Bahasa Inggris

bahasa Jermanik Barat
(Dialihkan dari English language)

Bahasa Inggris (endonim: English) adalah sebuah bahasa Jermanik yang pertama kali dituturkan di Inggris pada Abad Pertengahan Awal dan saat ini merupakan bahasa yang paling umum digunakan di seluruh dunia.[7] Bahasa Inggris dituturkan sebagai bahasa pertama oleh mayoritas penduduk di berbagai negara, antara lain di Inggris Raya, Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan sejumlah negara-negara Karibia; serta menjadi bahasa resmi di hampir 60 negara berdaulat. Bahasa Inggris adalah bahasa ibu ketiga yang paling banyak dituturkan di seluruh dunia, setelah bahasa Mandarin dan Spanyol.[2] Bahasa Inggris juga digunakan sebagai bahasa kedua dan bahasa resmi oleh Uni Eropa, Negara Persemakmuran, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta beragam organisasi lainnya.

Bahasa Inggris
English
Pengucapan/ˈɪŋɡlɪʃ/[1]
Penutur
B1: 372,9 juta (2022)[2]
B2: 1,080 miliar (2022)[2]
~1,452 miliar penutur secara keseluruhan
Rincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[3]

Bentuk awal
Manually coded English
(sistem beragam)
Aspek ketatabahasaan
Tipologi
Kasus
Kala
  • continuous pluperfect
  • future continuous
  • future perfect
  • future perfect continuous
  • past continuous
  • past perfect
  • present continuous
  • present perfect
  • present perfect continuous
  • simple future
  • simple past
  • simple present Sunting ini di Wikidata
Modus
Gender
  • feminin
  • maskulin
  • neutera Sunting ini di Wikidata
Persona
  • first-person plural
  • orang kedua tunggal
  • orang pertama tunggal
  • second-person plural
  • third-person feminine singular
  • third-person masculine singular
  • third-person neuter singular
  • third-person plural Sunting ini di Wikidata
Status resmi
Bahasa resmi di
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Kode bahasa
ISO 639-1en
ISO 639-2eng
ISO 639-3eng
Glottologstan1293[4]
Linguasfer52-ABA
Status konservasi
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Inggris diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [5][6]
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC1 National
Bahasa Inggris dikategorikan sebagai C1 National menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini menjadi bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara
Lokasi penuturan
Negara maupun teritori yang menggunakan bahasa Inggris dan bahasa kreol turunan sebagai bahasa keseharian mayoritas penduduknya
Negara maupun teritori yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi ataupun bahasa administratif, tetapi tidak digunakan dalam keseharian ataupun tidak dituturkan oleh penutur jati dalam jumlah besar
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Bahasa Inggris berkembang pertama kali di Kerajaan-kerajaan Anglo-Saxon Inggris dan di wilayah yang saat ini membentuk Skotlandia tenggara. Setelah meluasnya pengaruh Inggris Raya pada abad ke-17 dan ke-20 melalui Kekaisaran Inggris, bahasa Inggris tersebar luas di seluruh dunia.[8][9][10][11] Di samping itu, luasnya penggunaan bahasa Inggris juga disebabkan oleh penyebaran kebudayaan dan teknologi Amerika Serikat yang mendominasi di sepanjang abad ke-20.[12] Hal-hal tersebut telah menyebabkan bahasa Inggris saat ini menjadi bahasa utama dan secara tidak resmi (de facto) dianggap sebagai basantara (lingua franca) di berbagai belahan dunia.[13][14]

Menurut sejarahnya, bahasa Inggris berasal dari peleburan beragam dialek terkait, yang saat ini secara kolektif dikenal sebagai bahasa Inggris Kuno, yang dibawa ke pantai timur Pulau Britania Raya oleh pendatang Jermanik (Anglo-Saxon) pada abad ke-5; kata English' berasal dari nama suku Angli.[15] Bangsa Anglo-Saxon ini sendiri berasal dari wilayah Anglia (saat ini Schleswig-Holstein, Jerman). Bahasa Inggris awal juga dipengaruhi oleh bahasa Nordik Kuno setelah Viking menaklukkan Inggris pada abad ke-9 dan ke-10.

Penaklukan Inggris oleh Norman pada abad ke-11 menyebabkan bahasa Inggris juga mendapat pengaruh dari bahasa Prancis Norman, dan kosakata serta ejaan dalam bahasa Inggris mulai dipengaruhi oleh bahasa Latin Romawi (meskipun bahasa Inggris sendiri bukan termasuk rumpun bahasa Roman),[16][17] yang kemudian dikenal dengan bahasa Inggris Pertengahan. Pergeseran Vokal yang dimulai di Inggris bagian selatan pada abad ke-15 adalah salah satu peristiwa bersejarah yang menandai peralihan bahasa Inggris Pertengahan menjadi bahasa Inggris Modern.

Selain Anglo-Saxon dan Prancis Norman, sejumlah besar kata dalam bahasa Inggris juga berakar dari bahasa Latin, karena Latin adalah lingua franca Gereja Kristen dan bahasa utama di kalangan intelektual Eropa,[18] dan telah menjadi dasar kosakata bagi bahasa Inggris modern.

Karena telah mengalami perpaduan beragam kata dari berbagai bahasa di sepanjang sejarah, bahasa Inggris modern memiliki kosakata yang sangat banyak, dengan ejaan yang kompleks dan tidak teratur (irregular), khususnya vokal. Bahasa Inggris modern tidak hanya merupakan perpaduan dari bahasa-bahasa Eropa, tetapi juga dari berbagai bahasa di seluruh dunia. Oxford English Dictionary memuat daftar lebih dari 250.000 kata berbeda, tidak termasuk istilah-istilah teknis, sains, dan slang (bahasa gaul) yang jumlahnya juga sangat banyak.[19][20]

Etimologi

Kata English berasal dari eponim Angle, nama suku Jermanik yang diperkirakan berasal dari wilayah Angeln di Jutlandia (sekarang Jerman utara).[21] Untuk kemungkinan etimologi kata ini, lihat artikel Angeln dan Angles.

Signifikasi

Bahasa Inggris modern, kadang digambarkan sebagai lingua franca global pertama,[22][23] adalah bahasa dominan, atau dalam beberapa kasus bahkan ditetapkan sebagai bahasa internasional dalam bidang komunikasi, sains, teknologi informasi, bisnis, kelautan,[24] kedirgantaraan,[25] hiburan, radio, dan diplomasi.[26] Penyebaran bahasa Inggris di luar Kepulauan Britania dimulai dengan pertumbuhan Imperium Britania, dan pada abad ke-19 jangkauannya telah global.[27] Setelah kolonisasi Britania sejak abad ke-16 hingga ke-19, bahasa Inggris menjadi bahasa dominan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Pertumbuhan pengaruh budaya dan ekonomi Amerika Serikat dan statusnya sebagai negara adidaya global sejak Perang Dunia II turut mempercepat penyebaran bahasa Inggris ke seluruh dunia.[23] Bahasa Inggris menggantikan bahasa Jerman sebagai bahasa sains yang dominan dalam penghargaan Hadiah Nobel pada paruh kedua abad ke-20.[28] Bahasa Inggris telah menyamai dan bahkan telah melampaui bahasa Prancis sebagai bahasa dominan dalam dunia diplomasi pada paruh kedua abad ke-19.

