Kitab Yosua (disingkat Yosua; akronim Yos.; Ibrani: סֵפֶר יְהוֹשֻעַ, translit: Sefer Yehosyua) merupakan kitab keenam pada Perjanjian Lama Alkitab Kristen dan Tanakh (atau Alkitab Ibrani). Kitab Yosua merupakan kitab pertama dari kelompok kitab-kitab sejarah pada Perjanjian Lama Alkitab, dan juga merupakan bagian dari kelompok Nevi'im atau lebih tepatnya kelompok nabi-nabi awal pada Tanakh. Dalam Alkitab Terjemahan Lama, kitab ini disebut "Kitab Yusak".

Nama sunting

Nama kitab ini merujuk pada tokoh Yosua bin Nun, yaitu seorang tokoh bernama lahir Hosea yang menjadi pemimpin atas suku-suku Israel menggantikan Musa dan yang membawa mereka masuk dan merebut tanah Kanaan. Nama "Yosua" sendiri pada pangkalnya merupakan serapan dari Ibrani: יְהוֹשֻעַ (Yehosyua); dengan pengaruh pengejaan dari variannya, yaitu יֵשׁוּעַ (Yesyua), dan padanannya dalam bahasa Aram, yaitu יֵשׁוּע/ܝܶܫܽܘܥ (Yesyu). Nama ini diperkirakan merupakan gabungan nama יה (Yah) dan kata הוֹשֵׁעַ (hosyea, har. "selamatkan,[a] Hosea") atau הוֹשִׁיעַ (hosyia har. "menyelamatkan"), sehingga menghasilkan arti kira-kira "Yahweh adalah keselamatan" atau "keselamatan pada Yahweh".[1][2] Nama "Yosua" merupakan turunan dari "Hosea" dan varian dari "Yesua" dan "Yesus".

Isi sunting

Kitab ini berisi kisah bangsa Israel ketika mereka merebut negeri Kanaan di bawah pimpinan Yosua bin Nun, yang menjadi pengganti Musa memimpin umat Israel. Kitab ini mengandung sejarah bangsa Israel sejak masa kematian Musa hingga masa kematian Yosua. Setelah kematian Musa, Yosua, karena sebelumnya telah ditunjuk sebagai pengganti Musa, menerima perintah dari Allah untuk menyeberangi Sungai Yordan. Dalam melaksanakan perintah ini, Yosua mengeluarkan perintah kepada para tua-tua suku untuk menyeberangi Sungai Yordan. Ia juga mengingatkan suku Ruben, suku Gad, dan setengah dari suku Manasye tentang janji yang mereka telah berikan kepada Musa untuk menolong saudara-saudara mereka. Peristiwa-peristiwa penting yang ada di dalam kitab ini antara lain: penyeberangan Sungai Yordan, jatuhnya Yerikho, pertempuran di Ai, dan pengukuhan kembali perjanjian antara Allah dengan umat-Nya.

Salah satu petikan terkenal dari kitab ini ialah:

Kitab ini pada dasarnya terdiri atas tiga bagian:

  1. Sejarah perebutan tanah Kanaan (Yosua 1-12).
  2. Pembagian tanah kepada suku-suku Israel, penetapan kota-kota perlindungan, penyediaan kebutuhan untuk suku Lewi, dan pengiriman suku-suku di sebelah timur ke tempat-tempat tinggal mereka. (Yosua 13-22)
  3. Kata-kata perpisahan dari Yosua, disertai laporan tentang kematiannya (Yosua 23-24).

Penaklukan Kanaan sunting

Bagian penaklukan Kanaan secara garis besar dalam kitab ini meliputi:

  • Rahab (Yosua 2). Yosua mengutus dua mata-mata dari Sitim untuk menyelidiki kota Yerikho. Mereka diselamatkan oleh Rahab dengan taktiknya yang brilyan sehingga tidak jatuh ke tangan raja Yerikho. Sebagai ganjarannya, mereka berjanji untuk menyelamatkan Rahab dan keluarganya kelak ketika mereka menyerbu kota itu.
 
