Kepulauan Bangka Belitung

provinsi di Indonesia
(Dialihkan dari Bangka Belitung)

Koordinat: 2°10′S 106°59′E / 2.167°S 106.983°E / -2.167; 106.983

Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta ratusan pulau-pulau kecil, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 pulau dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, berbatasan dengan provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah.[6]

Kepulauan Bangka Belitung
Bangka Belitong[a]
Transkripsi bahasa daerah
 • Jawiكڤولاوان بڠک بليتوڠ
 • Hanzi邦加勿里洞省
 • Pinyinbāng jiā wù lǐ dòng shěng
Dari atas, kiri ke kanan: Masjid Jamik Pangkal Pinang, Fuk Tet Che Pangkalpinang, Pulau Lengkuas Belitung, Danau Kaolin, GPIB Maranatha Pangkalpinang, Pantai Tanjung Tinggi Belitung.
Bendera Kepulauan Bangka Belitung
Motto: 
Serumpun sebalai
(Melayu) Kekayaan alam dan pluralistik masyarakat menjadi bagian dari sebuah komunitas besar yang serumpun dan seperjuangan
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 27 Tahun 2000
Hari jadi
Ibu kotaKota Pangkalpinang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 6
  • Kota: 1
  • Kecamatan: 47
  • Kelurahan: 84
  • Desa: 309
Pemerintahan
 • GubernurSafrizal Z.A. (Pj.)
 • Wakil GubernurLowong
 • Sekretaris DaerahNaziarto
 • Ketua DPRDHerman Suhadi
Luas
 • Total16.424,23 km2 (6,341,43 sq mi)
 • Luas daratan16.424,14 km2 (6,341,40 sq mi)
 • Luas perairan65.301 km2 (25,213 sq mi)  79,99%
Populasi
 (31 Desember 2023)[3]
 • Total1.521.723
 • Kepadatan93/km2 (240/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 90,40% Islam
  • 4,10% Buddha
  • 1,97% Konghucu
  • 0,08% Hindu
  • 0,06% Kepercayaan[3]
 • BahasaBahasa Indonesia (resmi), Melayu (dominan),
Melayu Bangka
Melayu Belitung
Hakka, Hokkian, Mandarin, Jawa, Batak
 • IPMKenaikan 74,09 (2023)
tinggi[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
33xxx
Kode area telepon
Daftar
  • 0715 — Belinyu (Kabupaten Bangka)
  • 0716 — Muntok (Kabupaten Bangka Barat)
  • 0717 — Kota Pangkal Pinang — Sungailiat (Kabupaten Bangka)
  • 0718 — Koba (Kabupaten Bangka Tengah) — Toboali (Kabupaten Bangka Selatan)
  • 0719 — Manggar (Kabupaten Belitung Timur) — Tanjung Pandan (Kabupaten Belitung)
Kode ISO 3166ID - BB
Pelat kendaraanBN
Kode Kemendagri19
Kode BPS19
DAURp 1.052.377.716.000,- (2020)[5]
Lagu daerah-
Rumah adatRumah Rakit Limas
Senjata tradisionalSiwar
Flora resmiNagasari
Fauna resmiMentilin
Situs webbabelprov.go.id
  1. ^ Di lingkungan masyarakat setempat, Pulau Belitung disebut "Belitong".[1]

Ibu kota provinsi ini ialah Kota Pangkalpinang.[7] Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari 2001. Setelah dilantiknya Pj. Gubernur yakni H. Amur Muchasim, SH (mantan Sekjen Depdagri) yang menandai dimulainya aktivitas roda pemerintahan provinsi.

Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatra dan Pulau Bangka, sedangkan Selat Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Di bagian utara provinsi ini adalah laut provinsi Kepulauan Riau, bagian selatan adalah Laut Jawa dan Pulau Kalimantan di bagian timur yang dipisahkan dari Pulau Belitung oleh Selat Karimata.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari Sumatera Selatan, tetapi menjadi provinsi sendiri bersamaan dengan Banten dan Gorontalo pada tahun 2000. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tanggal 21 November 2000[8] yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung dan Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tanggal 23 Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan penambahan 4 kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan Belitung Timur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan pemekaran wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan.

Sejarah sunting

 
Peta wilayah administrasi provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau Bangka berganti-ganti menjadi daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Setelah kapitulasi dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan Inggris sebagai "Duke of Island". 20 Mei 1812 kekuasaan Inggris berakhir setelah konvensi London 13 Agustus 1824, terjadi peralihan kekuasaan daerah jajahan Kepulauan Bangka Belitung antara MH. Court (Inggris) dengan K. Hcyes (Belanda) di Muntok pada 10 Desember 1816.

