Perjanjian Lama

divisi pertama dari Alkitab Kristen

Perjanjian Lama adalah bagian pertama dari Alkitab Kristen, yang utamanya berdasarkan pada Alkitab Ibrani, berisikan suatu kumpulan tulisan keagamaan karya bangsa Israel kuno.[1] Bagian ini merupakan pasangan dari Perjanjian Baru, bagian kedua dari Alkitab Kristen. Terdapat variasi kanon Perjanjian Lama di antara Gereja-gereja Kristen; kalangan Protestan dan Orang Suci Zaman Akhir hanya menerima kitab-kitab yang terdapat dalam kanon Alkitab Ibrani, yang mana terbagi dalam 39 kitab, sedangkan kalangan Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Ortodoks Oriental menerima sekumpulan tulisan dengan jumlah yang sedikit lebih banyak.[2]

Perjanjian Lama terdiri dari banyak kitab berbeda yang ditulis, disusun, dan disunting oleh berbagai penulis[3] selama kurun waktu berabad-abad. Alkitab Ibrani merupakan dasar dari Perjanjian Lama Kristen, namun tidak ada kejelasan sepenuhnya pada titik mana parameter-parameter dari Alkitab tersebut ditetapkan. Beberapa akademisi mengajukan pendapat bahwa kanon Alkitab Ibrani ditetapkan pada sekitar abad ke-3 M,[4][5] atau bahkan setelahnya.[6]

Semua kitab dalam Perjanjian Lama ditulis sebelum kelahiran Yesus, yang mana 97% isi dan sisanya dalam bahasa Aram. Kitab-kitab Perjanjian Lama secara umum dapat dibagi menjadi beberapa bagian:

  1. Kelima kitab pertama atau Taurat (Pentateukh, Torah)
  2. Kitab sejarah yang menceritakan sejarah bangsa Israel sejak penaklukan Kanaan sampai pembuangan ke Babilonia
  3. Kitab puisi dan hikmat yang dalam beragam bentuknya berhubungan dengan masalah kebaikan dan kejahatan di dunia ini
  4. Kitab nubuat atau para nabi

Isi sunting

Perjanjian Lama berisikan 39 (Protestan), 46 (Katolik), atau lebih (Ortodoks dan lainnya) kitab-kitab yang secara luas terbagi dalam Taurat, kitab sejarah, kitab hikmat, dan kitab para nabi.[7]

Tabel sunting

Tabel di bawah ini menggunakan pengejaan dan penamaan dalam edisi-edisi modern Alkitab saat ini, seperti misalnya New American Bible Revised Edition, Revised Standard Version, dan English Standardisasi Version, untuk edisi-edisi bahasa Inggris, atau Alkitab Terjemahan Baru LAI dan Alkitab Deuterokanonika (LAI-LBI) untuk edisi-edisi bahasa Indonesia. Pengejaan dan penamaan baik dalam Perjanjian Lama Douay-Rheims 1609 (dan dalam Perjanjian Baru Douay-Rheims 1582) serta revisinya tahun 1749 oleh Uskup Challoner (DRC, edisi cetak saat ini yang digunakan banyak umat Katolik dan sebagai sumber pengejaan Katolik tradisional dalam bahasa Inggris) maupun dalam Septuaginta (LXX) berbeda dengan penamaan dan pengejaan dalam edisi-edisi modern yang berasal dari Naskah Masorah Ibrani.[a]

Untuk kanon Ortodoks, judul-judul Septuaginta dituliskan dalam tanda kurung apabila berbeda dari edisi-edisi tersebut. Untuk kanon Katolik, judul-judul dari Douay-Rheims dituliskan dalam tanda kurung apabila berbeda dengan edisi-edisi tersebut. Demikian juga King James Version mereferensikan beberapa dari kitab-kitab ini dengan pengejaan tradisional ketika merujuknya dalam Perjanjian Baru, seperti "Esaias" untuk Isaiah (Yesaya).

Dalam semangat ekumenisme, banyak terjemahan Katolik dalam bahasa Inggris belakangan ini (seperti New American Bible, Jerusalem Bible, dan berbagai terjemahan ekumenis yang digunakan kalangan Katolik seperti Revised Standard Version Catholic Edition) menggunakan penamaan dan pengejaan [Alkitab Raja James] "standar" yang sama seperti Alkitab Protestan (misalnya 1 Chronicles bukannya 1 Paralipomenon, 1–2 Samuel dan 1–2 Kings bukannya 1–4 Kings) pada kitab-kitab yang secara universal dianggap kanonik, yakni protokanonika.

Talmud (komentari Yahudi tentang kitab suci) dalam Baba Batra 14b menyajikan suatu urutan yang berbeda untuk kitab-kitab dalam Nevi'im dan Ketuvim. Pengurutan ini juga dikutip dalam Mishneh Torah Hilchot Sefer Torah 7:15. Urutan kitab-kitab Torah/Taurat bersifat universal dalam semua denominasi agama Yahudi dan Kekristenan.

Kitab-kitab yang diperdebatkan, yang termasuk dalam suatu kanon namun tidak terdapat dalam yang lainnya, sering kali disebut apokrifa Alkitab, suatu istilah yang kadang-kadang digunakan secara khusus untuk mendeskripsikan kitab-kitab dalam kanon Ortodoks dan Katolik yang tidak ada dalam Naskah Masorah Yahudi dan kebanyakan Alkitab Protestan modern.