Yosua dan bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan
  • Penyeberangan Sungai Yordan (Yosua 1, 3-4). Setelah mengulangi kewajiban untuk mengikuti mitzvah, Yosua memerintahkan bangsa Israel untuk maju, dan mereka meninggalkan Sitim. Ketika tiba di Sungai Yordan, Yosua meramalkan bahwa Tabut perjanjian akan menyeberangi Yordan secara ajaib. Begitu tabut itu tiba di sungai, sebuah mujizat pun terjadi, dan sungai itu berhenti mengalir dan segera mengering, karena itu para imam yang memikulnya berhenti untuk membiarkan seluruh bangsa Israel menyeberang. Untuk memperingati peristiwa ini, Yosua memerintahkan pembangunan dua tugu peringatan: satu di dasar sungai itu sendiri, dan satu lagi di tepi barat sungai itu, di Gilgal (yang saat itu belum diberi nama ini), tempat bangsa Israel berkemah.
  • Pengkhitanan bangsa Israel (Yosua 5:1-12). Bangsa Israel disunat di Gibeath-Haaraloth (yang artinya bukit kulit khatan). Kemudian hal ini dijelaskan bahwa orang-orang ini dilahirkan di padang gurun sehingga belum dikhitankan. Karena itu mereka dikhitan, dan daerah itu dinamai Gilgal untuk mengenangnya (Gilgal terdengar seperti Gallothi - Aku telah membuang, tetapi mungkin arti yang lebih tepat adalah lingkaran batu-batu yang ditegakkan).
  • Panglima bala tentara TUHAN (Yosua 5:13-15). Dalam ayat-ayat ini dikisahkan kedatangan seorang panglima bala tentara TUHAN dengan pedang yang terhunus, dan Ia memerintahkan Yosua melepaskan kasutnya (segera perintah ini ditaati oleh Yosua) karena tanah tempat Yosua berdiri itu kudus.
  • Pertempuran Yerikho (Yosua 6). Setelah mengepung Yerikho, bangsa Israel mengelilinginya sekali selama enam hari berturut-turut, dan pada hari yang ketujuh mereka mengitarinya tujuh kali, dan setiap kali sambil meniupkan trompet mereka dengan keras dan berteriak. Pada putaran yang terakhir tembok kota itu runtuh, dan penghuninya, kecuali Rahab dan keluarganya, dibantai. Lalu diumumkan kutukan agar kota itu tidak dibangun kembali.
  • Pertempuran pertama di Ai (Yosua 7). Kota Ai ditinjau dan dinyatakan lemah, karena itu pasukan Israel hanya mengirim sebuah kelompok kecil untuk menyerangnya, tetapi mereka dikalahkan. Hal ini menyebabkan Yosua dan bangsanya hampir putus asa. Namun Allah menyatakan bahwa bangsa itu telah berdosa, karena seseorang telah mencuri harta dari Yerikho yang dimaksudkan untuk bait suci. Karenanya, bangsa Israel berusaha menemukan si pencuri dengan membuang undi (Urim dan Tumim), mula-mula dari sukunya (Yehuda), lalu klan (Zerah), kemudian keluarga (Zabdi), dan akhirnya menemukannya, yaitu Akhan. Akhan mengakui bahwa ia telah mencuri kain Babel yang mahal, selain perak dan emas, dan pengakuannya dibuktikan dengan ditemukannya harta itu yang terkubur di kemahnya. Karena itu Akhan dibawa ke lembah Akhor, dan di sana ia dirajam sampai mati, dibakar dan kemudian dikubur di bawah tumpukan batu yang tinggi.
  • Pertempuran kedua di Ai (Yosua 8:1-29). 30.000 orang pasukan Israel siap untuk menyerang Ai dalam semalam, dan di pagi hari, suatu pasukan Israel lainnya menyerang dan kemudian berpura-pura mengundurkan diri. Akibatnya, pasukan-pasukan Ai tertarik jauh dari kota. Ketika Yosua mengangkat tombaknya, ke-30.000 orang pasukan bersiap-siap menyergap, sementara Yosua siap menyerang kembali dan dengan demikian mengepung pasukan-pasukan Ai. Seluruh kota itu dibakar dan penduduknya dibantai. Raja Ai digantung di pohon, dan tubuhnya dilemparkan ke dalam sebuah lubang.
  • Ritual di Gunung Ebal dan Gerizim (Yosua 8:30-35). Yosua mendirikan sebuah mezbah di Gunung Ebal dan memberikan kurban persembahan di situ, lalu menuliskan hukum Musa di mezbah tersebut. Rakyat lalu diatur ke dalam dua bagian, yang pertama menghadap Ebal dan yang lainnya Gerizim. Masing-masing lalu membaca berkat-berkat dan kutukan seperti yang disebutkan dalam Kitab Ulangan.
  • Perjanjian dengan suku Hewi (Yosua 9). Suku Hewi menipu Israel sehingga mereka disangka orang asing. Dengan demikian mereka berhasil mendapatkan perjanjian untuk tidak menyerang dari Israel. Bahkan setelah penipuan ini terbongkar, perjanjian itu tidak dibatalkan, meskipun suku Hewi dihukum dengan diperlakukan sebagai kelompok sosial terendah (disebutkan lewat ungkapan Ibrani: "pembelah kayu dan air untuk mezbah YHWH").
  • Lima raja orang Amori (Yosua 10). Adoni-Zedek, raja Yerusalem, mengadakan persekutuan dengan "lima raja orang Amori" (ia sendiri dan raja-raja dari Hebron, Yarmut, Lakhis, dan Eglon), dan mereka mengepung orang Hewi di Gibeon, yang mereka anggap sebagai pengkhianat. Suku Hewi memohon bantuan Yosua, dan karena itu Yosua melakukan serangan kejutan di malam hari. Hal ini menyebabkan suku Amori panik dan melarikan diri hingga ke Bet-horon. Meskipun serangan malam, sebuah puisi dikutip dari Kitab Yaser, yang menyatakan bahwa matahari berhenti beredar di Gibeon, dan bulan di lembah Ayalon, agar Yosua dapat menyelesaikan pertempuran. Kelima raja itu bersembunyi di sebuah gua, tetapi ditemukan dan dijebak di sana hingga tentara mereka musnah, lalu mereka digantung.
  • Pertempuran dengan Hazor (Yosua 11:1-20, 23). Yabin, Raja Hazor, pasukannya, dan para vasalnya, bertemu di Merom. Namun, Yosua melakukan suatu serangan kilat dan mampu mengalahkan mereka. Ia mengejar mereka hingga jauh, lalu Yosua menghalangi kuda-kuda mereka, membakar kereta-kereta, merebut Hazor, membantai penghuninya, dan membakarnya hingga rata dengan tanah. Para penghuni yang kurang setia juga ditangkap dan dibantai, meskipun kota-kota di bukit dibiarkan.
  • Orang Enak (Yosua 11:21-22). Suku Enak diusir dari gunung-gunung dan Hebron oleh Yosua. Ini bertentangan dengan laporan-laporan yang belakangan dalam Kitab Hakim-hakim yang mengatakan bahwa Kaleblah yang melakukan hal ini.