Kekuasaan Belanda mendapat perlawanan Depati Barin dan putranya Depati Amir yang dikenal sebagai perang Depati Amir (1849–1851). Kekalahan perang Depati Amir menyebabkan Depati Amir diasingkan ke Desa Air Mata Kupang NTT. Atas dasar stbl. 565, tanggal 2 Desember 1933 pada tanggal 11 Maret 1933 dibentuk Resindetail Bangka Belitung Onderhoregenheden yang dipimpin seorang residen Bangka Belitung dengan 6 Onderafdehify yang dipimpin oleh Ast. Residen.

Di Pulau Bangka terdapat 5 Onderafdehify yang akhirnya menjadi 5 keresidenan sedang di Pulau Belitung terdapat 1 keresidenan. Di zaman Jepang, Keresidenan Bangka Belitung diperintah oleh pemerintahan Militer Jepang yang disebut Bangka Beliton Ginseibu. Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, oleh Belanda dibentuk Dewan Bangka Sementara pada 10 Desember 1946 (stbl.1946 No.38) yang selanjutnya resmi menjadi Dewan Bangka yang diketuai oleh Musarif Datuk Bandaharo Leo yang dilantik oleh Belanda pada 11 November 1947. Dewan Bangka merupakan Lembaga Pemerintahan Otonomi Tinggi.

Pada 23 Januari 1948 (stb1.1948 No.123), Dewan Bangka, Dewan Belitung dan Dewan Riau bergabung dalam Federasi Bangka Belitung dan Riau (FABERI) yang merupakan suatu bagian dalam Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku undang-undang Nomor 22 Tahun 1948. Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd. Isa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung dibubarkan.

Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R. Soemardja yang berkedudukan di Pangkal Pinang. Berdasarkan UUDS 1950 dan UU Nomor 22 Tahun 1948 dan UU Darurat Nomor 4 tanggal 16 November 1956 Keresidenan Bangka Belitung berada di Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Bangka dan dibentuk juga kota kecil Pangkalpinang. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1957, Pangkalpinang menjadi Kotapraja. Pada tanggal 13 Mei 1971, Presiden Soeharto meresmikan Sungai Liat sebagai ibu kota Kabupaten Bangka.

Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000 wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan Pejabat Gubernur pertama Drs Amur Muhasyim SH dan Ketua DPRD pertama H. Emron Pangkapi (Bang Emran). Selanjutnya sejak tanggal 27 Januari 2003 Provinsi Kepualauan Bangka Belitung mengalami pemekaran wilayah dengan menambah 4 Kabupaten baru yaitu Kabupaten Bangka Barat, Bangka Tengah, Belitung Timur dan Bangka Selatan.

Cuaca dan Iklim sunting

Tahun 2007 kelembaban udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berkisar antara 77,4 % sampai dengan 87,3 % dengan rata-rata perbulan mencapai 83,1 %, dengan curah hujan antara 58,3 mm sampai dengan 476,3 mm dan tekanan udara selama tahun 2007 sekitar 1.010,1 MBS. Rata-rata suhu udara selama tahun 2007 di provinsi ini mencapai 26,7 derajat C dengan rata-rata suhu udara maksimum 29,9 derajat C dan rata-rata suhu udara minimum 24,9 derajat C. Suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada Bulan Oktober dengan suhu udara 31,7 derajat C, sedangkan untuk suhu udara minimum terendah terjadi pada Bulan Februari dan Maret dengan suhu udara sebesar 23,2 derajat C.

Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima bulan terus menerus. Tahun 2007 bulan kering terjadi pada Bulan Agustus sampai dengan Oktober dengan hari hujan 11-15 hari per bulan. Untuk bulan basah hari hujan 16-27 hari per bulan, terjadi pada Bulan Januari sampai dengan Bulan Juli dan Bulan November sampai Bulan Desember.

Geografi sunting

Batas wilayah sunting

 
Perangko Republik Indonesia (2010).

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai batas wilayah:

Posisi geografis sunting

Posisi geografis provinsi ini adalah 1º50' – 3º10' LS dan 105º–108º BT.

Tipologi sunting

Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran tinggi, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk Gunung Maras mencapai 699 meter di Kecamatan Belinyu (P. Bangka), Gunung Tajam Kaki ketinggiannya kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut di Pulau Belitung. Sedangkan untuk daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing ketinggiannya mencapai kurang lebih 445 meter di Kecamatan Mentok dan Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter di atas permukaan laut di Kecamatan Pangkalan Baru.

Keadaan Tanah sunting

Keadaan tanah Kepulauan Bangka Belitung secara umum mempunyai PH atau reaksi tanah yang asam rata-rata dibawah 5, akan tetapi memiliki kandungan aluminium yang sangat tinggi. Di dalamnya mengandung banyak mineral biji timah dan bahan galian berupa pasir, pasir kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat dan lain-lain. Keadaan tanah terdiri dari:

  • Podsolik dan Litosol:

Warnanya coklat kekuning-kuningan berasal dari batu plutonik masam yang terdapat di daerah perbukitan dan pegunungan, kuarsa, batu granit, kaolin, tanah liat dan lain-lain.

