Maluku Utara

provinsi di kepulauan Maluku, Indonesia

Maluku Utara (disingkat Malut) merupakan provinsi bagian Timur Indonesia yang resmi terbentuk pada 4 Oktober 1999 yang sebelumnya menjadi kabupaten dari provinsi Maluku bersama dengan Halmahera Tengah, berdasarkan UU RI Nomor 46 Tahun 1999 dan UU RI Nomor Tahun 2003. Jumlah penduduk Maluku Utara pada akhir tahun 2023 mencapai 1.365.091 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebanyak 42 jiwa/km2.[4]

Maluku Utara
Transkripsi bahasa daerah
 • Bahasa TernateMoloku Kie Raha
Kedaton Sultan Tidore
Pantai di Tidore
Pantai Kolorai
Bendera Maluku Utara
Julukan: 
Negeri rempah-rempah[1]
Motto: 
Marimoi ngone futuru
(Ternate) Bersatu kita teguh
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU RI No. 46 Tahun 1999
UU RI No. 6 Tahun 2003
Hari jadi30 Desember 1967 (sebagai kabupaten MALUKU UTARA)
12 Oktober 1999 (resmi dari pemekaran Provinsi Maluku)[2]
Ibu kotaKota Sofifi
Kota besar lainnya
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 8
  • Kota: 2
  • Kecamatan: 112
  • Kelurahan: 1071
Pemerintahan
 • GubernurAl Yasin Ali (Plt.)[3]
 • Wakil GubernurLowong
 • Sekretaris DaerahSamsuddin Abdul Kadir
 • Ketua DPRDKuntu Daud
Luas
 • Total31.982,50 km2 (12,348,51 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[4][5]
 • Total1.365.091
 • Kepadatan43/km2 (110/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 74,50% Islam
  • 0,01% Buddha
  • 0,01% Hindu
  • 0,01% Konghucu[4][6]
 • BahasaIndonesia (resmi), Melayu Ternate (lingua franca), Galela, Tobelo, Loloda, Ternate, Tidore, Sula
 • IPMKenaikan 70,98 (2023)
 tinggi [7]
Zona waktuUTC+09:00 (WIT)
Kode pos
977xx-978xx
Kode area telepon
Daftar
  • 0921 - Soasiu, Sofifi
  • 0922 - Jailolo
  • 0923 - Morotai
  • 0924 - Tobelo
  • 0927 - Labuha
  • 0929 - Sanana
Kode ISO 3166ID-MU
Pelat kendaraanDG
Kode Kemendagri82
Kode BPS82
DAURp 1.377.253.571.000,00- (2020) [8]
Lagu daerah"Borero"
"Ngofa Se Dano"
"Sogoliho Laha"
Rumah adat
Senjata tradisionalParang Salawaku
Flora resmiCengkih
Fauna resmiBidadari halmahera
Situs webwww.malutprov.go.id

Saat awal pendirian Provinsi Maluku Utara, ibu kota ditempatkan di Kota Ternate berlokasi di kaki Gunung Gamalama dalam kurun waktu kurang lebih 11 tahun, hingga pada 4 Agustus 2010 setelah adanya masa transisi dan persiapan pembangunan, Maluku Utara memindahkan ibukota ke Sofifi.[9][10]

Etimologi sunting

Istilah Maluku pada awalnya merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku Utara, yaitu Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Suatu bentuk konfederasi tertentu dari keempat kerajaan tersebut yang kemungkinan besar muncul pada abad ke-14, disebut Moloku Kie Raha atau "Empat Gunung Maluku". Walaupun kemudian keempat kerajaan itu berekspansi dan mencakup seluruh wilayah Maluku Utara (sekarang) dan sebagian wilayah Sulawesi dan Papua, tetapi wilayah ekspansi itu tidak termasuk dalam istilah Maluku yang hanya merujuk pada keempat pusat kesultanan di Maluku Utara.

Kata pertama yang dapat diidentifikasi dengan Maluku berasal dari Nagarakretagama, sebuah kakawin berbahasa Jawa Kuno dari tahun 1365. Pupuh 14 bait 5 menyebutkan Maloko, yang Pigeaud identifikasikan dengan Ternate atau Maluku.[11]:17[12]:34

Geografis sunting

Provinsi Maluku Utara terdiri dari 1.474 pulau, jumlah pulau yang dihuni sebanyak 89 dan sisanya sebanyak 1.385 tidak berpenghuni.