Pembagian tanah sunting

Bagian pembagian tanah Kanaan di antara suku-suku Israel secara garis besar dalam kitab ini meliputi:

  • Proses pembagian tanah (Yosua 12:1-6; 13:1-14, 21b-22; 13:32 - 14:3; 15:63; 16:10 - 17:6; 17:12 - 18:10; 19:51; dan 22:1-9). Narasi atas proses pembagian tanah Kanaan di antara suku-suku Israel. Mula-mula diberikan gambaran tentang wilayah di timur Sungai Yordan yang ditaklukkan dan diberikan kepada Ruben, Gad, dan Makhir (setengah dari Manasye). Setelah Allah memberikan Yosua gambaran mengenai daerah yang belum ditaklukkan, Yosua diingatkan tentang Ruben, Gad, dan Makhir (setengah dari Manasye), yang sudah dijanjikan tanah oleh Musa, dan tentang suku Lewi yang tidak diberikan wilayah, melainkan hanya kota-kota. Wilayah itu dibagi melalui undian, Yehuda mendapatkan undian yang pertama, meskipun mereka gagal mengusir bangsa Kanaan yang hidup di Yerusalem. Lalu keluarga Yusuf mendapatkan wilayahnya, Efraim yang gagal mengusir bangsa Kanaan dari Gezer, dan dikatakan pula bahwa anak-anak perempuan Zelafehad, bagian dari suku Manasye, juga diberikan wilayahnya sendiri. Keluarga Yusuf mendapatkian daerah gunung, termasuk hutan, dan diberitahukan bahwa mereka akan mampu mengusir keluar bangsa Kanaan yang hidup di sana, meskipun bangsa itu mempunyai kereta-kereta besi. Lalu bangsa Israel berkumpul di Silo, dan Yosua mengirim sebuah tim peninjau. Ketika peninjauan itu selesai, sisa tanahnya dibagi-bagi di antara suku-suku yang lebih kecil. Akhirnya, suku-suku yang tanahnya di sebelah timur Sungai Yordan diizinkan pergi ke tanah mereka.
  • Daftar raja-raja (Yosua 12:7-24). Daftar 31 kota yang ditaklukkan, dengan raja-rajanya.
  • Garis batas di antara tanah suku-suku Israel. Gambaran tentang batas-batas Yehuda (Yosua 15:1-12) dan Benyamin (Yosua 18:11-20) agak berbeda dengan daftar kota-kota mereka, tidak seperti gambaran tentang batas-batas dari suku-suku yang lain. Batas-batas Efraim (16:4-9) dan (setengah dari) Manasye (17:7-11) luar biasa karena mencakup pula enklaf di sebagian wilayah dari suku-suku sekitarnya. Batas-batas mereka secara keseluruhan juga diberikan (16:1-3). Gambaran tentang batas-batas dari suku-suku yang lain juga diberikan - Ruben (13:15-16, 20, 23a), Gad (13:24-27), Makhir (setengah dari Manasye) (13:29-31), Zebulon (13:10-14), Isakhar (13:22a), Asyer (13:24, 26b-29a), dan Naftali (19:32-34); kecuali untuk suku Lewi (yang hanya mempunyai kota-kota). Untuk Dan dan Simeon, hanya kota-kota saja yang didaftarkan.
  • Daftar kota Israel menurut sukunya. Daftar untuk Yehuda (Yosua 15:20-62) dan Benyamin (Yosua 18:21-28) sangat mendalam, sehingga banyak orang mencurigai bahwa daftar ini diambil dari sebuah dokumen administratif. Daftar dari suku-suku teritorial lainnya - suku Ruben (13:16-21a dan 13:23b), suku Gad (13:24-28), suku Simeon (19:1-9), suku Zebulon (19:10-16), suku Isakhar (19:17-23), suku Asyer (19:25-31), suku Naftali (19:32-39), suku Dan (19:40-46) - masing-masing agak tercampur dengan gambaran mengenai batas-batasnya, meskipun bagian-bagian yang lainnya tetap tidak diatur. Daftar untuk suku Lewi (21:1-45) dibagi-bagi ke dalam tiga klannya, dan agak berkepanjangan. Sebaliknya, boleh dikatakan tidak ada daftar untuk suku Efraim atau suku Manasye.
  • Orang Enak (Yosua 14:6-15, 15:13-14). Kaleb mengingatkan Yosua tentang kesetiaannya dan meminta Hebron sebagai bagian pribadinya. Permintaan ini dikabulkan, dan Kaleb mengusir suku Enak yang tinggal di situ.
  • Kisah Otniel (Yosua 15:15-19). Kaleb menyerang Kiryat-sefer, dan berjanji untuk menyerahkan anak perempuannya, Akhsa, untuk dinikahkan dengan siapapun yang menaklukkan kota itu. Keponakannya, Otniel, menerima tantangan itu dan karenanya berhasil menyuntingnya. Akhsa meminta mahar yang lebih besar dari ayahnya, dan karena itu kepadanya diberikan mata air yang di hulu dan mata air yang di hilir selain tanah di Negeb yang telah disediakan baginya.
  • Serangan terhadap Lesem (Yosua 19:47-48). Wilayah suku Dan terlalu kecil untuk mereka, karena itu mereka menyerang Lesem, membantai penduduknya, dan mendirikannya kembali dengan nama Dan.
  • Bagian milik Yosua (Yosua 19:49-50). Yosua sendiri mendapatkan Timnah-serah, yang telah dimintanya, di wilayah suku Efraim.
  • Penunjukan kota-kota perlindungan (Yosua 20) juga termasuk daftar singkat yang menyebutkan kota-kota itu.
  • Mezbah Ed (Yosua 22:10-34) Ketika kembali ke tanah mereka, suku Ruben, Gad, dan Makhir (setengah dari Manasye) membangun sebuah mezbah yang sangat besar. Suku-suku yang lain tersinggung karena mereka percaya hal ini menunjukkan bahwa mereka mengklaim bahwa mezbah mereka itulah yang paling utama, karena itu mereka bersiap-siap perang. Namun, mereka pertama-tama mengutus Pinehas bin Eleazar dan para pangeran dari masing-masing suku untuk menegur mereka. Ruben, Gad, dan Makhir, menanggapinya dengan mengatakan bahwa mezbah itu hanyalah lambang dari kesetiaan mereka, dan bukan untuk dipergunakan, karena itu Pinehas dan rombongannya lega, adn membatalkan rencana mereka berperang. Mezbah itu dinamai Ed (yang artinya saksi) untuk mengenangnya.

