham Tokyo adalah bursa saham terbesar Jepang, dan terbesar ketiga di dunia menurut kapitalisasi pasar, dan keempat terbesar menurut akuisisi saham. Pada tahun 1990 di akhir masa penggelembungan harga aset Jepang, Tokyo memiliki lebih dari 60% nilai pasar saham dunia.[108]

Menurut Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, Tokyo memiliki 8.460 ha (20.900 hektar) lahan pertanian pada tahun 2003,[109] menjadikannya sebagai yang terakhir di antara prefektur-prefektur di negara ini. Tanah pertanian terkonsentrasi di Tokyo Barat. Bahan tahan lama seperti sayuran, buah-buahan, dan bunga dapat dengan mudah dikirim ke pasar di bagian timur prefektur. Komatsuna dan bayam adalah sayuran yang paling penting; pada tahun 2000, Tokyo memasok 32,5% komatsuna yang dijual di pasar produk utamanya.[butuh rujukan]

Dengan 36% wilayahnya yang masih ditutupi oleh hutan, Tokyo memiliki pertumbuhan luas cryptomeria dan cemara Jepang, terutama di kawasan pegunungan Akiruno, Ōme, Okutama, Hachiōji, Hinode, dan Hinohara. Penurunan harga kayu, kenaikan biaya produksi, dan bertambahnya usia lanjut di antara populasi kehutanan telah mengakibatkan penurunan hasil Tokyo. Selain itu, serbuk sari, terutama dari cryptomeria, adalah alergen utama bagi pusat populasi terdekat. Teluk Tokyo pernah menjadi sumber utama ikan. Sebagian besar produksi ikan Tokyo berasal dari pulau-pulau terluar, seperti Izu Ōshima dan Hachijō-Jima. Cakalang, nori, dan aji adalah beberapa produk laut hasil teluk Tokyo.[110]

Teluk Tokyo dahulu merupakan sumber utama ikan. Saat ini, kebanyakan dari produksi ikan Tokyo datang dari kepulauan luar, seperti Izu ŌShima dan Hachijōjima. Cakalang, nori, dan aji merupakan salah satu contoh produk perikanan.

Pariwisata di Tokyo juga merupakan salah satu kontributor ekonomi utama. Pada tahun 2006, 4,81 juta orang asing dan 420 juta kunjungan Jepang ke Tokyo dilakukan; nilai ekonomi dari kunjungan ini mencapai 9,4 triliun yen menurut Pemerintah Metropolitan Tokyo. Banyak turis mengunjungi berbagai pusat kota, toko, dan distrik hiburan di seluruh lingkungan distrik kota khusus (DKK) Tokyo; khususnya untuk anak-anak sekolah dalam study tour, kunjungan ke Tokyo Tower adalah keharusan (de rigueur). Penawaran budaya termasuk budaya pop Jepang yang ada di mana-mana dan distrik terkait seperti Shibuya dan Harajuku, atraksi subkultural seperti pusat anime Studio Ghibli, serta museum seperti Tokyo National Museum, yang menampung 37% dari harta karun nasional karya seni negara (87/233).

Pasar Ikan Tsukiji di Tokyo adalah pasar grosir ikan dan makanan laut terbesar di dunia, dan juga salah satu pasar makanan grosir terbesar dalam bentuk apa pun. Pasar Tsukiji berpegang teguh pada tradisi pendahulunya, pasar ikan Nihonbashi, dan melayani sekitar 50.000 pembeli dan penjual setiap hari. Pengecer, penjual utuh, pelelang, dan warga negara sering mengunjungi pasar, menciptakan mikrokosmos unik dari kekacauan terorganisir yang masih terus menyulut bahan bakar kota dan pasokan makanannya setelah lebih dari empat abad.[111] Mereka dipindah ke Pasar Toyosu baru pada Oktober 2018.[112]

Transportasi sunting

 
Stasiun Tokyo adalah terminal kereta antarkota utama di Tokyo.
 
Bandara Haneda
 
Tokyo Metro dan Toei Subwayadalah dua operator kereta bawah tanah utama di Tokyo.
 
Hamazakibashi JCT di Shuto Expressway
 
Tokyo Metro

Sebagai pusat Wilayah Tokyo Raya, Tokyo adalah pusat transportasi kereta api, darat dan udara domestik dan internasional di Jepang. Namun, wilayah udaranya berada di bawah hak eksklusif militer AS setelah Perang Dunia II dan beberapa rute penerbangan dikembalikan ke Jepang.[113] Transportasi umum di dalam Tokyo didominasi oleh jaringan kereta dan kereta bawah tanah yang bersih dan efisien[114] yang dijalankan oleh berbagai operator, dengan bus, monorel, dan trem memainkan peran pengumpan sekunder. Terdapat 62 jalur kereta listrik dan lebih dari 900 stasiun kereta di Tokyo.[115]

Sebagai hasil dari Perang Dunia II, pesawat Jepang dilarang terbang di atas Tokyo.[116] Karena itu, Jepang membangun bandara di luar Tokyo. Bandara Internasional Narita di Prefektur Chiba adalah pintu gerbang utama bagi pelancong internasional ke Jepang. Perusahaan-perusahaan penerbangan Japan Airlines, All Nippon Airways, Air Japan dan Delta Air Lines semuanya menjadikan Narita sebagai hub penerbangan. Bandara Haneda di tanah reklamasi di Ōta mewadahi penerbangan domestik dan internasional.