Kalangan Katolik, mengikuti Kanon Trente (1546), mendeskripsikan kitab-kitab ini sebagai deuterokanonika, sedangkan kalangan Ortodoks Yunani, mengikuti Sinode Yerusalem (1672), menggunakan nama tradisional anagignoskomena (artinya "yang harus dibaca"). Kitab-kitab tersebut terdapat dalam versi-versi Protestan historis; Alkitab Luther berbahasa Jerman menyertakan kitab-kitab tersebut, sebagaimana juga Alkitab Raja James tahun 1611 yang berbahasa Inggris.[b]

Sel-sel yang kosong pada tabel menunjukkan bahwa suatu kitab tidak termasuk dalam kanon tersebut.

Bahasa Ibrani

Alkitab Ibrani
Tanakh
(24 kitab)[c]

Bahasa Yunani

Septuaginta
(60 kitab)

Bahasa Indonesia Bahasa asli
naskah sumber
Protestan
Perjanjian Lama
(39 kitab)[9]
Katolik
Perjanjian Lama
(46 kitab)[10]
Ortodoks Timur
Perjanjian Lama
(51 kitab)[11]
Hukum Taurat atau Pentateukh
Beresyit Genesis Kejadian Kejadian Kejadian Ibrani
Syemot Exodos Keluaran Keluaran Keluaran Ibrani
Vayiqra Leuitikon Imamat Imamat Imamat Ibrani
Bemidbar Arithmoi Bilangan Bilangan Bilangan Ibrani
Devarim Deuteronomion Ulangan Ulangan Ulangan Ibrani
Sejarah Kitab-kitab sejarah
Yehosyua Iesous Naue Yosua Yosua Yosua Ibrani
Syofetim Kritai Hakim-hakim Hakim-hakim Hakim-hakim Ibrani
Rut Routh Rut Rut Rut Ibrani
Syemuel 1 Basileion 1 Samuel 1 Samuel[d] 1 Samuel (1 Raja-raja)[e] Ibrani
2 Basileion 2 Samuel 2 Samuel[d] 2 Samuel (2 Raja-raja)[e] Ibrani
Melakhim 3 Basileion 1 Raja-raja 1 Raja-raja[d] 1 Raja-raja (3 Raja-raja)[e] Ibrani
4 Basileion 2 Raja-raja 2 Raja-raja[d] 2 Raja-raja (4 Raja-raja)[e] Ibrani
Divre Hayyamim 1 Paraleipomenon 1 Tawarikh 1 Tawarikh 1 Tawarikh (1 Paraleipomenon)[e] Ibrani
2 Paraleipomenon 2 Tawarikh 2 Tawarikh 1 Tawarikh (2 Paraleipomenon)[e] Ibrani
1 Esdras 1 Ezra (1 Esdras)[e][f][g] Yunani
Ezra–Nekhemyah 2 Esdras Ezra Ezra 2 Ezra (2 Esdras)[e][h] Ibrani dan Aram
Nehemia Nehemia Nehemia[h] Ibrani
Tobit Tobit[i] Tobit[g] Aram dan Ibrani
Ioudith Yudit[i] Yudit[g] Ibrani
Ester Esther Ester Ester[j] Ester[j] Ibrani
1 Makkabaion 1 Makabe[i][k] 1 Makabe[g] Ibrani
2 Makkabaion 2 Makabe[i][k] 2 Makabe[g] Yunani
3 Makkabaion 3 Makabe[g] Yunani
3 Ezra (3 Esdras)[e][g] Yunani
4 Makabe[l][m] Yunani
Hikmat Kitab-kitab puisi
Iyov Iob Ayub Ayub Ayub Ibrani
Tehillim Psalmoi Mazmur Mazmur Mazmur[n] Ibrani
Proseukhe Manasse Doa Manasye[o] Yunani
Misylei Paroimiai Amsal Amsal Amsal Ibrani
Qohelet Ekklesiastes Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah Ibrani
Syir Hasyirim Asma Asmaton Kidung Agung Kidung Agung Kidung Agung Ibrani
Sophia Salomontos Kebijaksanaan Salomo[i] Kebijaksanaan Salomo[g] Yunani
Sophia Iesou Seirakh Yesus bin Sirakh[i][p] Kebijaksanaan Sirakh[p][g] Ibrani
Nabi-nabi (besar) Kitab-kitab kenabian (Nabi-nabi besar)
Yesyayahu Esaias Yesaya Yesaya Yesaya Ibrani
Yirmeyahu Hieremias Yeremia Yeremia Yeremia Ibrani
Eikhah Threnoi Ratapan Ratapan Ratapan Ibrani
Baroukh Barukh[q][i] Barukh[r][g] Ibrani[12]
Epistole Ieremiou Surat Yeremia[r][g] Yunani[s]
Yekhezqel Iezekiel Yehezkiel Yehezkiel Yehezkiel Ibrani
Daniyyel Daniel Daniel Daniel[t] Daniel[t] Aram dan Ibrani
Nabi-nabi (kecil) Kitab-kitab kenabian (Nabi-nabi kecil)
Trei Asar Hosee Hosea Hosea Hosea Ibrani
Ioel Yoël Yoël Yoël Ibrani
Amos Amos Amos Amos Ibrani
Obdiou Obaja Obaja Obaja Ibrani
Ionas Yunus Yunus Yunus Ibrani
Mikhaias Mikha Mikha Mikha Ibrani
Naoum Nahum Nahum Nahum Ibrani
Ambakoum Habakuk Habakuk Habakuk Ibrani
Sophonias Zefanya Zefanya Zefanya Ibrani
Angaios Hagai Hagai Hagai Ibrani
Zakharias Zakharia Zakharia Zakharia Ibrani
Malakhias Maleakhi Maleakhi Maleakhi Ibrani

Beberapa kitab dalam kanon Ortodoks Timur juga ditemukan dalam lampiran Vulgata Latin, yang mana dahulu merupakan Kitab Suci resmi dalam Gereja Katolik Roma (sekarang menggunakan Nova Vulgata).