Pesan terakhir Yosua sunting

Bagian atas pesan terakhir Yosua di antara suku-suku Israel secara garis besar dalam kitab ini meliputi:

  • Pesan terakhir Yosua (Yosua 23-24). Yosua, yang kini sudah tua, meminta bangsa Israel berkumpul, lalu ia memperingatkan rakyat agar tetap setia kepada Torah Musa. Yosua lalu mengumpulkan semua suku di Sikhem, lalu memperingatkan mereka agar setia kepada Torah Musa, sambil mengisahkan kembali kejadian-kejadian pada masa lampau. Lalu Yosua menempatkan sebuah batu besar di bawah sebuah pohon, di tempat kudus di Sikhem, sebagai saksi bagi janji rakyat Israel untuk setia. Lalu Yosua meninggal dunia, dan tak lama kemudian juga Eleazar bin Harun. Tulang-tulang Yusuf juga dikuburkan di sana di dekat pohon dan tiang batu, di sebidang tanah yang telah dibeli Yakub seharga 100 mata uang.

Naskah sumber sunting

Kepengarangan sunting

Tradisi lama mengatakan bahwa penulis kitab ini adalah Yosua bin Nun sendiri. Talmud mengatakan bahwa kitab ini ditulis oleh Yosua kecuali ayat-ayat terakhirnya (24:29-33) yang ditambahkan oleh Imam Besar Pinehas bin Eleazar. Menurut tradisi, Yosua sendiri menulis sebagai seorang saksi mata atas kejadian-kejadian yang diceritakan, sesekali ia menggunakan kata ganti orang pertama (misalnya, dalam Yosua 5:1), meskipun Yosua sendiri biasanya digambarkan dalam kata ganti orang ketiga. Namun beberapa bagian (misalnya Yosua 5:9, 7:26, 24:29–33) hanya mungkin dapat ditambahkan setelah kematiannya (barangkali oleh Imam Eleazar bin Harun atau anaknya, Pinehas bin Eleazar).

Belakangan ini muncul perdebatan tentang siapa penyunting akhir Kitab Yosua. Dua kemungkinan telah diajukan:

  1. Para sarjana konservatif mengatakan bahwa sebagian besar dari isi Kitab Yosua ditulis pada masa penyerangan bangsa Israel (abad ke-15 atau ke-12 SM), oleh seseorang yang hidup sezaman dengan Yosua dan seorang saksi mata tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi.
  2. Para sarjana kritis berpendapat bahwa kemungkinan Kitab Yosua disusun pada akhir masa monarkhi atau awal masa pasca-pembuangan, berdasarkan sumber-sumber "YEDP" yang mereka yakini bertanggung jawab atas penulisan Pentateukh, atau oleh salah seorang nabi dari abad ke-8 SM.

