Manga
Manga (Jepang: 漫画 ) adalah komik atau novel grafik yang dibuat di Jepang atau menggunakan bahasa Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan di sana pada akhir abad ke-19.[1] Manga memiliki sejarah awal yang panjang dan kompleks dalam seni Jepang terdahulu.[2]
Manga | |
---|---|
Penerbit | |
Terbitan | |
Seri | |
Bahasa | Jepang |
Artikel terkait | |
|
Komik |
---|
Studi komik |
Metode |
Format Media |
Komik menurut Negara dan Budaya |
Komunitas |
Istilah manga (kanji: 漫画; hiragana: まんが; katakana: マンガ; ⓘ; bahasa Inggris: /ˈmæŋɡə/ atau /ˈmɑːŋɡə/) di Jepang adalah kata yang digunakan untuk merujuk kepada komik dan kartun. Di luar Jepang, kata "manga" digunakan untuk merujuk pada komik yang aslinya diterbitkan di Jepang.[3]
Di Jepang, orang-orang dari segala kelompok usia membaca manga. Manga mencakup karya-karya dalam berbagai genre: diantaranya laga, petualangan, bisnis dan perdagangan, komedi, detektif, drama, sejarah, horor, misteri, romantis, fiksi ilmiah dan fantasi, erotika, olahraga dan permainan, dan cerita seru.[4][5] Sudah banyak manga yang diterjemahkan ke bahasa lainnya.[6] Sejak tahun 1950-an, manga telah menjadi bagian utama dari industri penerbitan Jepang.[7] Pada tahun 1995, pasar manga di Jepang bernilai ¥586,4 miliar (US$6–7 miliar),[8] dengan penjualan tahunan sekitar 1,9 miliar untuk manga dan majalah manga di Jepang (setara dengan 15 edisi per orang).[9] Manga juga memiliki khalayak penikmat yang cukup signifikan di seluruh dunia.[10] Pada tahun 2008, pasar manga bernilai $175 juta di AS dan Kanada. Manga mencapai angka 38% dalam pasar komik Prancis, yang setara dengan sekitar sepuluh kali lipat dari angka untuk Amerika Serikat.[11] Di Prancis, pasar manga dihargai sekitar €460 juta ($569 juta) pada tahun 2005.[12] Di Eropa dan Timur Tengah, pasar manga bernilai sekitar $250 juta pada tahun 2012.[13]
Cerita dalam sebuah manga biasanya dicetak dalam warna hitam dan putih,[14] meskipun ada beberapa manga yang sepenuhnya berwarna (seperti Colorful). Di Jepang, manga biasanya dimuat berseri dalam majalah manga populer—sering kali berisi banyak cerita, dan masing-masing manga dimuat dalam satu bab dan bersambung ke edisi berikutnya. Bab-bab yang dibundel biasanya diterbitkan ulang dalam bentuk volume tankōbon, dan terkadang dalam bentuk buku bersampul tipis.[15] Seorang ilustrator manga (mangaka dalam bahasa Jepang) biasanya bekerja dibantu beberapa asisten di sebuah studio kecil dan berhubungan dengan editor kreatif dari perusahaan penerbit komersial.[16] Jika sebuah seri manga cukup populer, manga itu bisa dijadikan anime setelah ceritanya tamat atau selama masih berlanjut.[17] Terkadang, sebuah manga dibuat berdasarkan dari film laga hidup (live–action) atau film animasi lain.[18]
Komik yang dipengaruhi oleh manga juga ada di negara lainnya, termasuk di Aljazair ("manga DZ"), Tiongkok, Hong Kong, Taiwan ("manhua"), dan Korea Selatan ("manhwa").[19][20]
Etimologi
suntingKata "manga" berasal dari kata bahasa Jepang 漫画,[21] yang terdiri dari dua huruf kanji. Huruf pertama adalah 漫 (man) yang berarti "aneh atau dadakan" dan 画 (ga) yang berarti "gambar".[22] Kata ini juga menjadi akar untuk kata bahasa Korea (manhwa) dan kata bahasa Mandarin (manhua) untuk komik.[23]
Kata ini pertama kali digunakan secara umum pada akhir abad ke-18[24] dengan diterbitkannya karya terkait seperti buku gambar Shiji no yukikai (1798) karya Santō Kyōden,[25][26] dan pada abad ke-19 dengan munculnya Manga hyakujo (1814) karya Aikawa Minwa dan kumpulan buku terkenal bertajuk Hokusai Manga (1814–1834)[27] yang berisi berbagai macam gambar dari buku sketsa milik Hokusai—seniman ukiyo-e terkenal.[28] Rakuten Kitazawa (1876–1955) adalah orang pertama yang menggunakan kata "manga" dalam arti modern.[29]
Dalam bahasa Jepang, "manga" mengacu pada semua jenis kartun, komik, dan animasi. Bagi para penutur bahasa Inggris, "manga" memiliki arti yang lebih sempit yaitu "komik Jepang", sejalan dengan penggunaan "anime" di dalam dan di luar Jepang. Istilah "ani-manga" digunakan untuk mendeskripsikan komik yang dihasilkan dari animasi.[30]
Sejarah dan karakteristik
suntingSejarah manga dikatakan bermula dari gulungan yang berasal dari abad ke-12, dan gulungan tersebut diyakini mewakili dasar untuk gaya membaca dari kanan ke kiri. Selama zaman Edo (1603-1867), Toba Ehon menanamkan konsep dasar manga.[31] Kata "manga" sendiri pertama kali mulai digunakan pada tahun 1798,[24] dengan dipublikasikannya karya-karya seperti buku bergambar Shiji no yukikai karya Santō Kyōden (1798),[25][26] dan pada awal abad ke-19 dengan buku-buku seperti Manga hyakujo (1814) dan Hokusai Manga (1814–1834) karya Aikawa Minwa.[28][32] Adam L. Kern telah berpendapat bahwa kibyoshi—buku bergambar dari akhir abad ke-18, kemungkinan merupakan buku komik pertama di dunia. Narasi grafis ini memiliki kemiripan dengan gaya manga modern yang memuat tema lucu, sindiran, dan romantis.[33] Beberapa karya kemudian diproduksi secara massal sebagai seri melalui proses pencetakan menggunakan balok kayu.[9]
Para pengarang yang menulis tentang sejarah manga telah mendeskripsikan dua proses bercakupan luas dan saling melengkapi yang membentuk manga modern. Pandangan pertama yang diwakili oleh para pengarang seperti Frederik L. Schodt, Kinko Ito, dan Adam L. Kern, menekankan kesinambungan tradisi budaya dan estetika Jepang, termasuk zaman pra-perang, Meiji, dan budaya dan seni pra-Meiji.[34] Pandangan lain menekankan peristiwa yang terjadi selama dan setelah pendudukan Sekutu di Jepang (1945–1952), dan menekankan pengaruh budaya AS, termasuk komik-komik AS (dibawa ke Jepang oleh para GI) serta gambar dan tema dari televisi, film, dan kartun AS (terutama Disney).[35]
Terlepas dari sumbernya, ledakan kreativitas artistik terjadi pada periode pasca-perang,[36] dan melibatkan para mangaka seperti Osamu Tezuka (Astro Boy) dan Machiko Hasegawa (Sazae-san). Astro Boy dengan cepat menjadi (dan masih) sangat populer di Jepang dan di wilayah lain,[37] dan adaptasi anime dari Sazae-san menarik lebih banyak penonton daripada anime lain di televisi Jepang pada tahun 2011.[31] Tezuka dan Hasegawa sama-sama membuat inovasi gaya. Dalam teknik "sinematografi" ala Tezuka, panel-panelnya digambar seperti film yang mengungkapkan detail peristiwa yang dibuat dengan gerakan lambat, begitu pula zoom cepat dari jarak jauh ke bidikan dekat. Dinamisme visual semacam ini diadopsi secara luas oleh para mangaka di kemudian hari.[38] Fokus Hasegawa pada kehidupan sehari-hari dan pada pengalaman wanita juga menjadi ciri khas manga shōjo nantinya.[39] Antara tahun 1950 dan 1969, jumlah pembaca manga yang semakin besar muncul di Jepang dengan pemantapan dua genre pemasaran utamanya, manga shōnen yang ditujukan pada anak laki-laki dan manga shōjo yang ditujukan untuk anak perempuan.[40]