Pulau Area (km2) Populasi
2010
Kepadatan Titik Tertinggi Ketinggian Geolokasi
Morotai 2.266,4 52.697 23,25/km2 Gunung Sabatai 1.250 m (4.101 ft) 2°19′N 128°46′E / 2.32°N 128.77°E / 2.32; 128.77
Halmahera 18.039,6 449.938 24,94/km2 Gunung Gamkonora 1.635 m (5.364 ft) 0°36′N 127°52′E / 0.60°N 127.87°E / 0.60; 127.87
Ternate 106,2 185.705 1.748,63/km2 Gunung Gamalama 1.715 m (5.625 ft) 0°49′N 127°20′E / 0.81°N 127.33°E / 0.81; 127.33
Tidore 116,1 111.000 455,09/km2 Kie Matubu 1.730 m (5.680 ft) 0°40′N 127°24′E / 0.66°N 127.40°E / 0.66; 127.40
Makian 113,1 12.394 109,58/km2 Kie Besi 1.357 m (4.452 ft) 0°19′N 127°24′E / 0.32°N 127.40°E / 0.32; 127.40
Kayoa 72,71 16.707 229,78/km2 Gunung Tigalalu 422 m (1.385 ft) 0°03′N 127°26′E / 0.05°N 127.44°E / 0.05; 127.44
Gebe 143,22 4.463 31,16/km2 Bukit Elfanoen 396 m (1.299 ft) 0°05′S 129°27′E / 0.08°S 129.45°E / -0.08; 129.45
Kasiruta 472,6 8.368 17,71/km2 Buku Kabau 824 m (2.703 m) 0°22′S 127°12′E / 0.37°S 127.20°E / -0.37; 127.20
Bacan 1.899,8 60.742 31,97/km2 Buku Sibela 2.111 m (6.926 ft) 0°37′S 127°32′E / 0.62°S 127.53°E / -0.62; 127.53
Mandioli 229,8 8.788 38,24/km2 Buku Gaku 331 m (1.086 ft) 0°42′S 127°11′E / 0.70°S 127.18°E / -0.70; 127.18
Obi 2.542,3 29.642 12,66/km2 - 1.611 m (5.285 ft) 1°32′S 127°46′E / 1.53°S 127.77°E / -1.53; 127.77
Taliabu 2.913,2 47.309 16,24/km2 Gunung Lida Godo 1.380 m (4.528 ft) 1°47′S 124°52′E / 1.78°S 124.87°E / -1.78; 124.87
Mangole 1.228,5 36.323 29,57/km2 - 1.147 m (3.763 ft) 1°51′S 125°50′E / 1.85°S 125.83°E / -1.85; 125.83
Sulabesi 557,8 48.892 87,65/km2 - 678 m (2.224 ft) 2°14′S 125°56′E / 2.23°S 125.93°E / -2.23; 125.93

Geologi sunting

Kepulauan Maluku Utara terbentuk dari pergerakan tiga lempeng tektonik, yaitu Eurasia, Pasifik dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman kapur. pergerakan ini membentuk busur kepulauan gunung api kuarter yang membentang dari utara ke selatan di Halmahera bagian barat, di antaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare, dan Pulau Makian. Pulau Halmahera sendiri merupakan pulau vulkanik meskipun aktivitas vulkanik yang terjadi hanya pada sebagian wilayahnya.

Nama Bentuk Ketinggian Pulau Geolokasi
Gunung Tarakan kerucut piroklastik 318 m (1.043 ft) Halmahera 1°50′N 127°50′E / 1.83°N 127.83°E / 1.83; 127.83
Gunung Dukono kompleks 1.229 m (4.031 ft) Halmahera 1°41′N 127°53′E / 1.68°N 127.88°E / 1.68; 127.88
Gunung Tobaru stratovulkan 1.035 m (3.396 ft) Halmahera 1°38′N 127°40′E / 1.63°N 127.67°E / 1.63; 127.67
Gunung Ibu stratovulkan 1.325 m (4.347 ft) Halmahera 1°29′N 127°38′E / 1.49°N 127.63°E / 1.49; 127.63
Gunung Gamkonora stratovulkan 1.635 m (5.364 ft) Halmahera 1°23′N 127°32′E / 1.38°N 127.53°E / 1.38; 127.53
Gunung Todoko-Ranu kaldera 979 m (3.212 ft) Halmahera 1°15′N 127°28′E / 1.25°N 127.47°E / 1.25; 127.47
Gunung Jailolo stratovulkan 1.130 m (3.710 ft) Halmahera 1°05′N 127°25′E / 1.08°N 127.42°E / 1.08; 127.42
Gunung Hiri stratovulkan 630 m (2.070 ft) Hiri 0°54′N 127°19′E / 0.90°N 127.32°E / 0.90; 127.32
Gunung Gamalama stratovulkan 1.715 m (5.627 ft) Ternate 0°49′N 127°20′E / 0.81°N 127.33°E / 0.81; 127.33
Kie Matubu stratovulkan 1.730 m (5.680 ft) Tidore 0°40′N 127°24′E / 0.66°N 127.40°E / 0.66; 127.40
Gunung Mare stratovulkan 308 m (1.010 ft) Mare 0°34′N 127°24′E / 0.57°N 127.40°E / 0.57; 127.40
Gunung Moti stratovulkan 950 m (3,120 ft) Moti 0°27′N 127°24′E / 0.45°N 127.40°E / 0.45; 127.40
Kie Besi stratovulkan 1.357 m (4.452 ft) Makian 0°19′N 127°24′E / 0.32°N 127.40°E / 0.32; 127.40
Gunung Tigalalu stratovulkan 422 m (1.385 ft) Kayoa 0°04′N 127°25′E / 0.07°N 127.42°E / 0.07; 127.42
Bukit Amasing stratovulkan 1.030 m (3.380 ft) Bacan 0°32′S 127°29′E / 0.53°S 127.48°E / -0.53; 127.48
Bukit Bibinoi stratovulkan 900 m (3.000 ft) Bacan 0°46′S 127°43′E / 0.77°S 127.72°E / -0.77; 127.72
Sumber: Global Volcanism Program.[13]

