Pasar Tsukiji

pusat perbelanjaan di Jepang

Pasar Tsukiji (築地市場, Tsukiji shijō) atau populer sebagai pasar ikan Tsukiji adalah pasar induk yang berada di Tsukiji, distrik kota Chūō, Tokyo. Pasar ini merupakan pusat grosir hasil laut dan hasil pertanian. Buka setiap pagi, kecuali hari Minggu, hari libur, dan hari libur pasar di Jepang (biasanya Rabu).[1]

Pemandangan Tsukiji dari Shiodome (2018)

Pasar Tsukiji mulai beroperasi secara resmi pada 2 Februari 1935, dan merupakan pasar yang tertua di antara 11 Pasar Pusat Grosir Metropolitan Tokyo. Setiap harinya dilelang hasil laut sebanyak 2.080 ton dan sayuran/buah sebanyak 1.180 ton, dan membuatnya sebagai pasar ikan terbesar di Jepang.[2]

Kawasan sekitar Pasar Tsukiji disebut Pusat Perbelanjaan Luar Pasar Tsukiji (築地場外市場商店街, Tsukiji jōgai shijō shōtengai) atau populer sebagai jōgai shijō (pasar bagian luar). Selain ramai dengan toko hasil laut, di pusat perbelanjaan terdapat banyak rumah makan, terutama sushi, dan toko eceran berbagai jenis barang. Kawasan bagian luar pasar adalah objek wisata yang ramai dengan wisatawan.

Kegiatan lelang

sunting
 
Lelang ikan tuna di Tsukiji

Peningkatan dalam jumlah kunjungan wisatawan (terutama wisatawan mancanegara) menyebabkan masalah sanitasi di Tsukiji. Pihak pasar mendapat kesulitan dalam mengatur suhu ruang akibat keluar masuknya banyak orang. Wisatawan juga sering mengganggu kegiatan lelang dan transaksi di pasar, terutama lelang tuna di pagi hari. Berdasarkan alasan tersebut, wisatawan tidak lagi diizinkan untuk memasuki tempat pelelangan tuna.[3]

Hasil tangkapan dari seluruh dunia tiba di Pasar Tsukiji mulai pukul 17.00 petang hari sebelumnya. Ikan tuna mulai dipamerkan kepada pialang peserta lelang yang memeriksa kualitas barang dan menaksir harga sejak pukul 03.00 dini hari. Lelang ikan tuna dimulai pukul 05.30 yang diikuti pialang dan pembeli terdaftar. Pukul 07.00 pagi, pialang mulai membawa hasil tangkapan dari tempat lelang ke toko masing-masing di kompleks pasar. Barang-barang yang dibeli dari lelang atau dari pialang mulai dimuat ke dalam truk oleh pedagang pengecer untuk dibawa ke pasar atau toko masing-masing di kota. Antara pukul 08.00 hingga pukul 10.00, pasar sangat ramai dengan orang dan truk yang keluar masuk. Pada pukul 11.00, toko milik pialang mulai tutup, dan petugas kebersihan mulai menjalankan tugasnya mulai pukul 13.00.[3]

Sejarah

sunting
 
Pisau panjang oroshi hocho digunakan di pasar Tsukiji, Tokyo.
 