Kitab-kitab dalam Lampiran Alkitab Vulgata
Nama dalam Vulgata Nama dalam penggunaan Ortodoks Timur
3 Esdras 1 Esdras
4 Esdras
Doa Manasye Doa Manasye
Mazmur Daud saat ia membunuh Goliat (Mazmur 151) Mazmur 151

Komposisi sunting

Kelima kitab pertama – Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan – merupakan kitab Taurat, mengisahkan bangsa Israel dari penciptaan menurut Kitab Kejadian sampai dengan kematian Musa. Beberapa akademisi saat ini ragu bahwa kitab-kitab tersebut memperoleh bentuknya seperti yang sekarang pada periode Persia (538–332 SM), dan bahwa para penulisnya adalah kaum elit dari mereka yang kembali dari pembuangan yang kemudian mengendalikan Bait Suci pada saat itu.[13] Namun penemuan fragmen-fragmen Alkitab Ibrani pada tahun 2004 di Ketef Hinnom dengan tarikh abad ke-7 SM, yang berarti sebelum pembuangan ke Babilonia (Babel), menunjukkan bahwa setidaknya beberapa elemen dari Taurat telah ada sebelum pembuangan Babel.[14][15][16][17]

Kemudian Yosua, Hakim-hakim, Samuel, dan Raja-raja, memuat sejarah Israel sejak dari Penaklukan Kanaan sampai dengan Pengepungan Yerusalem (587 SM). Ada suatu konsensus luas di kalangan akademisi bahwa kitab-kitab ini asalnya adalah sebuah karya tunggal (yang dikenal sebagai "sejarah Deuteronomistik") selama masa pembuangan Babel pada abad ke-6 SM.[18] Kedua Kitab Tawarikh meliputi banyak materi yang sama seperti dalam Taurat dan sejarah Deuteronomistik, dan mungkin berasal dari abad ke-4 SM.[19]

Kitab-kitab Tawarikh berkaitan dengan kitab-kitab Ezra dan Nehemia, yang mungkin terselesaikan pada abad ke-3 SM.[20] Perjanjian Lama Ortodoks dan Katolik memuat dua (Katolik) sampai empat (Ortodoks) Kitab Makabe, yang ditulis pada abad ke-2 dan ke-1 SM.

Kitab-kitab sejarah membentuk sekitar setengah dari keseluruhan isi Perjanjian Lama. Sisanya berupa kitab-kitab dari berbagai nabiYesaya, Yeremia, Yehezkiel, Daniel, dan dua belas "nabi-nabi kecil" – yang ditulis antara abad ke-8 dan ke-6 SM, kecuali Kitab Yunus dan Daniel yang mana dituliskan jauh di kemudian hari.[21] Kitab-kitab "hikmat" atau "kebijaksanaan" dan yang lainnya – Ayub, Amsal, dan seterusnya – bertarikh antara abad ke-5 SM dan abad ke-2 atau ke-1 SM, dengan pengecualian beberapa dari Kitab Mazmur.[22]

Tema sunting

Allah secara konsisten digambarkan sebagai suatu sosok yang menciptakan atau mengadakan keteraturan dunia ini dan memandu sejarahnya. Meskipun Allah dalam Perjanjian Lama tidak secara konsisten ditampilkan sebagai satu-satunya Allah yang ada, Ia selalu digambarkan sebagai satu-satunya Allah yang disembah bangsa Israel; baik umat Yahudi maupun Kristen selalu menafsirkan Alkitab sebagai suatu penegasan akan akan keesaan Allah yang Mahakuasa.[23]

Perjanjian Lama menekankan hubungan khusus antara Allah dengan bangsa pilihan-Nya, Israel, namun mencakup petunjuk-petunjuk bagi kaum proselit juga. Hubungan ini diungkapkan dalam perjanjian antara keduanya, yang mana diterima oleh Musa. Hukum-hukum dalam kitab seperti Keluaran dan terutama Ulangan merupakan istilah-istilah dari perjanjian itu sendiri: bangsa Israel bersumpah setia kepada Allah, dan Allah bersumpah untuk menjadi pendukung dan pelindung khusus bangsa Israel.[23]

Tema-tema berikutnya dalam Perjanjian Lama meliputi keselamatan, penebusan, penghakiman ilahi, ketaatan dan ketidaktaatan, iman dan kesetiaan, dan lainnya. Dalam kesemuanya itu terdapat suatu penekanan kuat pada etika dan kemurnian ritual, yang mana keduanya merupakan tuntutan Allah, meskipun beberapa penulis hikmah dan nabi tampaknya mempertanyakan hal ini, dengan alasan bahwa Allah lebih menekankan keadilan sosial daripada kemurnian, dan mungkin dipandang tidak peduli sama sekali mengenai kemurnian. Hukum moral Perjanjian Lama memerintahkan keadilan, campur tangan demi mereka yang lemah, dan kewajiban dari mereka yang berkuasa untuk menegakkan keadilan dengan benar. Hukum tersebut melarang pembunuhan, penyuapan dan korupsi, perdagangan yang tidak adil, dan banyak pelanggaran seksual. Semua moralitas ditelusuri kembali sumbernya kepada Allah, yang mana merupakan sumber segala kebaikan.[24]