Pada tahun 1969, sekelompok mangaka perempuan (yang kemudian dikenal sebagai Kelompok 24 Tahun, juga dikenal sebagai Magnificent 24s) melakukan debut manga shōjo mereka ("24 tahun" berasal dari nama bahasa Jepang untuk tahun 1949, yang menjadi tahun kelahiran sebagian besar mangaka tersebut).[41] Mereka yang masuk kelompok tersebut termasuk Moto Hagio, Riyoko Ikeda, Yumiko Ōshima, Keiko Takemiya, dan Ryoko Yamagishi.[15] Kemudian, para mangaka perempuan umumnya akan menggambar manga shōjo untuk pembaca perempuan dan wanita muda.[42] Pada dekade berikutnya (1975–sekarang), manga shōjo terus berkembang dalam aspek gaya sementara secara bersamaan turut mengembangkan subgenre yang berbeda tetapi tumpang tindih.[43] Beberapa subgenre utama termasuk romantis, pahlawan super wanita, dan "Komik Wanita" (dalam bahasa Jepang, redisu レディース, redikomi レディコミ, dan josei 女性).[44]
Manga shōjo modern bergenre romantis menonjolkan cinta sebagai tema utama yang diatur dalam narasi realisasi diri yang intens secara emosional.[45] Beberapa manga shōjo dengan tema pahlawan super wanita termasuk Mermaid Melody Pichi Pichi Pitch karya Pink Hanamori, Tokyo Mew Mew karya Reiko Yoshida, dan Pretty Soldier Sailor Moon karya Naoko Takeuchi, yang menjadi populer secara internasional dalam format manga dan anime.[46] Kelompok (atau sentai) perempuan yang bekerja bersama dalam genre ini juga ikut populer. Contohnya seperti Lucia, Hanon, dan Rina yang bernyanyi bersama, dan Sailor Moon, Sailor Mercury, Sailor Mars, Sailor Jupiter, dan Sailor Venus yang bekerja bersama.[47]
Manga untuk pembaca pria dibagi lagi menurut usia pembaca yang dituju: anak laki-laki hingga 18 tahun (manga shōnen) dan remaja putra berusia 18 hingga 30 tahun (manga seinen);[48] serta menurut kontennya, termasuk manga laga-petualangan yang sering melibatkan pahlawan pria, humor dagelan, tema kehormatan, dan terkadang menampilkan adegan seks secara eksplisit.[49] Orang Jepang menggunakan kanji yang berbeda untuk dua makna yang terkait erat, yaitu "seinen" 青年 untuk "pemuda, anak muda" dan 成年 untuk "orang dewasa, mayoritas". Kanji yang kedua mengacu pada manga pornografi yang ditujukan untuk pria dewasa dan juga disebut manga seijin ("dewasa" 成人).[50] Manga shōnen, seinen, dan seijin memiliki sejumlah fitur yang sama.
Anak laki-laki dan remaja putra menjadi pembaca manga paling awal setelah Perang Dunia II. Sejak tahun 1950-an, manga shōnen memfokuskan pada topik yang dianggap menarik bagi anak lelaki, termasuk subjek seperti robot, perjalanan ruang angkasa, dan cerita laga-petualangan yang heroik.[51] Tema populer lain termasuk cerita berlatar fiksi ilmiah, teknologi, olahraga, dan supernatural. Manga dengan pahlawan super soliter yang mirip Superman, Batman, dan Spider-Man pada umumnya tidak menjadi sepopuler itu.[52]
Peran gadis dan wanita dalam manga yang dibuat untuk pembaca pria telah berkembang dari waktu ke waktu, seperti menampilkan gadis cantik lajang (bishōjo)[53] layaknya Belldandy dari Oh My Goddess!. Kemudian ada cerita yang membuat para gadis dan wanita semacam itu mengelilingi sang pahlawan, seperti dalam Negima dan Hanaukyo Maid Team, atau kelompok prajurit wanita yang bersenjata lengkap (sentō bishōjo).[54]
Dengan berkurangnya penyensoran di Jepang pada tahun 1990-an, bermacam-macam materi seksual eksplisit muncul dalam manga yang ditujukan untuk pembaca pria, dan dengan demikian berlanjut ke terjemahan bahasa Inggrisnya.[55] Namun pada tahun 2010, Pemerintah Metropolitan Tokyo mengeluarkan undang-undang untuk membatasi konten seperti itu.[56]
Gaya penceritaan gekiga—yang muram secara tematis, berorientasi pada orang dewasa, dan kadang-kadang sangat kejam—berfokus pada realitas kehidupan sehari-hari yang suram, sering kali digambar dengan cara kasar dan tanpa sentuhan bagus.[57][58] Cerita Gekiga seperti Kronik Pencapaian Militer Ninja atau Ninja Bugeichō (1959–1962) karya Sampei Shirato muncul pada akhir tahun 1950-an dan 1960-an, sebagian berasal dari mahasiswa sayap kiri dan aktivisme politik kelas pekerja[59] dan sebagian lainnya berasal dari ketidakpuasan estetika para mangaka muda seperti Yoshihiro Tatsumi dengan manga yang ada.[60]
Publikasi dan pameran
suntingDi Jepang, manga menyumbang 40,6 miliar yen (sekitar 395 juta dolar AS) per tahun untuk industri penerbitan pada tahun 2007.[62] Pada tahun 2006, penjualan manga mencapai sekitar 27% dari total penjualan buku, dan penjualan majalah manga, sebesar 20% dari total penjualan majalah.[63] Industri manga telah berkembang di seluruh dunia, dan sejumlah perusahaan penerbit dari berbagai negara melisensi dan mencetak ulang manga ke dalam bahasa asli mereka.
Para pelaku pasar umumnya mengelompokkan manga menurut usia dan jenis kelamin khalayak pembaca yang menjadi target.[64] Secara khusus, buku dan majalah yang dijual kepada anak laki-laki (shōnen) dan anak perempuan (shōjo) memiliki gambar sampul yang khas, dan sebagian besar toko buku meletakkannya di rak yang berbeda. Karena adanya fenomena cross–readership (pembaca lintas), respons konsumen tidak dibatasi oleh demografi. Misalnya, pembaca pria mungkin saja membaca seri yang ditujukan untuk pembaca wanita, dan seterusnya. Jepang memiliki kafe manga, atau manga kissa (kissa adalah singkatan dari kissaten). Di manga kissa, seseorang dapat meminum kopi, membaca manga, dan terkadang menginap.
Museum Manga Internasional Kyoto memiliki situs web besar yang mencantumkan manga yang telah diterbitkan dalam bahasa Jepang.[65]
Majalah
suntingBerbagai majalah manga biasanya berisi banyak seri yang dimuat bersamaan, dan setiap seri umumnya terdiri dari sekitar 20–40 halaman per edisi. Majalah lain seperti Newtype—majalah khusus yang mengulas anime dan komunitas penggemarnya, memuat bab tunggal setiap bulannya. Majalah seperti Nakayoshi menampilkan banyak cerita yang ditulis oleh beragam mangaka. Majalah-majalah seperti ini—atau "majalah antologi" sebagaimana mereka dikenal—biasanya dicetak pada kertas koran berkualitas rendah dan jumlah halamannya bisa mencapai sekitar 200 sampai lebih dari 850 lembar. Majalah manga juga memuat komik one-shot (komik tunggal) dan beragam yonkoma (serupa dengan komik strip). Suatu seri manga bisa dimuat berseri untuk waktu yang lama apabila manga tersebut sukses. Para mangaka terkadang memulai sesuatu dengan merilis proyek manga "one-shot" untuk mencoba peruntungan mereka. Jika proyek tersebut sukses dan menerima tanggapan yang baik, proyek tersebut biasanya dilanjutkan. Di sisi lain, kelangsungan majalah manga sering kali tidak berumur panjang.[66]
Volume bundel
suntingSetelah suatu seri dimuat untuk waktu yang cukup lama, para penerbit sering kali menyatukan beberapa bab dan mencetaknya dalam bentuk volume seukuran buku khusus, yang disebut tankōbon. Tankōbon bisa bersampul tebal, namun biasanya bersampul tipis, dan setara dengan trade paperback atau novel grafik keluaran AS. Volume ini sering kali menggunakan kertas dengan kualitas yang lebih tinggi, dan bermanfaat bagi pembaca yang ingin "mengejar ketertinggalan" mereka terhadap suatu seri sehingga mereka dapat mengikutinya di majalah atau jika mereka merasa biaya mingguan atau bulanan menjadi penghalang. Versi "Deluxe" juga telah dicetak ketika para pembaca bertambah tua dan kebutuhan akan sesuatu yang istimewa tumbuh. Manga lama juga telah dicetak ulang menggunakan kertas berkualitas agak lebih rendah dan masing-masing dijual seharga 100 yen (sekitar $1 dolar AS) untuk bersaing dengan buku bekas di pasaran.
