Halaman ini tidak dapat disunting oleh pengguna anonim atau pengguna yang baru bergabung untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Pengguna yang telah memiliki akun dianjurkan untuk masuk log terlebih dahulu, sedangkan yang belum memiliki akun dianjurkan untuk mendaftar dan berinteraksi di artikel-artikel lainnya terlebih dulu atau ber-eksperimen lewat bak pasir. |
Artikel ini membutuhkan lebih banyak catatan kaki untuk pemastian. Bantulah memperbaiki artikel ini dengan menambahkan catatan kaki dari sumber yang terpercaya. Tulisan yang tidak dapat diverifikasi akan dipertanyakan serta dapat disembunyikan ataupun dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus. |
Kota Banda Aceh (Jawoë: كوتا بندر اچيه) adalah salah satu kota yang berada di Aceh dan menjadi ibukota Provinsi Aceh, Indonesia. Sebagai pusat pemerintahan, Banda Aceh menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kota Banda Aceh juga merupakan kota Islam yang paling tua di Asia Tenggara, di mana Kota Banda Aceh merupakan ibu kota dari Kesultanan Aceh.
![]() Lambang Kota Banda Aceh كوتا بندر اچيه
| |
Masjid Raya Baiturrahman | |
![]() Peta lokasi Kota Banda Aceh كوتا بندر اچيه di Aceh Koordinat: 5°33′N 95°19′E / 5.550°N 95.317°E | |
Provinsi | Aceh |
Dasar hukum | PP RI No.5 Tahun 1983 PP RI No.35 tahun 1979 UU RI No.8/drt Tahun 1959 UU RI No.24 Tahun 1956 |
Tanggal peresmian | 14 Februari 1983 11 Oktober 1979 14 November 1956 7 Desember 1956 |
Pemerintahan | |
-Wali Kota | Aminullah Usman |
-Wakil Wali Kota | Zainal Arifin |
APBD | |
-APBD | Rp. 1.210.549.597.835,-[1] |
-PAD | Rp. 294.413.666.761,- |
-DAU | Rp. 591.711.772.000,-(2018)[1] |
Luas | 61,36 km²[2] |
Populasi | |
-Total | 238.814 jiwa (2017)[2] |
-Kepadatan | 3.892 jiwa/km²(2017) |
Demografi | |
-Agama | Islam 97.09% Kristen 0.70% Katolik 0.19% Buddha 1.13% Hindu 0.02% |
-IPM | 83,73 (2016)[3] |
-Zona waktu | UTC+07:00 WIB |
-Kodepos | 23111-23249 |
-Kode area telepon | (+62)651 |
-Bandar udara | Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda |
Pembagian administratif | |
-Kecamatan | 9[2] |
-Desa | 90[2] |
Simbol khas daerah | |
Situs web | http://www.bandaacehkota.go.id |
Daftar isi
Sejarah
Banda Aceh sebagai ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam berdiri pada abad ke-14. Kesultanan Aceh Darussalam dibangun di atas puing-puing kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang pernah ada sebelumnya, seperti Kerajaan Indra Purba, Kerajaan Indra Purwa, Kerajaan Indra Patra, dan Kerajaan Indrapura (Indrapuri). Dari batu nisan Sultan Firman Syah, salah seorang sultan yang pernah memerintah Kesultanan Aceh, didapat keterangan bahwa Kesultanan Aceh beribukota di Kutaraja (Banda Aceh). (H. Mohammad Said a, 1981:157).
Kemunculan Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh tidak lepas dari eksistensi Kerajaan Islam Lamuri. Pada akhir abad ke-15, dengan terjalinnya suatu hubungan baik dengan kerajaan tetangganya, maka pusat singgasana Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Meukuta Alam.[4] Lokasi istana Meukuta Alam berada di wilayah Banda Aceh.
Sultan Ali Mughayat Syah memerintah Kesultanan Aceh Darussalam yang beribukota di Banda Aceh, hanya selama 10 tahun. Menurut prasasti yang ditemukan dari batu nisan Sultan Ali Mughayat Syah, pemimpin pertama Kesultanan Aceh Darussalam ini meninggal dunia pada 12 Dzulhijah Tahun 936 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 7 Agustus 1530 Masehi. Kendati masa pemerintahan Sultan Mughayat Syah relatif singkat, namun ia berhasil membangun Banda Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara. Pada masa ini, Banda Aceh telah berevolusi menjadi salah satu kota pusat pertahanan yang ikut mengamankan jalur perdagangan maritim dan lalu lintas jemaah haji dari perompakan yang dilakukan armada Portugis.