Beberapa pulau dalam administrasi Tokyo juga memiliki bandara sendiri. Hachijōjima (Bandara Hachijojima), Miyakejima (Bandara Miyakejima), dan Izu Ōshima (Bandara Oshima) menyediakan layanan ke Bandara Internasional Tokyo dan bandara-bandara lain.

Kereta api adalah metode transportasi utama di Tokyo[butuh rujukan] yang memiliki jaringan rel bawah tanah yang paling luas di dunia dan jaringan rel permukaan yang sama luasnya. JR East memegang jaringan rel terbesar di Tokyo, termasuk Jalur Yamanote yang mengitari pusat kota Tokyo. Jaringan bawah tanah berada di bawah pengawasan dua organisasi terpisah, yaitu Tokyo Metro milik swasta dan Biro Transportasi Metropolitan Tokyo milik pemerintah. Pemerintah metropolitan dan pengusaha swasta bersama-sama mengoperasikan rute bus dan rute trem. Layanan lokal, regional dan antarnegara juga tersedia, dengan terminal-terminal utama di stasiun-stasiun kereta api besar seperti Tokyo, Shinagawa, dan Shinjuku.

Jalan tol menghubungkan ibu kota ke titik-titik lain di Tokyo Raya, wilayah Kanto, hingga ke Kyushu dan Shikoku. Untuk membangunnya dengan cepat sebelum Olimpiade Musim Panas 1964, sebagian besar dibangun di atas jalan yang ada.[117] Ada juga transportasi lain seperti taksi yang beroperasi di DKK dan kota-kota besar. Juga, feri jarak jauh yang melayani pulau-pulau dalam administrasi Tokyo serta mengangkut penumpang dan kargo ke pelabuhan domestik dan asing.

Pendidikan sunting

 
Auditorium Yasuda di Universitas Tokyo di Bunkyō
 
Auditorium Okuma di Universitas Waseda di Shinjuku
 
Hibiya High School di Chiyoda

Tokyo memiliki banyak universitas, akademi, dan sekolah kejuruan. Banyak universitas paling bergengsi di Jepang berada di Tokyo, termasuk Universitas Tokyo, Universitas Hitotsubashi, Institut Teknologi Tokyo, Universitas Waseda, Universitas Sains Tokyo, dan Universitas Keio.[118] Beberapa universitas nasional terbesar di Tokyo adalah:

Hanya ada satu universitas negeri non-nasional, yaitu Tokyo Metropolitan University. Ada juga beberapa universitas yang terkenal dengan kelas bilingualnya (kelas perkuliahan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Jepang), antara lain Sekolah Pascasarjana Manajemen Universitas Globis, Universitas Kristen Internasional, Universitas Sophia, dan Universitas Waseda.

Tokyo juga merupakan markas besar Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Taman kanak-kanak yang dikelola publik, sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah pertama (SMP) dioperasikan oleh DKK setempat atau pemerintah munisipal. Sekolah menengah atas (SMA) negeri di Tokyo dijalankan oleh Dinas Pendidikan Metropolitan Tokyo dan disebut "Sekolah Menengah Metropolitan". Tokyo juga memiliki banyak sekolah swasta dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah. Berikut daftarnya.

Budaya sunting

 
Museum Nasional Sains dan Inovasi Baru yang juga dikenal sebagai "Miraikan"
 
Jalan Takeshita di Harajuku
 
Perayaan festival di Tokyo.

Tokyo memiliki banyak museum. Di Taman Ueno, ada Museum Nasional Tokyo, museum terbesar di negara itu dan diperuntukkan khusus untuk seni Jepang tradisional; Museum Nasional Seni Barat dan Kebun Binatang Ueno. Museum lainnya termasuk Museum Nasional Sains dan Inovasi Baru di Odaiba; Museum Edo-Tokyo di Sumida, Tokyo Sumida yang melintasi Sungai Sumida dari pusat Tokyo; Museum Nezu di Aoyama; dan Perpustakaan Parlemen Jepang, Arsip Nasional, dan Museum Nasional Seni Modern dengan koleksi-koleksi seni modern Jepang serta lebih 40.000 film-film Jepang dan asing[119] yang berada di dekat Istana Kekaisaran.

Di Tokyo juga ada banyak teater pementasan, termasuk teater milik negara dan swasta untuk drama Jepang. Seperti Teater Noh Nasional untuk noh dan Kabuki-za untuk Kabuki.[120] Orkestra simfoni dan bermacam-macam organisasi musik mendendangkan musik modern dan tradisional di sini. Tokyo juga menjadi tuan rumah acara musik pop dan rock Jepang dan internasional di berbagai tempat, dari klub malam hingga arena terkemuka internasional seperti Nippon Budokan.

 
Sanja Matsuri di Asakusa

Di seluruh Tokyo juga diadakan beraneka festival. Contohnya adalah perayaan Sannō di Kuil Hie, Sanja di Kuil Asakusa, dan festival dwitahunan Kanda Matsuri. Perayaan Kanda meliputi arak-arakan mikoshi dan ribuan orang yang menyambutnya. Pada hari Sabtu terakhir setiap bulan Juli, pertunjukan kembang api besar-besaran di atas Sungai Sumida menarik lebih sejuta penonton. Bila bunga sakura berkembang pada musim semi, penduduk Tokyo berkumpul di Taman Ueno, Taman Inokashira, dan Kebun Negara Shinjuku Gyoen untuk berpiknik di bawah pohon sakura.