  • Asosiasi Podsolik:

Warnanya coklat kekuning-kuningan dengan bahan induk kompleks batu pasir kwarsit dan batuan plutonik masam.

  • Asosiasi Aluvial, Hedromotif dan Clay Humus serta regosol: Berwarna kelabu muda, berasal dari endapan pasir dan tanah liat.

Hidrologi sunting

Daerah Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan pulau-pulau kecil. Secara keseluruhan daratan dan perairan Bangka Belitung merupakan satu kesatuan dari bagian dataran Sunda, sehingga perairannya merupakan bagian Dangkalan Sunda (Sunda Shelf) dengan kedalaman laut tidak lebih dari 30 meter.

Sebagai daerah perairan, Kepulauan Bangka Belitung mempunyai dua jenis perairan, yaitu perairan terbuka dan perairan semi tertutup. Perairan terbuka yang terdapat di sekitar pulau Bangka terletak di sebelah utara, timur dan selatan pulau Bangka. Sedangkan perairan semi tertutup terdapat di selat Bangka dan teluk Kelabat di Bangka Utara. Sementara itu perairan di pulau Belitung umumnya bersifat perairan terbuka.

Di samping sebagai daerah perairan laut, daerah Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai banyak sungai seperti: sungai Baturusa, sungai Buluh, sungai Kotawaringin, sungai Kampa, sungai Layang, sungai Manise dan sungai Kurau.

Flora sunting

Di Kepulauan Bangka Belitung tumbuh bermacam-macam jenis kayu berkualitas yang diperdagangkan ke luar daerah seperti: Kayu Pelawan, Kayu Meranti, Ramin, Mambalong, Mandaru, Bulin dan Kerengas. Tanaman hutan lainnya adalah: Keramunting, buk-buk, Mate Ayem, Kapuk, Jelutung, Pulai, Gelam, Meranti rawa, Mentagor, Mahang, Bakau dan lain-lain. Hasil hutan lainnya merupakan hasil ikutan terutama madu alam dan rotan. Madu Kepulauan Bangka Belitung terkenal dengan madu pahit.

Fauna sunting

Fauna di Kepulauan Bangka Belitung lebih memiliki kesamaan dengan fauna di Kepulauan Riau dan semenanjung Malaysia daripada dengan daerah Sumatra. Beberapa jenis hewan yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka Belitung antara lain: Mentilin, Rusa, Beruk, Monyet, Lutung, Babi Hutan, Trenggiling, Musang, Burung Keruak, Elang, Ayam Hutan, Pelanduk Kancil, berjenis-jenis Ular dan Biawak.

Pulau sunting

Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari sekitar 470 pulau dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Pulau-pulau tersebut antara lain 2 pulau utama yakni Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Pulau kecil lainnya adalah Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Nanas, Pulau Mendanau, Pulau Selat Nasik, Pulau Gersik, Pulau Bakau, Pulau Aur, Pulau Kalangbau, Pulau Kelemar, Pulau Kuil, Pulau Lengkuas dan lainnya.

Pemerintahan sunting

Gubernur sunting

No. Potret Gubernur Mulai menjabat Akhir menjabat Wakil Gubernur
(-)   Safrizal Z.A.
(Penjabat)
13 November 2023 Petahana Lowong

Dewan Perwakilan sunting

DPRD Bangka Belitung beranggotakan 45 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Bangka Belitung terdiri dari 1 Ketua dan 3 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Bangka Belitung yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 24 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Bangka Belitung, Kornel Sianturi, di Gedung DPRD Provinsi Bangka Belitung.[9][10] Komposisi anggota DPRD Bangka Belitung periode 2019-2024 terdiri dari 9 partai politik dimana PDI Perjuangan adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 10 kursi, kemudian disusul oleh Partai Golkar yang meraih 7 kursi serta Partai Gerindra dan Partai Persatuan Pembangunan yang masing-masing meraih 6 kursi.Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Bangka Belitung dalam dua periode terakhir.[11][12]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 2   0
Gerindra 5   6
PDI-P 11   10
Golkar 7   7
NasDem 1   5
PKS 4   4
PPP 6   6
PAN 3   1
Hanura 2   0
Demokrat 3   5
PBB 1   1
Jumlah Anggota 45   45
Jumlah Partai 11   9


Daftar kabupaten dan kota sunting

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km²)[13] Jumlah penduduk (2022)[13] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
 
Peta lokasi
1 Kabupaten Bangka Sungai Liat M. Haris AR (Pj.) 3.016,85 324.232 8 19/62
 