Pada zaman modern, ide tersebut sangatlah diragukan oleh banyak ahli seperti John Calvin (1509–1564) dan Thomas Hobbes (1588–1679) karena kitab ini diperkirakan belum dirampungkan hingga masa setelah pembuangan bangsa Israel ke Babel,[4]:10–11 dan sekarang hanya dianggap sebagai karya dari beberapa pengarang anonim.[5]:26–30

Sejumlah para sarjana modern menggolongkan Kitab Ulangan ke dalam kelompok "Sejarah Deuteronomistis", yang serangkaian dengan Kitab Ulangan, Kitab Hakim-hakim, dua Kitab Samuel, dan dua Kitab Raja-raja, yang merupakan susunan sejarah teologis bangsa Israel dan dimaksudkan untuk menjelaskan hukum Allah untuk Israel di bawah bimbingan para nabi.[6] Pada mulanya, Sejarah Deuteronomistis dianggap ditulis oleh satu orang, tetapi saat ini para pakar lebih meyakini bahwa kitab-kitab dalam Sejarah Deuteronomistis ditulis dengan menggabungkan sejumlah teks-teks terpisah yang berasal dari berbagai zaman.[7][8]

Perikop sunting

Judul perikop dalam Kitab Yosua menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai berikut.

Perebutan tanah Kanaan
  • Perintah TUHAN kepada Yosua untuk merebut tanah Kanaan (1:1–18)
  • Pengintai-pengintai di Yerikho (2:1–24)
  • Menyeberangi sungai Yordan (3:1–17)
  • Kedua belas batu peringatan (4:1–24)
  • Penyunatan dan hari raya Paskah di Gilgal (5:1–12)
  • Panglima Balatentara TUHAN (5:13–15)
  • Jatuhnya Yerikho (6:1–27)
  • Dosa dan hukuman Akhan (7:1–26)
  • Ai dibinasakan (8:1–29)
  • Mezbah di gunung Ebal; pembacaan hukum Taurat (8:30–35)
  • Akal orang Gibeon (9:1–43)
  • Bagian utara Kanaan direbut (11:1–15)
  • Kemenangan-kemenangan orang Israel (11:16–23)
  • Daftar raja-raja yang kalah (12:1–24)
Pembagian tanah di antara suku-suku Israel
  • Daerah-daerah yang belum direbut (13:1–7)
  • Pembagian tanah yang di seberang sungai Yordan (13:8–33)
  • Pembagian tanah Kanaan (14:1–5)
  • Kaleb mendapat Hebron (14:6–15)
  • Batas-batas daerah Yehuda (15:1–12)
  • Kaleb merebut Hebron (15:13–19)
  • Kota-kota suku Yehuda (15:20–63)
  • Milik pusaka Efraim dan Manasye (16:1 – 17:18)
  • Pembagian sisa tanah Kanaan di Silo (18:1–10)
  • Milik pusaka suku Benyamin (18:11–28)
  • Milik pusaka suku Simeon (19:1–9)
  • Milik pusaka suku Zebulon (19:10–16)
  • Milik pusaka suku Isakhar (19:17–23)
  • Milik pusaka suku Asyer (19:24–31)
  • Milik pusaka suku Naftali (19:32–39)
  • Milik pusaka suku Dan (19:40–48)
  • Milik pusaka Yosua (19:49–51)
  • Kota-kota perlindungan (20:1–9)
  • Kota-kota orang Lewi (21:1–42)
  • Keamanan di negeri yang dijanjikan TUHAN (21:43–45)
  • Suku-suku yang di seberang Yordan pulang (22:1–8)
  • Suku-suku di seberang Yordan mendirikan mezbah (22:9–34)
Akhir hidup Yosua
  • Pidato perpisahan Yosua kepada para pemimpin bangsa itu (23:1–16)
  • Pembaruan perjanjian di Sikhem (24:1–28)
  • Yosua dan Eleazar mati dan dikuburkan — Tulang-tulang Yusuf dikuburkan (24:29–33)

Keandalan sejarah sunting

Keil dan Delitzsch memandang bahwa ketepatan catatan sejarah Kitab Yosua sukar diragukan, di mana naratif maupun penggambaran alamnya, yang tidak bertentangan dengan hukum alam, umumnya diterima sebagai kebenaran. Ini termasuk penjabaran tanah-tanah milik pusaka suku-suku berdasarkan batas-batas dan kota-kotanya, secara universal diakui diturunkan dari catatan otentik, tetapi terutama catatan sejarah seperti perkataan Kaleb (Yosua 14:6), pidato Pinehas, serta jawaban dua dan setengah suku (Yosua 22), keluhan bani Yusuf mengenai kecilnya ukuran tanah milik pusaka mereka serta jawaban Yosua (Yosua 17:14), sedemikian orisinil, dan sangat sesuai dengan karakter tokoh maupun keadaan, sehingga kepastian sejarahnya tidak dapat dibantah.[9]

Eichhorn, misalnya, menyatakan dalam Pendahuluan tulisannya, "Perkataan Kaleb, dalam Yosua 14:1, di mana ia menanyakan warisan yang telah dijanjikan untuknya, memuat dengan kuat ciri-ciri gugatan dari mulut seorang tua yang berusia 80-an tahun, dan bernapaskan seluruhnya dalam setiap kata-katanya semangat dan usianya, dan situasi yang unik, sehingga tidak memungkinkan catatan ini sekadar karangan seorang penulis di masa-masa kemudian, yang membayangkan hal ini serta meletakkan kata-kata itu dalam mulutnya."[9]

Bukti arkeologis sunting

Berikut merupakan beberapa bukti arkeologis yang membuktikan kejadian dalam kitab Yosua.