Sejarah
suntingKanagaki Robun dan Kawanabe Kyōsai menerbitkan majalah manga pertama pada tahun 1874: Eshinbun Nipponchi. Majalah ini sangat dipengaruhi oleh Japan Punch, yang dirilis perdana pada tahun 1862 oleh Charles Wirgman, seorang kartunis Inggris. Eshinbun Nipponchi memiliki gaya gambar yang sangat sederhana, tetapi tidak cukup populer di kalangan banyak orang. Majalah tersebut berhenti terbit setelah menerbitkan edisi ketiganya. Majalah Kisho Shimbun yang berdiri pada tahun 1875 terinspirasi oleh Eshinbun Nipponchi, diikuti oleh Marumaru Chinbun pada tahun 1877, dan kemudian Garakuta Chinpo pada tahun 1879.[67] Pada tahun 1895, Shōnen Sekai menjadi majalah shōnen pertama yang didirikan oleh Iwaya Sazanami, seorang penulis sastra anak Jepang yang terkenal kala itu. Shōnen Sekai sangat berfokus pada Perang Sino-Jepang Pertama.[68]
Pada tahun 1905, Perang Rusia-Jepang meledakkan industri penerbitan majalah manga.[69] Tokyo Pakku dirilis dan meraih sukses besar.[70] Setelah kesuksesan Tokyo Pakku pada tahun 1905, versi khusus perempuan dari majalah Shōnen Sekai dibuat dan diberi nama Shōjo Sekai, yang dianggap sebagai majalah shōjo pertama.[71] Shōnen Pakku kemudian dirilis dan dianggap sebagai majalah manga anak-anak pertama. Zaman Meiji merupakan era ketika khalayak pembaca anak-anak berada pada tahap awal pengembangan. Karyawan Jitsugyō no Nihon (penerbit majalah Shōnen Pakku) melihat majalah anak-anak asing seperti Puck dan memutuskan untuk menirunya. Pada tahun 1924, Kodomo Pakku dirilis sebagai majalah manga anak lainnya setelah Shōnen Pakku.[70] Selama periode ini, Poten (berasal dari kata Perancis "potin") diterbitkan pada tahun 1908. Semua halamannya dibuat berwarna penuh dengan pengaruh dari Tokyo Pakku dan Osaka Puck. Tidak diketahui apakah ada edisi lain selain yang pertama.[69] Kodomo Pakku diluncurkan pada bulan Mei 1924 oleh Tokyosha dan menampilkan gambar berkualitas tinggi karya beragam anggota kesenian manga seperti Takei Takeo, Takehisa Yumeji dan Aso Yutaka. Beberapa manga menampilkan balon ucapan, yang mana manga lain dari era sebelumnya tidak menggunakan balon ucapan dan hanya diam.[70]
Manga no Kuni diterbitkan sejak bulan Mei 1935 hingga Januari 1941, bersamaan dengan periode Perang Sino-Jepang Kedua (1937–1945). Manga no Kuni menampilkan informasi mengenai bagaimana cara menjadi seorang mangaka, dan juga memuat kabar tentang industri komik lainnya di seluruh dunia. Manga no Kuni mengubah namanya menjadi Sashie Manga Kenkyū pada bulan Agustus 1940.[72]
Dōjinshi
suntingDōjinshi, yang diproduksi oleh beragam penerbit kecil di luar pasar komersial utama, mirip dengan penerbitan buku komik kecil-kecilan yang diterbitkan secara independen di Amerika Serikat. Comiket, konvensi buku komik terbesar di dunia yang dikunjungi sekitar 500.000 orang selama tiga hari, dikhususkan untuk dōjinshi. Meskipun kebanyakan dōjinshi memuat cerita orisinal, ada juga dōjinshi bertema parodi karakter dari seri manga dan anime yang populer. Beberapa dōjinshi dilanjutkan dengan cerita berseri atau menjadi cerita yang sama sekali baru menggunakan karakternya, mirip seperti fiksi karya penggemar. Pada tahun 2007, industri dōjinshi bernilai 27,73 miliar yen (245 juta dolar AS).[62] Pada tahun 2006, dōjinshi mewakili sekitar sepersepuluh dari penjualan buku manga dan majalah.[63]
Manga digital
suntingBerkat munculnya internet, ada cara-cara baru bagi calon mangaka untuk mengunggah dan menjual manga mereka secara daring. Sebelumnya, ada dua cara utama untuk menerbitkan karya mangaka: membawa manga mereka sendiri di atas kertas ke penerbit, atau mengirimkan karya mereka ke kompetisi yang dikelola oleh majalah.[73]
Manga web
suntingDalam beberapa tahun terakhir, jumlah manga yang dirilis secara digital mengalami peningkatan. Manga web—sebagaimana mereka dikenal di Jepang, telah mengalami peningkatan berkat kemunculan situs web hosting gambar tempat siapa saja dapat mengunggah bagian dari karya mereka secara gratis. Meskipun dirilis secara digital, hampir semua manga web tetap menggunakan format hitam putih konvensional, meskipun beberapa di antaranya tidak pernah diterbitkan dalam bentuk fisik. Pixiv adalah situs paling populer yang berisi sejumlah karya amatir dan profesional. Situs ini telah berkembang menjadi situs yang paling banyak dikunjungi untuk karya seni di Jepang.[74] Twitter juga menjadi tempat yang populer untuk manga web, ditandai dengan banyaknya seniman yang merilis komik strip setiap minggu di akun pribadi mereka dengan harapan karya tersebut diambil atau diterbitkan secara profesional. Salah satu contoh terbaik dari karya amatir yang beralih menjadi profesional adalah One-Punch Man yang dirilis secara daring dan kemudian mendapat remake profesional yang dirilis secara digital, diikuti oleh adaptasi anime tak lama setelahnya.[75]
Kebanyakan penerbit besar juga telah merilis majalah khusus digital dan situs web tempat manga web diterbitkan bersama dengan serialisasinya dalam majalah. Misalnya, Shogakukan yang memiliki dua situs web, Sunday Webry dan Ura Sunday, merilis bab-bab terbaru setiap minggu untuk manga web dan bahkan menawarkan kontes bagi mangaka untuk mengirimkan karya mereka.[76][77] Baik Sunday Webry dan Ura Sunday telah menjadi salah satu situs web manga top di Jepang. Beberapa di antaranya bahkan telah merilis aplikasi yang mengajarkan cara menggambar manga secara profesional dan belajar bagaimana cara membuatnya. Weekly Shōnen Jump merilis Jump Paint, sebuah aplikasi yang memandu penggunanya tentang cara membuat manga mereka sendiri dari membuat storyboard hingga penintaan garis secara digital. Aplikasi tersebut juga menawarkan lebih dari 120 jenis tip pena dan lebih dari 1.000 warna bagi para pengguna untuk belajar.[73] Kodansha juga menggunakan popularitas manga web untuk meluncurkan lebih banyak seri dan juga menawarkan distribusi yang lebih baik dari karya-karya terjemahan resmi mereka di bawah Kodansha Comics, sebagian berkat judul-judul yang dirilis secara digital terlebih dahulu sebelum diterbitkan dalam bentuk fisik.[78]
Meningkatnya jumlah manga web juga diyakini merupakan hasil penggunaan ponsel cerdas dan komputer karena semakin banyak pembaca yang membaca manga di ponsel mereka daripada melalui media cetak. Ketika penjualan manga kertas mengalami penurunan dari waktu ke waktu, penjualan manga digital meningkat setiap tahunnya. Lembaga Penelitian untuk Publikasi melaporkan bahwa penjualan manga digital (tidak termasuk majalah) melonjak 27,1 persen menjadi ¥146 miliar pada tahun 2016 dari tahun sebelumnya sementara penjualan manga kertas mencatat rekor penurunan tahun ke tahun senilai 7,4 persen sejumlah ¥194,7 miliar. Lembaga tersebut juga mengatakan bahwa jika manga digital dan kertas mempertahankan tingkat pertumbuhan dan penurunan yang sama, maka manga web akan melampaui jumlah manga kertas.[79]
Webtoon
suntingWalaupun webtoon telah menjadi populer sebagai media baru untuk komik di Asia, Jepang termasuk lambat untuk mengadopsi format webtoon karena format tradisional dan publikasi cetak masih mendominasi cara manga dibuat dan dikonsumsi. Meskipun demikian, salah satu penerbit webtoon terbesar di dunia, Comico, menuai sukses di pasar manga tradisional Jepang. Comico diluncurkan oleh NHN Japan, anak perusahaan Jepang dari perusahaan Korea, NHN Entertainment. Sampai sekarang, hanya ada dua penerbit webtoon yang mempublikasikan webtoon Jepang: Comico dan Naver Webtoon (dengan nama XOY di Jepang). Kakao juga sukses dengan menawarkan manga berlisensi dan menerjemahkan webtoon Korea dengan layanan mereka, Piccoma. Ketiga perusahaan ini mengatakan bahwa keberhasilan mereka terletak pada model pembayaran webtoon, yang memungkinkan pengguna untuk membeli setiap bab secara individu alih-alih harus membeli seluruh buku. Selain itu, mereka juga menawarkan beberapa bab secara gratis untuk periode waktu tertentu yang memungkinkan siapa pun untuk membaca seluruh seri secara gratis jika mereka menunggu cukup lama.[80] Manfaat tambahan ketika semua judul webtoon memiliki warna—beberapa bahkan memiliki animasi dan efek khusus—juga menentukan keberhasilan kartunis webtoon. Beberapa webtoon Jepang populer juga mendapatkan adaptasi anime dan diterbitkan dalam bentuk cetak. Yang paling terkenal adalah ReLIFE dan Recovery of an MMO Junkie.[81][82]
Pasar internasional
suntingPada tahun 2007, pengaruh manga pada komik internasional telah meningkat pesat selama dua dekade terakhir.[83] Kata "pengaruh" digunakan di sini untuk merujuk pada efek pada pasar komik di luar Jepang dan efek estetika pada seniman komik internasional.