Harajuku, sebuah kawasan di Shibuya, terkenal di mata dunia karena imejnya sebagai pusatnya hiburan anak muda, fashion,[121] dan cosplay.

Masakan di Tokyo dipuji di seluruh dunia. Pada November 2007, Michelin mengeluarkan panduan untuk rumah makan terbaik di Tokyo, memberikan total 191 bintang, atau sekitar dua kali lebih banyak dari yang diperoleh pesaing terdekatnya, Paris. Pada 2017, 227 restoran di Tokyo telah diberi penghargaan (92 di Paris). Dua belas tempat makan dikaruniai penghargaan hingga tiga bintang (Paris memiliki 10), sedangkan 54 menerima dua bintang, dan 161 memperoleh satu bintang. Di kalangan dua belas tempat makan besar itu, tiga buah menghidangkan masakan Jepang tradisional, dua lagi adalah toko sushi dan tiga yang selebihnya adalah restoran masakan Prancis.[122]

Olahraga sunting

 
Tokyo Dome, markas bagi Yomiuri Giants
 
Arena gulat sumo Ryōgoku Kokugikan

Tokyo, dengan beragam olahraga, adalah rumah bagi dua klub baseball profesional, Yomiuri Giants yang bermain di Tokyo Dome dan Tokyo Yakult Swallows di Stadion Meiji-Jingu. Asosiasi Sumo Jepang juga bermarkas di Tokyo, tepatnya di arena sumo Ryōgoku Kokugikan di mana tiga turnamen sumo resmi diadakan setiap tahun (pada bulan Januari, Mei, dan September). Klub sepak bola di Tokyo termasuk F.C. Tokyo dan Tokyo Verdy 1969, keduanya bermain di Stadion Ajinomoto di Chōfu, dan FC Machida Zelvia di Stadion Nozuta di Machida. Klub bola basket termasuk Hitachi SunRockers, Toyota Alvark Tokyo, dan Tokyo Excellence.

Tokyo merupakan basis dua klub bisbol profesional, yaitu Yomiuri Giants yang berbasis di Tokyo Dome, dan Tokyo Yakult Swallows di Stadion Meiji-Jingu.

Asosiasi Sumo Jepang juga bermarkas di Tokyo, yaitu di arena sumo Ryōgoku Kokugikan, tempat tiga kejuaraan sumo resmi diadakan tiga kali setahun (pada bulan Januari, Mei, dan September). Klub sepak bola di Tokyo meliputi FC Tokyo dan Tokyo Verdy 1969, keduanya bermain di Stadion Ajinomoto di Chōfu.

Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1964. Stadion Olimpiade Tokyo juga dijadikan tempat penyelenggaraan beberapa acara olahraga internasional. Dengan banyak tempat olahraga kelas dunia, Tokyo juga menjadi tuan rumah berbagai acara olahraga tingkat nasional dan internasional seperti tenis, renang, maraton, sepak bola Amerika, judo, karate, dan sebagainya. Gelanggang Olahraga Metropolitan Tokyo di Sendagaya, Shibuya, merupakan sebuah kompleks olahraga besar yang berisi kolam renang, kamar latihan, dan arena tertutup yang luas.

Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1964, sehingga menjadi kota Asia pertama yang menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas. Stadion Nasional (juga dikenal sebagai Stadion Olimpiade) menjadi tuan rumah sejumlah acara olahraga internasional. Pada 2016, stadion ini digantikan oleh Stadion Nasional Baru. Dengan sejumlah tempat olahraga kelas dunia, Tokyo sering menjadi tuan rumah acara olahraga nasional dan internasional seperti turnamen bola basket, turnamen bola voli wanita, turnamen tenis, pertandingan renang, maraton, pertandingan uni rugby dan rugby 7, sepakbola, pertandingan pameran sepak bola Amerika, judo, dan karate. Gimnasium Metropolitan Tokyo, di Sendagaya, Shibuya, adalah kompleks olahraga besar yang mencakup kolam renang, ruang pelatihan, dan arena dalam ruangan yang besar. Menurut Around the Rings, gimnasium tersebut telah menjadi tuan rumah kejuaraan dunia senam artistik pada Oktober 2011, meskipun Federasi Senam Internasional awalnya meragukan kemampuan Tokyo untuk menjadi tuan rumah kejuaraan setelah tsunami 11 Maret.[123] Tokyo juga dipilih sebagai tuan rumah sejumlah pertandingan untuk Piala Dunia Rugbi 2019. Tokyo juga terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2020 dan Paralimpiade Musim Panas 2020 pada 7 September 2013.

Dalam kebudayaan populer sunting

 
Akihabara adalah kawasan paling populer untuk penggemar anime, manga, dan game
 
Kantor pusat Fuji TV

Sebagai prefektur dengan populasi terbesar di Jepang dan pusat siaran dan studio terbesar di negara itu, Tokyo sering menjadi latar bagi banyak sinema Jepang, acara televisi, serial animasi (anime), komik web, novel ringan, video game, dan buku komik (manga). Dalam genre kaiju (film monster), landmark Tokyo biasanya dihancurkan oleh monster raksasa seperti Godzilla dan Gamera.

Beberapa sutradara Hollywood telah beralih ke Tokyo sebagai latar belakang untuk pembuatan film di Jepang. Contoh-contoh film pascaperang antara lain Tokyo Joe, My Geisha, Tokyo Story dan film James Bond bertajuk You Only Live Twice. Contoh-contoh film keluaran terbaru antara lain Kill Bill, The Fast and the Furious: Tokyo Drift, Lost in Translation, Babel, dan Inception.

