Kitab Zefanya (disingkat Zefanya; akronim Zef.) merupakan salah satu kitab yang termasuk dalam kelompok kitab-kitab kenabian dan khususnya dalam kelompok nabi-nabi kecil pada Perjanjian Lama di dalam Alkitab Kristen. Dalam Tanakh atau Alkitab Ibrani, kitab ini menjadi bagian dari kitab kolektif yang bernama "Dua Belas Nabi", yang termasuk dalam kelompok Nevi'im, atau yang lebih tepatnya dalam kelompok nabi-nabi akhir.

Nama sunting

Nama kitab ini merujuk pada tokoh utama kitab ini, yaitu Zefanya bin Kusyi,[a] seorang nabi dari Yehuda pada zaman pemerintahan Raja Yosia. Nama "Zefanya" sendiri merupakan serapan dari Ibrani: צְפַנְיָה (Tsefan'yah), yang merupakan gabungan dari kata צָפַן (tsafan, har. "menyembunyikan, menutupi, merahasiakan") dan nama יה (Yah). Oleh karena itu, nama tersebut kemungkinan berarti "Yahweh menyembunyikannya" atau "Yahweh menutupinya".

Isi sunting

Penghakiman universal sunting

  1. Judul (Zefanya 1:1)[2]
  2. Penghukuman Universal (Zefanya 1:2)[2]
  3. Ucapan ilahi terhadap Yehuda (Zefanya 1:4)-(Zefanya 2:3)[2]
  4. Ucapan ilahi terhadap Filistin (Zefanya 2:4)[2]
  5. Ucapan ilahi terhadap Moab dan Amon (Zefanya 2:8)[2]
  6. Ucapan ilahi terhadap Etiopia (Zefanya 2:12)[2]
  7. Ucapan ilahi terhadap Asyur (Zefanya 2:13)[2]
  8. Ucapan ilahi terhadap Yerusalem dan Yehuda (Zefanya 3:1)[2]
  9. Penghukuman universal (Zefanya 3:8)[2]

Janji Keselamatan sunting

  1. Keselamatan bangsa-bangsa (Zefanya 3:9)[2]
  2. Keselamatan Yehuda (Zefanya 3:10)[2]

Naskah sumber sunting

Berikut ini merupakan naskah-naskah sumber untuk Kitab Zefanya:

Zefanya dalam Naskah Masorah secara umum tidak memiliki kesulitan analisis, meskipun ada beberapa bagiannya yang tidak jelas, misalnya Zefanya 1:2.[4] Selain Naskah Masorah, data-data mengenai kitab Zefanya juga terdapat dalam Naskah Laut Mati, khususnya yang ditemukan dalam gua Qumran 1 dan 4.[4] Di situ juga terdapat gulungan mengenai nabi-nabi kecil dari Wadi Murabba'at (MurXII).[4] Septuaginta juga memuat data-data mengenai Zefanya.[4] Namun, data-data dalam Septuaginta tidak identik dengan data-data yang terdapat dalam Naskah Masorah.[4] Dalam Septuaginta sendiri terdapat beberapa kesalahan seperti pengejaan, penulisan, dan beberapa penekanan dalam hal penerjemahan.[4] Hal ini ditunjukkan dalam teks Septuaginta menerjamahkan kata elohe ha'ares yang berarti Allah seluruh bumi dengan tous theous ton ethnon tes ges yang berarti Allah atas seluruh orang yang tinggal di bumi.[4] Hal ini terdapat dalam Zakharia 2:11.[4] Teks yang terakhir yang ditemukan di Nahal Hever yang merupakan terjemahan ke dalam bahasa Yunani dari kitab nabi-nabi kecil.[4] Teks ini juga memuat beberapa bagian yang terdapat dalam kitab Zefanya, seperti Zefanya 1:1.[4]

Kepengarangan sunting

Kitab Zefanya diperkirakan ditulis oleh Nabi Zefanya.[4] Kitab ini merupakan kitab ke-9 dari 12 kitab nabi-nabi kecil.[4] Zefanya adalah seorang nabi yang melayani ketika pemerintahan seorang raja Yehuda bernama Yosia pada tahun 640-609 Sebelum Masehi (SM).[4][5] Namun, ia juga turur berperan dalam masa pemerintahan Manasye yang memerintah pada tahun 696-642 SM.[6] Zefanya juga termasuk dalam tradisi nabi-nabi Yehuda, seperti Mikha dan Yesaya.[4]

Perikop sunting

Judul perikop dalam Kitab Zefanya menurut Alkitab Terjemahan Baru oleh LAI adalah sebagai berikut.

Hari TUHAN dan penghukuman
  • Judul (1:1)
  • Penghukuman pada hari TUHAN (1:2–18)
  • Seruan untuk bertobat (2:1–3)
  • Hukuman atas bangsa-bangsa (2:4–15)
  • Hukuman atas Yerusalem (3:1–8)
Keselamatan
  • Janji keselamatan (3:9–20)