Secara umum, manga tradisional dibaca dari atas ke bawah dan dari kanan ke kiri. Beberapa penerbit manga terjemahan tetap menggunakan format asli ini. Penerbit lain mengubah halaman secara horizontal sebelum mencetak terjemahan versi mereka, mengubah arah bacaan menjadi dari kiri ke kanan dan lebih "kebaratan", agar tidak membingungkan pembaca asing atau konsumen komik tradisional. Praktik ini dikenal sebagai "membalik" (flipping).[84] Sebagian besar kritik mengatakan bahwa praktik tersebut bertentangan dengan tujuan asli pencipta (misalnya jika seseorang mengenakan kemeja yang bertuliskan "MAY", dan kemudian dibalik, maka kata tersebut akan menjadi "YAM"), yang mungkin tidak tahu seberapa canggung membaca komik ketika mata harus melihat melalui halaman dan teks dalam arah yang berlawanan, menghasilkan pengalaman yang sangat berbeda dari membaca sesuatu secara tradisional. Jika terjemahannya tidak disesuaikan dengan gambar yang dibalik dengan cukup hati-hati, teksnya juga mungkin bertentangan dengan gambar. Contohnya seperti seseorang yang menunjuk sesuatu di sebelah kiri mereka dalam teks sementara tangan mereka menunjuk ke kanan pada gambar. Karakter yang diperlihatkan menulis dengan tangan kanan mereka, akan menjadi kidal ketika dibalik. Praktik tersebut juga dapat menyebabkan keanehan pada benda atau tata letak asimetris yang sudah dikenal, seperti mobil yang digambarkan dengan pedal gas di sebelah kiri dan rem di sebelah kanan, atau kemeja dengan kancing pada sisi yang salah, tetapi ini tergolong masalah kecil jika dibandingkan dengan cara membaca yang tidak wajar, dan beberapa di antaranya dapat diselesaikan dengan karya adaptasi yang melampaui sekadar penerjemahan dan pembalikan semata.[85]
Eropa
suntingManga telah memengaruhi pembuatan kartun Eropa dengan cara yang agak berbeda dengan di Amerika Serikat. Selama tahun 1970-an, penyiaran anime di Prancis dan Italia turut membuka pasar manga di Eropa.[86] Seni Prancis telah mengambil inspirasi dari Jepang sejak abad ke-19 (Japonism)[87] dan memiliki tradisi pembuatan kartun bande dessinée yang sangat berkembang.[88] Di Prancis, dimulai pada pertengahan 1990-an,[89] manga terbukti sangat populer di kalangan pembaca luas, dan termasuk sepertiga dari total penjualan komik di Prancis sejak tahun 2004.[90] Menurut Organisasi Perdagangan Eksternal Jepang, penjualan manga hanya untuk wilayah Prancis dan Jerman pada tahun 2006 saja sudah mencapai $212,6 juta.[86] Prancis mewakili sekitar 50% dari pasar Eropa dan merupakan pasar manga terbesar kedua di dunia, tepat di belakang Jepang.[13] Pada tahun 2013, ada 41 penerbit manga di Perancis. Bersama dengan komik Asia lainnya, sekitar 40% dari perilisan komik baru di negara ini adalah manga,[91] melampaui komik Franco-Belgia untuk pertama kalinya.[92] Perusahaan penerbit manga yang diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis antara lain meliputi Asuka, Casterman, Glénat, Kana, dan Pika Édition.[butuh rujukan] Perusahaan penerbit di Eropa juga menerjemahkan manga ke bahasa Belanda, Jerman, Italia, dan lainnya. Pada tahun 2007, sekitar 70% dari semua komik yang terjual di Jerman adalah manga.[93]
Perusahaan penerbit manga yang berpusat di Britania Raya termasuk Gollancz dan Titan Books.[butuh rujukan] Beberapa penerbit manga asal Amerika Serikat memiliki kehadiran pasar yang kuat di Britania Raya: misalnya, lini penerbitan manga bertajuk Tanoshimi dari Random House.[butuh rujukan]
Amerika Serikat
suntingManga masuk secara bertahap ke pasar AS, awalnya karena memiliki hubungan dengan anime dan kemudian secara mandiri.[94] Beberapa penggemar di AS baru mengetahui tentang manga pada tahun 1970-an dan awal 1980-an.[95] Bagi penggemar di AS, anime pada awalnya lebih mudah diakses daripada manga.[96] Kebanyakan di antara mereka adalah para anak muda usia kuliah yang merasa lebih mudah mendapatkan, subtitle, dan memamerkan kaset video anime alih-alih menerjemahkan, mereproduksi, dan mendistribusikan manga bergaya tankōbon.[97] Salah satu manga pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan dipasarkan di AS adalah Barefoot Gen karya Keiji Nakazawa, sebuah cerita otobiografi tentang bom atom di Hiroshima yang dirilis oleh Leonard Rifas dan Educomics (1980–1982).[98] Pada pertengahan tahun 1980-an dan 1990-an, ada lebih banyak manga yang diterjemahkan. Beberapa di antaranya termasuk Golgo 13 pada tahun 1986, Lone Wolf and Cub terjemahan First Comics pada tahun 1987, kemudian ada Kamui, Area 88, dan Mai the Psychic Girl yang semuanya diterbitkan pada tahun 1987 oleh Viz Media-Eclipse Comics.[99] Yang lain segera menyusul, termasuk Akira terjemahan Epic Comics (imprint dari Marvel Comics), Nausicaä of the Valley of the Wind terjemahan Viz Media, Appleseed dari Eclipse Comics pada tahun 1988, dan kemudian Iczer-1 (Antarctic Press, 1994) serta F-111 Bandit karya Ippongi Bang (Antarctic Press, 1995).