 
2 Kabupaten Bangka Barat Muntok Sukirman 2.851,41 206.937 6 6/60
 
 
3 Kabupaten Bangka Selatan Toboali Riza Herdavid 3.598,24 201.948 8 3/50
 
 
4 Kabupaten Bangka Tengah Koba Algafry Rahman 2.259,98 200.110 6 7/56
 
 
5 Kabupaten Belitung Tanjung Pandan Sahani Saleh 2.270,71 183.353 5 7/42
 
 
6 Kabupaten Belitung Timur Manggar Burhanudin 2.588,40 127.899 7 -/39
 
 
7 Kota Pangkalpinang - Maulan Aklil 104,54 227.948 7 42/-
 
 

Demografi sunting

 
Dua perempuan Toboali, Bangka Selatan sedang melukis Tudung Saji

Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2010 (SP2010) sebesar 1.223.296 jiwa menunjukkan peningkatan 36,06 persen dari tahun 2000, dengan jumlah penduduk sebesar 899.095 jiwa (hasil Sensus Penduduk 2000). Penduduk Bangka Belitung disebut orang Melayu Bangka-Belitung[14]

Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2010 sebanyak 635.094 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 588.202 jiwa. Rasio jenis kelamin tahun yang sama sebesar 108, artinya pada tahun 2010 untuk setiap 208 penduduk di Kepulauan Bangka Belitung terdapat 100 penduduk perempuan dan 108 penduduk laki-laki. Tingkat pertumbuhan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010 sebesar 2,83 persen, jika ditinjau menurut kabupaten/kota untuk periode tahun 2010, tingkat pertumbuhan tertinggi terdapat di Kabupaten Bangka Tengah3,43 persen, diikuti Kota Pangkalpinang 3,06 persen dan Kabupaten Bangka 2,79 persen. Jumlah rumahtangga di Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010 sebanyak 311.145 rumahtangga dan kabupaten yang memiliki jumlah rumahtangga terbesar adalah Kabupaten Bangka sebesar 70.468 rumahtangga dan yang memiliki jumlah rumahtangga terendah adalah Belitung Timur sebesar 27.941 rumahtangga.

Adapun tingkat kepadatan penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 74 orang per km2, apabila dilihat menurut kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang memiliki tingkat kepadatan tertinggi yaitu sebesar 1.471 orang per km2 dan Kabupaten Belitung Timur memiliki tingkat kepadatan terendah yaitu 42 orang per km2.

Bahasa sunting

Bahasa-bahasa daerah yang dipertuturkan di Kepulauan Bangka Belitung, antara lain bahasa Kayu Agung dan bahasa Melayu. Bahasa Kayu Agung memiliki sebaran di Desa Kimak dan Desa Sarang Mandi. Kedua desa tersebut memiliki dialek bahasa Kayu Agung masing-masing, yaitu dialek Kimak dan dialek Sarang Mandi. Bahasa Melayu, yang dituturkan di Kepulauan Bangka Belitung, memiliki lima dialek, yaitu dialek Ranggi Asam di Desa Ranggi Asam, dialek Tua Tunu di Kelurahan Tua Tunu, dialek Jeriji di Desa Jeriji, dialek Tempilang di Desa Tempilang, dan dialek Mayang di Kecamatan Kelapa Kempit.[15]

Suku sunting

 
Perangko 1500 tahun 2005, dengan latar belakang orang Bangka Belitung

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku bangsa yang terdapat di Kepulauan Bangka Belitung sangat beragam dari 1.219.398 jiwa penduduk, yakni suku asal Sumatra khususnya Bangka Belitung, termasuk suku Sekak, Sakai, Suku Ameng Sawang, Suku Bangsa Lom,[16] dan lainnya sebanyak 841.771 jiwa (69,03%).

Kemudian suku Jawa 101.655 jiwa (8,34%), Tionghoa 99.624 jiwa (8,17%), asal Sumatera Selatan 47.956 jiwa (3,93%), Bugis 33.582 jiwa (2,75%), Sunda 18.958 jiwa (1,55%), Melayu 18.585 (1,52%), Madura 15.429 jiwa (1,27%), Batak 9.452 jiwa (0,78%), Minangkabau 4.232 jiwa (0,35%) dan suku lainnya 2,31%.[17] Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, suku dari Sumatra lainnya, tidak termasuk suku Melayu, sehingga Melayu dihitung terpisah dari suku Sumatra yang ada di Bangka Belitung.

Agama sunting

 
Klenteng Guangfu dan Masjid Jami di Muntok, Bangka Barat.