Sejarah sunting

 
Peta Kepulauan Maluku Utara karya seorang kartografer Belanda, Willem Janszoon Blaeu, pada tahun 1630. Arah utara berada di sebelah kanan, dengan Pulau Ternate terletak di ujung kanan, diikuti oleh Pulau Tidore, Mare, Moti dan Kepulauan Makian. Pada bagian bawah adalah Gilolo (Jailolo atau Halmahera). Inset yang berada di atas menunjukkan Pulau Bacan.

Kerajaan Moloku Kie Raha sunting

Daerah ini pada mulanya adalah bekas wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur Nusantara yang dikenal dengan sebutan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku), sultan Ternate ke-7 Kolano Cili Aiya atau disebut juga Kolano Sida Arif Malamo (1322-1331) mengundang raja–raja Maluku yang lain untuk berdamai dan bermusyawarah membentuk persekutuan. Persekutuan ini kemudian dikenal sebagai Persekutan Moti atau Motir Verbond. Butir penting dari pertemuan ini selain terjalinnya persekutuan adalah penyeragaman bentuk kelembagaan kerajaan di Maluku. Oleh karena pertemuan ini dihadiri 4 raja Maluku yang terkuat maka disebut juga sebagai persekutuan Moloku Kie Raha. Walau ada Kerajaan Loloda yang tidak dianggap setingkat dengan kerajaan lainnya. Keempat kerajaan tersebut adalah:

Kolonialisme sunting

Portugis sunting

 
Francisco Serrão, penjelajah eropa pertama yang menginjakkan kaki di Kepulauan Maluku pada tahun 1511.

Portugis merupakan bangsa eropa pertama yang datang ke Kepulauan Maluku yaitu di banda pada tahun 1511, dan sampai di Ternate pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah tahun 1512 dibawah pimpinan Francisco Serrão, mereka membangun sebuah benteng di Ternate pada tahun 1522 dan selesai pada tahun 1523. Benteng ini merupakan benteng kolonial pertama di Kepulauan Maluku yang diberi nama São João Batista (Benteng Kastela).

Portugis juga diberi kedudukan dan hak istimewa sebagai mitra dan penasihat kesultanan. Pada 25 Februari 1570 Gubernur Portugis Lopez de Mezquita menjebak dan membunuh Sultan Khairun pada saat jamuan makan di Benteng Kastella. Pasca kematian Sultan Khairun, Sultan Baabullah dinobatkan menjadi sultan menggantikan ayahnya dan berjuang melawan Portugis. Sultan Baabullah mengepung Benteng Kastela selama lima tahun, dan pada tanggal 15 Juli 1575 Portugis akhirnya menyerahkan benteng tersebut dan mundur ke Ambon.

Spanyol sunting

 
Juan Sebastián Elcano, penjelajah Spanyol yang berhasil sampai di Tidore pada tahun 1521.

Spanyol tiba di Tidore pada tanggal 6 November 1521 dipimpin oleh Juan Sebastián Elcano dengan kapal Trinidad dan Victoria. Kedatangan Spanyol disambut oleh Sultan Tidore pada saat itu Sultan Al-Mansur. Hal ini dicatat oleh Antonio Pigafetta, seorang sejarawan dan penjelajah dari Venesia yang ikut dalam pelayaran tersebut.

Kesultanan Tidore menjadikan Spanyol sebagai sekutu untuk melawan dominasi Kesultanan Ternate yang pada masa itu bekerjasama dengan Portugis. Pada tahun 1610 Gubernur Spanyol Cristobal de Azcqueta Menchacha memerintahkan untuk membangun sebuah benteng di Tidore yang diberi nama Santiago de los Caballeros de Tidore. Pembangunan benteng ini selesai pada tahun 1615 saat Gubernur Spanyol Don Jeronimo de Silva menjabat dan mengganti nama benteng ini menjadi Sanctiago Caualleros de los de la de ysla Tidore (Benteng Tahula). Kedatangan Spanyol menjadi ancaman bagi Portugis.