Pada periode tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an, animasi Jepang seperti Akira, Dragon Ball, Neon Genesis Evangelion, and Pokémon, membuat dampak yang lebih besar pada penggemar dan di pasar daripada manga.[100] Semua berubah ketika seorang penerjemah merangkap pengusaha bernama Toren Smith mendirikan Studio Proteus pada tahun 1986. Smith dan Studio Proteus berperan sebagai agen dan penerjemah dari banyak manga Jepang, termasuk Appleseed karya Masamune Shirow dan Oh My Goddess! karya Kōsuke Fujishima, untuk Dark Horse dan Eros Comix, menghilangkan kebutuhan bagi para penerbit tersebut untuk mencari kontak mereka sendiri di Jepang.[101] Bersamaan dengan itu, Shogakukan—penerbit asal Jepang—membuka inisiatif pasar AS dengan anak perusahaan mereka di AS, yaitu Viz. Langkah ini memungkinkan Viz untuk mengambil langsung katalog dan keterampilan penerjemahan milik Shogakukan.[84]
Beberapa penerbit Jepang mulai menargetkan pasar AS pada pertengahan tahun 1990-an karena pasar domestik untuk manga sedang stagnan.[102] Pada pertengahan tahun 1990-an, pasar manga AS mengalami peningkatan dengan munculnya versi anime dan manga dari Ghost in the Shell karya Masamune Shirow (diterjemahkan oleh Frederik L. Schodt and Toren Smith) yang sangat populer di kalangan penggemar.[103] Salah satu manga dan anime yang sangat sukses yang kemudian diterjemahkan dan disulih suarakan dalam bahasa Inggris pada pertengahan 1990-an adalah Sailor Moon.[104] Pada periode tahun 1995 hingga 1998, manga Sailor Moon telah diekspor ke lebih dari 23 negara, termasuk Tiongkok, Brasil, Meksiko, Australia, Amerika Utara, dan sebagian besar negara Eropa.[105] Pada tahun 1997, Mixx Entertainment mulai menerbitkan Sailor Moon bersama dengan Magic Knight Rayearth karya CLAMP, Parasyte karya Hitoshi Iwaaki, dan Ice Blade karya Tsutomu Takahashi dalam majalah manga bulanan bertajuk MixxZine. Dua tahun kemudian, MixxZine berganti nama menjadi Tokyopop sebelum tidak dilanjutkan lagi pada tahun 2011. Mixx Entertainment yang kemudian berganti nama menjadi Tokyopop, juga menerbitkan manga dengan format trade paperback. Tokyopop—sama seperti Viz, memulai strategi pemasaran manga secara agresif untuk demografi anak laki-laki dan anak perempuan.[106]
Manga menjadi semakin populer pada tahun-tahun berikutnya, dan sejumlah penerbit baru memasuki pasar penerbitan manga sementara penerbit yang sudah mapan semakin meningkatkan katalog mereka.[107] Edisi pertama manga Pokémon Electric Tale of Pikachu terjual lebih dari 1 juta kopi di Amerika Serikat, menjadikannya buku komik tunggal terlaris di Amerika Serikat sejak tahun 1993.[108] Pada tahun 2008, pasar manga AS dan Kanada menghasilkan $175 juta pada penjualan tahunan.[109] Bersamaan dengan itu, media arus utama AS mulai membahas manga, dengan munculnya berbagai artikel di The New York Times, majalah Time, The Wall Street Journal, dan majalah Wired.[110] Pada tahun 2017, distributor manga Viz Media adalah penerbit novel grafik dan buku komik terbesar di Amerika Serikat, dengan pangsa pasar mencapai 23%.[111]
Lokalisasi manga
suntingSejumlah seniman di Amerika Serikat telah menggambar komik dan kartun yang dipengaruhi oleh manga. Salah satu contoh awalnya adalah Vernon Grant yang menggambar komik yang dipengaruhi manga saat tinggal di Jepang pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an.[112] Contoh lainnya termasuk Ronin karya Frank Miller pada pertengahan tahun 1980-an, The Dirty Pair karya Adam Warren dan Toren Smith pada tahun 1988,[113] Ninja High School karya Ben Dunn pada tahun 1987 dan Manga Shi 2000 dari Crusade Comics (1997).
Pada abad ke-21, beberapa penerbit manga AS mulai memproduksi karya para seniman AS di bawah label pemasaran manga yang lebih luas.[114] Pada tahun 2002, I.C. Entertainment—sebelumnya bernama Studio Ironcat dan sekarang sudah gulung tikar—meluncurkan serangkaian manga karya para seniman AS yang disebut Amerimanga.[115] Pada tahun 2004 eigoMANGA meluncurkan seri antologi Rumble Pak dan Sakura Pakk. Seven Seas Entertainment mengikutinya dengan memperkenalkan World Manga.[116] Secara bersamaan, TokyoPop memperkenalkan manga orisinal berbahasa Inggris (manga OEL) sebelum kemudian berganti nama menjadi Global Manga.[117]
Para seniman dari wilayah penutur bahasa Prancis juga telah mengembangkan gaya manga versi mereka sendiri (manfra), seperti la nouvelle manga karya Frédéric Boilet. Boilet telah bekerja di Prancis dan di Jepang, dan terkadang berkolaborasi dengan para seniman Jepang.[118]
Penghargaan
suntingIndustri manga Jepang memberikan sejumlah besar penghargaan, yang sebagian besar disponsori oleh penerbit. Umumnya, hadiahnya adalah penerbitan cerita-cerita yang menjadi pemenang di majalah-majalah yang dirilis oleh penerbit yang menjadi sponsor. Contoh penghargaan ini meliputi:
- Penghargaan Akatsuka untuk manga bergenre humor
- Dengeki Comic Grand Prix untuk manga one-shot
- Penghargaan Asosiasi Kartunis Jepang (beragam kategori)
- Penghargaan Manga Kodansha (beragam genre)
- Penghargaan Seiun untuk komik fiksi ilmiah terbaik tahun ini
- Penghargaan Manga Shogakukan (beragam genre)
- Penghargaan Tezuka untuk seri manga baru terbaik
- Penghargaan Kebudayaan Osamu Tezuka (beragam genre)
Kementerian Luar Negeri Jepang memberikan Penghargaan Manga Internasional setiap tahun sejak bulan Mei 2007.[119]
Pendidikan di universitas
suntingUniversitas Kyoto Seika di Jepang memiliki jurusan manga yang sangat kompetitif sejak tahun 2000.[120][121] Kemudian, beberapa universitas dan sekolah kejuruan (Semmon gakkou (Jepang: 門 学校 )) menyusul dengan mendirikan suatu .
Shuho Sato, mangaka yang menulis Umizaru dan Say Hello to Black Jack, menimbulkan beberapa kontroversi di Twitter. Sato berkata, "Sekolah manga tidak ada artinya karena sekolah-sekolah tersebut memiliki tingkat keberhasilan yang sangat rendah. Di sisi lain, saya bisa mengajarkan keterampilan yang diperlukan pemula di tempat kerja hanya dalam tiga bulan, sementara para siswa di sekolah itu menghabiskan beberapa juta yen dan empat tahun. Namun demikian, mereka sama sekali tidak punya kemampuan". Dia juga menambahkan: "Pernyataan dari Keiko Takemiya—yang saat itu menjadi profesor di Universitas Seika, di Dewan Pemerintahan bahwa 'Seseorang yang benar-benar pemula baru akan dapat memahami di mana lokasi "Tachikiri" (bagian margin) selama empat tahun.' Di sisi lain—menurut saya—butuh sekitar tiga puluh menit bagi seseorang untuk dapat sepenuhnya memahami hal itu di tempat kerja".[122]
Lihat pula
sunting- Daftar manga terlaris
- Daftar film yang didasarkan dari manga
- Daftar manga yang telah dilisensi dalam bahasa Inggris
- Daftar distributor manga
- Daftar majalah manga
- Daftar majalah manga menurut sirkulasi
- Emakimono
- E-toki (horisontal, bentuk narasi bergambar)
- Ikonografi manga
- Budaya populer Jepang
- Kamishibai
- Lianhuanhua (buku bergambar asal Tiongkok berukuran kecil)
- Manhua
- Manhwa
- Novel ringan
- Novel visual
- Q-version (kartunifikasi)
- Ukiyo-e
Referensi
suntingRujukan sebaris
sunting- ^ Lent 2001, hlm. 3–4, Gravett 2004, hlm. 8
- ^ Kern 2006, Ito 2005, Schodt 1986
- ^ Merriam-Webster 2009
- ^ "Manga/Anime topics". MIT. Diakses tanggal 22 Juni 2017.
- ^ Brenner, Robin E. (30 Juni 2007). Understanding Manga and Anime (dalam bahasa Inggris). Greenwood Publishing Group. ISBN 9780313094484.
- ^ Gravett 2004, hlm. 8
- ^ Kinsella 2000, Schodt 1996
- ^ Schodt, Frederik (1996). Dreamland Japan: Writings on Modern Manga. Berkeley, CA: Stone Bridge Press. hlm. 19-20. ISBN 978-1-880656-23-5.