Penulis Jepang Haruki Murakami mengambil Tokyo sebagai latar dari beberapa novelnya (termasuk novel Norwegian Wood). Dua novel pertama David Mitchell (Number9dream dan Ghostwritten) juga menampilkan kota tersebut. Pelukis Inggris kontemporer Carl Randall menghabiskan 10 tahun tinggal di Tokyo sebagai seorang seniman berandal, menciptakan karya yang menggambarkan jalan-jalan kota yang ramai dan ruang publik.[124][125][126][127][128]

Hubungan Internasional sunting

Tokyo adalah anggota pendiri Asian Network of Major Cities 21 dan merupakan anggota Dewan Otoritas Lokal untuk Hubungan Internasional. Tokyo juga merupakan anggota pendiri C40 Cities Climate Leadership Group.

Kota kembar dan perjanjian persahabatan sunting

Hingga 2016, Tokyo memiliki hubungan kota kembar atau perjanjian persahabatan dengan kota-kota 12 kota/negara bagian berikut:[129]

Lihat pula sunting

Rujukan sunting

  1. ^ 東京都歌・市歌 (dalam bahasa Jepang). Tokyo Metropolitan Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 11, 2011. Diakses tanggal September 17, 2011. 
  2. ^ "Archived copy" 都庁は長野市. Tokyo Metropolitan Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 19, 2014. Diakses tanggal April 12, 2014.  Shinjuku adalah lokasi Kantor Pemerintah Metropolitan Tokyo. Tapi Tokyo bukan "kota". Oleh karena itu, demi kenyamanan, notasi prefektur adalah "Tokyo".
  3. ^ a b 東京都の人口(推計)– Population of Tokyo (estimate). Tokyo Metropolitan Government Bureau of Statistics Department. Archived from the original on 2016-05-26. Diakses tanggal 2020/01/18. 
  4. ^ a b United Nations (March 12, 2017). "The World's Cities in 2016" (PDF). United Nations. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal January 12, 2017. 
  5. ^ 都民経済計算(都内総生産等)平成29年度年報. https://www.metro.tokyo.lg.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-05. Diakses tanggal 2020/01/18.  Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
  6. ^ ""Tidak ada undang-undang untuk menentukan di mana ibu kota Jepang berada. Karena Tokyo dibangun untuk menstabilkan daerah Timur dan Utara." the Legislative Bureau House of Councillors". Diarsipkan dari versi asli tanggal June 12, 2018. Diakses tanggal June 9, 2018. 
  7. ^ "Japan's Local Government System". Tokyo Metropolitan Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 11, 2013. Diakses tanggal August 5, 2013. 
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama UN-World-Cities-2018
  9. ^ Nussbaum, Louis-Frédéric. (2005). "Tōkyō" in Japan Encyclopedia, pp. 981–982 di Google Books
    in "Kantō" p. 479 di Google Books
  10. ^ "Population of Tokyo - Tokyo Metropolitan Government". www.metro.tokyo.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-31. Diakses tanggal 2019-06-04. 
  11. ^ Fortune. "Global Fortune 500 by countries: Japan". CNN. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 18, 2011. Diakses tanggal July 22, 2011. 
  12. ^ "GaWC – The World According to GaWC 2018". Lboro.ac.uk. April 13, 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 3, 2017. Diakses tanggal March 22, 2019. 
  13. ^ "Tokyo Tops Among Global Travelers, According To TripAdvisor World City Survey". TripAdvisor. TripAdvisor LLC. May 20, 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal September 4, 2014. Diakses tanggal September 1, 2014. 
  14. ^ "2018 Cost of Living Rankings". Mercer. Mercer LLC. June 26, 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 19, 2015. Diakses tanggal March 22, 2019. 
  15. ^ "Uptown top ranking". The Economist. June 17, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 15, 2015. Diakses tanggal October 17, 2015. 
  16. ^ "The Monocle Quality of Life Survey 2015 – Film". Diarsipkan dari versi asli tanggal August 14, 2015. Diakses tanggal August 11, 2015. 
  17. ^ "Archived copy" 「ミシュランガイド東京・横浜・鎌倉2011」を発行 三つ星が14軒、二つ星が54軒、一つ星が198軒に. Michelin Japan. November 24, 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 29, 2010. Diakses tanggal February 3, 2011. 
  18. ^ "Tokyo is Michelin's biggest star". The Times. November 20, 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 12, 2011. Diakses tanggal February 3, 2011. 
  19. ^ "Safe Cities Index 2015 Infographic – NEC: Safe Cities". January 7, 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 31, 2015. Diakses tanggal September 16, 2015. 
  20. ^ "QS Best Student Cities 2016". Top Universities. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 22, 2015. Diakses tanggal December 14, 2015. 
  21. ^ "QS Best Student Cities 2018". Top Universities (dalam bahasa Inggris). April 30, 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 4, 2018. Diakses tanggal July 12, 2018. 
  22. ^ The Space Economy in Figures How Space Contributes to the Global Economy: How Space Contributes to the Global Economy. OECD Publishing. 2019. hlm. 72. ISBN 978-92-64-80595-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  23. ^ "Six colleges dominate in research stature". Washington Post. March 27, 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-25. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  24. ^ "Radiation-free stem cell transplants, gene therapy may be within reach". News Center. May 29, 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-11. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  25. ^ "UTokyo-Berkeley". UTokyo-Berkeley. December 23, 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-24. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  26. ^ "Generation of time-domain-multiplexed two-dimensional cluster state". NCBI. American Association for the Advancement of Science. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  27. ^ "Rikkyo University". UNM: Global Education Office. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-24. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  28. ^ United States. Department of Energy (1999). Sandia National Laboratories/New Mexico: Environmental Impact Statement. Sandia National Laboratories/New Mexico: Environmental Impact Statement. hlm. 166-PA54. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  29. ^ オックスフォード大学日本事務所. University of Oxford Japan Office. November 30, 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-07. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  30. ^ "The University of Tokyo - National University of Singapore - 1st Joint Symposium - The University of Tokyo". The University of Tokyo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-24. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  31. ^ "Exchange: University of Tokyo - University of Toronto". University of Toronto - Learning Abroad. May 5, 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-24. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  32. ^ "Tsinghua University News". Tsinghua University. July 27, 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-24. Diakses tanggal December 24, 2019. 