Pada masa Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh tumbuh kembali sebagai pusat perdagangan maritim, khususnya untuk komoditas lada yang saat itu sangat tinggi permintaannya dari Eropa. Iskandar Muda menjadikan Banda Aceh sebagai taman dunia, yang dimulai dari komplek istana. Komplek istana Kesultanan Aceh juga dinamai Darud Dunya (Taman Dunia).
Pada masa agresi Belanda yang kedua, terjadi evakuasi besar-besaran pasukan Aceh keluar dari Banda Aceh yang kemudian dirayakan oleh Van Swieten dengan memproklamasikan jatuhnya kesultanan Aceh dan mengubah nama Banda Aceh menjadi Kuta Raja. Setelah masuk dalam pangkuan Pemerintah Republik Indonesia baru sejak 28 Desember 1962 nama kota ini kembali diganti menjadi Banda Aceh berdasarkan Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah bertanggal 9 Mei 1963 No. Des 52/1/43-43
Pada tanggal 26 Desember 2004, kota ini dilanda gelombang pasang tsunami yang diakibatkan oleh gempa 9,2 Skala Richter di Samudera Indonesia. Bencana ini menelan ratusan ribu jiwa penduduk dan menghancurkan lebih dari 60% bangunan kota ini. Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan Pemerintah Kota Banda Aceh, jumlah penduduk Kota Banda Aceh hingga akhir Mei 2012 adalah sebesar 248.727 jiwa.
Geografi
Letak astronomis Banda Aceh adalah 05°16'15"–05°36'16" Lintang Utara dan 95°16'15"–95°22'35" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut.
Batas Wilayah
Kota Banda Aceh berbatas dengan;
Utara | Selat Malaka |
Selatan | Kabupaten Aceh Besar |
Barat | Samudera Hindia |
Timur | Kabupaten Aceh Besar |
Geologi
Berdasarkan peta geologi lembar Banda Aceh, Sumatera (Bennet et al, 1981), wilayah Kota Banda Aceh umumnya tersusun oleh endapan kuarter yang terdiri dari endapan pematang pantai, endapan rawa, dan endapan aluvial berumur Pleistosen dan Holosen. Berdasarkan data pemboran, lapisan endapan aluvial dekat dengan pantai dapat mencapai ketebalan 206 meter di bawah permukaan tanah di daerah Cot Paya di sebelah Timur Sungai Krueng Aceh. Sementara itu, beberapa puluh kilometer ke arah hulu di daerah Lambaro, endapan aluvium mempunyai ketebalan minimum 70 meter dengan proporsi 20% pasir dan 80% lempung pasiran hingga pasir lempungan (Ploethner dan Siemon, 2006).[5]
Iklim
Data iklim Banda Aceh | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata harian °C (°F) | 27.01 (80.62) |
26.88 (80.38) |
27.02 (80.64) |
27.30 (81.14) |
27.89 (82.2) |
27.99 (82.38) |
27.76 (81.97) |
27.76 (81.97) |
27.12 (80.82) |
26.72 (80.1) |
26.54 (79.77) |
26.86 (80.35) |
27.238 (81.028) |
Presipitasi mm (inci) | 256 (10.08) |
114 (4.49) |
117 (4.61) |
139 (5.47) |
143 (5.63) |
84 (3.31) |
95 (3.74) |
90 (3.54) |
161 (6.34) |
200 (7.87) |
225 (8.86) |
321 (12.64) |
1.945 (76,57) |
Rata-rata hari hujan | 8.5 | 5.9 | 7.8 | 8.8 | 12.4 | 10.3 | 9.2 | 10.6 | 12.5 | 15.5 | 14.3 | 12.7 | 128.5 |
Sumber: [6] |
Pemerintahan
Daftar Walikota
No. | Foto | Nama | Menjabat sejak | Menjabat hingga | Periode | Ket. | Wakil Wali Kota |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Teuku Ali Basyah | |||||||
Teuku Oesman Yacoub | |||||||
T. Mohd. Syah | |||||||
T. Ibrahim | |||||||
Teuku Oesman Yacoub | |||||||
Drs. Zein Hasjmy Ec |
|||||||
Drs. Djakfar Ahmad M.A |
|||||||
Drs. Baharuddin Yahya |
|||||||
Drs. Said Hussain Al-Haj |
|||||||
Drs. Muhammad Y |
|||||||
Drs. Zulkarnain |
|||||||