Masalah kejahatan banyak berperan dalam keseluruhan bagian Perjanjian Lama. Masalah yang dihadapi para penulis Perjanjian Lama adalah bahwa sosok Allah yang baik harus memiliki alasan yang adil dan tepat untuk mengizinkan terjadinya bencana (yang terutama, tetapi tidak hanya, berarti pembuangan Babel) atas umat-Nya. Tema tersebut diperlihatkan, dengan banyak variasi, dalam kitab-kitab yang berbeda seperti Raja-raja dan Tawarikh, para nabi seperti Yehezkiel dan Yeremia, dan dalam kitab-kitab hikmat seperti Ayub dan Pengkhotbah.[24]

Sejarah penyusunan sunting

 
Keterkaitan antara berbagai naskah kuno yang penting dari Perjanjian Lama, menurut Encyclopaedia Biblica (1903). Beberapa naskah ditunjukkan dengan siglumnya. LXX di sini menandakan Septuaginta yang asli.

Perjanjian Lama Yunani, Latin, dan Protestan sunting

Proses pemilihan kitab-kitab yang membentuk suatu kanon dan Alkitab merupakan suatu proses yang panjang, dan kompleksitasnya dapat menjelaskan banyaknya Perjanjian Lama yang berlainan pada saat ini. Timothy H. Lim, seorang profesor Alkitab Ibrani dan Yudaisme Bait Kedua di Universitas Edinburgh, mengidentifikasi Perjanjian Lama sebagai "suatu kumpulan teks-teks otoritatif yang kiranya dari sumber ilahi, yang melalui suatu proses insani penulisan dan penyuntingan."[3] Ia menyatakan bahwa kitab tersebut bukanlah suatu buku ajaib yang ditulis secara harfiah oleh Allah dan diteruskan ke manusia. Pada sekitar abad ke-5 SM, kaum Yahudi memandang kelima kitab Taurat (Pentateukh Perjanjian Lama) memiliki status otoritatif atau berwibawa; pada abad ke-2 SM kitab-kitab para nabi memiliki suatu status yang sama, walaupun tidak pada tingkat penghormatan yang setara dengan Taurat; selain semua kitab tersebut, kitab-kitab suci Yahudi tidak tetap, karena masing-masing kelompok yang berbeda melihat kewibawaan dalam kitab-kitab yang berbeda.[25]

Alkitab Yunani sunting

Kitab-kitab suci pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani antara tahun 280–130 SM, di Aleksandria.[26] Terjemahan-terjemahan Yunani awal ini – konon ditugaskan oleh Ptolemaios II Philadelphos – disebut Septuaginta (artinya "Tujuh puluh"), suatu sebutan yang berasal dari jumlah penerjemah yang diduga terlibat di dalamnya (maka singkatannya "LXX"). Septuaginta ini menjadi dasar dari Perjanjian Lama dalam Gereja Ortodoks Timur.[27]

Terdapat banyak variasi dalam isinya dibandingkan dengan Naskah Masorah dan mencakup sejumlah kitab yang tidak lagi dianggap kanonik dalam tradisi tertentu: 1–2 Esdras, Yudit, Tobit, 3–4 Makabe, Kitab Kebijaksanaan, Sirakh, dan Barukh.[28] Para kritikus Alkitab zaman modern awal biasanya menjelaskan variasi-variasi ini sebagai perubahan yang disengaja oleh para cendekiawan dari Aleksandria, tetapi keilmuan terbaru memandang bahwa hal tersebut disebabkan oleh perbedaan teks-teks sumber awal dengan yang digunakan kemudian oleh kaum Masoret dalam pekerjaan mereka.

Septuaginta awalnya digunakan oleh kaum Yahudi dalam periode Helenisasi secara menyeluruh, sehingga pengetahuan mereka tentang bahasa Yunani menjadi lebih baik dibandingkan dengan bahasa Ibrani mereka. Makin meningkatnya jumlah orang non Yahudi yang memeluk Kekristenan menciptakan suatu kebutuhan akan penerjemahan Kitab Suci Ibrani ke dalam bahasa Yunani dan Latin. Tiga penerjemah awal yang paling diakui adalah Akwila dari Sinope, Symmakus, dan Theodotion; dalam Heksapla karyanya, Origen menempatkan edisi teks Ibrani di sebelah salinannya dalam alfabet Yunani dan empat terjemahan paralel: karya-karya Akwila, Symmakus, Theodotion, dan Septuaginta. Yang disebut "edisi kelima" dan "keenam" merupakan dua terjemahan Yunani lainnya yang diduga secara ajaib ditemukan oleh para pelajar di luar kota Yerikho dan Nikopolis: keduanya ini lalu ditambahkan ke dalam Oktapla karya Origen.[29]