Surat Amarna sunting

Surat-surat Amarna, yang berasal dari pertengahan abad ke-14 SM, terdiri dari komunikasi resmi dari para pemimpin Amori, Het, Hori, Fenisia, dan Filistin kepada raja-raja Mesir, dan memberikan sebuah tinjauan independen tentang keadaan Kanaan sesungguhnya pada masa kitab ini. Namun, kesaksian dari arsip-arsip ini menimbulkan kesulitan sendiri, termasuk suku bangsa Habiru yang misterius, tetapi suka berperang, yang merupakan pokok pembicaraan dari banyak surat ini.[10]

Selain itu, juga ada sepucuk surat dari seorang perwira militer, "panglima dari para pemimpin pasukan Mesir," yang berasal dari waktu menjelang akhir pemerintahan Ramses II. Laporan tentang perjalanannya yang menimbulkan pertanyaan, yang mungkin resmi, bahwa perwira itu mengambil jalur melalui Kanaan hingga ke utara sampai di Alepo, memberikan lebih banyak informasi.[10]

Di antara hal-hal yang diangkat dalam surat ini dan surat-surat Amarna adalah keadaan kacau dan kehancuran yang melanda Mesir. Para pasukan pengawal Mesir yang telah menguasai Kanaan sejak masa Thutmosis III, sekitar 200 tahun sebelumnya, kini telah lenyap. Karena itu, jalur tersebut terbuka untuk bangsa Ibrani. Dalam sejarah penaklukan tidak disebut-sebut tentang Yosua yang bertemu dengan pasukan Mesir. Prasasti-prasastinya mengandung banyak permintaan kepada raja Mesir agar membantu dalam menghadapi serangan-serangan bangsa Ibrani, tetapi tampaknya tidak ada bantuan yang dikirim.[10]

Penggalian di Kanaan sunting

Penggalian atas sejumlah kota-kota Kanaan telah memberikan bukti-bukti yang berlawanan untuk menentukan historisitas Kitab Yosua. Tel (gunungan) di Lakhis dan Hazor keduanya adalah kota-kota Kanaan pada Zaman Perunggu Akhir. Sekitar tahun 1200 SM, kedua kota itu hancur dan lapisan-lapisan berikutnya yang memberikan sisa-sisa pendudukan mengandung artefak-artefak bangsa Israel. Catatan-catatan arkeologi dari kota-kota ini memperlihatkan bahwa penyerangan yang menghancurkan oleh bangsa Israel terjadi pada akhir Zaman Perunggu Akhir. Penggalian di Ai menghasilkan bukti-bukti yang tidak sepakat dengan penghancuran Ai dalam Kitab Yosua. Ai tampaknya telah ditinggalkan pada Zaman Perunggu Awal dan tidak dihuni kembali hingga setelah penyerbuan bangsa Israel. Muncul pendapat bahwa penghancuran Ai ditambahkan ke dalam Kitab Yosua sebagai sebuah mitos etiologis, yang menjelaskan reruntuhan-reruntuhan yang tampak jelas dari kota Zaman Perunggu Awal. Namun, sejumlah penggalian menemukan reruntuhan kota yang lebih cocok dengan sejarah Ai, sehingga ada pendapat lain meragukan bahwa lokasi penggalian sebelumnya benar-benar kota Ai.[11] Adanya kota-kota yang tidak diketemukan hancur melainkan menunjukkan kehidupan bersama antara orang Israel dan orang Kanaan pada zaman Yosua juga merupakan bukti dari catatan-catatan Alkitab bahwa ketika Yosua berhenti berperang terdapat sejumlah besar wilayah yang belum diambil alih dari orang Kanaan (Yosua 13:1–6; 15:63; 16:10; 17:11–18, dll. serta asimilasi sejumlah kelompok Kanaan dengan masyarakat Israel (keluarga Rahab dalam Yosua 2 dan orang-orang Gibeon dalam Yosua 10).[12] Kitab Hakim-hakim jelas mengindikasikan bahwa orang Israel tidak merebut dan menduduki seluruh tanah Kanaan (Hakim–hakim 1:1–3:6), dan pengambilalihan tanah bukan lagi secara perang kilat melainkan serangkaian penyerangan oleh suku-suku secara terpisah atau sebagian kelompok suku-suku Israel, misalnya dalam Hakim-hakim 1, di mana suku Yehuda dan suku Simeon maju bersama-sama melawan orang-orang Kanaan di wilayah suku Yehuda (Hakim–hakim 1:3–20).[12] Lebih jelas lagi, kitab Hakim-hakim mencatat bahwa banyak orang Kanaan masih tinggal di tanah itu dan menawarkan suatu penjelasan teologis mengenai fakta ini, yaitu Allah membiarkan orang-orang Kanaan di tanah itu dan orang Israel gagal mengusir atau mengalahkan mereka karena dosa-dosa Israel (Hakim–hakim 2:1–6; 3:1–6).[12]