- ^ a b "Manga, anime rooted in Japanese history". The Indianapolis Star (dalam bahasa Inggris). 2 Agustus 1997.
- ^ Wong 2006, Patten 2004
- ^ Bouissou, Jean-Marie (2006). "JAPAN'S GROWING CULTURAL POWER: THE EXAMPLE OF MANGA IN FRANCE". Diakses tanggal 24 Mei 2019.
- ^ "The Manga Market : Eurasiam – Japanese art & communication School". Eurasiam (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 22 Juni 2017.
- ^ a b Davidson, Danica (26 Januari 2012). "Manga grows in the heart of Europe". CNN. Turner Broadcasting System, Inc. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-10-24. Diakses tanggal 29 Januari 2012.
- ^ Katzenstein & Shiraishi 1997
- ^ a b Gravett 2004, hlm. 8, Schodt 1986
- ^ Kinsella 2000
- ^ Kittelson 1998
- ^ Johnston-O'Neill 2007
- ^ Webb 2006
- ^ Wong 2002
- ^ Rousmaniere 2001, hlm. 54, Thompson 2007, hlm. xiii, Prohl & Nelson 2012, hlm. 596,Fukushima 2013, hlm. 19
- ^ Webb 2006,Thompson 2007, hlm. xvi,Onoda 2009, hlm. 10,Petersen 2011, hlm. 120
- ^ Thompson 2007, hlm. xiii, Onoda 2009, hlm. 10, Prohl & Nelson 2012, hlm. 596, Fukushima 2013, hlm. 19
- ^ a b Prohl & Nelson 2012, hlm. 596,McCarthy 2014, hlm. 6
- ^ a b "Santō Kyōden's picturebooks".
- ^ a b "Shiji no yukikai". Japanese National Diet Library. Diakses tanggal 23 Mei 2019.
- ^ "Hokusai Manga (15 Vols complete)". Diakses tanggal 23 Mei 2019.
- ^ a b Bouquillard & Marquet 2007
- ^ Shimizu 1985, hlm. 53–54, 102–103
- ^ "Inu Yasha Ani-Manga Graphic Novels". Anime Corner Stone. 1 November 1999. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-04. Diakses tanggal 1 November 2010.
- ^ a b Kageyama, Y. "A SHORT HISTORY OF JAPANESE MANGA". Diakses tanggal 1 October 2017.
- ^ Kern (2006), pp. 139–144, Fig. 3.3
- ^ Kern 2006
- ^ Schodt 1986, Ito 2004, Kern 2006, Kern 2007
- ^ Kinsella 2000, Schodt 1986
- ^ Schodt 1986, Schodt 1996, Schodt 2007, Gravett 2004
- ^ Kodansha 1999, hlm. 692–715, Schodt 2007
- ^ Schodt 1986
- ^ Gravett 2004, hlm. 8, Lee 2000, Sanchez 1997–2003
- ^ Schodt 1986, Toku 2006
- ^ Gravett 2004, hlm. 78–80, Lent 2001, hlm. 9–10
- ^ Schodt 1986, Toku 2006, Thorn 2001
- ^ Ōgi 2004
- ^ Gravett 2004, hlm. 8, Schodt 1996
- ^ Drazen 2003
- ^ Allison 2000, hlm. 259–278, Schodt 1996, hlm. 92
- ^ Poitras 2001
- ^ Thompson 2007, hlm. xxiii–xxiv
- ^ Brenner 2007, hlm. 31–34
- ^ Schodt 1996, hlm. 95, Perper & Cornog 2002
- ^ Schodt 1986, hlm. 68–87, Gravett 2004, hlm. 52–73
- ^ Schodt 1986, hlm. 68–87
- ^ Perper & Cornog 2002, hlm. 60–63
- ^ Gardner 2003
- ^ Perper & Cornog 2002
- ^ "Tokyo moves a step closer to manga porn crackdown". The Yomiuri Shimbun. 14 Desember 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-16. Diakses tanggal 14 Agustus 2019.
- ^ Rosenbaum, Roman. "Gekiga as a site of Intercultural Exchange" (PDF). Kyoto Seika University.
- ^ Schodt 1986, hlm. 68–73, Gravett 2006
- ^ Schodt 1986, hlm. 68–73, Gravett 2004, hlm. 38–42, Isao 2001
- ^ Isao 2001, hlm. 147–149, Nunez 2006
- ^ Gurera, Shekhar (7 September 1997). "Manga Hai Kya? Comics". The Pioneer. Diakses tanggal 27 Mei 2019 – via Readwhere.
- ^ a b Cube 2007
- ^ a b "Manga Industry in Japan" (PDF). Japan External Trade Organization. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-04-06. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ Schodt 1996
- ^ Manga Museum 2009
- ^ Schodt 1996, hlm. 101
- ^ Eshinbun Nipponchi
- ^ Griffiths 2007
- ^ a b Poten
- ^ a b c Shonen Pakku
- ^ Lone 2007, hlm. 75
- ^ Manga no Kuni
- ^ a b Kawatoko, Yayoi (11 November 2017). "How new technology could alter manga publishing". The Washington Post. Diakses tanggal 27 Mei 2019 – via Daily Herald.
- ^ Schonfeld, Erick (13 Desember 2011). "How Pixiv Built Japan's 12th Largest Site With Manga-Girl Drawings (Redesign Sneak Peek And Invites)". Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ Chapman, Paul (7 Maret 2015). ""One-Punch Man" Anime Greenlit". Crunchyroll. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ Komatsu, Mikikazu (28 Desember 2017). "Watch "Hayate the Combat Butler" Manga Author's Drawing Video of Nagi". Crunchyroll. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ Chapman, Paul (6 Desember 2017). "Brawny Battling Manga "Kengan Ashura" Makes the Leap to Anime". Crunchyroll. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ "Kodansha Comics May Digital-First Debuts". Anime News Network. 27 April 2018. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ Nagata, Kazuaki (2 Agustus 2017). "As manga goes digital via smartphone apps, do paper comics still have a place?". Japan Times. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ "Kakao mulls listing Japan unit". Korea Times. 5 September 2017. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ "ReLIFE Anime Promotes July Premiere With Animated Promo". Anime News Network. 26 Maret 2016. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ "Crunchyroll to Stream Recovery of an MMO Junkie Anime". Anime News Network. 26 Agustus 2017. Diakses tanggal 27 Mei 2019.
- ^ Pink 2007, Wong 2007
- ^ a b Farago 2007
- ^ Bill, Randal (2005). "English, For Better or Worse". The Comics Journal (edisi ke-Special). Fantagraphics Books. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-03-23. Diakses tanggal 2019-08-20.
- ^ a b Fishbein 2007
- ^ Berger 1992
- ^ Vollmar 2007
- ^ Mahousu 2005
- ^ Mahousu 2005, ANN 2004, Riciputi 2007
- ^ Alverson, Brigid (12 Februari 2014). "Strong French Manga Market Begins to Dip". Publishers Weekly. Diakses tanggal 14 Desember 2014.
- ^ Johnston, Rich (1 Januari 2014). "French Comics In 2013 – It's Not All Asterix. But Quite A Bit Is". Bleeding Cool. Diakses tanggal 14 Desember 2014.
- ^ Fishbein, Jennifer (27 Desember 2007). "Europe's Manga Mania". Spiegel Online International. Diakses tanggal 30 Januari 2012.
- ^ Patten 2004
- ^ Pada tahun 1987, "...komik-komik Jepang lebih legendaris alih-alih dapat diakses oleh pembaca Amerika", Patten 2004, hlm. 259
- ^ Napier 2000, hlm. 239–256, Clements & McCarthy 2006, hlm. 475–476
- ^ Patten 2004, Schodt 1996, hlm. 305–340, Leonard 2004
- ^ Schodt 1996, hlm. 309, Rifas 2004, Rifas menambahkan bahwa judul manga orisinal terbitan EduComics adalah Gen of Hiroshima dan I SAW IT [sic].
- ^ Patten 2004, hlm. 37, 259–260, Thompson 2007, hlm. xv
- ^ Leonard 2004, Patten 2004, hlm. 52–73, Farago 2007
- ^ Schodt 1996, hlm. 318–321, Dark Horse Comics 2004
- ^ Brienza, Casey E. (2009). "Books, Not Comics: Publishing Fields, Globalization, and Japanese Manga in the United States". Publishing Research Quarterly. 25 (2): 101–117. doi:10.1007/s12109-009-9114-2.