Pada tahun 331, Kaisar Konstantinus I menugaskan Eusebius dari Kaisarea untuk memberikan lima puluh Alkitab untuk Gereja Konstantinopel. Athanasius[30] mencatat para ahli kitab Aleksandria sedang mempersiapkan Alkitab-Alkitab untuk Kaisar Konstans pada sekitar tahun 340. Hanya sedikit hal lainnya yang diketahui, kendati ada banyak spekulasi seputar hal tersebut. Sebagai contoh, ada dugaan bahwa hal ini mungkin mendorong adanya pendaftaran kanon, dan bahwa Kodeks Vaticanus dan Kodeks Sinaiticus merupakan beberapa contoh dari Alkitab-Alkitab ini. Bersama dengan Pesyita dan Kodeks Alexandrinus, semuanya ini merupakan Alkitab-Alkitab Kristen paling awal yang masih ada hingga sekarang.[31] Tidak ditemukan bukti dalam kanon-kanon Konsili Nicea Pertama mengenai adanya suatu penetapan kanon Alkitab; namun Hieronimus (347–420), dalam Prologue to Judith, membuat klaim bahwa Kitab Yudit "ditetapkan oleh Konsili Nicea untuk dimasukkan dalam keseluruhan Kitab Suci".[32]

Alkitab Latin sunting

Dalam Kekristenan Barat atau Kekristenan di bagian barat Kekaisaran Romawi, bahasa Latin menggantikan bahasa Yunani sebagai bahasa umum dari umat Kristen awal, dan sekitar tahun 400 M Paus Damasus I menugaskan Hieronimus, seorang cendekiawan terkemuka saat itu, untuk memperbarui Alkitab Latin untuk menggantikan Vetus Latina. Karya Hieronimus disebut Vulgata (artinya: bahasa umum), dan ia menerjemahkan sebagian besar Perjanjian Lama dari teks Ibrani, sebab ia berpendapat bahwa teks Ibrani lebih unggul untuk mengoreksi Septuaginta baik dalam hal teologis maupun filologis.[33] Vulgata karyanya kemudian menjadi Alkitab standar yang digunakan dalam Gereja Barat, terutama sebagai Vulgata Sixto-Clementina, sedangkan Gereja-gereja Timur masih terus menggunakan Septuaginta hingga sekarang.[34]

Namun Hieronimus, dalam prolog-prolog Vulgata, mendeskripsikan beberapa bagian dari kitab-kitab dalam Septuaginta yang tidak gunakan oleh kaum Ibrani sebagai non kanonik (ia menyebutnya apokrifa);[35] untuk Kitab Barukh, ia menyebutnya dalam Prologue to Jeremiah dan mencatat bahwa kitab tersebut tidak dibaca ataupun dimiliki oleh orang-orang Ibrani, tetapi tidak secara eksplisit menyebutnya apokrif atau "tidak terdapat dalam kanon".[36] Sinode Hippo (tahun 393), yang kemudian disusul dengan Konsili Kartago (tahun 397 dan 419), mungkin merupakan konsili pertama yang secara eksplisit menerima kanon pertama yang meliputi kitab-kitab yang tidak terdapat dalam Alkitab Ibrani; konsili-konsili tersebut berada di bawah pengaruh yang cukup besar dari Agustinus, yang menganggap seolah-olah kanon telah ditutup sejak saat itu.[37] Pada abad ke-16, para reformis Protestan berpihak pada Hieronimus; dan meskipun sebagian besar Alkitab Protestan saat ini hanya memuat kitab-kitab Perjanjian Lama yang terdapat dalam Alkitab Yahudi, pengurutan kitab-kitabnya mengikuti Alkitab Yunani.[38]

Roma kemudian secara resmi menetapkan suatu kanon, yaitu Kanon Trente, yang mana dianggap mengikuti hasil dari konsili-konsilinya Agustinus[39] atau Konsili Roma,[40][41] dan menyertakan sebagian besar, namun tidak semua, kitab dari Septuaginta (3 Ezra dan 3–4 Makabe tidak dimasukkan).[42] Kalangan Anglikan, setelah Perang Saudara Inggris, mengambil suatu posisi kompromis yaitu dengan memulihkan kembali 39 Artikel dan mempertahankan kitab-kitab tambahan yang dikeluarkan oleh Pengakuan Iman Westminster, tetapi hanya untuk studi pribadi dan pembacaan di gereja; sedangkan kalangan Lutheran mempertahankannya untuk studi pribadi, dan dikelompokkan dalam suatu lampiran yang disebut sebagai Apokrifa Alkitab.[38]

Versi-versi lainnya sunting

Versi Ibrani, Yunani, dan Latin dari Alkitab Ibrani merupakan versi-versi Perjanjian Lama yang paling dikenal baik, namun ada juga versi lainnya. Pada kurun waktu yang kurang lebih sama dengan proses pembuatan Septuaginta, berbagai terjemahan sedang dibuat ke dalam bahasa Aram, bahasa kaum Yahudi yang tinggal di Palestina dan Timur Dekat, serta kemungkinan besar merupakan bahasa yang digunakan Yesus. Terjemahan-terjemahan ini disebut Targum bahasa Aram, dari sebuah kata yang berarti "terjemahan", dan digunakan untuk membantu jemaat Yahudi agar dapat memahami kitab suci mereka.[43]

Untuk umat Kristen Aram, ada suatu terjemahan dalam bahasa Suryani (Suriah) dari Alkitab Ibrani yang disebut Pesyita; selain itu ada juga versi-versi dalam bahasa Koptik (bahasa sehari-hari di Mesir pada abad-abad awal Kekristenan, turunan dari bahasa Mesir kuno), bahasa Ethiopik (untuk digunakan dalam gereja Ethiopia, salah satu gereja Kristen tertua), bahasa Armenia (Armenia merupakan yang pertama mengadopsi Kekristenan sebagai agama resminya), dan bahasa Arab.[43]

