Alih aksara Hepburn

sistem romanisasi untuk bahasa Jepang
(Dialihkan dari Romanisasi Hepburn)

Alih aksara Hepburn (ヘボン式ローマ字, Hebon-shiki Rōmaji) dinamakan untuk memperingati Pendeta James Curtis Hepburn, pencipta alih aksara bahasa Jepang ke dalam abjad Latin yang pertama kali digunakan Hepburn sewaktu menyusun kamus bahasa Jepang-Inggris edisi ke-3 terbitan tahun 1887. Perkumpulan Romanisasi Aksara Jepang atau Rōmajikai merupakan organisasi yang pertama kali mengusulkan sistem Hepburn pada tahun 1885.

James Curtis Hepburn, pencipta alih aksara bahasa Jepang ke dalam abjad Latin atau alih aksara Hepburn

Alih aksara Hepburn sudah mengalami revisi beberapa kali dan secara resmi disebut Shūsei Hebon-shiki Rōmaji (修正ヘボン式ローマ字, Romaji sistem Hepburn yang Disempurnakan). Sebelumnya juga pernah dikenal sebagai Hyōjun-shiki Rōmaji (標準式ローマ字, Romaji standar).

Alih aksara Hepburn tradisional dan Hepburn yang Disempurnakan merupakan sistem romaji yang paling banyak dipakai. Sistem Hepburn didasarkan pada bunyi fonem bahasa Inggris. Penutur bahasa Inggris yang tidak familiar dengan bahasa Jepang umumnya bisa mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang secara lebih akurat bila ditulis dengan sistem Hepburn dibandingkan sistem Kunrei-shiki Rōmaji.

Alih aksara Hepburn lebih sering digunakan dalam buku pelajaran bahasa Jepang untuk orang asing. Sebaliknya, murid-murid sekolah di Jepang justru lebih akrab dengan sistem Kunrei-shiki Rōmaji.

Dasar hukum sunting

Alih aksara Hepburn didasarkan pada fonologi bahasa Inggris dan bukan bahasa Jepang. Akibatnya alih aksara Hepburn pernah ditentang keras. Pemerintah Jepang mengeluarkan Instruksi Kabinet tertanggal 21 September 1937 yang memerintahkan penggunaan alih aksara Kunrei-shiki. Sewaktu Jepang berada di bawah pendudukan Sekutu, Panglima Tertinggi Sekutu membatalkan Instruksi Kabinet tentang penggunaan Kunrei-shiki dan menggantinya dengan sistem Hepburn. Pada tahun 1954, pemerintah Jepang menetapkan kembali Kunrei-shiki sebagai sistem alih aksara resmi.

Pada tahun 1972, versi Hepburn yang sudah direvisi ditetapkan sebagai standar ANSI Z39.11-1972. Selanjutnya pada tahun 1989, standar ANSI Z39.11-1972 diusulkan sebagai ISO 3602 tetapi tidak diterima. Kunrei-shiki justru dijadikan standar ANSI Z39.11-1972, tetapi dibatalkan pada tanggal 6 Oktober 1994.

Alih aksara Hepburn bukan merupakan alih aksara resmi di Jepang, tetapi beberapa badan pemerintah tetap menggunakan sistem Hepburn. Kementerian Luar Negeri memakai sistem Hepburn untuk menuliskan nama orang pada paspor Jepang. Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi menggunakan alih aksara Hepburn untuk rambu jalan, papan nama jalan, dan nama stasiun kereta api.

Di seluruh kota-kota di Jepang, alih aksara Hepburn merupakan standar yang diterima secara de facto. Sistem Hepburn digunakan untuk papan nama gedung, kantor polisi, kuil, tempat wisata, dan papan petunjuk lain yang memerlukan penulisan nama dalam abjad Latin. Surat kabar berbahasa Inggris yang terbit di Jepang dan media massa Jepang juga menggunakan sistem Hepburn. Pemerintah kota dan prefektur menulis informasi yang ditujukan bagi orang asing yang tinggal di Jepang dengan menggunakan sistem Hepburn. Terbitan dalam bahasa Inggris yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri hanya menggunakan sistem Hepburn yang disederhanakan. Brosur pariwisata dan buku panduan wisata mengenai Jepang baik yang diterbitkan di Jepang atau di luar Jepang semuanya menggunakan sistem Hepburn.