Kemampuan berbahasa Inggris telah menjadi kebutuhan dalam sejumlah bidang ilmu, pekerjaan, dan profesi semisal kedokteran dan komputasi; sebagai akibatnya, lebih dari satu miliar orang di dunia bisa berbahasa Inggris setidaknya pada tingkat dasar (lihat bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau internasional). Bahasa Inggris adalah salah satu dari enam bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa.[29]

Salah satu dampak pertumbuhan bahasa Inggris adalah berkurangnya keragaman bahasa di berbagai belahan dunia. Pengaruh bahasa Inggris berperan penting dalam kepunahan bahasa.[30] Sebaliknya, berbagai keragaman bahasa Inggris juga berpotensi menciptakan bahasa-bahasa baru dari waktu ke waktu, bersama dengan bahasa kreol dan bahasa pijin.[31]

Klasifikasi

 
Anglik
  Inggris
  Skot
Anglo-Frisia
mencakup Anglik dan
  Frisia (mencakup Frisia Barat, Utara, dan Saterland)
Jermanik Laut Utara
mencakup Anglo-Frisia dan Jermanik Barat
mencakup Jermanik Laut Utara dan
  Belanda (serta bahasa Afrikaans di Afrika)
...... Jerman (Hulu): ...... Yiddi
 
Bahasa-bahasa Jermanik Barat

Bahasa Inggris merupakan bahasa Indo-Eropa yang termasuk ke dalam cabang Jermanik Barat dari subrumpun Jermanik.[32] Bahasa Inggris Kuno berasal dari sebuah wilayah kesinambungan dialek dan budaya di sekujur pesisir Laut Utara Frisia. Ragam tutur di wilayah ini secara bertahap berkembang menjadi bahasa-bahasa Anglik di Kepulauan Britania serta bahasa-bahasa Frisia dan Jerman Hulu/Saksen Hulu di Eropa Daratan. Bahasa-bahasa Frisia merupakan kerabat terdekat bagi bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Anglik lainnya; keseluruhan bahasa ini tergabung dalam subkelompok Anglo-Frisia. Ragam tutur Jerman Hulu/Saksen Hulu juga berkerabat dekat dengan subkelompok ini; terkadang bahasa-bahasa Inggris, Frisia, dan Jerman Hulu digolongkan ke dalam subkelompok Ingvaeonik (Jermanik Laut Utara), walaupun pengelompokan ini masih diperselisihkan keabsahannya.[33] Bahasa Inggris Kuno berevolusi menjadi bahasa Inggris Pertengahan, yang kemudian menurunkan bahasa Inggris Modern.[34] Beberap ragam tutur bahasa Inggris Kuno dan Pertengahan juga berkembang menjadi bahasa-bahasa Anglik lainnya, seperti Bahasa Skot yang dituturkan di Skotlandia[35], atau ragam Fingal serta Forth dan Bargy (Yola) di Irlandia.[36]

Sebagaimana bahasa Islandia dan Faroe yang berkembang di kepulauan terpisah dari daratan Eropa, perkembangan bahasa Inggris di Kepulauan Britania membuatnya terisolasi dari pengaruh bahasa-bahasa Jermanik daratan. Bahasa Inggris pun berubah secara signifikan. Bahasa Inggris tidak berkesalingpahaman dengan bahasa Jermanik kontinental mana pun, akibat perbedaan dalam hal kosa kata, sintaksis, dan fonologi. Walaupun begitu, beberapa di antaranya, seperti bahasa Belanda dan Frisia, memiliki kedekatan yang kuat dengan bahasa Inggris, terutama pada tahap-tahap awal pembetukannya.[37]

Namun, tidak seperti bahasa Islandia dan Faroe yang terisolasi, bahasa Inggris berkembang dengan pengaruh yang didapatkan melalui serangkaian invasi pihak luar ke Kepualaun Britania, terutama oleh penutur bahasa Norse Kuno dan Perancis Norman. Bahasa-bahasa ini meninggalkan pengaruh yang dalam, sampai-sampai bahasa Inggris memiliki beberapa kesamaan dalam hal kosa kata dan tata bahasa dengan banyak bahasa di luar kladus linguistiknya—walaupun hal ini tidak lantas menjadikan penutur bahasa Inggris dapat saling paham dengan penutur bahasa-bahasa tersebut. Beberapa peneliti bahkan berpendapat bahwa bahasa Inggris dapat dianggap sebagai bahasa campuran atau kreol. Pandangan ini juga dikenal sebagai hipotesis kreol Inggris Pertengahan. Meski begitu, terlepas dari pengaruh bahasa-bahasa lain terhadap kosa kata dan tata bahasa Inggris Modern yang diakui secara luas, sebagian besar ahli di bidang kontak bahasa tidak menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa campuran sejati.[38][39]

Bahasa Inggris digolongkan sebagai bahasa Jermanik karena ia mengalami beberapa inovasi bahasa yang sama dengan bahasa-bahasa Jermanik lainnya seperti bahasa Belanda, Jerman, dan Swedia.[40] Inovasi-inovasi ini menunjukkan bahwa bahasa-bahasa tersebut diturunkan dari leluhur bersama, yaitu bahasa Proto-Jermanik. Termasuk di antara ciri khas bahasa Jermanik adalah: pemabgian verba-verba menjadi kelas verba kuat dan verba lemah, penggunaan verba modal, serta perubahan-perubahan bunyi yang berdampak pada konsonan-konsonan dari bahasa Proto-Indo-Europa, seperti Hukum Grimm dan Hukum Verner. Bahasa Inggris digolongkan sebagai bagian dari cabang Anglo-Frisia, sebab bahasa Frisia dan bahasa Inggris berbagi ciri yang lebih spesifik, seperti palatalisasi konsonan velar Proto-Germanik.[41]

Sejarah

 
Kalimat pertama Beowulf (atas) ditulis dalam bahasa Inggris Kuno: "Hƿæt ƿē Gārdena ingēar dagum þēod cyninga þrym ge frunon," yang berarti, "Listen! We of the Spear-Danes from days of yore have heard of the glory of the folk-kings."

Bahasa Inggris berasal dari dialek Jermanik Laut Utara yang dibawa ke Britania oleh pemukim Jermanik dari berbagai wilayah yang saat ini dikenal dengan Belanda, Jerman utara, dan Denmark.[42] Menjelang periode ini, penduduk Britania Romawi berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Brittonik, Keltik, beserta bahasa-bahasa Romawi yang dipengaruhi oleh bahasa Latin setelah pendudukan Romawi yang berlangsung selama 400 tahun.[43] Salah satu suku Jermanik yang datang ke Britania adalah Angles,[44] yang diperkirakan pindah seluruhnya ke Britania.[45] Nama England (dari Engla land[46] "Land of the Angles") and English (Old English Englisc[47]) berasal dari nama suku ini–meskipun suku-suku Jermanik lainnya seperti Saxon, Jute, dan suku-suku dari pantai Frisia, Saxon Hulu, Jutland, dan Swedia selatan juga pindah ke Britania pada periode ini.[48][49][50]

Pada awalnya, bahasa Inggris Kuno terdiri dari beragam kelompok dialek, yang mencerminkan beragam suku yang menghuni Inggris Anglo-Saxon,[51] tetapi dialek Saxon Barat perlahan-lahan mulai mendominasi, seperti yang tertulis dalam syair Beowulf.