Drs. H. Syarifuddin Latief |
|||||||
Ir. Mawardy Nurdin M.Eng, Sc |
|||||||
Drs. Razali Yussuf |
|||||||
Ir. Mawardy Nurdin M.Eng, Sc |
|||||||
Drs. T. Saifuddin TA M.Si |
|||||||
Ir. Mawardy Nurdin M.Eng, Sc |
|||||||
Hj. Illiza Sa'aduddin Djamal S.E |
|||||||
(2015–) | |||||||
Aminullah Usman |
- Keterangan
- ^ Bernama Wali Kota Kuta Raja
- ^ Pada 1962, berubah nama menjadi Wali Kota Banda Aceh
- ^ Pelaksana Tugas Walikotamadya
- ^ Pejabat Wali kota
- ^ Meninggal dunia akibat Tsunami Aceh
- ^ Pejabat Wali kota
- ^ Pejabat Wali kota
- ^ Pejabat Wali kota
- ^ Meninggal dunia sebelum akhir masa jabatan
- ^ Pelaksana Harian Wali Kota
Dewan Perwakilan
Kecamatan
Kota Banda Aceh terdiri dari 9 kecamatan, 17 mukim, 70 desa dan 20 kelurahan. Semula hanya ada 4 kecamatan di Kota Banda Aceh yaitu Meuraksa, Baiturrahman, Kuta Alam dan Syiah Kuala. Kota Banda Aceh kemudian dikembangkan lagi menjadi 9 kecamatan baru dan 1 kecamatan baru yang akan digabung dari Kabupaten Aceh Besar, yaitu:
Ekonomi
Pada 2001, Dana Alokasi Umum untuk Banda Aceh adalah sebesar Rp. 135,95 miliar.
Media Massa
Radio
Kota Banda Aceh juga memiliki beberapa terdiri dari 25-stasiun radio bersiaran lokal seperti:
Nama | Frekuensi |
---|---|
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-1) | FM 97.7 |
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-2) | FM 92.6 |
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-3) | FM 88.6 |
Radio Republik Indonesia (RRI Banda Aceh Pro-4) | FM 87.8 |
Binkara FM | FM 89.4 |
Pop FM | FM 89.6 |
Serambi FM | FM 90.2 |
Seulaweut FM | FM 91.0 |
Hot FM | FM 93.2 |
Three FM | FM 94.5 |
Meugah FM | FM 95.3 |
A-Radio FM | FM 96.1 |
Radio MNC Trijaya Banda Aceh (MNC Trijaya FM) | FM 96.9 |
Baiturrahman FM | FM 98.5 |
Toss FM | FM 99.3 |
P-Radio FM | FM 100.3 |
Radio Elshinta FM Banda Aceh (Elshinta Radio) | FM 100.9 |
Kontiki FM | FM 101.2 |
Antero FM | FM 102.0 |
OZ Radio FM | FM 102.8 |
Djati FM | FM 103.6 |
Flamboyant FM | FM 105.2 |
Nikoya FM | FM 106.0 |
Radio Rumoh PMI FM | FM 107.0 |
Radio Rodja FM | FM 107.7 |
Televisi
Di Banda Aceh terdapat beberapa stasiun televisi (siaran nasional & siaran lokal), seperti Analog dan Digital
Analog (PAL)
Kanal | Signal | Frekuensi | Nama | Jaringan | Nama Perusahaan | Pemilik | Status | Negara |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
22 | 479.250 MHz | UHF | ANTV | PT Cakrawala Andalas Televisi | Visi Media Asia | Nasional | Indonesia | |
24 | 495.250 MHz | UHF | Kompas TV | PT Gramedia Media Nusantara | Kompas Gramedia | Nasional | Indonesia | |
26 | 511.250 MHz | UHF | GTV | PT Global Informasi Bermutu | Media Nusantara Citra | Nasional | Indonesia | |
28 | 527.250 MHz | UHF | RCTI | PT Rajawali Citra Televisi Indonesia | Nasional | Indonesia | ||
30 | 543.250 MHz | UHF | Trans TV | PT Televisi Transformasi Indonesia | Trans Media | Nasional | Indonesia | |
32 | 559.250 MHz | UHF | Metro TV | PT Media Televisi Indonesia | Media Group | Nasional | Indonesia | |
34 | 575.250 MHz | UHF | MNCTV | PT Media Nusantara Citra Televisi | Media Nusantara Citra | Nasional | Indonesia | |
36 | 591.250 MHz | UHF | TVRI Nasional | TVRI | Lembaga Penyiaran Publik TVRI | Pemerintah Indonesia | Nasional | Indonesia |
38 | 607.250 MHz | UHF | Indosiar | PT Indosiar Visual Mandiri | Surya Citra Media | Nasional | Indonesia | |