Sebab saat itu Portugis memonopoli perdagangan di Kepulauan Maluku. Portugis melayangkan protes kepada pihak Spanyol karena telah melanggar Perjanjian Tordesillas yang dibuat pada tahun 1494. Karena perselisihan tersebut, pada tanggal 22 April 1529 Paus Aleksander VI memprakarsai Perjanjian Zaragoza antara Raja John III dan Raja Charles V di Zaragoza, Aragon. Dimana Spanyol harus meninggalkan Maluku. Sementara Portugis tetap melakukan aktivitas perdagangan di Maluku. Sebagai gantinya Raja John III diharuskan membayar 350.000 Dukat kepada Raja Charles V. Spanyol akhirnya meninggalkan Maluku dan memusatkan kegiatan mereka di Filipina.

Pendudukan Jepang sunting

Kekaisaran Jepang menginvasi Maluku pada awal tahun 1942 sebagai bagian dari Kampanye Perang Dunia II Hindia-Belanda, mengusir Belanda dari wilayah tersebut. Halmahera menjadi situs pangkalan angkatan laut Jepang di Teluk Kao. 2 tahun kemudian, pasukan AS dan sekutu mereka melancarkan Pertempuran Morotai pada tahun 1944; membom pulau itu pada bulan Agustus dan menyerang pada bulan September. Pasukan Kekaisaran Jepang di Morotai bertahan sampai 1945 tetapi gagal mengusir Sekutu.

Pada akhir tahun 1944, 61.000 personel AS mendarat di Morotai.[14] Dua pertiga dari mereka adalah insinyur, yang dengan cepat membangun fasilitas termasuk pelabuhan dan dua lapangan terbang[14] ditambah tempat pengisian bahan bakar. Penyerahan resmi Tentara Jepang Kedua terjadi di Morotai pada 9 September 1945. Serdadu Jepang terakhir yang menolak menyerah, Prajurit Teruo Nakamura (Amis: Attun Palalin), ditemukan oleh Angkatan Udara Indonesia di Morotai, dan menyerah ke patroli pencarian pada 18 Desember 1974.[15]

Zaman Kemerdekaan sunting

Orde Lama sunting

Pada era ini, posisi dan peran Maluku Utara terus mengalami kemorosotan, kedudukannya sebagai keresidenan sempat dinikmati Ternate antara tahun 1945-1957. Setelah itu kedudukannya dibagi ke dalam beberapa Daerah Tingkat II (kabupaten).

Upaya merintis pembentukan Provinsi Maluku Utara telah dimulai sejak 19 September 1957. Ketika itu DPRD peralihan mengeluarkan keputusan untuk membentuk Provinsi Maluku Utara untuk mendukung perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat melalui Undang-undang Nomor 15 Tahun 1956, namun upaya ini terhenti setelah munculnya peristiwa pemberontakan Permesta.

Pada tahun 1963, sejumlah tokoh partai politik seperti Partindo, PSII, NU, Partai Katolik dan Parkindo melanjutkan upaya yang pernah dilakukan dengan mendesak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) untuk memperjuangkan pembentukan Provinsi Maluku Utara. DPRD-GR merespons upaya ini dengan mengeluarkan resolusi Nomor 4/DPRD-GR/1964 yang intinya memberikan dukungan atas upaya pembentukan Provinsi Maluku Utara. Namun pergantian pemerintahan dari orde lama ke orde baru mengakibatkan upaya-upaya rintisan yang telah dilakukan tersebut tidak mendapat tindak lanjut yang konkret.

Orde Baru sunting

Pada masa Orde Baru, daerah Moloku Kie Raha ini terbagi menjadi dua kabupaten dan satu kota administratif. Kabupaten Maluku Utara beribu kota di Ternate, Kabupaten Halmahera Tengah beribu kota di Soa Sio, Tidore dan Kota Administratif Ternate beribu kota di Kota Ternate. Ketiga daerah kabupaten/kota ini masih termasuk wilayah Provinsi Maluku.

Orde Reformasi sunting

Pada masa pemerintahan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, muncul pemikiran untuk melakukan percepatan pembangunan di beberapa wilayah potensial dengan membentuk provinsi-provinsi baru. Provinsi Maluku termasuk salah satu wilayah potensial yang perlu dilakukan percepatan pembangunan melalui pemekaran wilayah provinsi, terutama karena laju pembangunan antara wilayah utara dan selatan dan atau antara wilayah tengah dan tenggara yang tidak serasi.