Bahasa Inggris Kuno kemudian diubah lagi oleh dua gelombang invasi. Yang pertama adalah invasi oleh penutur bahasa Jermanik Utara, ketika Halfdan Ragnarsson dan Ivar the Boneless mulai menaklukkan dan menguasai Kepulauan Britania bagian utara pada abad ke-8 dan ke-9 (lihat Danelaw). Invasi kedua berasal dari penutur bahasa Romawi Normandia Kuno pada abad ke-11 setelah penaklukan Normandia terhadap Inggris. Normandia mengembangkan bahasa Inggris menjadi bahasa Anglo-Norman, dan kemudian Anglo-Prancis–dan memperkenalkan penggolongan kata, khususnya di kalangan istana dan pemerintahan. Normandia juga memperluas leksikon bahasa Inggris dengan menyerap kata-kata dari bahasa Skandinavia dan Prancis. Hal ini pada akhirnya menyederhanakan tatabahasa dan mengubah bahasa Inggris menjadi sebuah "bahasa pinjaman"–bahasa yang secara terbuka menerima kata-kata baru dari bahasa lain.

Pergeseran linguistik dalam bahasa Inggris setelah pendudukan Normandia menghasilkan bahasa baru yang saat ini dikenal dengan bahasa Inggris Pertengahan; The Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer adalah karya terkenal yang ditulis dalam bahasa ini. Pada periode ini, bahasa Latin merupakan lingua franca di kalangan Gereja Kristen dan intelektual Eropa, dan karya-karya ditulis atau disalin dalam bahasa Latin.[18] Kata-kata Latin kemudian turut diserap untuk menciptakan istilah atau konsep yang tidak terdapat dalam kata bahasa Inggris asli.

Pemakaian bahasa Inggris Modern, termasuk dalam karya-karya William Shakespeare[52] dan Alkitab Versi Raja James, umumnya bermula sejak tahun 1550, dan setelah Britania Raya menjadi kekuatan kolonial, bahasa Inggris berfungsi sebagai lingua franca di negara-negara jajahan Imperium Britania. Pada periode pascakolonial, beberapa negara baru yang memiliki beragam bahasa pribumi memilih untuk tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai lingua franca untuk menghindari pertentangan politik yang mungkin muncul akibat menggunakan salah satu bahasa pribumi ketimbang bahasa yang lainnya. Sebagai akibat pertumbuhan Imperium Britania, bahasa Inggris digunakan secara luas di wilayah bekas jajahan Britania di Amerika Utara, India, Afrika Selatan, Australia, Singapura, dan di berbagai wilayah lainnya. Penggunaan bahasa Inggris semakin meluas setelah Amerika Serikat muncul sebagai negara adidaya pada pertengahan abad ke-20.

Bahasa terkait

Rumpun bahasa Jermanik

Bahasa Inggris berasal dari rumpun bahasa Anglo-Frisia, subkelompok dari bahasa Jermanik Barat. Bahasa Jermanik Barat sendiri adalah salah satu cabang dari rumpun bahasa Jermanik, sedangkan Jermanik adalah bagian dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahasa Inggris modern diturunkan secara langsung dari bahasa Inggris Pertengahan; Inggris Pertengahan diturunkan dari bahasa Inggris Kuno, yang juga diturunkan dari bahasa Proto-Jermanik. Seperti kebanyakan bahasa Jermanik lainnya, bahasa Inggris dicirikan dengan penggunaan kata kerja pengandaian, pembagian kata kerja menjadi kata kerja kuat dan lemah, dan pergeseran pelafalan dari bahasa Proto-Indo-Eropa, yang dikenal dengan hukum Grimm. Bahasa kerabat terdekat dengan bahasa Inggris (selain bahasa-bahasa yang tergolong dalam rumpun bahasa Inggris dan bahasa Inggris kreol) adalah bahasa Frisia, yang berasal dari pantai selatan Laut Utara di Belanda, Jerman, dan Denmark.

Selain dengan bahasa Frisia, bahasa lainnya yang juga terkait jauh dengan bahasa Inggris adalah bahasa-bahasa Jermanik Barat non-Anglo-Frisia (bahasa Belanda, Afrikaans, Jerman Hulu, Jerman Hilir, Yiddish) serta rumpun bahasa Jermanik Utara (Swedish, Denmark, Norwegia, Islandia, dan Faroe). Tidak ada satupun dari bahasa-bahasa tersebut yang saling berpahaman dengan bahasa Inggris, umumnya karena perbedaan leksis, sintaks, semantik, dan fonologi, serta isolasi yang dialami oleh bahasa Inggris di Kepulauan Britania yang terpisah dari dataran Eropa, meskipun beberapa bahasa seperti Belanda memiliki afinitas yang cukup kuat dengan bahasa Inggris, terutama pada tingkat dasar. Pengisolasian telah memungkinkan bahasa Inggris (serta bahasa Islandia dan Faroe) untuk berkembang secara mandiri dan terpisah dari pengaruh bahasa Jermanik Eropa daratan.[53]

 
Ujung tombak Øvre Stabu dari abad ke-2 yang bertuliskan Raunijaz ("tester") dalam bahasa Proto-Norse, salah satu sampel tertulis bahasa Jermanik paling awal.

Selain karena isolasi, perbedaan leksikal antara bahasa Inggris dengan bahasa Jermanik lainnya juga disebabkan oleh perubahan diakronis, pergeseran semantik, dan banyaknya kata bahasa Inggris yang diserap dari bahasa lain, terutama Latin dan Perancis (meskipun penyerapan kata ini sama sekali bukanlah hal unik bagi bahasa Inggris). Misalnya: kata "exit" diserap dari bahasa Latin, bukannya uitgang (Belanda) dan Ausgang (Jerman), juga kata "change" (Perancis).