Tradisi Fenisia di Afrika Utara sunting

Ada tradisi orang Fenisia yang tinggal di Afrika Utara karena diusir dari Kanaan oleh Yosua.[13] Seorang sejarawan Yunani bernama Prokopius dari Kaisarea menulis pada abad ke-6 M:

Mereka [orang-orang Kanaan] juga membangun sebuah benteng di Numidia, yang sekarang adalah kota bernama Tigisis [kemungkinan di Aljazair]. Di tempat itu ada dua pilar yang dibuat dari batu putih dekat mata air besar, berpahatan tulisan Fenisia yang menyatakan dalam bahasa Fenisia: "Kami adalah mereka yang lari dari hadapan Yosua, si perampok, putra Nun".[14]

Moses dari Khoren, seorang sejarawan Armenia yang lebih kuno (370-386 M), juga merujuk pada dua pilar bertulisan Fenisia.[15] Kemudian para sejarawan Yunani merujuk pada tradisi ini. Misalnya, dinyatakan dalam Chronicon Paschale, suatu karya tanpa nama dari sekitar tahun 630 M:

Para penduduk di sini [kepulauan, yaitu kepulauan Balearic di utara Aljazair dan sebelah timur Spanyol] adalah orang-orang Kanaan yang lari dari hadapan Yosua putra Nun.[16]

Teks asli kutipan bahasa Yunani ini jauh lebih kuno, sampai sekitar tahun 234 SM.[16] Sangat tidak mungkin bahwa orang-orang Fenisia di Afrika Utara menciptakan tradisi yang menjelekkan untuk menjelaskan bagaimana mereka sampai ke Afrika Utara.[17]

Kontroversi sunting

Sebuah masalah kontroversial dalam kitab ini muncul dari perintah yang diberikan Allah untuk memusnahkan bangsa Kanaan.

Sejumlah teolog melihat perintah untuk melakukan genosida secara etis tidak dapat dibenarkan, karena hal ini tidak sejalan dengan keseluruhan pandangan di dalam Alkitab Ibrani dan Kristen tentang Allah sebagai Pencipta yang penuh kasih dan belas. Mereka melihatnya sebagai sebuah polemik teologis, dengan sebagian besar peristiwanya diciptakan pada masa atau sesudah pembuangan Babel, untuk menggalakkan kesetiaan kepada keyakinan Yahudi pada saat hal itu terancam. Misalnya, Morton (hlm. 324-325) mengatakan bahwa Yosua "harus dipahami sebagai ritus bangsa-bangsa kuno (termasuk Israel) yang di dalam konteks zamannya, berusaha menyenangkan Allah (atau dewa-dewa)".

Para teolog konservatif, yang menganggap kitab ini sebagai laporan yang akurat secara historis yang ditulis pada atau tak lama sesudah masa hidup Yosua, memberikan salah satu dari penjelasan berikut ini terhadap masalahnya:

  1. Perang adalah bagian yang esensial dari sejarah Timur dekat pada abad ke-15 SM. Sebagian penafsir berpendapat bahwa kitab ini memperlihatkan Allah yang menggunakan kegiatan-kegiatan yang berdosa untuk mencapai maksud-maksud-Nya. Ini tidak berarti bahwa Allah mendukung perang, melainkan bahwa Ia bekerja melalui manusia sebagaimana adanya mereka. Para penafsir ini menekankan apa yang mereka lihat sebagai hakikat masyarakat Kanaan yang berdosa, sambil menunjukkan kepada bukti-bukti praktik seperti pengorbanan anak (membakar hidup-hidup korban anak-anak). Misalnya, Hallam, yang berpandangan seperti ini, mendaftarkan sejumlah bukti arkeologi untuk mendukung tesis ini: "Hanya beberapa langkah dari kuil ini terdapat sebuah kuburan dan di situ ditemukan banyak tembikar, yang memuat tulang-belulang anak-anak balita yang telah dikorbankan di kuil ini... Nabi-nabi Baal dan Astoret adalah pembunuh-pembunuh resmi dari anak-anak kecil ini." "Praktik mengerikan lainnya ialah apa yang mereka sebut 'korban fondasi.' Bila sebuah rumah akan dibangun, seorang anak akan dikorbankan, dan tubuhnya ditanam ke dalam tembok ... Penyembahan Baal, Astoret, dan dewa-dewa Kanaan lainnya terdiri dari pesta-pesta yang paling ekstravagan; kuil-kuil mereka merupakan pusat-pusat kejahatan. ... Bangsa Kanaan menyembah, dengan pesta-pesta yang tidak bermoral, ... lalu dengan membunuh anak-anak sulung mereka, seagai korban kepada dewa-dewa yang sama." Namun sebagian dari bukti-bukti ini diperdebatkan, sementara yang lainnya mengatakan bahwa hal ini mungkin diciptakan di kemudian hari untuk membenarkan tindakan pembinasaan.
  2. Para teolog Kristen cenderung menekankan bahwa apa yang mereka lihat merupakan penyataan yang progresif di dalam Alkitab. Sementara Alkitab semakin maju, Allah dipahami menyatakan diri-Nya dalam cara-cara yang lebih sempurna, lebih jelas dan lebih akurat, dan berpuncak dengan penyataan Allah yang tertiggi di dalam Yesus Kristus. Perintah Allah melalui Yosua untuk merebut negeri itu dengan kekuatan senjata dipandang di dalam konteks perintah Allah melalui Yosua yang kedua, yaitu Yesus Kristus, untuk menghadirkan kerajaan-Nya melalui cara-cara penerapan ajaran-Nya dengan damai.