Perjanjian Lama dan teologi Kristen sunting

Kekristenan didasarkan pada klaim bahwa Yesus dalam sejarah juga adalah Kristus, sebagaimana diungkapkan dalam Pengakuan Petrus. Klaim ini pada akhirnya didasarkan pada pemahaman kaum Yahudi akan makna istilah Ibrani dari mesias, yang mana, sama seperti istilah Yunani dari "Kristus", artinya "yang diurapi". Dalam Kitab-kitab Suci Ibrani, hal tersebut menggambarkan seorang raja yang diurapi dengan minyak saat ia naik takhta: ia menjadi "Yang Diurapi TUHAN". Pada zaman Yesus, beberapa kalangan Yahudi berharap bahwa seorang keturunan Daud berdasarkan darah dan daging (sang "Anak Daud") akan datang untuk mendirikan suatu kerajaan Yahudi yang nyata di Yerusalem, bukan di provinsi Romawi.[44]

Kalangan lainnya menekankan sang Anak Manusia, seorang sosok yang jelas dari dunia lain yang akan menampakkan diri sebagai seorang hakim pada akhir zaman; dan beberapa kalangan menyelaraskan keduanya dengan mengharapkan suatu kerajaan mesianik duniawi yang akan berlangsung selama satu periode dan diikuti dengan era dunia yang lain atau dunia yang akan datang. Beberapa kalangan berpikir bahwa Mesias telah hadir, tetapi belum dikenali karena dosa-dosa Israel; beberapa lainnya berpikir bahwa Mesias akan diumumkan oleh seorang pembuka jalan atau pendahulu, barangkali Elia (sebagaiman dijanjikan oleh nabi Maleakhi, yang mana kitabnya sekarang mengakhiri Perjanjian Lama dan mendahului laporan Injil Markus tentang Yohanes Pembaptis). Tidak ada satu pun memprediksi Mesias yang menderita dan wafat bagi dosa-dosa semua orang.[44] Cerita wafatnya Yesus oleh karena itu melibatkan suatu pergeseran yang mendasar dalam makna dari tradisi Perjanjian Lama.[45]

Istilah "Perjanjian Lama" mencerminkan pemahaman Kekristenan tentang dirinya sebagai penggenapan nubuat Yeremia tentang suatu Perjanjian Baru untuk menggantikan perjanjian yang ada antara Allah dan Israel (Yeremia 31:31).[1] Bagaimanapun penekanannya telah bergeser dari pemahaman Yudaisme mengenai perjanjian sebagai suatu perjanjian abadi antara Allah dengan bangsa Israel menjadi suatu perjanjian antara Allah dengan semua orang di "dalam Kristus".[46]