Persebaran geografis

 
Persentase penutur bahasa Inggris berdasarkan negara dan wilayah dependen pada tahun 2014.
  80–100%
  60–80%
  40–60%
  20–40%
  0.1–20%
  Tidak ada data
 
Persentase pengguna bahasa Inggris sebagai bahasa ibu

Pada tahun 2016, sekitar 400 juta orang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama mereka, sementara 1.1 milyar orang menuturkannya sebagai bahasa kedua.[54] English is the largest language by number of speakers. Komunitas penutur bahasa Inggris dapat ditemui di tiap benua.[55]

Negara-negara yang menjadi tempat bahasa Inggris dituturkan dapat digolongkan menjadi tiga kategori berbeda, tergantung peran yang diambil oleh bahasa Inggris di negara tersebut. Negara "lingkar dalam" (inner circle)[56] yang memiliki banyak penutur jati bahasa Inggris berbagi ragam tulisan standar yang bersifat internasional dan secara kolektif mempengaruhi norma bertutur bahasa Inggris di seluruh dunia. Bahasa Inggris bukan hanya milik satu negara saja, dan bukan pula milik pemukim keturunan Inggris semata. Bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa resmi di beberapa negara yang memiliki sedikit keturunan penutur jati bahasa Inggris. Bahasa ini juga telah menjadi bahasa terpenting dalam komunikasi internasional dengan bertindak sebagai lingua franca bagi orang-orang yang tidak berbagi bahasa ibu yang sama di seluruh dunia.

Tiga lingkar negara-negara penutur bahasa Inggris

Ahli bahasa berkebangsaan India, Braj Kachru, membedakan antara negara-negara penutur bahasa Inggris dengan model tiga lingkar.[56] Dalam model ini,

  • negara-negara di "lingkar dalam" memiliki komunitas penutur jati bahasa Inggris yang besar;
  • negara-negara di "lingkar luar" memilki komunitas penutur jati bahasa Inggris yang kecil, tetapi penggunaan bahasa Inggris yang luas sebagai bahasa kedua di bidang pendidikan, penyiaran, atau keperluan resmi setempat; dan
  • negara-negara di "lingkar pengembangan", yang memiliki banyak pembelajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing.

Kachru mendasarkan modelnya pada metode penyebaran bahasa Inggris di negara yang berbeda-beda, bagaimana cara penutur mempelajarinya, dan lingkup penggunaan bahasa Inggris di negara tersebut. Cakupan ketiga lingkar ini dapat berubah seiring waktu.[57]

 
Tiga Lingkar Bahasa Inggris (Three Circles of English) menurut Braj Kachru

Fonologi

Fonetik dan fonologi bahasa Inggris berbeda dari satu dialek ke dialek yang lain, meskipun hal ini biasanya tidak mengganggu komunikasi antar penutur berbeda dialek. Keragaman fonologi menjadikan jumlah fonem (bunyi yang dapat mengubah arti) yang berbeda-beda, sementara keragaman fonetik memberikan perbedaan dalam hal realisasi pengucapan fonem-fonem tersebut. [58] Ringkasan berikut utamanya menjabarkan dua sistem pengucapan baku, yaitu Pengucapan Lazim (Received Pronunciation, RP) yang dipakai di Britania Raya, serta logat Amerika Umum (General American, GA) yang dipakai di Amerika Serikat.

Sistem penulisan fonetik yang digunakan di bawah ini adalah Alfabet Fonetis Internasional (International Phonetic Alphabet atau IPA).[59][60][61]

Konsonan

Kebanyakan dialek bahasa Inggris menggunakan 24 fonem konsonan yang sama. Daftar konsonan yang diberikan di bawah ini berlaku untuk dialek Inggris California[62] dan RP.[63]

Fonem konsonan
Labial Dental Alveolar Alv. belakang Palatal Velar Glotal
Sengau m n ŋ
Hentian p b t d k ɡ
Afrikat
Frikatif f v θ ð s z ʃ ʒ h
Aproksiman l ɹ* j w

* Lazim ditranskripsikan sebagai /r/

Untuk konsonan hambat (hentian, afrikat, dan frikatif) yang berpasangan pada tabel di atas, seperti /p b/, /tʃ dʒ/, dan /s z/, fonem yang pertama bersifat fortis (kuat), sementara yang kedua bersifat lenis (lemah). Konsonan hambat fortis seperti /p s/ diucapkan dengan otot yang lebih tegang dan hembusan napas yang lebih kuat daripada konsonan lenis seperti /b z/, dan selalu bersifat nirsuara (diucapkan tanpa menggetarkan pita suara). Pada konsonan lenis di awal dan akhir ujaran, getaran pita suara dilakukan secara parsial, sementara pada konsonan lenis di antara vokal, getaran pita suara dilakukan secara penuh. Pada kebanyakan dialek, hentian fortis seperti /p/ memiliki ciri artikulasi atau akustik tambahan, yaitu: 1) diucapkan dengan aspirasi [pʰ] jika konsonan tersebut berdiri sendiri di awal suku kata bertekanan; 2) sering kali diucapkan tanpa aspirasi pada kasus lainnya, dan 3) sering kali diucapkan tanpa letupan [p̚] atau dengan pra-glotalisasi [ʔp] di akhir suku kata. Pada kata yang terdiri dari satu suku kata, bunyi vokal sebelum hentian fortis dipendekkan, sehingga bunyi vokal pada kata nip 'cubit' terdengar lebih pendek (secara fonetis, bukan fonemis) daripada vokal dalam kata nib [nɪˑb̥] 'ujung yang runcing'.[64]

  • hentian lenis: bin [b̥ɪˑn] 'wadah', about [əˈbaʊt] 'tentang', nib [nɪˑb̥] 'ujung yang runcing'
  • hentian fortis: pin [pʰɪn] 'pin'; spin [spɪn] 'putar'; happy [ˈhæpi] 'bahagia'; nip [nɪp̚] or [nɪʔp] 'cubit'

Pada dialek RP, aproksiman lateral /l/ memiliki dua alofon (variasi pengucapan) berbeda, yaitu [l] yang pengucapannya jelas atau polos, seperti pada kata light 'cahaya', serta [ɫ] yang diucapkan dengan velarisasi (lidah belakang dinaikkan sampai mendekati velum) sehingga terkesan "gelap" (dark l), seperti pada kata full 'penuh'.[65] Dialek GA menggunakan l gelap pada kebanyakan kasus.[66]

  • l jelas: pengucapan RP untuk light [laɪt] 'cahaya'
  • l gelap: pengucapan RP dan GA untuk full [fʊɫ] 'penuh', pengucapan GA untuk light [ɫaɪt] 'cahaya'

Semua konsonan sonoran (baik likuida /l, r/ maupun sengau /m, n, ŋ/) bersifat nirsuara (diucapkan tanpa getaran pita suara) jika didahului oleh bunyi hambat nirsuara, dan bersifat silabis (diucapkan sebagai suku kata tersendiri) jika didahului oleh konsonan lain di akhir kata.[67]

  • sonoran nirsuara: clay [kl̥eɪ̯] 'lempung'; snow RP [sn̥əʊ̯], GA [sn̥oʊ̯] 'salju'
  • sonoran silabis: paddle [ˈpad.l̩] 'dayung, kayuh', button [ˈbʌt.n̩] 'kancing, tombol'