  33. ^ a b Room, Adrian. Placenames of the World. McFarland & Company (1996), p. 360 Diarsipkan 2023-02-18 di Wayback Machine.. ISBN 0-7864-1814-1.
  34. ^ US Department of State. (1906). A digest of international law as in diplomatic discussions, treaties and other international agreements (John Bassett Moore, ed.), Volume 5, p. 759 Diarsipkan 2023-02-18 di Wayback Machine.; excerpt, "The Mikado, on assuming the exercise of power at Yedo, changed the name of the city to Tokio".
  35. ^ Fiévé, Nicolas & Paul Waley (2003). Japanese Capitals in Historical Perspective: Place, Power and Memory in Kyoto, Edo and Tokyo. hlm. 253. 
  36. ^ 明治東京異聞~トウケイかトウキョウか~東京の読み方 (dalam bahasa Jepang). Tokyo Metropolitan Archives. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 6, 2008. Diakses tanggal September 13, 2008. 
  37. ^ McClain, James, James; et al. (1994). Edo and Paris: Urban Life and the State in the Early Modern Era. Cornell University Press. hlm. 13. ISBN 080148183X. 
  38. ^ Sorensen, Andre (2004). The Making of Urban Japan: Cities and Planning from Edo to the Twenty-First Century. hlm. 16. 
  39. ^ Naitō, Akira (2003). Edo, the City That Became Tokyo: An Illustrated History. hlm. 33, 55. 
  40. ^ Naitō, Akira (2003). Edo, the City That Became Tokyo: An Illustrated History. hlm. 182–183. 
  41. ^ Naitō, Akira (2003). Edo, the City That Became Tokyo: An Illustrated History. hlm. 186. 
  42. ^ Naitō, Akira (2003). Edo, the City That Became Tokyo: An Illustrated History. hlm. 188. 
  43. ^ "History of Tokyo". Tokyo Metropolitan Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 12, 2007. Diakses tanggal October 17, 2007. 
  44. ^ Tokyo-Yokohama earthquake of 1923 Diarsipkan 2015-06-26 di Wayback Machine.. Britannica Online Encyclopedia.
  45. ^ Tipton, Elise K. (2002). Modern Japan: A Social and Political History. Routledge. hlm. 141. 
  46. ^ Tipton, Elise K. (2002). Modern Japan: A Social and Political History. Routledge. hlm. 141. ISBN 978-0-585-45322-4. 
  47. ^ "9 March 1945: Burning the Heart Out of the Enemy". Wired. Condé Nast Digital. March 9, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-15. Diakses tanggal August 8, 2011. 
  48. ^ "1945 Tokyo Firebombing Left Legacy of Terror, Pain". Common Dreams. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-01-03. Diakses tanggal 2019-04-14. 
  49. ^ Cybriwsky, Roman (1997). Historical Dictionary of Tokyo. Lanham, MD: Scarecrow. hlm. 22. 
  50. ^ Hewitt, Kenneth (1983). "Place Annihilation: Area Bombing and the Fate of Urban Places". Annals of the Association of American Geographers. 73 (2): 257–284. doi:10.1111/j.1467-8306.1983.tb01412.x. 
  51. ^ Gold, J. R., dan Gold, M. M. (Januari 2012). "From A to B: The Summer Olympics, 1896–2008: Chapter taken from Olympic Cities". Routledge Online Studies on the Olympic and Paralympic Games Volume 1 Nomor 36. hlm. 20. doi:10.4324/9780203840740_chapter_2. ISBN 978-0-203-84074-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-19. Diakses tanggal 2023-05-18. 
  52. ^ "Tokyo Narita International Airport (NRT) Airport Information (Tokyo, Japan)" Diarsipkan 2014-10-17 di Wayback Machine.. Diakses pada 11 September 2008.
  53. ^ "Rail Transport in The World's Major Cities" (PDF). Japan Railway and Transport Review. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal October 25, 2007. Diakses tanggal October 17, 2007. 
  54. ^ Saxonhouse, Gary R. (ed.) (2004). Japan's Lost Decade: Origins, Consequences and Prospects for Recovery. Blackwell Publishing Limited. ISBN 1405119179. 
  55. ^ "Shift of Capital from Tokyo Committee". Japan Productivity Center for Socio-Economic Development. Diarsipkan dari versi asli tanggal August 25, 2007. Diakses tanggal October 14, 2007. 
  56. ^ "Policy Speech by Governor of Tokyo, Shintaro Ishihara at the First Regular Session of the Metropolitan Assembly, 2003". Tokyo Metropolitan Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 3, 2007. Diakses tanggal October 17, 2007. 
  57. ^ "Despite Major Earthquake Zero Tokyo Buildings Collapsed Thanks to Stringent Building Codes". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-12. Diakses tanggal October 11, 2011. 
  58. ^ Williams, Carol J. (March 11, 2011). "Japan earthquake disrupts Tokyo, leaves capital only lightly damaged". Los Angeles Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-12-13. Diakses tanggal October 11, 2011. 
  59. ^ "Tokyo Radiation Levels". Metropolis Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 20, 2012. Diakses tanggal April 25, 2012. 
  60. ^ "Tokyo radiation levels – daily updates – April". Diarsipkan dari versi asli tanggal August 19, 2011. Diakses tanggal October 11, 2011. 
  61. ^ "IOC selects Tokyo as host of 2020 Summer Olympic Games". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-10. Diakses tanggal October 10, 2014. 
  62. ^ "Population of Tokyo, Japan". mongabay. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 21, 2012. Diakses tanggal February 10, 2012. 
  63. ^ "Local Government in Japan" (PDF). Council of Local Authorities for International Relations. hlm. 8. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal September 23, 2008. Diakses tanggal September 14, 2008. 