- ^ Kwok Wah Lau, Jenny (2003). "4". Multiple modernities: cinemas and popular media in transcultural East Asia. Philadelphia: Temple University Press. hlm. 78.
- ^ Patten 2004, hlm. 50, 110, 124, 128, 135, Arnold 2000
- ^ Schodt 1996, hlm. 95
- ^ Arnold 2000, Farago 2007, Bacon 2005
- ^ Schodt 1996, hlm. 308–319
- ^ "The last million-selling comic book in North America? It's Batman vs. Pokémon for the title". Comichron. 8 Mei 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-09. Diakses tanggal 20 Agustus 2019.
- ^ Reid 2009
- ^ Glazer 2005, Masters 2006, Bosker 2007, Pink 2007
- ^ Magulick, Aaron (8 Oktober 2017). "Viz Manga Sales are Destroying DC, Marvel in Comic Market". GoBoiano. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-10. Diakses tanggal 20 Agustus 2019.
- ^ Stewart 1984
- ^ Crandol 2002
- ^ Tai 2007
- ^ ANN 2002
- ^ ANN 10 May 2006
- ^ ANN 5 May 2006
- ^ Boilet 2001, Boilet & Takahama 2004
- ^ ANN 2007, Ministry of Foreign Affairs of Japan 2007
- ^ 京都精華大学、入試結果 (倍率)、マンガ学科。 (dalam bahasa Jepang). Obunsha Co., Ltd. 18 Juli 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-17. Diakses tanggal 18 Juli 2014.
- ^ "17 Bahasa Jepang yang Populer". ayosemarang.com. Diakses tanggal 24 Juli 2023.
- ^ Sato, Shūhō; et al. (26 Juli 2012). 漫画を学校で学ぶ意義とは. Togetter (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 19 Juli 2014.
Sumber
sunting- Allison, Anne (2000). "Sailor Moon: Japanese superheroes for global girls". Dalam Craig, Timothy J. Japan Pop! Inside the World of Japanese Popular Culture. Armonk, New York: M.E. Sharpe. ISBN 978-0-7656-0561-0.
- Arnold, Adam (2000). "Full Circle: The Unofficial History of MixxZine". Diakses tanggal 19 December 2007.
- Bacon, Michelle (14 April 2005). "Tangerine Dreams: Guide to Shoujo Manga and Anime". Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2008. Diakses tanggal 1 April 2008.
- Berger, Klaus (1992). Japonisme in Western Painting from Whistler to Matisse. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-37321-0.
- Boilet, Frédéric (2001). Yukiko's Spinach. Castalla-Alicante, Spain: Ponent Mon. ISBN 978-84-933093-4-3.
- Boilet, Frédéric; Takahama, Kan (2004). Mariko Parade. Castalla-Alicante, Spain: Ponent Mon. ISBN 978-84-933409-1-9.
- Bosker, Bianca (31 August 2007). "Manga Mania". The Wall Street Journal. Diakses tanggal 1 April 2008.
- Bouquillard, Jocelyn; Marquet, Christophe (1 June 2007). Hokusai: First Manga Master. New York: Abrams. ISBN 978-0-8109-9341-9.
- Brenner, Robin E. (2007). Understanding Manga and Anime. Westport, Connecticut: Libraries Unlimited/Greenwood. ISBN 978-1-59158-332-5.
- Clements, Jonathan; McCarthy, Helen (2006). The Anime Encyclopedia: A Guide to Japanese Animation Since 1917, Revised and Expanded Edition. Berkeley, California: Stone Bridge Press. ISBN 978-1-933330-10-5.
- Crandol, Mike (14 January 2002). "The Dirty Pair: Run from the Future". Anime News Network. Diakses tanggal 4 March 2008.
- Cube (18 December 2007). 2007年のオタク市場規模は1866億円―メディアクリエイトが白書 (dalam bahasa Japanese). Inside for All Games. Diakses tanggal 18 December 2007.
- "Dark Horse buys Studio Proteus" (Siaran pers). Dark Horse Comics. 6 February 2004.
- Drazen, Patrick (2003). Anime Explosion! The What? Why? & Wow! of Japanese Animation. Berkeley, California: Stone Bridge. ISBN 978-1-880656-72-3.
- Farago, Andrew (30 September 2007). "Interview: Jason Thompson". The Comics Journal. Diakses tanggal 4 March 2008.
- Fishbein, Jennifer (26 December 2007). "Europe's Manga Mania". BusinessWeek. Diakses tanggal 29 December 2007.
- Fukushima, Yoshiko (2013). Manga Discourse in Japan Theatre. Routledge. hlm. 19. ISBN 9781136772733.
- Gardner, William O. (November 2003). "Attack of the Phallic Girls". Science Fiction Studies (88). Diakses tanggal 5 April 2008.
- Glazer, Sarah (18 September 2005). "Manga for Girls". The New York Times. Diakses tanggal 4 March 2008.
- Gravett, Paul (2004). Manga: Sixty Years of Japanese Comics. New York: Harper Design. ISBN 978-1-85669-391-2.
- Gravett, Paul (15 October 2006). "Gekiga: The Flipside of Manga". Diakses tanggal 4 March 2008.
- Griffiths, Owen (22 September 2007). "Militarizing Japan: Patriotism, Profit, and Children's Print Media, 1894–1925". Japan Focus. Diakses tanggal 16 December 2008.
- Isao, Shimizu (2001). "Red Comic Books: The Origins of Modern Japanese Manga". Dalam Lent, John A. Illustrating Asia: Comics, Humor Magazines, and Picture Books. Honolulu, Hawaii: University of Hawai'i Press. ISBN 978-0-8248-2471-6.
- Ito, Kinko (2004). "Growing up Japanese reading manga". International Journal of Comic Art (6): 392–401.
- Ito, Kinko (2005). "A history of manga in the context of Japanese culture and society". The Journal of Popular Culture. 38 (3): 456–475. doi:10.1111/j.0022-3840.2005.00123.x. Diakses tanggal 5 April 2008.
- Johnston-O'Neill, Tom (3 August 2007). "Finding the International in Comic Con International". The San Diego Participant Observer. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-22. Diakses tanggal 5 April 2008.
- Katzenstein, Peter J.; Shiraishi, Takashi (1997). Network Power: Japan in Asia. Ithaca, New York: Cornell University Press. ISBN 978-0-8014-8373-8.
- Kern, Adam (2006). Manga from the Floating World: Comicbook Culture and the Kibyōshi of Edo Japan. Cambridge: Harvard University Press. ISBN 978-0-674-02266-9.
- Kern, Adam (2007). "Symposium: Kibyoshi: The World's First Comicbook?". International Journal of Comic Art (9): 1–486.
- Kinsella, Sharon (2000). Adult Manga: Culture and Power in Contemporary Japanese Society. Honolulu, Hawaii: University of Hawai'i Press. ISBN 978-0-8248-2318-4.
- Kittelson, Mary Lynn (1998). The Soul of Popular Culture: Looking at Contemporary Heroes, Myths, and Monsters. Chicago: Open Court. ISBN 978-0-8126-9363-8.
- Lee, William (2000). "From Sazae-san to Crayon Shin-Chan". Dalam Craig, Timothy J. Japan Pop!: Inside the World of Japanese Popular Culture. Armonk, New York: M.E. Sharpe. ISBN 978-0-7656-0561-0.
- Lent, John A. (2001). Illustrating Asia: Comics, Humor Magazines, and Picture Books. Honolulu, Hawaii: University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-2471-6.
- Leonard, Sean (12 September 2004). "Progress Against the Law: Fan Distribution, Copyright, and the Explosive Growth of Japanese Animation" (PDF). Diakses tanggal 19 December 2007.
- Lone, Stewart (2007). Daily Lives of Civilians in Wartime Asia: From the Taiping Rebellion to the Vietnam War. Westport, Connecticut: Greenwood Publishing Group. ISBN 978-0-313-33684-3.
- Mahousu (January 2005). "Les editeurs des mangas". self-published. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-17. Diakses tanggal 19 December 2007.[sumber tepercaya?]
- Masters, Coco (10 August 2006). "America is Drawn to Manga". Time Magazine.
- "First International MANGA Award" (Siaran pers). Ministry of Foreign Affairs of Japan. 29 June 2007.
- McCarthy, Helen (2014). A Brief History of Manga: The Essential Pocket Guide to the Japanese Pop Culture Phenomenon. Hachette UK. hlm. 6. ISBN 9781781571309.