Vokal

Pengucapan vokal-vokal dalam bahasa Inggris amat bervariasi dari satu dialek ke dialek lainnya, dan merupakan salah satu aspek yang paling mudah dideteksi untuk mengetahui logat yang digunakan oleh penuturnya. Tabel di bawah ini mendaftar fonem-fonem vokal dalam dialek Received Pronunciation (RP) dan General American (GA), dengan contoh-contoh kata yang mengandung vokal-vokal tersebut, berdasarkan set kosakata yang disusun oleh para linguis. Vokal-vokal di sini direpresentasikan dengan simbol IPA; daftar vokal RP mengikut daftar vokal standar yang biasa ditemukan dalam kamus-kamus dan publikasi lain yang berasal dari Inggris.[68]

Monoftong
RP GA Kata Arti
i need perlu, keperluan
ɪ bid bertaruh
e ɛ bed kasur
æ back belakang
ɑː ɑ bra bra
ɒ box kotak
ɔ, ɑ cloth kain
ɔː paw cakar, mengais
u food makanan
ʊ good baik
ʌ but tetapi
ɜː ɜɹ bird burung
ə comma koma
Diftong menutup
RP GA Kata Arti
bay teluk
əʊ road jalan
cry menangis, berteriak
cow sapi
ɔɪ boy anak laki-laki
Diftong menengah
RP GA Kata Arti
ɪə ɪɹ peer sebaya
ɛɹ pair pasangan
ʊə ʊɹ poor miskin

Dalam dialek RP, panjang vokal bersifat fonemis; vokal panjang ditandai dengan simbol titik dua serupa ujung panah [ː] dalam tabel di atas. Contohnya adalah vokal dalam kata need [niːd] yang berlawanan dengan vokal dalam kata bid [bɪd]. Sementara dalam dialek GA, panjang vokal tidak bersifat fonemis atau mengubah makna.

Bunyi vokal dalam dialek RP maupun GA dipendekkan jika ditutup oleh konsonan fortis (seperti /t f/) pada suku kata yang sama, tetapi tidak dipendekkan sebelum konsonan lenis seperti /d v/ atau jika berada pada suku kata terbuka. Karena itu, bunyi vokal dalam kata rich [rɪtʃ], neat [nit], dan safe [seɪ̯f] terkesan lebih pendek daripada bunyi vokal dalam kata ridge [rɪˑdʒ], need [niˑd], dan save [seˑɪ̯v], begitu pula dengan bunyi vokal dalam kata light [laɪ̯t] yang lebih pendek daripada bunyi vokal dalam kata lie [laˑɪ̯]. Karena konsonan lenis sering kali bersifat nirsuara pada akhir suku kata, panjang sebuah bunyi vokal merupakan penanda yang penting untuk mengetahui apakah konsonan yang mengikutinya bersifat lenis atau fortis.[69]

Vokal /ə/ hanya muncul pada suku kata tanpa penekanan dan diucapkan dengan mulut yang lebih terbuka pada posisi akhir bentuk dasar/pangkal kata (stem).[70][71] Beberapa dialek tidak membedakan antara bunyi /ɪ/ dan /ə/ dalam posisi tanpa penekanan, sehingga kata rabbit 'kelinci' dan abbot 'abbas, kepala biara' berbagi rima yang serupa, sementara nama Lenin dan Lennon memiliki pengucapan yang sama (homofon). Ciri dialektal ini disebut sebagai penggabungan vokal lemah (weak vowel merger).[72] Bunyi /ɜr/ dan /ər/ dalam dialek GA direalisasikan sebagai vokal dengan corak bunyi r [ɚ]. Contohnya adalah kata further 'lebih jauh', yang secara fonemis direpresentasikan sebagai /ˈfɜrðər/ tapi diucapkan sebagai [ˈfɚðɚ] dalam GA. Kata yang sama dalam RP direpresentasikan secara fonemis sebagai /ˈfɜːðə/ dan direalisasikan sebagai [ˈfəːðə].[73]

Tekanan, ritme dan intonasi

Tekanan memiliki peran yang besar dalam bahasa Inggris. Dalam kata-kata bahasa Inggris, ada suku kata yang ditekan dan ada yang tidak. Tekanan yang dimaksud di sini mencakup perbedaan dalam hal durasi, intensitas, dan kualitas vokal, dan terkadang juga perubahan pada nada (pitch). Suku kata yang ditekan diucapkan dengan lebih panjang dan lebih nyaring daripada suku kata yang tidak ditekan. Bunyi vokal dalam suku kata tanpa tekanan sering kali mengalami reduksi sementara vokal dalam suku kata dengan tekanan tidak direduksi.[74] Beberapa kata—terutama kata tugas, tetapi juga kata kerja modal seperti can—memiliki bentuk lemah dan kuat tergantung dari apakah kata tersebut muncul di posisi yang ditekan atau tidak dalam sebuah kalimat.

Tekanan dalam bahasa Inggris bersifat fonemis, dan terdapat beberapa pasang kata yang dibedakan hanya berdasarkan posisi tekanannya. Contohnya, kata contract ditekan pada suku kata pertama (/ˈkɒntrækt/ KON-trakt) ketika digunakan sebagai nomina ('kontrak'), tetapi ditekan pada suku kata terakhir (/kənˈtrækt/ kən-TRAKT) ketika digunakan sebagai verba yang dapat mencakup banyak makna (termasuk misalnya contract yang berarti 'menyusut').[75][76][77] Di sini, tekanan berkaitan dengan reduksi vokal: pada contract yang bermakna nomina, vokal pada suku kata pertama yang ditekan diucapkan tanpa reduksi sebagai /ɒ/, tetapi pada contract yang bermakna verba, suku kata pertama tidak ditekan dan vokalnya direduksi menjadi /ə/. Tekanan juga digunakan untuk membedakan antara kata dan frasa, sehingga gabungan kata serangkai hanya diberi tekanan pada salah satu bagian, tetapi frasa dengan komponen yang sama ditekan dua kali: contohnya a burnout (/ˈbɜːrnt/) 'kelelahan mental' versus to burn out (/ˈbɜːrn ˈt/) 'membakar habis', serta a hotdog (/ˈhɒtdɒɡ/) 'sepotong hotdog' versus a hot dog (/ˈhɒt ˈdɒɡ/) 'seekor anjing yang panas'.[78]

Bahasa Inggris umumnya dianggap sebagai bahasa yang ritmenya diatur oleh suku kata bertekanan (stress-timed rhythm); selisih waktu pengucapan antara suku kata bertekanan dalam bahasa Inggris cenderung konstan.[79] Suku kata dengan tekanan diucapkan lebih panjang, sementara suku kata tanpa tekanan (yang berada di antara suku kata bertekanan) dipendekkan. Pemendekan bunyi vokal dalam suku kata tanpa tekanan menyebabkan perubahan dalam kualitas vokal; fenomena ini disebut juga dengan reduksi vokal.[80]