Kaitan dengan kitab lain sunting

Di Kejadian 50:24–25 Yusuf meminta saudara-saudara dan keluarganya untuk bersumpah agar tulang-tulangnya dikuburkan di tanah Kanaan. Sewaktu berangkat keluar dari Mesir, Musa membawa tulang-tulang Yusuf bersamanya (Keluaran 13:19). Di akhir Kitab Yosua dicatat, bahwa tulang-tulang Yusuf dikuburkan di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga 100 kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditentukan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka (Yosua 24:32). Dengan demikian tulang-tulang Yusuf ini menjadi mata rantai yang mengikat Kitab Kejadian, Kitab Keluaran sampai ke Kitab Yosua, merupakan jaminan bahwa keluarga Yakub, yaitu umat Israel, pasti akan dibawa TUHAN kembali ke tanah Kanaan.

Catatan sunting

  1. ^ Awalnya kata ini merupakan nomina maskulin tunggal imperatif dari kata הוֹשִׁיעַ (hosyia har. "menyelamatkan"), tetapi dalam perkembangannya juga dipakai sebagai nama laki-laki.

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Gesenius 1906, hlm. 221, 446.
  2. ^ "Fausset's Bible Dictionary". Study Light. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 March 2012. Diakses tanggal 8 January 2018. 
  3. ^ Transkrip Naskah Laut Mati
  4. ^ Creach, Jerome F.D. (2003). Joshua. Westminster John Knox Press. ISBN 978-0-664-23738-7. 
  5. ^ De Pury, Albert; Romer, Thomas (2000). "Deuteronomistic Historiography (DH): History of Research and Debated Issues". Dalam de Pury, Albert; Romer, Thomas; Macchi, Jean-Daniel. Israel Constructs its History: Deuteronomistic Historiography in Recent Research. Sheffield Academic Press. ISBN 978-0-567-22415-6. 
  6. ^ Gordon 1986, hlm. 18.
  7. ^ Knight 1995, hlm. 62.
  8. ^ Jones 2001, hlm. 197.
  9. ^ a b Carl Friedrich Keil; Franz Delitzsch. ’’Commentary on the Old Testament’’ (1857-1878). Joshua 1. Diakses 24 Juni 2018.
  10. ^ a b c Moran, William L. The Amarna Letters. Baltimore: The Johns Hopkins University Press. 1992 .
  11. ^ Wood, Bryant G. From Ramesses to Shiloh: Archaeological Discoveries Bearing on the Exodus-Judges Period. Pp. 256-82 in Giving the Sense: Understanding and Using the Old Testament Historical Texts, eds. David M. Howard, Jr., and Michael A. Grisanti. Grand Rapids MI: Kregel. 2003.
  12. ^ a b c Joel F. Drinkard, Jr. The History and Archaeology of the Book of Joshua and the Conquest/Settlement Period Diarsipkan 2018-07-12 di Wayback Machine.. First Published May 1, 1998. Research Article. Volume: 95 issue: 2, page(s): 171-188. https://doi.org/10.1177/003463739809500204.
  13. ^ Frendo 2002.
  14. ^ Frendo 2002, hlm. 37.
  15. ^ Frendo 2002, hlm. 38.
  16. ^ a b Frendo 2002, hlm. 40.
  17. ^ Extra-Biblical Evidence for the Conquest. Diarsipkan 2018-07-07 di Wayback Machine. May 30, 2007, Bryant G. Wood PhD, Associates for Biblical Research.

Pustaka sunting

  • Frendo, Anthony J. Two Long-Lost Phoenician Inscriptions and the Emergence of Ancient Israel. Palestine Exploration Quarterly (2002) 134: 37-43.
  • Gesenius, Wilhelm (1906). Francis Brown, ed. A Hebrew and English Lexicon of the Old Testament, with an Appendix Containing the Biblical Aramaic. Diterjemahkan oleh Edward Robinson. Houghton Mifflin. 
  • Morton, William H. Joshua. The Broadman Bible Commentary, Vol. 2. Ed. Clifton J. Allen, et al. Nashville: Broadman Press, 1970.
  • Halley, Henry H. Halley's Bible Handbook. Grand Rapids: Zondervan Publishing House, 1927, 1965.
  • Mazar, Amihai. The Archaelogy of the land of the Bible. New York: Doubleday, 1990.

Pranala luar sunting

Terjemahan-terjemahan online dari Kitab Yosua:

Artikel terkait sunting