Penduduk Kepulauan Bangka Belitung merupakan masyarakat yang beragama dan menjunjung tinggi kerukunan beragama. Tempat peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 730 masjid, 454 musala, 115 langgar, 87 gereja protestan, 30 gereja katolik, 48 vihara dan 11 centiya. Pada pemberangkatan haji tahun 2007 jumlah jemaah haji yang terdaftar dan diberangkatkan ke tanah suci sebanyak 1.012 jemaah.

Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2023, persentase agama penduduk provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Islam 90,40%, kemudian Budha 4,10%, Kristen sebanyak 3,39% (Protestan 2,11% dan Katolik 1,28%), Konghucu 1,97%, Hindu 0,08% dan Kepercayaan 0,06%.[3]

Ketenagakerjaan sunting

Jumlah penduduk Kepulauan Bangka Belitung usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk Penduduk Usia Kerja (PUK) pada tahun 2007 sebanyak 766.428 jiwa atau 69,25 persen dari total penduduk. Sebesar 66,28 persen dari PUK termasuk dalam penduduk angkatan kerja (bekerja dan/atau mencari kerja) dan sisanya 33.72 persen adalah penduduk bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumahtangga dan lainnya).

Tingkat partisipasi angkatan kerja Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 sebesar 66,28 persen artinya sebesar 66 persen penduduk usia kerja aktif secara ekonomi. Adapun tingkat pengangguran terbuka untuk Kepulauan Bangka Belitung tahun yang sama sebesar 6,49 persen, artinya dari 100 penduduk yang termasuk angkatan kerja, secara rata-rata 5-6 orang di antaranya pencari kerja. Penduduk usia kerja yang bekerja apabila dilihat dari sektor lapangan pekerjaan tampak bahwa sebesar 34,4 persen penduduk usia kerja yang bekerja terserap di sektor pertanian, 20,9 persen terserap sektor pertambangan dan sektor perdagangan menyerap 18,7 persen.[butuh rujukan]

Pendidikan sunting

Perguruan Tinggi sunting

Sejarah perguruan tinggi di Bangka Belitung diawali oleh Universitas Sriwijaya Cabang Bangka pada tahun 1970-an. Namun sesuai dengan peraturan yang tidak memperbolehkan perguruan tinggi negeri yang membuka cabang, maka pada awal tahun 1980-an Universitas Sriwijaya Cabang ditutup.

Kalangan pendidik di Pulau Bangka yang peduli akan pentingnya pendidikan tinggi kemudian memprakarsai hadirnya perguruan tinggi di Bangka dengan membentuk Yayasan Perguruan Tinggi Bangka (Yapertiba) yang kemudian pada tahun 1982 mendirikan STIH Pertiba dengan jurusan Ilmu Hukum dan STIE Pertiba dengan jurusan Manajemen yang berada di Kota Pangkalpinang. Selanjutnya Universitas Terbuka hadir di Pulau Bangka pada tahun 1984. Yapertiba juga mendirikan STAI Bangka yang berada di Kota Sungailiat.

Politehnik Manufaktur Timah pada tahun 1994 yang terletak di Kota Sungailiat yang memiliki 3 jurusan. Pada tahun 1990-an Pemkot Pangkalpinang turut andil mendirikan Akademi Keperawatan guna mencetak tenaga kesehatan yang andal sesuai kebutuhan daerah yang berlokasi di RSUD Pangkalpinang. Yapertiba pada tahun 1999 mendirikan STIPER Bangka yang berlokasi di Kota Sungailiat pada tahun 1999, selanjutnya STIPER Bangka pada tahun 2006 melebur menjadi bagian dari Universitas Bangka Belitung. Pada tahun 1999 juga berdiri Akademi Akuntansi Bakti yang didirikan oleh Yayasan Pendidikan Bakti.

Di Pulau Belitung sejumlah pemerhati pendidikan pada tahun 1999 mendirikan Akademi Manajemen Belitung. STIE IBEK Babel turut hadir meramaikan dunia pendidikan tinggi di Bangka yang berdiri pada tahun 2000 berlokasi di Kota Pangkalpinang dengan jurusan Akuntansi dan Manajemen. Tahun 2001 AMIK Atma Luhur berdiri di Kota Pangkalpinang dengan kekhususan pada keahlian informatika, memiliki 2 jurusan yakni Manajemen Informatika dan Komputer Akuntansi. Pada tahun yang sama STIKES Abdi Nusa juga hadir di Pangkalpinang dengan jurusan Kesehatan Masyarakat. Pada tahun 2003 Stisipol Pahlawan 12 dan STT Pahlawan 12 didirikan di Kota Sungailiat.