Ragam regional

Ragam-ragam bahasa Inggris Baku dan ciri khasnya[81]
Ciri
fonologi
Amerika
Serikat
Kanada Republik
Irlandia
Irlandia
Utara
Skotlandia Inggris Wales Afrika
Selatan
Australia Selandia
Baru
merger vokal fatherbother ya ya
/ɒ/ diucapkan secara takbulat ya ya ya
/ɜːr/ diucapkan sebagai [ɚ] ya ya ya ya
merger vokal cotcaught mungkin ya mungkin ya ya
merger vokal foolfull ya ya
/t, d/ diucapkan dengan kepakan lidah (flap) ya ya mungkin sering jarang jarang jarang jarang ya sering
pemisahan vokal trapbath mungkin mungkin sering ya ya sering ya
tidak bersifat rhotis (/r/ dibuang setelah vokal) ya ya ya ya ya
/æ, ɛ/ ditukar dengan vokal tertutup ya ya ya
/l/ dapat selalu diucapkan sebagai [ɫ] ya ya ya ya ya ya
/ɑːr/ diucapkan dengan posisi yang lebih maju mungkin mungkin ya ya
Vokal terbuka dalam beberapa dialek
Kosakata RP GA Kanada Perubahan bunyi
THOUGHT /ɔː/ /ɔ/ atau /ɑ/ /ɑ/ merger vokal cotcaught
CLOTH /ɒ/ pemisahan vokal lotcloth
LOT /ɑ/ merger vokal fatherbother
PALM /ɑː/
BATH /æ/ /æ/ pemisahan vokal trapbath
TRAP /æ/

Perbedaan paling besar dalam ragam-ragam bahasa Inggris adalah pada pengucapan bunyi vokalnya. Terdapat dua ragam utama yang digunakan sebagai ragam baku dalam pengajaran bahasa Inggris di negara-negara yang penduduknya mayoritas bukan penutur bahasa tersebut, yaitu bahasa Inggris Britania (British English, BrE) dan bahasa Inggris Amerika (American English, AmE). Negara-negara seperti Kanada, Australia, Irlandia, Selandia Baru dan Afrika Selatan memiliki ragam baku mereka sendiri yang lebih jarang dipakai dalam pengajaran bahasa Inggris secara internasional. Beberapa perbedaan antara ragam-ragam ini dapat dilihat pada tabel "Ragam-ragam bahasa Inggris Baku dan ciri khasnya".[81]

Sepanjang sejarahnya, bahasa Inggris telah melalui berbagai perubahan bunyi. Sebagian perubahan bunyi ini berlaku pada seluruh ragam bahasa Inggris, sementara sebagian yang lain hanya berlaku pada beberapa ragam saja. Ragam-ragam baku bahasa Inggris pada umumnya mengalami Pergeseran Vokal Besar (Great Vowel Shift) yang memengaruhi pengucapan vokal-vokal panjang, walaupun terdapat perbedaan dalam bunyi vokal yang dihasilkan oleh pergeseran ini pada sebagian kecil dialek. Di Amerika Utara, beberapa pergeseran berantai (pergeseran bunyi yang memicu pergeseran lainnya) seperti Pergeseran Vokal Kota-Kota Utara (Northern Cities Vowel Shift) dan Pergeseran Kanada (Canadian Shift) menghasilkan bentang vokal yang amat khas pada sebagian logat daerah.[82]

Beberapa dialek memiliki bunyi konsonan fonemis dan fonetis yang lebih banyak atau lebih sedikit dari jumlah bunyi dalam ragam-ragam baku. Sebagian ragam konservatif seperti bahasa Inggris Skotlandia menggunakan bunyi nirsuara [ʍ] dalam kata whine 'mengeluh', kontras dengan bunyi [w] dalam kata wine '(minuman) anggur' yang menggunakan getaran pita suara. Sementara itu, kebanyakan dialek lainnya menggunakan [w] dalam kedua kondisi; ciri ini disebut juga sebagai merger konsonan winewhine. Bunyi frikatif velar nirsuara /x/ dapat ditemukan dalam bahasa Inggris Skotlandia, yang membedakan antara pengucapan kata loch /lɔx/ 'danau' dengan kata lock /lɔk/ 'mengunci, gembok'. Logat seperti Cockney yang mengalami fenomena "penghapusan h" (h-dropping) tidak memiliki bunyi frikatif glotal /h/, dan logat yang mengalami "penghentian th" (th-stopping) dan "pengedepanan th" (th-fronting) seperti dialek Afrika-Amerika dan Inggris Estuari tidak memiliki frikatif dental /θ, ð/, tetapi menggantinya dengan hentian dental/alveolar /t, d/ atau frikatif labiodental /f, v/.[83][84] Perubahan lain yang memengaruhi fonologi ragam-ragam tempatan di antaranya adalah penghapusan yod (penghapusan bunyi /j/ dalam beberapa kondisi), peleburan yod (peleburan bunyi /j/ yang membentuk kluster dengan konsonan lain menjadi bunyi sibilan), dan pemupusan kluster konsonan.[85]

Dialek GA dan RP berbeda dalam hal pengucapan bunyi historis /r/ yang menutup vokal di akhir suku kata. Dialek GA merupakan ragam rhotis, yaitu ragam bahasa Inggris yang merealisasikan bunyi /r/ di akhir suku kata, sementara dialek RP yang bersifat non-rhotis menghilangkan bunyi /r/ di posisi tersebut. Dialek-dialek bahasa Inggris dapat digolongkan sebagai ragam rhotis dan non-rhotis tergantung apakah dialek tersebut menghilangkan bunyi /r/ seperti dialek RP atau melestarikan bunyi tersebut seperti dialek GA.[86]

Terdapat perbedaan dialektal yang kompleks dalam kosakata yang memiliki bunyi vokal terbuka depan dan vokal terbuka belakang ɑː ɒ ɔː/. Keempat bunyi vokal ini hanya dibedakan dalam dialek RP, Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Dalam dialek GA, vokal-vokal ini melebur menjadi ɑ ɔ/,[87] sementara dalam dialek Kanada, kesemuanya melebur menjadi dua bunyi saja: ɑ/.[88] Selain itu, kosakata yang mengandung vokal-vokal tersebut dapat berbeda-beda tergantung dialeknya. Tabel "Vokal terbuka dalam beberapa dialek" menunjukkan keragaman ini dalam beberapa kosakata yang mengandung bunyi-bunyi vokal tersebut.

Sistem penulisan

Huruf besar Huruf kecil IPA Huruf besar Huruf kecil IPA
A a /eɪ/ N n /ɛn/
B b /biː/ O o /eoʊ/
C c /siː/ P p /piː/
D d /diː/ Q q /kjuː/
E e /iː/ R r /ɑr/
F f /ɛf/ S s /ɛs/
G g /dʒiː/ T t /tiː/
H h /eɪtʃ/ U u /juː/
I i /aɪ/ V v /viː/
J j /dʒeɪ/ W w /ˈdʌbəljuː/
K k /keɪ/ X x /ɛks/
L l /ɛl/ Y y /waɪ/
M m /ɛm/ Z z /ziː/

Tata bahasa

Tata bahasa Inggris memiliki variasi dalam struktur dan penggunaannya, itu tergantung tradisi yang digunakan oleh suatu negara yang dipengaruhi oleh bahasa asli dari negara tersebut. Secara umum, tata bahasa yang dipedomani adalah tata bahasa Inggris Amerika (American English) dan Inggris Britania Raya (British English).