Variasi alih aksara Hepburn sunting

Alih aksara Hepburn terdiri dari 3 variasi:

  • Hepburn Tradisional yang menuliskan vokal panjang dan suku kata yang berakhiran dengan "n" dengan berbagai cara.
  • Hepburn Disempurnakan (Revised Hepburn) yang merupakan revisi dari Hepburn Tradisional. Sistem ini tidak lagi mengharuskan huruf "n" diganti menjadi "m" bila diikuti konsonan tertentu. Perpustakaan Kongres menggunakan sistem Hepburn Disempurnakan (revised Hepburn) dengan sebutan modified Hepburn.
  • Hepburn Modifikasi (modified Hepburn) yang didasarkan pada Hepburn Disempurnakan dan perbaikan Hepburn Tradisional. Sistem ini menggunakan tanda diakritik (macron) di atas vokal panjang dan di atas huruf "n". Walaupun Hepburn Modifikasi sudah digunakan pada sebagian kamus bahasa Jepang-Inggris (misalnya Pocket Kenkyusha Japanese Dictionary terbitan Oxford University Press), penggunaannya terbatas di kalangan ahli linguistik. Dalam bahasa Inggris, istilah modified Hepburn kadang-kadang digunakan untuk menyebut revised Hepburn.

Standar Jepang untuk alih aksara Hepburn:

Huruf "n" yang digunakan untuk menulis suku kata yang berakhiran dengan "n" diganti dengan huruf "m" bila diikuti konsonan "b," "m," dan "p." Sistem ini diatur dalam lampiran peraturan Kementerian Transportasi Jepang No.398 tanggal 26 Juli 1947.
Huruf "n" yang digunakan untuk menulis suku kata yang berakhiran dengan "n" diganti dengan huruf "m" bila diikuti konsonan "b," "m," dan "p."
Huruf "n" yang digunakan untuk menulis suku kata yang berakhiran dengan "n" tidak diganti dengan huruf "m" walaupun diikuti huruf "b," "m," dan "p." Sistem ini dipakai untuk menulis papan nama jalan atau papan petunjuk.

Ciri khas sunting

Keistimewaan alih aksara Hepburn adalah pada ejaan yang didasarkan pada fonologi bahasa Inggris. Sebagai hasilnya, penutur bahasa Inggris lebih mudah mengucapkan suku kata untuk し yang ditulis sebagai "shi" dan bukan "si."

Partikel sunting

  • Partikel he へ ditulis sebagai "e".
  • Partikel ha は ditulis sebagai "wa".
  • Partikel wo を ditulis sebagai "o".

Vokal panjang sunting

Peraturan Hepburn yang Disempurnakan dan Hepburn Tradisional:

  • Vokal panjang o and u ditulis dengan tanda diakritik macron sebagai ō dan ū.
  • Vokal panjang e pada kata-kata asli bahasa Jepang atau bahasa Tionghoa ditulis sebagai ei
  • Vokal panjang i pada kata-kata asli bahasa Jepang atau bahasa Tionghoa ditulis sebagai ii
  • Semua vokal panjang pada kata-kata pinjaman dari bahasa asing ditulis dengan tanda diakritik macron.

Peraturan Hepburn Modifikasi:

  • Semua vokal panjang ditulis dengan huruf ganda, misalnya vokal panjang o ditulis sebagai oo.

Suku kata berakhiran dengan "n" sunting

Peraturan Hepburn tradisional:

  • Suku kata yang berakhiran dengan "n" ditulis dengan huruf "n" bila diikuti konsonan, tetapi ditulis sebagai n' (dengan apostrof) bila diikuti huruf vokal dan y. Kalau n diikuti dengan konsonan labial seperti b, m, dan p harus ditulis sebagai m.

Peraturan Hepburn yang Disempurnakan:

  • Konsonan labial seperti b, m, dan p tidak memengaruhi penulisan n. Suku kata yang berakhiran dengan "n" dan diikuti huruf vokal atau y, "n" tetap ditulis sebagai n.

Peraturan Hepburn modifikasi:

  • Suku kata yang berakhiran dengan "n" selalu ditulis sebagai n dengan tanda diakritik macron () seperti waktu menulis vokal panjang. Penggunaan apostrof pada huruf "n" menjadi tidak perlu lagi.

Konsonan ganda sunting

  • Konsonan ganda yang dihasilkan sokuon "っ" seperti "sh" ditulis menjadi "ssh," "ch" menjadi "tch", dan "ts" menjadi "tts."