Departemene Agama pada tahun 2005 mendirikan STAIN Syekh Abdurrahman Sidik yang berlokasi di Kecamatan Mendo Barat. Pada tahun 2006 berdirilah Universitas pertama di Bangka Belitung yakni Universitas Bangka Belitung (UBB) yang merupakan cikal bakal berdirinya universitas negeri di Bangka Belitung. UBB merupakan penggabungan 3 perguruan tinggi yaitu Polman Timah, STIPER Bangka dan STT Pahlawan 12. Pada bulan Februari 2009 UBB resmi menjadi universitas negeri dengan ditandatanganinya MoU penyerahan semua aset UBB dari Yayasan Cendikia Bangka kepada Dirjen Dikti Depdiknas.[butuh rujukan]

Pendidikan Dasar dan Menengah sunting

Pada tahun ajaran 2007/2008 rasio murid TK terhadap sekolah di provinsi ini sebesar 67, berarti rata-rata setiap sekolah TK yang terdapat di Kepulauan Bangka Belitung kurang lebih memiliki 67 murid. Rasio murid sekolah di SD sebesar 180.

Sedangkan untuk Madrasah Ibtidaiyah rasio murid sekolah sebesar 129. Rasio murid sekolah pada jenjang SLTP pada tahun ajaran 2006/2007 sebesar 231 artinya rata-rata sekolah SLTP negeri menampung kurang lebih 231 murid.

Untuk Madrasah Tsanawiyah, rasio murid sekolah sebesar 137. Pada jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU) di Kepulauan Bangka Belitung rasio murid sekolah sebesar 300. Adapun SMK memiliki rasio murid sekolah sebesar 297. Sedangkan untuk Madrasah Aliyah (MA), rasio murid sekolah MA sebesar 113.

Perekonomian sunting

Produk Domestik Regional Bruto sunting

Pada tahun 2007, PDRB atas dasar harga berlaku di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan migas sebesar 17.895.017 juta rupiah, sedangkan PDRB tanpa migas sebesar 17.369.399 juta. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2006 PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas adalah 15.920.529 juta rupiah dan PDRB tanpa migas sebesar 15.299.647 juta rupiah. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan 2000 baik dengan migas maupun tanpa migas pada tahun 2007 menunjukkan peningkatan.

Pertumbuhan Ekonomi sunting

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2007 semakin membaik dibandingkan tahun 2006. Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2000, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2007 dengan migas adalah sekitar 4,54 persen dan pertumbuhan ekonomi tanpa migas adalah sekitar 5,37 persen. Nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2006 dengan migas adalah 9.053.906 juta rupiah, pada tahun 2007 meningkat menjadi 9.645.062 juta rupiah, sementara tanpa migasnya menjadi 9.257.539 juta rupiah.

Struktur Perekonomian sunting

Perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2007 ditopang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor primer ini mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing sebesar 18,67 persen dan 20,40 persen.

Sedangkan pada sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan memberikan kontribusi yang cukup besar pada PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu sebesar 22,51 persen dan untuk sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,65 persen dan 5,87 persen. Untuk sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa mempunyai kontribusi sebesar 34,81 persen.

Dilihat dari sisi penggunaan PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk memenuhi konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2007 besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 9.015.057 juta rupiah atau sekitar 50,38 persen dari total PDRB. Selain itu kegiatan perdagangan luar negeri juga mempunyai kontribusi yang cukup besar, untuk ekspor senilai 8.741.217 juta rupiah atau 48,84 persen dan untuk impor senilai 5.284.414 juta rupiah atau 29.53 persen dari total PDRB.

Ekspor impor sunting

Neraca perdagangan yang meliputi kegiatan ekspor dan impor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2007 terjadi peningkatan nilai surplus dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai ekspor pada tahun 2007 mencapai 1.254,43 juta dollar AS, atau naik 17,38 persen dibanding tahun sebelumnya. Sementara itu nilai impor menurun dari 25,09 juta dollar AS pada tahun 2006 menjadi 21,58 juta dollar AS pada tahun 2007 atau turun sebesar 16,27 persen. Besarnya surplus neraca perdagangan tahun 2007 sebesar 1.232,85 juta dollar AS. Dengan demikian nilai surplus tahun 2007 naik sebesar 18,13 persen .

Industri sunting

Pada tahun 2007 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didominasi oleh kelompok industri kimia dan bahan bangunan secara kuantitas, yaitu sebanyak 1187 unit usaha yang tersebar di seluruh kabupaten/kota, terbanyak di kabupaten Bangka Tengah dengan 339 unit usaha. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri mencapai 19.462 orang dimana 7.375 merupakan penyerapan tenaga kerja terbesar berada di kelompok industri logam mesin dan elektronika.

Industri kerajinan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan industri yang mengolah hasil agro industri, perikanan, perkebunan dan hasil laut. Industri kerajinan yang diusahakan penduduk adalah kerajinan tangan berupa industri pewter dari timah, gelang/cincin/tongkat dari akar bahar, anyaman kopiah/peci resam dan sebagainya. Sedangkan industri kerajinan yang berupa makanan/penganan berupa terasi, rusip, getas/kerupuk, siput gonggong dan lain-lain.