  64. ^ The Structure of the Tokyo Metropolitan Government Diarsipkan December 8, 2014, di Wayback Machine. Diarsipkan December 8, 2014, di Wayback Machine. (Tokyo government webpage)
  65. ^ Population of Tokyo – Tokyo Metropolitan Government Diarsipkan December 23, 2008, di Wayback Machine. (Retrieved on July 4, 2009)
  66. ^ "Pray For Tokyo: Chiyoda". Karis Japan. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 20, 2014. Diakses tanggal April 20, 2015. 
  67. ^ "Development of the Metropolitan Centre, Subcentres and New Base". Bureau of Urban Development, Tokyo Metropolitan Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-23. Diakses tanggal October 14, 2007. 
  68. ^ "Ogasawara Islands: World Natural Heritage". Ogasawara Village Industry and Tourist Board. Diarsipkan dari versi asli (Adobe Flash) tanggal 2017-03-31. Diakses tanggal June 29, 2018. 
  69. ^ Yoshikawa, Yukie (2005). "Okinotorishima: Just the Tip of the Iceberg". Harvard Asian Quarterly. 9 (4). Diarsipkan dari versi asli tanggal November 4, 2013. 
  70. ^ "General overview of area figures for Natural Parks by prefecture" (PDF). Ministry of the Environment. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2012-04-21. Diakses tanggal February 8, 2012. 
  71. ^ Matsu’ura, Ritsuko S. (January 28, 2017). "A short history of Japanese historical seismology: past and the present". Geoscience Letters. 4 (1): 3. Bibcode:2017GSL.....4....3M. doi:10.1186/s40562-017-0069-4 – via BioMed Central. 
  72. ^ Grunewald, Elliot D.; Stein, Ross S. (2006). "A New 1649–1884 Catalog of Destructive Earthquakes near Tokyo and Implications for the Long-term Seismic Process" (PDF). Journal of Geophysical Research: Solid Earth. 111 (B12): B12306. Bibcode:2006JGRB..11112306G. doi:10.1029/2005JB004059. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal October 25, 2007. Diakses tanggal October 14, 2007. 
  73. ^ "A new probabilistic seismic hazard assessment for greater Tokyo" (PDF). U.S. Geological Survey. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2007-10-25. Diakses tanggal October 14, 2007. 
  74. ^ Peel, M.C., Finlayson, B.L., and McMahon, T.A.: Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification Diarsipkan 2019-08-16 di Wayback Machine., Hydrol. Earth Syst. Sci., 11, 1633–1644, 2007.
  75. ^ a b c d 観測史上1~10位の値( 年間を通じての値) (dalam bahasa Japanese). Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-01. Diakses tanggal November 15, 2018. 
  76. ^ "Tokyo observes latest ever 1st snowfall". Diarsipkan dari versi asli tanggal March 19, 2007. Diakses tanggal June 9, 2017. 
  77. ^ 観測史上1~10位の値(年間を通じての値). Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-11. Diakses tanggal December 4, 2011. 
  78. ^ 観測史上1~10位の値(10月としての値). Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-24. Diakses tanggal December 4, 2011. 
  79. ^ The JMA Tokyo, Tokyo (東京都 東京) station is at 35°41.4′N 139°45.6′E, JMA: 気象統計情報>過去の気象データ検索>都道府県の選択>地点の選択. Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-01. Diakses tanggal November 15, 2018. 
  80. ^ 気象庁 / 平年値(年・月ごとの値) (dalam bahasa Japanese). Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-18. Diakses tanggal December 16, 2014. 
  81. ^ 気象庁 / 平年値(年・月ごとの値) (dalam bahasa Japanese). Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-11-02. Diakses tanggal December 16, 2014. 
  82. ^ 気象庁 / 気象統計情報 / 過去の気象データ検索 / 平年値(年・月ごとの値). Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-30. Diakses tanggal June 24, 2013. 
  83. ^ "気象庁|過去の気象データ検索". www.data.jma.go.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-13. Diakses tanggal 2020-04-13. 
  84. ^ 気象統計情報 / 天気予報・台風 / 過去の台風資料 / 台風の統計資料 / 台風の平年値. Japan Meteorological Agency. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-07. Diakses tanggal 2019-04-15. 
  85. ^ a b Hidenobu Jinnai. Tokyo: A Spatial Anthropology. University of California Press (1995), pp. 1-3 Diarsipkan 2023-02-18 di Wayback Machine.. ISBN 0-520-07135-2.
  86. ^ "Tokyo – GoJapanGo". Tokyo Attractions – Japanese Lifestyle. Mi Marketing Pty Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-26. Diakses tanggal April 18, 2012. 
  87. ^ "World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)". Wbcsd.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal January 4, 2009. Diakses tanggal October 18, 2008. 
  88. ^ Barry, Roger Graham & Richard J. Chorley. Atmosphere, Weather and Climate. Routledge (2003), p. 344 Diarsipkan 2023-02-18 di Wayback Machine.. ISBN 0-415-27170-3.
  89. ^ Toshiaki Ichinose, Kazuhiro Shimodozono, and Keisuke Hanaki. Impact of anthropogenic heat on urban climate in Tokyo. Atmospheric Environment 33 (1999): 3897–3909.
  90. ^ "Heat Island Control Measures". kankyo.metro.tokyo.jp. January 6, 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal May 24, 2008. Diakses tanggal October 29, 2010. 
  91. ^ Barry, Roger Graham; Chorley, Richard J. (1987). Atmosphere, Weather and Climate. London: Methuen Publishing. hlm. 344. ISBN 978-0-416-07152-8. 
  92. ^ "Archived copy" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal January 16, 2013. Diakses tanggal July 11, 2012. 
  93. ^ "2012 Action Program for Tokyo Vision 2020 – Tokyo Metropolitan Government". Metro.tokyo.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 9, 2012. Diakses tanggal December 23, 2012. 
  94. ^ 東京都の人口(推計). Tokyo Metropolitan Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-15. Diakses tanggal 2020/01/18. 
  95. ^ a b "Population of Tokyo". Tokyo Metropolitan Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 23, 2008. Diakses tanggal January 1, 2009. 
  96. ^ 東京府 編 (1890). 東京府統計書. 明治22年 [Tōkyō-Fu Statistics Book (1889)] (dalam bahasa Japanese). 1. 東京府. hlm. 40–41.  (National Diet Library Digital Archive) Diarsipkan 2014-09-06 di Wayback Machine. (digital page number 32)
  97. ^ 東京府 編 (1890). 東京府統計書. 明治22年 [Tōkyō-Fu Statistics Book (1889)] (dalam bahasa Japanese). 1. 東京府. hlm. 66–67.  (National Diet Library Digital Archive) Diarsipkan 2014-09-06 di Wayback Machine. (digital page number 46)