Atas dasar itu, pemerintah membentuk Provinsi Maluku Utara (dengan ibu kota sementara di Ternate) yang dikukuhkan dengan Undang-Undang Nomor 46 tahun 1999 tentang Pemekaran Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat.[16]

Dengan demikian provinsi ini secara resmi berdiri pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai pemekaran dari Provinsi Maluku dengan wilayah administrasi terdiri atas Kabupaten Maluku Utara, Kota Ternate dan Kabupaten Halmahera Tengah.

Selanjutnya dibentuk lagi beberapa daerah otonom baru melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Tidore.

Pemerintahan sunting

Gubernur sunting

Gubernur Maluku Utara bertanggungjawab atas wilayah provinsi Maluku Utara. Saat ini, gubernur atau kepala daerah yang menjabat di provinsi Maluku Utara ialah Abdul Ghani Kasuba, dengan wakil gubernur Al Yasin Ali. Mereka menang pada Pemilihan umum Gubernur Maluku Utara 2018. Abdul Ghani Kasuba merupakan gubernur Maluku Utara ke-2 untuk periode kedua, sejak provinsi ini dibentuk. Abdul dan Yasin dilantik oleh presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada 24 April 2019 di Istana Negara Jakarta Pusat.[17] Pelantikan gubernur ini berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 38/P/20199 tentang Pengesahan Pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara tahun 2019-2024.[17]

No. Potret Gubernur Mulai menjabat Akhir menjabat Potret Wakil Gubernur Periode Referensi
2   Abdul Ghani Kasuba 24 April 2019 Petahana   Al Yasin Ali 2
(2018)
[17]

Perwakilan sunting

DPRD Maluku Utara beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Maluku Utara terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Maluku Utara yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 23 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Maluku Utara di Ruang Rapat Paripurna DPRD Provinsi Maluku Utara.[18][19][20] Komposisi anggota DPRD Maluku Utara periode 2019-2024 terdiri dari 13 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 8 kursi, kemudian disusul oleh Partai Golkar yang juga meraih 8 kursi dan Partai Gerindra yang meraih 5 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Maluku Utara dalam dua periode terakhir.[21][22][23][24][25][26][27]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 1   1
Gerindra 3   5
PDI-P 7   8
Golkar 8   8
NasDem 5   4
PKS 5   2
PPP 1   0
PAN 3   4
Hanura 4   2
Demokrat 3   4
PBB 3   2
PKPI 2   0
Garuda (baru) 1
Berkarya (baru) 2
Perindo (baru) 2
Jumlah Anggota 45   45
Jumlah Partai 12   13

Kabupaten dan Kota sunting

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[28] Jumlah penduduk (2024)[28] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Halmahera Barat Jailolo James Uang 1.704,00 137.543 8 -/169
 
 
2 Kabupaten Halmahera Selatan Labuha Hasan Ali Bassam Kasuba 9.073,36 255.384 30 -/249
 
 
3 Kabupaten Halmahera Tengah Weda Ikram M. Sangadji (Pj.) 2.654,00 96.977 10 -/61
 
 
4 Kabupaten Halmahera Timur Kota Maba Ubaid Yakub 6.538,10 97.895 10 -/102
 
 
5 Kabupaten Halmahera Utara Tobelo Frans Manery 3.891,62 203.213 17 -/196
 
 
6 Kabupaten Kepulauan Sula Sanana Fifian Adeningsi Mus 3.295,40 105.095 12 -/78
 
 
7 Kabupaten Pulau Morotai Daruba Muhammad Umar Ali (Pj.) 2.337,15 74.436 5 -/88
 
 
8 Kabupaten Pulau Taliabu Bobong Aliong Mus 1.469,00 59.330 8 -/71
 
 
9 Kota Ternate - M. Tauhid Soleman 111,00 206.745 7 77/-
 
 
10 Kota Tidore Kepulauan - Ali Ibrahim 1.550,37 115.406 8 40/49
 
 


Demografi sunting

Populasi sunting

Penduduk Provinsi Maluku Utara pada tahun 2019 adalah 1.282.937 jiwa yang tersebar di 10 kabupaten/kota, sementara pada tahun 2021 berjumlah 1.316.973 jiwa penduduk.[4] Kabupaten Halmahera Selatan merupakan daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar yaitu 252.780 jiwa, menyusul Kota Ternate dengan jumlah 201.244 jiwa, dan daerah yang memiliki jumlah penduduk palnig sedikit yaitu Kabupaten Pulau Taliabu sebanyak 75.199 jiwa.[4]

Laju pertumbuhan penduduk di provinsi Maluku Utara adalah 1,98% per tahun. Kabupaten Halmahera Tengah merupakan daerah dengan laju pertumbuhan penduduk tertinggi yaitu sebesar 2,92% per tahun, sedangkan daerah dengan laju pertumbuhan penduduk terendah adalah yaitu Kota Tidore Kepulaun sebesar 1,15% per tahun. Dengan luas 31.982 km² dan jumlah penduduk mencapai 1,2 juta pada tahun 2017, tingkat kepadatan penduduk di Provinsi Maluku Utara adalah 38/km². Daerah dengan tingkat kepadatan tertinggi adalah Kota Ternate dengan tingkat kepadatan mencapai 2.003/km², sedangkan wilayah dengan tingkat kepadatan terendah adalah Kabupaten Halmahera Timur dengan tingkat kepadatan hanya 14/km².