Tempat wisata sunting

Selain objek wisata pantai terdapat juga objek wisata lainnya antara lain:

  • Pesanggrahan Bung Karno Bukit Menumbing
  • Menumbing Heritage Hotel[18]
  • Wisma Ranggam Mentok
  • Rumah Mayor Mentok
  • Masjid Jami' di Mentok
  • Tangga Seribu Mentok
  • Museum Timah Pangkalpinang
  • Masjid Jami' Pangkalpinang
  • Perkampungan Tionghoa Tradisional Simpang Gedong
  • Taman Pha Kak Liang di Belinyu
  • Peninggalan Kerajaan Kuto Panji (Bong Khiung Fu) Belinyu
  • Kolam Pemandian Air Panas di Pemali
  • Vihara Dewi Kuan Im di Sungailiat
  • Lokasi Film Laskar Pelangi di Gantung
  • Vihara Budhayana Dewi Kwam In Damar
  • Bendungan Pice Gantung
  • A1 Bukit Samak Manggar
  • Museum Buding
  • Situs Raja Balok di Desa Balok Kecamatan Dendang
  • Perigi Belande Buding
  • Makam Akik Ning di Desa Balunijuk, Kabupaten Bangka
  • Makam Atok Banjar atau Kyai Haji Habib Mansyur di Desa Petaling

Budaya dan seni sunting

Rumah adat sunting

Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir Sumatra dan Malaka. Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar pemukiman. Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur yang berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah.

Berkaitan dengan tiang, masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang. Bangunan didirikan di atas 9 buah tiang, dengan tiang utama berada di tengah dan didirikan pertama kali. Atap ditutup dengan daun rumbia. Dindingnya biasanya dibuat dari pelepah/kulit kayu atau buluh (bambu). Rumah Melayu Bubung Panjang biasanya karena ada penambahan bangunan di sisi bangunan yang ada sebelumnya, sedangkan Bubung Limas karena pengaruh dari Palembang. Sebagian dari atap sisi bangunan dengan arsitektur ini terpancung. Selain pengaruh arsitektur Melayu ditemukan pula pengaruh arsitektur non-Melayu seperti terlihat dari bentuk Rumah Panjang yang pada umumnya didiami oleh warga keturunan Tionghoa. Pengaruh non-Melayu lain datang dari arsitektur kolonial, terutama tampak pada tangga batu dengan bentuk lengkung.

Kain tradisional sunting

Senjata tradisional sunting

  • Parang bangka bentuknya seperti layar kapal. Alat ini digunakan terutama untuk perkelahian jarak pendek. Senjata ini mirip dengan golok di Jawa, namun ujung parang ini dibuat lebar dan berat guna meningkatkan bobot supaya sasaran dapat terpotong dengan cepat. Parang yang berdiameter sedang atau sekitar 40 cm juga dapat digunakan untuk menebang pohon karena bobot ujungnya yang lebih besar dan lebih berat.
  • Kedik adalah alat tradisional yang digunakan sebagai alat pertanian. Alat ini digunakan di perkebunan terutama di kebun lada. Dalam menggunakannya si pemakai harus berjongkok dan bergerak mundur atau menyamping. Alat ini digunakan dengan cara diletakkan pada tanah dan ditarik ke belakang. Alat ini efektif untuk membersihkan rumput pengganggu tanaman lada. Kedik biasanya digunakan oleh kaum wanita karena alatnya kecil dan relatif lebih ringan. Kedik hanya dapat digunakan untuk rumput jenis yang kecil atau rumput yang tumbuh dengan akar yang dangkal, bukan ilalang.
  • Siwar Panjang

Alat musik dan tarian tradisional sunting

Masakan/makanan tradisional sunting

  • Lempah kuning adalah masakan khas dari Pulau Bangka. Bahan dasar makanan ini adalah ikan laut dan dapat juga memakai daging, yang kemudian diberi bermacam bumbu dapur seperti kunyit, bawang merah dan putih serta lebngkuas dan terasi atau belacan yang khas dari daerah Bangka.
  • Song Sui adalah merupakan kuliner khas bangka belitung yang dimasak dengan menggunakan daging Babi beserta jeroan babi dicampuri dengan ANG CIU / Arak Anggur Merah.
  • Getas atau Keretek adalah makanan yang berbahan dasar ikan dan terigu yang buat dengan berbagi bentuk yang rasanya hampir sama dengan kerupuk.
  • Kritcu adalah makanan yang terbuat dari bahan utama telor cumi dan sagu serta di tambah penyedap rasa dengan bentuk kecil dan panjang.
  • Kemplang belacan adalah makanan yang terbuat dari ikan dan sagu

yang dibuat dengan bentuk bulat lebar dan dimakan dengan menggunakan sambal belacan/terasi.