  98. ^ "Tokyo Statistical Yearbook 2019" (Excel 97). Bureau of General Affairs, Tokyo Metropolitan Government. 平成31年1月1日. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-24. Diakses tanggal 2020/01/18. 
  99. ^ "Financial Centres, All shapes and sizes". The Economist. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-31. Diakses tanggal 2007-10-14. 
  100. ^ Sassen, Saskia (2001). The Global City: New York, London, Tokyo (edisi ke-2nd). Princeton University Press. ISBN 0691070636. 
  101. ^ PriceWaterhouseCoopers, "UK Economic Outlook, March 2007", page 5. ""Table 1.2 – Top 30 urban agglomeration GDP rankings in 2005 and illustrative projections to 2020 (using UN definitions and population estimates)"" (PDF). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-06-10. Diakses tanggal 2007-03-09. 
  102. ^ "Global 500 Our annual ranking of the world's largest corporationns". CNNMoney.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-05-29. Diakses tanggal 2008-12-04. 
  103. ^ "Financial Centres, All shapes and sizes". The Economist. September 13, 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-31. Diakses tanggal October 14, 2007. 
  104. ^ "Oslo is world's most expensive city: survey". Reuters. January 31, 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-15. Diakses tanggal February 1.  (inactive).
  105. ^ Sassen, Saskia (2001). The Global City: New York, London, Tokyo (edisi ke-2nd). Princeton University Press. ISBN 978-0-691-07063-6. 
  106. ^ "The Global Financial Centres Index 21" (PDF). Long Finance. March 2017. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal June 11, 2017. 
  107. ^ Ito, Takatoshi; Melvin, Michael. "NBER WORKING PAPER SERIES - JAPAN'S BIG BANG AND THE TRANSFORMATION OF FINANCIAL MARKETS" (PDF). www.nber.org. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2018-06-02. Diakses tanggal 2019-04-13. 
  108. ^ "Tokyo stock exchange". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-05. Diakses tanggal 2010-10-29. 
  109. ^ Horticulture Statistics Team, Production Statistics Division, Statistics and Information Department, Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries (July 15, 2003). "Statistics on Cultivated Land Area" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2006-06-28. Diakses tanggal 2008-10-18. 
  110. ^ Japan (dalam bahasa Inggris). PediaPress. hlm. 82. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 2022-06-05. 
  111. ^ Hannerz, Ulf (2005). "The Fish Market at the Center of the World (Review)". The Journal of Japanese Studies. 31 (2): 428–431. doi:10.1353/jjs.2005.0044. 
  112. ^ Kato, Issei (September 29, 2018). "As Tokyo's historic Tsukiji market closes, fishmongers mourn". Reuters. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 3, 2018. Diakses tanggal October 4, 2018. 
  113. ^ Japan gets approval for new flight routes over Haneda airport using U.S. airspace Diarsipkan 2018-06-12 di Wayback Machine. Japan Times
  114. ^ "A Country Study: Japan". The Library of Congress. Chapter 2, Neighbourhoods. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal October 24, 2007. 
  115. ^ "Orientation – Tokyo Travel Guide | Planetyze". Planetyze (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-09-10. Diakses tanggal July 18, 2017. 
  116. ^ Wilayah udara Yokota Rapcon militer AS diatur dalam enam tingkat berbeda pada ketinggian antara 2.450 dan 7.000 meter, membentang di atas Tokyo dan delapan prefektur lainnya. Diarsipkan 2018-06-12 di Wayback Machine. Japan Times
  117. ^ "Revamping Tokyo's expressways could give capital a boost". Yomiuri Shimbun. Diarsipkan dari versi asli tanggal November 2, 2012. Diakses tanggal October 8, 2012. 
  118. ^ "QS University Rankings: Asia 2016". QS Quacquarelli Symonds Limited. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-16. Diakses tanggal June 13, 2016. 
  119. ^ "National Cultural Facilities" (PDF). The Agency for Cultural Affairs. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2007-10-25. Diakses tanggal 2007-10-18. 
  120. ^ Milner, Rebecca (2013). "Pocket Tokyo." 4th Edition. Lonely Planet Publications. ISBN 978-1-74220-581-6
  121. ^ Perry, Chris (April 25, 2007). "Rebels on the Bridge: Subversion, Style, and the New Subculture" (Flash). Self-published (Scribd). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-14. Diakses tanggal December 4, 2007. 
  122. ^ "Tokyo 'top city for good eating'". BBC News. November 20, 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-17. Diakses tanggal October 18, 2008. 
  123. ^ "Tokyo Keeps Gymnastics Worlds, Bolsters Olympics Ambitions". Aroundtherings.com. May 23, 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal June 1, 2012. Diakses tanggal December 23, 2012. 
  124. ^ BBC World Service: World Update. 'Carl Randall – Painting the faces in Japan's crowded cities'., BBC World Service, 2016, diarsipkan dari versi asli tanggal December 27, 2016, diakses tanggal December 21, 2016 
  125. ^ BBC News. 'Painting the faces in Japan's crowded cities'., BBC News – Arts & Entertainment, 2016, diarsipkan dari versi asli tanggal February 22, 2017, diakses tanggal July 21, 2018 
  126. ^ 'Tokyo Portraits by Carl Randall'., The Daiwa Anglo Japanese Foundation, London, 2014, diarsipkan dari versi asli tanggal December 21, 2016, diakses tanggal December 21, 2016 
  127. ^ 'The BP Portrait Awards 2013'., The National Portrait Gallery, London, 2012, diarsipkan dari versi asli tanggal February 6, 2017, diakses tanggal December 21, 2016 
  128. ^ 'Japan Portraits'., Carl Randall – artist website, 2016, diarsipkan dari versi asli tanggal December 21, 2016, diakses tanggal December 21, 2016 
  129. ^ "Sister Cities (States) of Tokyo – Tokyo Metropolitan Government". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-11. Diakses tanggal May 30, 2016. 
  130. ^ "Friendship and cooperation agreements". Paris: Marie de Paris. Diarsipkan dari versi asli tanggal July 1, 2016. Diakses tanggal September 10, 2016. 