Menurut data pada Juni 2021, sebanyak 981.120 penduduk Maluku Utara adalah Muslim, 328.859 adalah Protestan, 6.606 adalah Katolik, 139 adalah Buddha, 113 adalah Hindu dan 10 adalah lainnya[29]

Suku sunting

Masyarakat di Maluku Utara sangat beragam. Total ada sekitar 28 suku dan bahasa di Maluku Utara. Mereka dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan bahasa yang digunakan, yaitu Austronesia and non-Austronesia. Kelompok Austronesia tinggal di bagian tengah dan timur Halmahera. Mereka diantaranya adalah Suku Buli, Suku Maba, Suku Patani, Suku Sawai dan Suku Weda.

Di Bagian Utara dan Barat Halmahera adalah kelompok bahasa non-Austronesia terdiri dari Suku Galela, Suku Tobelo, Suku Loloda, Suku Tobaru, Suku Modole, Suku Togutil, Suku Pagu, Suku Waioli, Suku Ibu, Suku Sahu, Suku Ternate, Suku Tidore dan Suku Makian. Di Kepulauan Sula ada beberapa kelompok etnis seperti Suku Sula, Suku Kadai, Suku Mange dan Suku Siboyo. Sebagian besar masyarakat di daerah ini mengerti Bahasa Melayu Ternate, bahasa yang umum digunakan untuk berkomunikasi antar suku.[30]

Berdasarkan data dari Sensus Penduduk Indonesia 2010, berikut ini komposisi etnis atau suku bangsa di provinsi Maluku Utara:[31]

No Suku Jumlah 2010 %
1 Asal Maluku 687.003 66,35%
2 Asal Sulawesi 240.427 23,22%
3 Jawa 42.724 4,13%
4 Bugis 20.634 1,99%
5 Minahasa 8.986 0,87%
6 Gorontalo 7.423 0,72%
7 Papua 6.313 0,61%
8 Suku Lainnya 21.915 2,11%
Provinsi Maluku Utara 1.035.425 100%

Bahasa sunting

Maluku Utara memiliki 37 bahasa di antaranya Bacan, Bajo, Bicoli, Buli, Buton, Galela, Gamkonora, Gane, Gebe, Gorap, Ibu, Kadai, Kao, Kayoa, Koloncucu, Laba, Loloda, Maba, Makian Dalam, Makian Luar, Melayu Ternate, Modole, Pagu, Patani, Sahu, Saketa, Sanger, Sawai, Sula, Taliabu, Tidore, Ternate, Ternateno, Tobelo, Tobaru, Waioli, dan Weda.[32] Bahasa Bacan, penutur bahasa ini merupakan masyarakat di desa Amasing Kota kecamatan Bacan, Kabaputen Halmahera Selatan.

Agama sunting

Agama di Maluku Utara 2021[5]
Agama Persen(%)
Islam
  
74,50%
Protestan
  
24,97%
Katolik
  
0,50%
Hindu
  
0,01%
Buddha
  
0,01%
Konghucu
  
0,01%

Sebagian besar penduduk di Maluku Utara beragama Islam, dengan orang-orang Kristen (kebanyakan Protestan) merupakan minoritas dengan jumlah yang signifikan. Agama Hindu, Buddha, Konghucu dan berbagai agama lokal lainnya dipraktikkan oleh sebagian kecil dari populasi. Menurut data Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2021, komposisi agama di provinsi ini adalah Islam 74,50%, kemudian Kristen 25,47% di mana Protestan 24,97% dan Katolik 0,50%. Selebihnya beragama Hindu 0,01%, Budha 0,01% dan Konghucu sebanyak 0,01%.[4]

Agama Islam mencakup seluruh kabupaten/kota di Maluku Utara. Sedangkan penganut agama Kristen menjadi mayoritas di Kabupaten Halmahera Utara dan Kabupaten Halmahera Barat, dan juga memiliki jumlah yang cukup signifikan di Kabupaten Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Halmahera Selatan dan Kabupaten Pulau Morotai. Sementara pemeluk Hindu, Buddha dan Konghucu umumnya berada di Kota Ternate.[4][5]