Variasi penulisan sunting

Penulisan kata yang sama dengan berbagai variasi alih aksara Hepburn:

  • Tōkyō: Penulisan yang dianggap standar, ditulis dengan tanda diakritik macron mengikuti sistem Hepburn tradisional dan Hepburn yang Disempurnakan.
  • Tokyo: Kata-kata bahasa Jepang yang sudah dipungut ke dalam bahasa Inggris ditulis tanpa menggunakan tanda diakritik macron. Secara de facto merupakan sistem yang dipakai untuk papan petunjuk dan informasi dalam bahasa Inggris yang ada di Jepang.
  • Tôkyô: Penulisan dengan menggunakan aksen sirkumfleks seperti diatur dalam sistem alih aksara Nihon-shiki dan Kunrei-shiki. Aksen sirkumfleks hanya dipakai jika program pengolah kata tidak memungkinkan penulisan macron. Tersedianya huruf Unicode membuat penulisan bahasa Jepang dengan aksen sirkumfleks semakin jarang ditemui.
  • Toukyou: Kana untuk "ō" ditulis sebagai "ou" atau "oo," dan "ū" sebagai "uu." Penulisan seperti ini tidak lazim dan hanya digunakan para pemula. Berasal dari cara mengetikkan bahasa Jepang dengan papan ketik huruf Latin pada mesin ketik pengolah kata di Jepang yang disebut wāpuro.
  • Tookyoo: Penulisan dengan menggandakan huruf untuk vokal panjang sesuai sistem Hepburn modifikasi. Sistem yang sama digunakan pada alih aksara JSL.

Tabel alih aksara Hepburn sunting

Hiragana sunting

a i u e o (ya) (yu) (yo)
ka ki ku ke ko きゃ kya きゅ kyu きょ kyo
sa shi su se so しゃ sha しゅ shu しょ sho
ta chi tsu te to ちゃ cha ちゅ chu ちょ cho
na ni nu ne no にゃ nya にゅ nyu にょ nyo
ha hi fu he ho ひゃ hya ひゅ hyu ひょ hyo
ma mi mu me mo みゃ mya みゅ myu みょ myo
ya yu yo
ra ri ru re ro りゃ rya りゅ ryu りょ ryo
わ wa ゐ i ゑ e を wo
n
ga gi gu ge go ぎゃ gya ぎゅ gyu ぎょ gyo
za ji zu ze zo じゃ ja じゅ ju じょ jo
da (ji) (zu) de do ぢゃ (ja) ぢゅ (ju) ぢょ (jo)
ba bi bu be bo びゃ bya びゅ byu びょ byo
pa pi pu pe po ぴゃ pya ぴゅ pyu ぴょ pyo

Aksara yang ditulis dengan warna merah sudah jarang digunakan dalam bahasa Jepang modern.

Katakana standar sunting

ア a イ i ウ u エ e オ o
カ ka キ ki ク ku ケ ke コ ko キャ kya キュ kyu キョ kyo
サ sa シ shi ス su セ se ソ so シャ sha シュ shu ショ sho
タ ta チ chi ツ tsu テ te ト to チャ cha チュ chu チョ cho
ナ na ニ ni ヌ nu ネ ne ノ no ニャ nya ニュ nyu ニョ nyo
ハ ha ヒ hi フ fu ヘ he ホ ho ヒャ hya ヒュ hyu ヒョ hyo
マ ma ミ mi ム mu メ me モ mo ミャ mya ミュ myu ミョ myo
ヤ ya ユ yu ヨ yo
ラ ra リ ri ル ru レ re ロ ro リャ rya リュ ryu リョ ryo
ワ wa ヰ i ヱ e ヲ wo
ン n
ガ ga ギ gi グ gu ゲ ge ゴ go ギャ gya ギュ gyu ギョ gyo
ザ za ジ ji ズ zu ゼ ze ゾ zo ジャ ja ジュ ju ジョ jo
ダ da ヂ (ji) ヅ (zu) デ de ド do ヂャ (ja) ヂュ (ju) ヂョ (jo)
バ ba ビ bi ブ bu ベ be ボ bo ビャ bya ビュ byu ビョ byo
パ pa ピ pi プ pu ペ pe ポ po ピャ pya ピュ pyu ピョ pyo

Aksara yang ditulis dengan warna merah sudah jarang digunakan dalam bahasa Jepang modern.

Perluasan katakana sunting

Tabel ini digunakan untuk alih aksara bunyi fonem dari bahasa asing. Sebagian belum menjadi standar dan sebagian lagi jarang sekali digunakan.

イェ ye
ウィ wi ウェ we ウォ wo
ヷ va ヸ vi ヹ ve ヺ vo
ヴァ va ヴィ vi ヴ vu ヴェ ve ヴォ vo
シェ she
ジェ je
チェ che
ティ ti トゥ tu
テュ tyu
ディ di ドゥ du
デュ dyu
ツァ tsa ツェ tse ツォ tso
ファ fa フィ fi フェ fe フォ fo
フュ fyu

Pranala luar sunting