Ikan tuna di Tsukiji

Pasar Tsukiji bermula dari pasar ikan dekat jembatan Nihonbashi yang melayani kebutuhan penduduk Tokyo sejak zaman Edo. Ketika terjadi gempa bumi besar Kanto September 1923, semua pasar ikan dan pasar basah di Tokyo habis terbakar. Dewan kota memutuskan untuk mendirikan pasar grosir di Tokyo. Salah satunya adalah Pasar Tsukiji. Pemerintah kota membeli lahan tanah negara (bekas lokasi Akademi Angkatan Laut, Pusat Riset Teknologi Angkatan Laut) untuk dijadikan lokasi pasar. Setelah membeli bagian laut yang boleh diuruk, pembangunan pasar dimulai dari menguruk laut selama 3 tahun 3 bulan sejak Maret 1928. Dari total luas lahan 196.729 m², 16.631,4 m² adalah lahan hasil pengurukan. Pembangunan gedung dan fasilitas penunjang berlangsung dari Desember 1930 hingga April 1933, mulai dari lemari es, pabrik es, tempat lelang, ruang penyimpanan pisang, hingga ekspansi jalur kereta api sepanjang 2,710 meter dari Stasiun Kargo Shiodome. Pembangunan semua fasilitas penunjang selesai bulan Agustus 1934.[4]

Pedagang yang mulai berjualan di Pasar Tsukiji sejak tahun 1934 adalah pedagang asal pasar ikan air tawar Nihonbashi, dan pedagang ayam/telur. Pedagang sayuran dan buah mulai berjualan sejak Februari 1935, pedagang ikan laut sejak Juni dan November 1935, diikuti pedagang grosir, pedagang sayuran/buah, pedagang tsukemono, dan pedagang lainnya.[4]

Pada tahun 1937, terjadi Perang Tiongkok-Jepang Kedua, pemerintah menerapkan kebijakan ekonomi terpusat yang menghapus sistem pialang. Setiap keluarga diberi jatah kupon pangan untuk ditukar makanan, dan jumlah barang dagangan yang masuk ke pasar amat sedikit.[4]

Setelah Perang Dunia II berakhir, pemerintah kembali membebaskan kegiatan perdagangan. Barang-barang yang diperdagangkan di pasar semakin banyak. Pedagang grosir semakin banyak sehingga timbul persaingan tidak sehat. Pada tahun 1955, sembilan belas pedagang grosir hasil laut dipaksa untuk merger menjadi 7 pedagang grosir yang ada hingga sekarang. Pedagang grosir sayuran dan buah atas inisiatif sendiri merger menjadi 4 pedagang grosir.

 
Plakat peringatan Daigo Fukuryu Maru

Pada tahun 1954, kapal penangkap ikan Daigo Fukuryū Maru sedang berada di luar daerah bahaya ketika Amerika Serikat mengadakan eksperimen desain Teller-Ulam (Operasi Castle Bravo) di atol Bikini. Setelah kembali ke Jepang, ikan tuna dan cucut selendang yang ditangkap kapal Daigo Fukuryū Maru dilelang di Pasar Tsukiji pada 13 Maret. Hasil tangkapan tersebut ternyata terkontaminasi radioaktif. Lelang dihentikan, dan hasil tangkapan nelayan lain ikut tidak bisa dijual. Hasil tangkapan dikubur di dalam kompleks pasar. Di atasnya didirikan monumen peringatan "tuna bom atom". Sehubungan dengan pekerjaan proyek renovasi pasar yang berlangsung sejak 2006, monumen dipindahkan sementara ke Gedung Pameran Daigo Fukuryu Maru di Yumenoshima, Tokyo. Sebagai penggantinya, di bagian luar dinding pasar ditempel plakat peringatan Daigo Fukuryu Maru.

Referensi

sunting
  1. ^ Hari libur tahun 2008 Diarsipkan 2008-03-14 di Wayback Machine., hari libur tahun 2009 Diarsipkan 2008-12-03 di Wayback Machine.
  2. ^ (data tahun 2007)"Tsukiji shijō(築地市場)". Metropolitan Central Wholesale Market. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-09-30. Diakses tanggal 22 November 2008. 
  3. ^ a b "24hours, Please Observe the Following when Visiting Tsukiji Market". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-12-16. Diakses tanggal 2008-11-23. 
  4. ^ a b c "Tsukiji shijō no enkaku(築地市場の沿革)". Metropolitan Central Wholesale Market. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-01. Diakses tanggal 22 November 2008. 

Pranala luar

sunting