- Napier, Susan J. (2000). Anime: From Akira to Princess Mononoke. New York: Palgrave. ISBN 978-0-312-23863-6.
- Nunez, Irma (24 September 2006). "Alternative Comics Heroes: Tracing the Genealogy of Gekiga". The Japan Times. Diakses tanggal 19 December 2007.
- Ōgi, Fusami (2004). "Female subjectivity and shōjo (girls) manga (Japanese comics): shōjo in Ladies' Comics and Young Ladies' Comics". The Journal of Popular Culture. 36 (4): 780–803. doi:10.1111/1540-5931.00045.
- Onoda, Natsu (2009). God of Comics: Osamu Tezuka and the Creation of Post-World War II Manga. University Press of Mississippi. hlm. 10. ISBN 9781604734782.
- Patten, Fred (2004). Watching Anime, Reading Manga: 25 Years of Essays and Reviews. Berkeley, California: Stone Bridge Press. ISBN 978-1-880656-92-1.
- Perper, Timothy; Cornog, Martha (2002). "Eroticism for the masses: Japanese manga comics and their assimilation into the U.S.". Sexuality & Culture. 6 (1): 3–126. doi:10.1007/s12119-002-1000-4.
- Perper, Timothy; Cornog, Martha (2003). "Sex, love, and women in Japanese comics". Dalam Francoeur, Robert T.; Noonan, Raymond J. The Comprehensive International Encyclopedia of Sexuality. New York: Continuum. ISBN 978-0-8264-1488-5.
- Petersen, Robert S. (2011). Comics, Manga, and Graphic Novels: A History of Graphic Narratives. ABC-CLIO. ISBN 9780313363306.
- Prohl, Inken; Nelson, John K (2012). Handbook of Contemporary Japanese Religions. BRILL. hlm. 596. ISBN 9789004234352.
- Pink, Daniel H. (22 October 2007). "Japan, Ink: Inside the Manga Industrial Complex". Wired. 15 (11). Diakses tanggal 19 December 2007.
- Poitras, Gilles (2001). Anime Essentials: Every Thing a Fan Needs to Know. Berkeley, California: Stone Bridge. ISBN 978-1-880656-53-2.
- Reid, Calvin (28 March 2006). "HarperCollins, Tokyopop Ink Manga Deal". Publishers Weekly. Diakses tanggal 4 March 2008.
- Reid, Calvin (6 February 2009). "2008 Graphic Novel Sales Up 5%; Manga Off 17%". Publishers Weekly. Diakses tanggal 7 September 2009.
- Riciputi, Marco (25 October 2007). "Komikazen: European comics go independent". Cafebabel.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 October 2008. Diakses tanggal 4 March 2008.[sumber tepercaya?]
- Rifas, Leonard (2004). "Globalizing Comic Books from Below: How Manga Came to America". International Journal of Comic Art. 6 (2): 138–171.
- Rousmaniere, Nicole (2001). Births and Rebirths in Japanese Art : Essays Celebrating the Inauguration of the Sainsbury Institute for the Study of Japanese Arts and Cultures. Hotei Publishing. ISBN 978-9074822442.
- Sanchez, Frank (1997–2003). "Hist 102: History of Manga". AnimeInfo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-05. Diakses tanggal 11 September 2007.
- Schodt, Frederik L. (1986). Manga! Manga! The World of Japanese Comics. Tokyo: Kodansha. ISBN 978-0-87011-752-7.
- Schodt, Frederik L. (1996). Dreamland Japan: Writings on Modern Manga. Berkeley, California: Stone Bridge Press. ISBN 978-1-880656-23-5.
- Schodt, Frederik L. (2007). The Astro Boy Essays: Osamu Tezuka, Mighty Atom, and the Manga/Anime Revolution. Berkeley, California: Stone Bridge Press. ISBN 978-1-933330-54-9.
- Shimizu, Isao (June 1985). 日本漫画の事典 : 全国のマンガファンに贈る (Nihon Manga no Jiten – Dictionary of Japanese Manga) (dalam bahasa Japanese). Sun lexica. ISBN 978-4-385-15586-9.
- Stewart, Bhob (October 1984). "Screaming Metal". The Comics Journal (94).
- Tai, Elizabeth (23 September 2007). "Manga outside Japan". Star Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 October 2007. Diakses tanggal 19 December 2007.
- Tchiei, Go (1998). "Characteristics of Japanese Manga". Diakses tanggal 5 April 2008.
- Thompson, Jason (2007). Manga: The Complete Guide. New York: Ballantine Books. ISBN 978-0-345-48590-8.
- Thorn, Matt (July–September 2001). "Shôjo Manga—Something for the Girls". The Japan Quarterly. 48 (3). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-06. Diakses tanggal 5 April 2008.
- Toku, Masami (Spring 2006). "Shojo Manga: Girl Power!". Chico Statements. California State University, Chico. ISBN 978-1-886226-10-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 April 2008. Diakses tanggal 5 April 2008.
- Vollmar, Rob (1 March 2007). "Frederic Boilet and the Nouvelle Manga revolution". World Literature Today. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-15. Diakses tanggal 14 September 2007.
- Webb, Martin (28 May 2006). "Manga by any other name is..." The Japan Times. Diakses tanggal 5 April 2008.
- Wong, Wendy Siuyi (2002). Hong Kong Comics: A History of Manhua. New York: Princeton Architectural Press. ISBN 978-1-56898-269-4.
- Wong, Wendy Siuyi (2006). "Globalizing manga: From Japan to Hong Kong and beyond". Mechademia: an Annual Forum for Anime, Manga, and the Fan Arts. hlm. 23–45.
- Wong, Wendy (September 2007). "The Presence of Manga in Europe and North America". Media Digest. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-21. Diakses tanggal 19 December 2007.
- "About Manga Museum: Current situation of manga culture". Kyoto Manga Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-28. Diakses tanggal 6 September 2009.
- "Correction: World Manga". Anime News Network. 10 May 2006. Diakses tanggal 19 December 2007.
- "I.C. promotes AmeriManga". Anime News Network. 11 November 2002. Diakses tanggal 4 March 2008.
- "Interview with Tokyopop's Mike Kiley". ICv2. 7 September 2007. Diakses tanggal 19 December 2007.
- Japan: Profile of a Nation, Revised Edition. Tokyo: Kodansha International. 1999. ISBN 978-4-7700-2384-1.
- "Japan's Foreign Minister Creates Foreign Manga Award". Anime News Network. 22 May 2007. Diakses tanggal 5 October 2009.
- "manga". Merriam-Webster Online Dictionary. Diakses tanggal 6 September 2009.
- "Manga-mania in France". Anime News Network. 4 February 2004. Diakses tanggal 19 December 2007.
- "'Manga no Kuni': A manga magazine from the Second Sino-Japanese War period". Kyoto International Manga Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-09. Diakses tanggal 21 December 2008.
- "'Poten': a manga magazine from Kyoto". Kyoto International Manga Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-10. Diakses tanggal 21 December 2008.
- "'Shonen Pakku'; Japan's first children's manga magazine". Kyoto International Manga Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-10. Diakses tanggal 21 December 2008.
- "The first Japanese manga magazine: Eshinbun Nipponchi". Kyoto International Manga Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 August 2011. Diakses tanggal 21 December 2008.
- "Tokyopop To Move Away from OEL and World Manga Labels". Anime News Network. 5 May 2006. Diakses tanggal 19 December 2007.
Bacaan lanjutan
sunting- "Japanese Manga Market Drops Below 500 Billion Yen". ComiPress. 10 March 2007.
- "Un poil de culture – Une introduction à l'animation japonaise" (dalam bahasa French). 11 July 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 January 2008. Diakses tanggal 20 August 2019.
- Hattie Jones, "Manga girls: Sex, love, comedy and crime in recent boy's manga and anime," in Brigitte Steger and Angelika Koch (2013 eds): Manga Girl Seeks Herbivore Boy. Studying Japanese Gender at Cambridge. Lit Publisher, pp. 24–81.
- (Italia) Marcella Zaccagnino and Sebastiano Contrari. "Manga: il Giappone alla conquista del mondo" ( Diarsipkan 2020-08-23 di Wayback Machine.) Limes, rivista italiana di geopolitica. 31/10/2007.
- Unser-Schutz, Giancarla (2015). "Influential or influenced? The relationship between genre, gender and language in manga". Gender and Language. 9 (2): 223–254. doi:10.1558/genl.v9i2.17331.