Sistem kala

Bahasa Inggris umumnya dikenal memiliki empat bentuk kala yakni:

Namun, kala yang sejati dalam bahasa Inggris hanya kala lampau dan kala kini (taklampau) karena dua kala lainnya hanya berupa kata dasar ditambah verba bantu.

Untuk menunjukkan perbedaan aspek gramatikal lebih lanjut, masing-masing kala memiliki "empat bagian" yakni:

  • Simple (umumnya menunjukkan aspek habitual, frekuentatif, atau momentan tergantung adverbia yang ada)
  • Continuous/Progressive (aspek kontinuatif atau progresif)
  • Perfect (aspek perfektif)
  • Perfect Continuous/Progressive (aspek imperfektif)

Rumus sistem kala

Kalimat positif/Kalimat aktif
Past Present Future Past Future
Simple S + KK2 + O S + KK1 + O S + Will + KK1 + O S + Would + KK1 + O
Continuous S + Was/Were + KK-ing + O S + Am/Are/Is + KK-ing + O S + Will + Be + KK-ing + O S + Would + Be + KK-ing + O
Perfect S + Had + KK3 + O S + Have/Has + KK3 + O S + Will + Have + KK3 + O S + Would + Have + KK3 + O
Perfect Continuous S + Had + Been + KK-ing + O S + Have/Has + Been + KK-ing + O S + Will + Have + Been + KK-ing + O S + Would + Have + Been + KK-ing + O
  • Ket:
    Subjek adalah pelaku dan objek adalah penderita.
    untuk KK1, kata ganti orang ketiga harus ditambah s/es
Kalimat negatif
Past Present Future Past Future
Simple S + Did + Not + KK1 + O S + Do/Does + Not + KK1 + O S + Will + Not + KK1 + O S + Would + Not + KK1 + O
Continuous S + Was/Were + Not + KK-ing + O S + Am/Are/Is + Not + KK-ing + O S + Will + Not + Be + KK-ing + O S + Would + Not + Be + KK-ing + O
Perfect S + Had + Not + KK3 + O S + Have/Has + Not + KK3 + O S + Will + Not + Have + KK3 + O S + Would + Not + Have + KK3 + O
Perfect Continuous S + Had Not + Been + KK-ing + O S + Have/Has + Not + Been + KK-ing + O S + Will + Not + Have + Been + KK-ing + O S + Would + Not + Have + Been + KK-ing + O
  • Ket: Subjek adalah pelaku dan objek adalah penderita.
Kalimat pasif
Past Present Future Past Future
Simple S + Was/Were + KK3 + By + O S + Am/Are/Is + KK3 + By + O S + Will + Be + KK3 + By + O S + Would + Be + KK3 + By + O
Continuous S + Was/Were + Being + KK3 + By + O S + Am/Are/Is + Being + KK3 + By + O S + Will + Be + Being + KK3 + By + O S + Would + Be + Being + KK3 + O
Perfect S + Had + Been + KK3 + By + O S + Have/Has + Been + KK3 + O S + Will + Have + Been + KK3 + O S + Would + Have + Been + KK3 + O
Perfect Continuous S + Had + Been + Being + KK3 + By + O S + Have/Has + Been + Being + KK3 + By + O S + Will + Have + Been + Being + KK3 + By + O S + Would + Have + Been + Being + KK3 + By + O
  • Ket: Subjek adalah penderita dan objek adalah pelaku.

Kata ganti

Orang

Kata ganti orang Inggris[89]:52
Orang Nomor Kasus
Subjek Objek
Pertama Tunggal I me
Jamak we us
Kedua Tunggal you you
Jamak you you
Ketiga Tunggal he, she, it him, her, it
Jamak they them

Refleksi

Kata ganti refleksi Inggris[89]:52
I myself
you yourself
we ourselves
they themselves
you (jamak) yourselves
he, she, it himself, herself, itself

Pemilik

Kata ganti pemilik dalam bahasa Inggris[89]:52
Subjek Kata sifat Kata ganti
I my mine
you your yours
we our ours
they their theirs
he, she, it his, her, its his, hers, its

Penanya

Kata ganti penanya Inggris[89]:52
Inggris Indonesia
how bagaimana
who siapa
what apa
when kapan
why mengapa
where di mana, ke mana, mana
which yang mana
whose milik siapa
whom oleh siapa
how many berapa (untuk benda dapat dihitung)
how much berapa (untuk benda tidak dapat dihitung)

Penunjuk

Kata ganti penunjuk Inggris[89]:52
Inggris Indonesia
this, these ini
that, those itu
this one yang ini
that one yang itu