Bibliografi sunting

Bacaan lanjut sunting

Panduan sunting

  • Bender, Andrew, and Timothy N. Hornyak. Tokyo (City Travel Guide) (2010)
  • Mansfield, Stephen. Dk Eyewitness Top 10 Travel Guide: Tokyo (2013)
  • Waley, Paul. Tokyo Now and Then: An Explorer's Guide. (1984). 592 pp
  • Yanagihara, Wendy. Lonely Planet Tokyo Encounter (2012)

Kontemporer sunting

  • Allinson, Gary D. Suburban Tokyo: A Comparative Study in Politics and Social Change. (1979). 258 pp.
  • Bestor, Theodore. Neighbourhood Tokyo (1989). online edition
  • Bestor, Theodore. Tsukiji: The Fish Market at the Centre of the World. (2004) online edition
  • Fowler, Edward. San'ya Blues: Labouring Life in Contemporary Tokyo. (1996) ISBN 0-8014-8570-3.
  • Friedman, Mildred, ed. Tokyo, Form and Spirit. (1986). 256 pp.
  • Jinnai, Hidenobu. Tokyo: A Spatial Anthropology. (1995). 236 pp.
  • Reynolds, Jonathan M. "Japan's Imperial Diet Building: Debate over Construction of a National Identity". Art Journal. 55#3 (1996) pp. 38+.
  • Sassen, Saskia. The Global City: New York, London, Tokyo. (1991). 397 pp.
  • Sorensen, A. Land Readjustment and Metropolitan Growth: An Examination of Suburban Land Development and Urban Sprawl in the Tokyo Metropolitan Area (2000)
  • Taira, J. [re]TOKYO. (2018). San Francisco: ORO Editions. ISBN 978-1-940743-66-0
  • Waley, Paul. "Tokyo-as-world-city: Reassessing the Role of Capital and the State in Urban Restructuring". Urban Studies 2007 44(8): 1465–1490. ISSN 0042-0980 Fulltext: Ebsco

Pranala luar sunting