40 | 623.250 MHz | UHF | iNews | PT Sun Televisi Network | Media Nusantara Citra | Nasional | Indonesia | |
42 | 639.250 MHz | UHF | Trans7 | PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh | Trans Media | Nasional | Indonesia | |
44 | 655.250 MHz | UHF | tvOne | PT Lativi Media Karya | Visi Media Asia | Nasional | Indonesia | |
46 | 671.250 MHz | UHF | SCTV | PT Surya Citra Televisi | Surya Citra Media | Nasional | Indonesia | |
48 | 687.250 MHz | UHF | Aceh TV | Indonesia Network | PT Aceh Media Televisi | Kelompok Media Bali Post | Lokal | Indonesia |
50 | 703.250MHz | UHF | RTV | PT Televisi Metropolitan | Rawawali Corpora | Nasional | Indonesia | |
52 | 719.250 MHz | UHF | BeritaSatu | PT First Media News | BeritaSatu Media Holdings | Nasional | Indonesia | |
60 | 783.250 MHz | UHF | NET. | PT Net Mediatama Televisi | Indika Group | Nasional | Indonesia | |
62 | 799.250 MHz | UHF | O Channel | PT Omni Intivision | Surya Citra Media | Nasional | Indonesia | |
64 | 801.250 MHz | UHF | INTV | PT Banten Media Global Televisi | Netwave Group | Nasional | Indonesia |
Digital (DVB-T2/MPEG-4)
Kanal | Signal | Frekuensi | Slot | Pemilik | Negara |
---|---|---|---|---|---|
27 | 522.05 MHz | UHF | TVRI 1 (Nasional) (27.1) TVRI 2 (Aceh) (27.2) |
Pemerintah Indonesia | Indonesia |
31 | 554.05 MHz | SCTV (31.1) Indosiar (31.2) O Channel (31.3) |
Surya Citra Media | ||
35 | 586.05 MHz | MetroTV (35.1) | Media Group | ||
39 | 618.05 MHz | Trans TV HD (39.1) Trans7 HD (39.2) |
Trans Media | ||
45 | 666.05 MHz | TV3 (45.1) IMT Televisi (45.2) Inspira TV (45.3) Koetaraja TV (45.4) |
Sinar Mas Group |
Pariwisata
Kota Banda Aceh sebagai ibu kota dari Kesultanan Aceh Darussalam yang dahulunya merupakan salah satu dari lima Kerajaan Islam terbesar di dunia menyimpan berbagai situs peninggalan sejarah dari berbagai masa, mulai dari masa Kesultanan, masa Kolonial Belanda, masa bergabung dalam bingkai NKRI, masa konflik hingga tsunami. Berbagai situs objek wisata tersebut antara lain adalah Masjid Raya Baiturrahman, Komplek Taman Ghairah, Museum Sejarah Aceh, Museum Tsunami Aceh, Makam Sultan Iskandar Muda dan berbagai macam situs peninggalan sejarah lainnya terdapat di berbagai sudut kota Islam tertua di Asia Tenggara ini.
Galeri
Kota kembar
Referensi
- ^ a b "APBD 2018 ringkasan update 04 Mei 2018". 2018-05-04. Diakses tanggal 2018-07-06.
- ^ a b c d "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diakses tanggal 05-12-2018.
- ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2016". Diakses tanggal 2018-07-06.
- ^ Rusdi Sufi & Agus Budi Wibowo a, 2006:72-73
- ^ Kerentanan Likuifaksi Wilayah Kota Banda Aceh Berdasarkan Metode Uji Penetrasi Konus
- ^ "Banda Aceh, Indonesia - Solar energy and surface meteorology". August 2011.
- ^ "Banda Aceh - Samarkand".
- ^ "Dutch - Indonesian sister cities".
- ^ "Sister Cities".
Pranala luar
Cari tahu mengenai Banda Aceh pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: | |
Definisi dan terjemahan dari Wiktionary | |
Gambar dan media dari Commons | |
Berita dari Wikinews | |
Kutipan dari Wikiquote | |
Teks sumber dari Wikisource | |
Buku dari Wikibuku |
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Banda Aceh. |
Wikivoyage memiliki panduan wisata Banda Aceh. |
- (Indonesia) Situs Resmi Pemerintah Kota Banda Aceh
- (Indonesia) Situs Resmi Bappeda Kota Banda Aceh
- (Indonesia) Situs resmi pariwisata Kota Banda Aceh