Ekonomi sunting

 
Buah Pala merupakan komoditas utama di Maluku Utara

Pariwisata sunting

Maluku Utara memiliki objek wisata bahari berupa pulau-pulau dan pantai yang indah dengan taman laut serta jenis ikan hias beragam jenis. Ada juga hutan wisata sekaligus taman nasional dengan spesies endemik ranking ke 10 di dunia. Kawasan suaka alam yang terdiri dari beberapa jenis, baik di daratan maupun di perairan laut seperti Cagar Alam Gunung Sibela di Pulau Bacan, Cagar Alam di Pulau Obi, Cagar Alam Taliabu di Pulau Taliabu dan Cagar Alam di Pulau Seho. Kawasan Cagar Alam Budaya yang memiliki nilai sejarah kepurbakalaan tersebar di wilayah Provinsi Maluku Utara meliputi cagar alam budaya di Kota Ternate, Kota Tidore, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Selatan, dan Halmahera Utara.

Keanekaragaman hayati sunting

Kepulauan Maluku merupakan bagian dari kawasan Malesia yang dikenal memiliki keanekaragaman flora dan tipe vegetasi yang tertinggi di dunia. Secara geografis posisi kepulauan ini terletak di antara Asia-Malesia Barat dan Australia-Pasifik, sehingga memungkinkan terjadinya percampuran flora dan fauna dari 2 wilayah tersebut dan memperkaya keanekaragaman hayati kepulauan tersebut. Ekoregion ini mewakili hutan hujan di Halmahera, Morotai, Obi, Bacan, dan Kepulauan Maluku terdekat lainnya.

 
Roti kenari, kue kering olahan khas Maluku Utara

Kawasan hutan tersebut memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi antara lain berbagai jenis flora seperti Damar (Agathis dammara), Bintangur (Calophyllum inophyllum), Benuang (Octomeles sumatrana), Kayu Bugis (Koordersiodendron pinnatum), Matoa (Pometia pinnata), Merbau (Intsia bijuga), Kenari (Canarium mehenbethene gaerta) dan Nyatoh (Palaquium obtusifolium).

Maluku Utara menduduki peringkat 10 Daerah EBA (Endemic Bird Area) terpenting dunia berdasarkan jumlah jenis burung endemik. Daerah Maluku Utara dalam EBA ini mencakup kelompok Halmahera yang terdiri dari pulau-pulau utama yaitu Halmahera, Morotai, Bacan dan Obi, serta jajaran pulau-pulau gunung api kecil yang memanjang dari utara ke selatan di sebelah barat Halmahera.

Sekitar 223 spesies burung ditemukan di daerah ini, 43 spesies termasuk endemik kawasan EBA Maluku Utara. Empat spesies diantaranya bergenus tunggal, yaitu Habroptila, Melitorgrais, Lycocorax, dan Semioptera. Spesies ini adalah Mandar Gendang (Habroptila wallacii), Cikukua Halmahera (Melitograis gilolensis), Cenderawasih Gagak (Lycocorax pyrrhopterus) dan Bidadari Halmahera (Semioptera wallacii).[33]

Beberapa Mamalia endemik juga ditemukan di kepulauan ini seperti Tikus Ekor Mosaik Obi (Melomys obiensis), Kelelawar Bertopeng (Pteropus personatus), dan tiga marsupial arboreal, Kuskus Maluku (Phalanger ornatus), Kuskus Rothschild (Phalanger rothschildi), Kuskus Bermata Biru (Phalenger matabiru) dan Kuskus Gebe (Phalanger alexandrae). Kepulauan ini juga merupakan habitat lebah terbesar di dunia Lebah Raksasa Wallace (Megachile pluto) masyarakat setempat menamakan lebah ini O Ofungu Ma Koana yang artinya Lebah Raja[34]