Lihat pula sunting

Catatan sunting

  1. ^ Umumnya karena turunan dari transliterasi nama-nama yang digunakan dalam Vulgata Latin dalam hal Katolikisme, dan dari transliterasi Septuaginta Yunani dalam hal Ortodoksi (karena berbeda dengan turunan terjemahan, bukannya transliterasi, dari judul-judul dalam bahasa Ibrani) seperti misalnya Eklesiastikus (Ecclesiasticus, DRC) bukannya Sirakh (Sirach, LXX) atau Ben Sira (Ibrani), Paralipomenon (Yunani) bukannya Tawarikh (Chronicles), Sophonias bukannya Zefanya (Zephaniah), Henoch bukannya Henokh (Enoch), dan lain-lain.
  2. ^ 39 Artikel dasar dari Anglikanisme, dalam Artikel VI, menegaskan bahwa kitab-kitab yang dalam perdebatan ini tidak digunakan "untuk menetapkan doktrin apapun", tetapi "dibaca sebagai teladan dalam hidup". Meskipun apokrifa Alkitab masih digunakan dalam Liturgi Anglikan,[8] kecenderungannya saat ini adalah tidak mencetak apokrifa Perjanjian Lama dalam edisi-edisi Alkitab yang digunakan kalangan Anglikan.
  3. ^ 24 kitab Alkitab Ibrani adalah sama dengan 39 kitab Perjanjian Lama Protestan, hanya saja pembagian dan pengurutannya berbeda: kitab Nabi-nabi Kecil terbagi menjadi 12 kitab di dalam Alkitab Kristen, dan dalam Alkitab Ibrani berupa satu kitab yang disebut "Kedua Belas". Demikian pula Alkitab Kristen membagi Kitab Raja-raja menjadi empat kitab, baik 1–2 Samuel dan 1–2 Raja-raja ataupun 1–4 Raja-raja, sedangkan Alkitab Yahudi membaginya dalam dua kitab. Kaum Yahudi juga menetapkan 1–2 Tawarikh/Paralipomenon sebagai satu kitab. Ezra dan Nehemiah juga digabungkan di dalam Alkitab Ibrani, sebagaimana dalam banyak Alkitab Ortodoks, bukan membaginya menjadi dua kitab seperti pada tradisi Katolik dan Protestan.
  4. ^ a b c d Kitab 1–2 Samuel dan 1–2 Raja-raja disebut 1–4 Raja-raja dalam tradisi Katolik sebelum Reformasi.
  5. ^ a b c d e f g h i Nama-nama dalam tanda kurung merupakan nama-nama dalam Septuaginta dan juga sering kali digunakan oleh umat Kristen Ortodoks.
  6. ^ Disebut 2 Esdras dalam Alkitab Sinode Rusia.
  7. ^ a b c d e f g h i j k Salah satu dari 11 kitab deuterokanonika dalam Alkitab Sinode Rusia.
  8. ^ a b Beberapa Gereja Ortodoks Timur mengikuti Alkitab Ibrani dengan mengganggap kitab-kitab Ezra dan Nehemia sebagai satu kitab.
  9. ^ a b c d e f g h i j Dalam Alkitab TB Deuterokanonika oleh LAI-LBI, kitab-kitab ini tidak dimasukkan dalam Perjanjian Lama tetapi ditempatkan pada bagian khusus "Deuterokanonika" di antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
  10. ^ a b Dalam Alkitab Ortodoks dan Katolik, Kitab Ester memuat Tambahan-tambahan pada Kitab Ester,[i] yaitu 103 ayat tambahan yang diterjemahkan dari Septuaginta, yang tidak terdapat dalam naskah sumber Ibrani.
  11. ^ a b Vulgata, Douay-Rheims, dan Revised Standard Version Catholic Edition menempatkan 1–2 Makabe setelah Maleakhi; terjemahan-terjemahan Katolik yang lain menempatkannya setelah Ester.
  12. ^ Sebagian besar Gereja Ortodoks Timur mengeluarkan kitab ini dari kanon dengan asalan bahwa kitab ini tidak ada dalam Septuaginta.
  13. ^ Dalam Alkitab bahasa Yunani, 4 Makabe dimasukkan dalam lampiran.
  14. ^ Gereja Ortodoks Timur memasukkan Mazmur 151 dan Doa Manasye. Tidak semua kanon Ortodoks memiliki kedua kitab ini.
  15. ^ Termasuk dalam Kitab 2 Tawarikh dalam Alkitab Sinode Rusia.
  16. ^ a b Kitab Yesus bin Sirakh dikenal juga dengan nama Kitab Sirakh, Kitab Putra Sirakh, Kitab Kebijaksanaan Sirakh, atau Kitab Ekleastikus
  17. ^ Dalam Alkitab Katolik, Kitab Barukh memuat pasal keenam yang disebut Surat Nabi Yeremia.[i]
  18. ^ a b Alkitab Ortodoks Timur memisahkan Kitab Barukh dengan Surat Nabi Yeremia.
  19. ^ Mayoritas menganggapnya berasal dari bahasa Yunani, sedangkan ada kalangan minoritas yang menganggapnya dari bahasa Ibrani; lihat Surat Nabi Yeremia untuk informasi selengkapnya.
  20. ^ a b Dalam Alkitab Ortodoks dan Katolik, Kitab Daniel memuat Tambahan-tambahan pada Kitab Daniel,[i] yaitu tiga bagian yang tidak terdapat dalam Alkitab Protestan. Doa Azarya dan Lagu Pujian Ketiga Pemuda termasuk di antara Daniel 3:23–24. Susana dimasukkan sebagai Daniel 13. Dewa Bel dan Naga Babel dimasukkan sebagai Daniel 14. Semuanya ini tidak terdapat dalam Alkitab Protestan.