Referensi

  1. ^ Oxford Learner's Dictionary 2015, Entry: English – Pronunciation.
  2. ^ a b c "What are the top 200 most spoken languages?". Ethnologue. 2022. Diakses tanggal 2023-04-12.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "ethnologue" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ Ethnologue; diakses pada: 6 Juni 2019; situs arsip: https://web.archive.org/web/20190606034819/https://www.ethnologue.com/language/eng.
  4. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "English". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  5. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  6. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  7. ^ Mydans, Seth (14-05-2007). "Across cultures, English is the word". The New York Times (dalam bahasa bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-15. Diakses tanggal 21-09-2011. 
  8. ^ Ammon 2006, hlm. 2245-2247.
  9. ^ Schneider 2007, hlm. 1.
  10. ^ Mazrui & Mazrui 1998, hlm. 21.
  11. ^ Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung; Kustanti, Dewi; Prihmayadi, Yadi (2017-06-20). "PROBLEMATIKA BUDAYA BERBICARA BAHASA INGGRIS". Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam. 14 (1): 161–174. doi:10.15575/al-tsaqafa.v14i1.1798. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-07. Diakses tanggal 2023-01-07. 
  12. ^ Hjarvard, Stig (2004) "The globalization of language: How the media contribute to the spread of English and the emergence of medialects" Trans. Charly Hultén. Nordicom Review. Retrieved 30 December 2014.
  13. ^ Crystal 2003a, hlm. 6.
  14. ^ Wardhaugh 2010, hlm. 55.
  15. ^ "English – Definition and More from the Free Merriam-Webster Dictionary". Merriam-webster.com. 25 April 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-25. Diakses tanggal 4 November 2012. 
  16. ^ "Words on the brain: from 1 million years ago?". History of language. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-09-28. Diakses tanggal 5 September 2010. 
  17. ^ Baugh, Albert C. and Cable, Thomas (1978). "Latin Influences on Old English". An excerpt from Foreign Influences on Old English. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-27. Diakses tanggal 5 September 2010. 
  18. ^ a b Daniel Weissbort (2006). "Translation: theory and practice: a historical reader". p.100. Oxford University Press, 2006
  19. ^ "How many words are there in the English Language?". Oxford Dictionaries (dalam bahasa bahasa Inggris). Oxford University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-11-30. Diakses tanggal 19-02-2016. 
  20. ^ "Vista Worldwide Language Statistics" (dalam bahasa bahasa Inggris). Vistawide.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-20. Diakses tanggal 31-10-2010. 
  21. ^ Harper, Douglas. "english". Online Etymology Dictionary. 
  22. ^ Smith, Ross (2005). "Global English: gift or curse?". English Today. 21 (2): 56. doi:10.1017/S0266078405002075. 
  23. ^ a b David Graddol (1997). "The Future of English?" (PDF). The British Council. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-06-28. Diakses tanggal 15-04-2007. 
  24. ^ "IMO Standard Marine Communication Phrases". International Maritime Organization. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-03. Diakses tanggal 18-02-2016. 
  25. ^ "FAQ – Language proficiency requirements for licence holders – In which languages does a licence holder need to demonstrate proficiency?". International Civil Aviation Organization – Air Navigation Bureau. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-20. Diakses tanggal 02-06-2011. 
  26. ^ "The triumph of English". The Economist. 20-12-2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-03-26. Diakses tanggal 26-03-2007.  (perlu berlangganan)
  27. ^ "Lecture 7: World-Wide English". EHistLing. Archived from the original on 2007-04-01. Diakses tanggal 26-03-2007. 
  28. ^ Graphics: English replacing German as language of Science Nobel Prize winners Diarsipkan 2014-06-17 di Wayback Machine.. From J. Schmidhuber (2010), Evolution of National Nobel Prize Shares in the 20th Century Diarsipkan 2014-03-27 di Wayback Machine. at arXiv:1009.2634v1 Diarsipkan 2014-01-02 di Wayback Machine.
  29. ^ "UN official languages". Un.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-26. Diakses tanggal 20-04-2013. 
  30. ^ Crystal, David (2002). Language Death. Cambridge University Press. doi:10.2277/0521012716. ISBN 0-521-01271-6. 
  31. ^ Cheshire, Jenny (1991). English Around The World: Sociolinguistic Perspectives. Cambridge University Press. doi:10.2277/0521395658. ISBN 0-521-39565-8. 
  32. ^ Bammesberger 1992, hlm. 29–30.
  33. ^ Bammesberger 1992, hlm. 30.
  34. ^ Robinson 1992.
  35. ^ Romaine 1982, hlm. 56–65.
  36. ^ Barry 1982, hlm. 86–87.
  37. ^ Harbert 2007.
  38. ^ Thomason & Kaufman 1988, hlm. 264–265.
  39. ^ Watts 2011, Chapter 4.
  40. ^ Durrell 2006.
  41. ^ König & van der Auwera 1994.
  42. ^ Blench, R.; Spriggs, Matthew (1999). Archaeology and Language: Correlating Archaeological and Linguistic Hypotheses. Routledge. hlm. 285–286. ISBN 978-0-415-11761-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-16. Diakses tanggal 2014-01-20. 
  43. ^ "The Roman epoch in Britain lasted for 367 years" Diarsipkan 2014-02-09 di Wayback Machine., Information Britain website
  44. ^ "Anglik English language resource". Anglik.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-06-04. Diakses tanggal 21 April 2010. 
  45. ^ "Bede's Ecclesiastical History of England | Christian Classics Ethereal Library". Ccel.org. 1 June 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-08. Diakses tanggal 2 January 2010. 
  46. ^ Bosworth, Joseph. "Engla land". An Anglo-Saxon Dictionary (Online). Prague: Charles University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-21. Diakses tanggal 2014-01-20. 
  47. ^ Bosworth, Joseph. "Englisc". An Anglo-Saxon Dictionary (Online). Prague: Charles University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-21. Diakses tanggal 2014-01-20. 
  48. ^ Collingwood, R. G. (1936). "The English Settlements. The Sources for the period: Angles, Saxons, and Jutes on the Continent". Roman Britain and English Settlements. Oxford, England: Clarendon. hlm. 325 et sec. ISBN 0-8196-1160-3. 
  49. ^ "Linguistics Research Center Texas University". Utexas.edu. 20 February 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-20. Diakses tanggal 21 April 2010. 
  50. ^ "The Germanic Invasions of Western Europe, Calgary University". Ucalgary.ca. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-12. Diakses tanggal 21 April 2010. 
  51. ^ Graddol, David; Leith, Dick and Swann, Joan (1996) English: History, Diversity and Change, New York: Routledge, p. 101, ISBN 0-415-13118-9.
  52. ^ Cercignani, Fausto (1981) Shakespeare's Works and Elizabethan Pronunciation, Oxford, Clarendon Press.
  53. ^ Baugh, p. 336.
  54. ^ "Which countries are best at English as a second language?". World Economic Forum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-25. Diakses tanggal 29 November 2016. 
  55. ^ Crystal 2003b, hlm. 106.
  56. ^ a b Svartvik & Leech 2006, hlm. 2.
  57. ^ Kachru 2006, hlm. 196.
  58. ^ Wolfram 2006, hlm. 334–335.
  59. ^ Carr & Honeybone 2007.
  60. ^ Bermúdez-Otero & McMahon 2006.
  61. ^ MacMahon 2006.
  62. ^ International Phonetic Association 1999, hlm. 41–42.
  63. ^ König 1994, hlm. 534.
  64. ^ Collins & Mees 2003, hlm. 47–53.
  65. ^ Trudgill & Hannah 2008, hlm. 13.
  66. ^ Trudgill & Hannah 2008, hlm. 41.
  67. ^ Brinton & Brinton 2010, hlm. 56–59.
  68. ^ Wells, John C. (8 February 2001). "IPA transcription systems for English". University College London. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-19. Diakses tanggal 2021-09-16. 
  69. ^ Collins & Mees 2003, hlm. 46–50.
  70. ^ Cruttenden 2014, hlm. 138.
  71. ^ Flemming & Johnson 2007.
  72. ^ Wells 1982, hlm. 167.
  73. ^ Wells 1982, hlm. 121.
  74. ^ International Phonetic Association 1999, hlm. 42.
  75. ^ Oxford Learner's Dictionary 2015, Entry "contract".
  76. ^ Merriam Webster 2015, Entry "contract".
  77. ^ Macquarie Dictionary 2015, Entry "contract".
  78. ^ Brinton & Brinton 2010, hlm. 66.
  79. ^ "Sentence stress". ESOL Nexus. British Council. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-03. Diakses tanggal 24 November 2019. 
  80. ^ Lunden, Anya (2017). "Duration, vowel quality, and the rhythmic pattern of English". Laboratory Phonology. 8: 27. doi:10.5334/labphon.37 . 
  81. ^ a b Trudgill & Hannah 2002, hlm. 4–6.
  82. ^ Lass 1992, hlm. 90,118,610; Lass 2000, hlm. 80,656.
  83. ^ Roach 2009, hlm. 53.
  84. ^ Giegerich 1992, hlm. 36.
  85. ^ Wells, John (1982). Accents of English. ISBN 0-521-28540-2. 
  86. ^ Lass 2000, hlm. 114.
  87. ^ Wells 1982, hlm. xviii–xix.
  88. ^ Wells 1982, hlm. 493.
  89. ^ a b c d e Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Borjars

Daftar pustaka

Lihat pula

Pranala luar

Umum

Kamus

Tesaurus

Esai

Intonasi