Referensi sunting

  1. ^ Spice Island. Rosenberg. 2013. ISBN 9781459672758. 
  2. ^ "Meriahkan HUT Ke-21 Provinsi Maluku Utara". www.bpkp.go.id. (2020). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-18. Diakses tanggal 18 Maret 2022. 
  3. ^ Ika Fuji Rahayu, ed. (2023-12-22). "Mendagri Resmi Tugaskan Wagub sebagai Plt Gubernur Maluku Utara". tandaseru.com. Jakarta. Diakses tanggal 2023-12-22. 
  4. ^ a b c d e f g "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 23 Januari 2024. 
  5. ^ a b c "Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2021" (pdf). www.malut.bps.go.id. hlm. 66, 222. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-13. Diakses tanggal 13 Agustus 2021. 
  6. ^ "Data Umat Berdasar Jumlah Pemeluk Agama di Indonesia 2019". www.data.kemenag.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-03. Diakses tanggal 18 Februari 2021. 
  7. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.malut.bps.go.id. Diakses tanggal 23 Januari 2024. 
  8. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 18 Februari 2021. 
  9. ^ Fatah, Abdul. Budiman, Budisantoso, ed. "Perangkat Kesultanan Tidore tetap menolak pemekaran Sofifi". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2021-04-27. 
  10. ^ "Tentang Maluku Utara - MalutProv.go.id". www.malutprov.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-29. Diakses tanggal 2021-01-24. 
  11. ^ Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1960c). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume III: Translations (edisi ke-3 (revisi)). The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 978-94-011-8772-5. 
  12. ^ Pigeaud, Theodoor Gautier Thomas (1962). Java in the 14th Century: A Study in Cultural History, Volume IV: Commentaries and Recapitulations (edisi ke-3 (revisi)). The Hague: Martinus Nijhoff. ISBN 978-94-017-7133-7. 
  13. ^ "Volcanoes of Indonesia - Halmahera". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-12-30. Diakses tanggal 2006-11-17. 
  14. ^ a b Conboy & Morrison 1999, hlm. 102.
  15. ^ "The Last Last Soldier?", Time, January 13, 1975, diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-22, diakses tanggal 2020-04-03 .
  16. ^ Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 174, Tambahan Lembaran Negera Nomor 3895
  17. ^ a b c "Jokowi Lantik Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara Resmi". www.idntimes.com. 10 Mei 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-27. Diakses tanggal 27 Januari 2022. 
  18. ^ "KAKANWIL HADIRI PELANTIKAN ANGGOTA DPRD MALUT PERIODE 2019-2024". kemenkumham.go.id. Kanwil Kemenkumham Maluku Utara. 23-09-2019. Diakses tanggal 13-10-2019. 
  19. ^ "Kakanwil Memimpin Pembacaan Doa Pada Pelantikan Anggota DPRD". kemenag.go.id. Kanwil Kemenag Maluku Utara. 23-09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-24. Diakses tanggal 13-10-2019. 
  20. ^ "45 Anggota DPRD Provinsi Dilantik, Kuntu Daud Jabat Ketua Sementara". beritamalut.co. 23-09-2019. Diakses tanggal 13-10-2019. 
  21. ^ "Data Perolehan Kursi DPRD Provinsi Maluku Utara - Pileg 2014". kpu.go.id. KPU Provinsi Maluku Utara. Diakses tanggal 14-10-2019.  [pranala nonaktif permanen]
  22. ^ "Ini 45 Anggota DPRD Provinsi Malut Periode 2019-2024". indotimur.com. 12-05-2019. Diakses tanggal 14-10-2019. 
  23. ^ "KPU Maluku Utara Tetapkan Perolehan Kursi 45 Anggota DPRD Provinsi". porostimur.com. Diakses tanggal 14-10-2019. 
  24. ^ "KPU Malut umumkan 45 caleg terpilih 2019". antaranews.com. ANTARA MALUKU. 14-08-2019. Diakses tanggal 14-10-2019. 
  25. ^ "Daftar Caleg dan Partai Peraih Kursi di DPRD Maluku Utara". Kieraha. 2019-05-12. Diakses tanggal 2019-10-14. [pranala nonaktif permanen]
  26. ^ "45 Anggota DPRD Provinsi Ditetapkan". news.malutpost.co.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-10-14. [pranala nonaktif permanen]
  27. ^ "Penetapan Kursi Parpol dan Calon Anggota DPRD Provinsi Malut Terpilih". malut.kpu.go.id. Diakses tanggal 2019-10-14. [pranala nonaktif permanen]
  28. ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-19. Diakses tanggal 5 Desember 2018. 
  29. ^ Kusnandar, Viva Budy. "Mayoritas Penduduk Maluku Utara Beragama Islam". Katadata. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-09. Diakses tanggal 2021-12-07. 
  30. ^ Iem Brown (2009). The Territories of Indonesia. Routledge. hlm. 176. ISBN 978-185743-215-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-24. Diakses tanggal 2016-04-04. 
  31. ^ "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010" (PDF). demografi.bps.go.id. Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 23, 36–41. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-07-12. Diakses tanggal 18 Oktober 2021. 
  32. ^ Peta Bahasa. "Bahasa di Provinsi Maluku Utara". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-15. Diakses tanggal 24 Januari 2021. 
  33. ^ "Halmahera Rain Forests". World Wide Fund for Nature. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-25. Diakses tanggal 25 Mei 2016. 
  34. ^ ,Putri, Gloria Setyvani. Putri, Gloria Setyvani, ed. "Sembunyi Hampir 40 Tahun, Lebah Terbesar di Dunia Ditemukan di Maluku". Kompas.com. Kompas. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-02. Diakses tanggal 2020-04-06. 

Pranala luar sunting

Koordinat: 0°23′S 126°54′E / 0.383°S 126.900°E / -0.383; 126.900