Referensi sunting

  1. ^ a b Jones 2001, hlm. 215.
  2. ^ Barton 2001, hlm. 3.
  3. ^ a b (Inggris) Lim, Timothy H. (2005). The Dead Sea Scrolls: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford University Press. hlm. 41. 
  4. ^ (Inggris) Riches, John (2000). The Bible: A Very Short Introduction. Oxford: Oxford University Press. hlm. 37. ISBN 978-0-19-285343-1. 
  5. ^ (Inggris) Philip R. Davies in The Canon Debate, page 50: "With many other scholars, I conclude that the fixing of a canonical list was almost certainly the achievement of the Hasmonean dynasty."
  6. ^ (Inggris) McDonald & Sanders, The Canon Debate, 2002, page 5, cited are Neusner's Judaism and Christianity in the Age of Constantine, pages 128–145, and Midrash in Context: Exegesis in Formative Judaism, pages 1–22.
  7. ^ Boadt 1984, hlm. 11, 15–16.
  8. ^ (Inggris) The Apocrypha, Bridge of the Testaments (PDF), Orthodox Anglican, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-02-05, diakses tanggal 2015-11-30, Two of the hymns used in the American Prayer Book office of Morning Prayer, the Benedictus es and Benedicite, are taken from the Apocrypha. One of the offertory sentences in Holy Communion comes from an apocryphal book (Tob. 4: 8–9). Lessons from the Apocrypha are regularly appointed to be read in the daily, Sunday, and special services of Morning and Evening Prayer. There are altogether 111 such lessons in the latest revised American Prayer Book Lectionary [Books used are: II Esdras, Tobit, Wisdom, Ecclesiasticus, Baruch, Three Holy Children, and I Maccabees.] 
  9. ^ Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI.
  10. ^ Alkitab Terjemahan Baru Deuterokanonika oleh LAI-LBI.
  11. ^ Seri Perjanjian Lama: Septuaginta (LXX) - Gereja Ortodoks Indonesia
  12. ^ Britannica, 1911 
  13. ^ Blenkinsopp 1998, hlm. 184.
  14. ^ (Inggris) Davila, James, "MORE ON THE KETEF HINNOM AMULETS in Ha'aretz," Paleojudaica, Sept. 2004.
  15. ^ (Inggris) Barkay, Gabriel, et al., "The Challenges of Ketef Hinnom: Using Advanced Technologies to Recover the Earliest Biblical Texts and their Context", Near Eastern Archaeology, 66/4 (Dec. 2003): 162-171.
  16. ^ (Inggris) Solving a Riddle Written in Silver
  17. ^ (Inggris) 'Silver scrolls' are oldest O.T. scripture, archaeologist says
  18. ^ Rogerson 2003, hlm. 153–54.
  19. ^ Coggins 2003, hlm. 282.
  20. ^ Grabbe 2003, hlm. 213–14.
  21. ^ Miller 1987, hlm. 10–11.
  22. ^ Crenshaw 2010, hlm. 5.
  23. ^ a b Barton 2001, hlm. 9.
  24. ^ a b Barton 2001, hlm. 10.
  25. ^ Brettler 2005, hlm. 274.
  26. ^ Gentry 2008, hlm. 302.
  27. ^ Würthwein 1995.
  28. ^ Jones 2001, hlm. 216.
  29. ^ (Inggris) Cave, William. A complete history of the lives, acts, and martyrdoms of the holy apostles, and the two evangelists, St. Mark and Luke, Vol. II. Wiatt (Philadelphia), 1810. Accessed 6 Feb 2013.
  30. ^ Apol. Const. 4
  31. ^ The Canon Debate, pp. 414–15, for the entire paragraph
  32. ^   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Book of Judith". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company.  Canonicity: "..."the Synod of Nicaea is said to have accounted it as Sacred Scripture" (Praef. in Lib.). It is true that no such declaration is to be found in the Canons of Nicaea, and it is uncertain whether St. Jerome is referring to the use made of the book in the discussions of the council, or whether he was misled by some spurious canons attributed to that council".
  33. ^ (Inggris) Rebenich, S., Jerome (Routledge, 2013), p. 58. ISBN 9781134638444
  34. ^ Würthwein 1995, hlm. 91–99.
  35. ^ (Latin) Prologues of St. Jerome, Latin text
  36. ^ (Inggris) Kevin P. Edgecomb, Jerome’s Prologue to Jeremiah, diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-31, diakses tanggal 2015-12-01 
  37. ^ (Inggris) Everett Ferguson, "Factors leading to the Selection and Closure of the New Testament Canon," in The Canon Debate. eds. L. M. McDonald & J. A. Sanders (Hendrickson, 2002) p. 320; F. F. Bruce, The Canon of Scripture (Intervarsity Press, 1988) p. 230; cf. Augustine, De Civitate Dei 22.8
  38. ^ a b Barton 1997, hlm. 80–81.
  39. ^ (Inggris) Philip Schaff, "Chapter IX. Theological Controversies, and Development of the Ecumenical Orthodoxy", History of the Christian Church, CCEL 
  40. ^ (Inggris) Lindberg (2006). A Brief History of Christianity. Blackwell Publishing. hlm. 15. 
  41. ^ (Inggris) F.L. Cross, E.A. Livingstone, ed. (1983), The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-2nd), Oxford University Press, hlm. 232 
  42. ^ Soggin 1987, hlm. 19.
  43. ^ a b Würthwein 1995, hlm. 79–90, 100–4.
  44. ^ a b Farmer 1991, hlm. 570–71.
  45. ^ Juel 2000, hlm. 236–39.
  46. ^ Herion 2000, hlm. 291–92.

Bibliografi sunting

Bacaan lanjutan sunting

  • Anderson, Bernhard. Understanding the Old Testament. ISBN 0-13-948399-3
  • Bahnsen, Greg, et al., Five Views on Law and Gospel (Grand Rapids: Zondervan, 1993).
  • Berkowitz, Ariel; Berkowitz, D'vorah (2004), Torah Rediscovered (edisi ke-4th), Shoreshim, ISBN 0-9752914-0-8 .
  • Dever, William G. (2003), Who Were the Early Israelites?, Grand Rapids, MI: William B Eerdmans, ISBN 0-8028-0975-8 .
  • von Rad, Gerhard (1982–1984), Theologie des Alten Testaments (dalam bahasa German), Band 1–2, Munich: Auflage  .
  • Hill, Andrew; Walton, John (2000), A Survey of the Old Testament (edisi ke-2nd), Grand Rapids: Zondervan, ISBN 0-310-22903-0 .
  • Kuntz, John Kenneth (1974), The People of Ancient Israel: an introduction to Old Testament Literature, History, and Thought, Harper & Row, ISBN 0-06-043822-3 .
  • Lancaster, D Thomas (2005), Restoration: Returning the Torah of God to the Disciples of Jesus, Littleton \ publisher = First Fruits of Zion .
  • Papadaki-Oekland, Stella, Byzantine Illuminated Manuscripts of the Book of Job, ISBN 978-2-503-53232-5 .
  • Rouvière, Jean-Marc (2006), Brèves méditations sur la Création du monde (dalam bahasa French), Paris: L'Harmattan  .
  • Salibi, Kamal (1985), The Bible Came from Arabia, London: Jonathan Cape, ISBN 0-224-02830-8 .
  • Schmid, Konrad (2012), The Old Testament: A Literary History, Minneapolis: Fortress, ISBN 978-0-8006-9775-4 .
  • Silberman, Neil A; et al. (2003), The Bible Unearthed (hardback), New York: Simon & Schuster, ISBN 0-684-86912-8 , ISBN 0-684-86913-6 (paperback).
  • Sprinkle, Joseph ‘Joe’ M (2006), Biblical Law and Its Relevance: A Christian Understanding and Ethical Application for Today of the Mosaic Regulations (clothbound), Lanham, MD: University Press of America, ISBN 0-7618-3371-4  and ISBN 0-7618-3372-2 (paperback).

Pranala luar sunting