  • Rusip adalah makanan yang terbuat dari bahan dasar ikan bilis yang dicuci bersih dan diriskan secara steril, kemudian dicampur dengan garam yang komposisinya seimbang. Di samping itu ditambahkan juga air gula kabung agar aroma lebih terasa, kemudian disimpan sampai menjadi matang tanpa proses pemanasan. Adonan ini harus ditutup dengan wadah yang rapat agar tidak tercampur dengan benda asing apapun. Dahulu biasanya proses adonan ini ditempatkan dalam guci yang bermulut sempit. Suhu ruangan harus dijaga. Makanan ini dapat dimasak dulu atau dimakan langsung dengan lalapan.
  • Calok. Terbuat dari udang kecil segar yang disebut dengan udang cencalo/rebon. Udang dicuci bersih dan dicampur dengan garam sebagai pengawet agar tahan lebih lama. sangat cocok untuk teman lauk nasi hangat dengan lalapan ketimun, tomat dan sayuran segar lainnya. Calok juga enak sebagai campuran omelete telur, rasanya akan lebih gurih dan nikmat.
  • Teritip. Tetirip adalah sejenis tiram kecil yang biasanya hidup di tepi pantai dan melekat pada bebatuan. dagingnya sangat kecil tetapi memiliki rasa da tekstur seperti tiram pada umumnya. biasanya dimakan segar atau di asinkan dengan garam jika ingin disimpan.Teritip sangat nikmat jika ditambahkan dengan cabe merah dan jeruk kunci (sejenis jeruk asam khas bangka).

Masyarakat keturunan Tionghoa dari daerah ini terkenal karena masakannya serta kue-kue basahnya. Mie Bangka, Martabak Bangka atau Hok Lopan atau Van De Cock, Ca Kwe dan berbagai jenis makanan lainnya sering kali dijual oleh kelompok masyarakat ini yang merantau ke kota-kota besar di luar provinsi ini.

Referensi sunting

  1. ^ Khoiri (2010-12-13). Yudono, Jodhi, ed. "Laskar yang Mengubah Belitong". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2021-12-27. 
  2. ^ "Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2000" (PDF). dpr.go.id. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-03-27. Diakses tanggal 9 Maret 2020. 
  3. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2024. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.babel.bps.go.id. Diakses tanggal 30 Desember 2023. 
  5. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 1 April 2021. 
  6. ^ "Warning! Pemain Timah Pemegang IUP OP Terdaftar Ataupun Tidak Juga Para Kelompok Kegiatan Penambangan Tanpa Izin". 2022-09-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-30. Diakses tanggal 2022-09-10. 
  7. ^ "Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2023" (pdf). hlm. 8, 56. Diakses tanggal 20 Maret 2023. 
  8. ^ "Pj Gubernur Ridwan Djamaluddin: Galang Kekuatan Kepulauan Bangka Belitung". 2022-11-22. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-11-22. Diakses tanggal 2022-11-22. 
  9. ^ "45 Anggota DPRD Bangka Belitung Resmi Dilantik". wowbabel.com. 24-09-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-06. Diakses tanggal 21-10-2019. 
  10. ^ Sakti, Ardhina Trisila (25-09-2019). "DPRD Bangka Belitung Periode 2019-2024 Resmi Bertugas". Tribunnews.com. Diakses tanggal 21-10-2019. 
  11. ^ "KPU Babel Tetapkan 45 Anggota DPRD Babel Terpilih". kumparan.com. 13-08-2019. Diakses tanggal 21-10-2019. 
  12. ^ "SK KPU Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 40 Tahun 2019 tentang Penetapan Perolehan Kursi Partai Politik di DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Pemilu 2019" (PDF). kpu-babelprov.go.id. 12-08-2019. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-10-21. Diakses tanggal 21-10-2019. 
  13. ^ a b "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  14. ^ (Inggris) A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880–1942, KITLV Press, 1999, ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280
  15. ^ Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Peta Bahasa di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung". Bahasa dan Peta Bahasa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-30. Diakses tanggal 2021-02-10.  line feed character di |title= pada posisi 5 (bantuan)
  16. ^ "Kampung Adat Gebong Memarong: Melestarikan Simbol Tradisi Budaya Lokal Orang Lum Pulau Bangka". 2022-09-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-21. Diakses tanggal 2022-09-10. 
  17. ^ "Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). www.bps.go.id. hlm. 36–41. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-08. Diakses tanggal 9 September 2021. 
  18. ^ "Menumbing Heritage – Historical Colonial Escape". menumbingheritage.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-06. Diakses tanggal 2017-02-27. 

Pranala luar sunting