Latar belakang sunting

Zefanya hidup pada masa di mana kerajaan Asyur di bagian barat sedang meluas.[7] Hal ini menyebabkan perkembangan keagamaan juga perkembangan politik mengarah kepada kerajaan Asyur.[7] Agama yang berkaitan dengan bintang-bintang juga berkembang menjadi sesuatu yang terkenal sehingga Manasye mendirikan sebuah altar dari raja Ahas untuk peribadahan kepada matahari, bulan, dan segala penghuni surga.[7] Hal ini ditunjukkan dalam Zefanya 23:11.[7] Selain itu, ada juga suatu dorongan yang kuat sehingga diadakan peribadahan kepada salah satu ibu dewi dari orang Asyur dan Babel yang merupakan ratu surga.[7] Dorongan kuat tersebut datang dari perkembangan kekuasaan kerajaan Asyur.[7] Ibadah ini sangat terkenal sehingga banyak keluarga Yudea mengikutinya.[7] Setiap anggota keluarga baik ibu, ayah maupun anak mengambil bagian dalam peribadahan tersebut.[7] Hal inilah yang kemudian ditentang oleh Zefanya.[6] Zefanya melihat bahwa orang Israel membiarkan agama lain masuk dan akhirnya ikut dalam penyembahan tersebut.[6] Hal ini menyebabkan peribadahan kepada YHWH ditinggalkan dan kultur dari Palestina tidak diterima.[6] Namun, semua hal itu berubah ketika masa pemerintahan Yosia.[6] Pada masa pemerintahan Yosia, kekuatan Asyur sedang menurun.[6] Menurunnya kekuatan Asyur ini dikarenakan kesulitan untuk menggabung pasukan yang ada di barat dan di timur.[6] Hal ini kemudia dimanfaatkan oleh Yosia dengan menyerang kerajaan Asyur dan memperluas wilayah kekuasaanya sampai ke utara.[6] Hal ini juga sangat berpengaruh dalam bidang keagamaan Israel, di mana Yosia kembali membawa Israel kembali kepada peribadahan kepada YHWH.[6] Selain itu juga ada serangan suku dari Palestina yang membuat YHWH memanggil Zefanya untuk menjadi nabi.[7] Suku tersebut bernama Scythians yang merupakan sekumpulan suku barbar.[7]

Nubuat-nubuat yang diberikan oleh Zefanya merupakan suatu nubuatan yang menentang kemerosotan moral yang terjadi ketika zaman raja Manasye.[2] Selama masa pemerintahannya, semua suara nabi yang bertentangan dengan kehendaknya didiamkan dengan cara ditindas.[2] Namun, pada masa pemerintahan Yosia semuanya berubah.[2] Hal imi dikarenakan pembaharuan yang dilakukan Yosia dalam bidang keagamaaan di mana Yosia berusaha untuk mengembalikan Israel untuk menyembah YHWH.[2] Hal ini juga menyebabkan para nabi memusatkan perhatian pada hal-hal rohani dan politik pada masa itu.[2] Zefanya berada di garis depan dalam pembaharuan itu.[2] Ia menyuarakan mengenai Hari Tuhan yang akan datang bagi semua orang baik bagi yang setia maupun yang tidak setia.[2]

Muatan teologis sunting

Ucapan-ucapan Zefanya yang berupa perlawanan terhadap kesalahan bangsa Israel mengenai peribadahan kepada agama dari bangsa lain mengungkapkan suatu pemahaman Teologis mengenai Hari Tuhan.[6]

Hari Tuhan sunting

Konsep mengenai Hari Tuhan ini bukanlah suatu hal yang baru.[6] Pemahaman teologis mengenai Hari Tuhan ini telah ada sebelum nabi Zefanya.[6] Beberapa nabi lain yang memakai tema teologis mengenai Hari Tuhan adalah Amos, Obaja, dan juga Yesaya.[6] Pemahaman mengenai Hari Tuhan ini menunjuk pada suatu tindakan langsung dari Allah yang dilakukannya untuk mendirikan kerajaan-Nya.[6] Semua bangsa ataupun manusia yang tidak turut kepada Tuhan ataupun orang yang melawan kehendaknya akan dihukum.[6] Hal ini ditujukan terutama untuk bangsa-bangsa di luar Israel dan juga bangsa Israel yang menyembah dewa-dewi kerajaan Asyur.[6] Hari Tuhan tersebut juga berkaitan dengan orang-orang yang setia dengan Tuhan.[6] Orang-orang yang tetap melakukan kehendaknya.[6] Zefanya menekankan bahwa orang-orang yang setia terhadap Tuhan merupakan orang-orang yang merupakan pilihan Tuhan sehingga mereka akan terhindar dari murka Allah.[6] Selain Hari Tuhan, tema Teologis lainnya adalah dosa.[6] Hari Tuhan membawa pengharapan bagi yang setia tetapi juga membawa penghukuman bagi yang tidak setia.[2] Gagasan ini ingin menunjukkan bahwa Hari Tuhan tidaklah selalu identik dengan penghukuman atau kehancuran yang direncanakan Tuhan kepada bangsa-bangsa yang melawan kehendaknya termasuk Israel.[2] Hari Tuhan juga membawa keselamatan bagi orang-orang Israel yang ingin bertobat dan kembali kepada Tuhan.[2]

Dosa sunting

Dosa dalam pemahaman Zefanya merupakan suatu ketidaksetiaan atau suatu penyelewengan yang dilakukan bangsa Israel terhadap YHWH[6] Hal ini yang akan mendatangkan murka Allah kepada bangsa Israel.[6] Zefanya sendiri memandang bahwa inti dari dosa adalah sebuah kesombongan yang ada pada bangsa Israel.[6] Hal ini ditunjukkan dalam Zefanya 3:11.[6] Bangsa Yehuda telah mendapatkan ketenangan dan kedamaian setelah masa 70 tahun dalam pembuangan.[6] Hal itu merupakan sebuah hadiah dari Tuhan.[6] Tetapi, mereka justru tidak mengucap syukur atas hadiah itu dengan cara melakukan peribadahan kepada dewa-dewi bangsa lain dan meninggalkan Tuhan mereka yaitu YHWH.[6]

Kerajaan Allah sunting

Allah dalam pemahaman Zefanya akan mendirikan suatu kerajaan.[6] Allah dari bangsa Israel akan mendirikan kerajaannya dan seluruh dunia akan tunduk di dalamnya.[6] Kerajaan itu terdiri dari tentara-tentara yang dipilih Allah untuk menghancurkan orang-orang yang melawan kehendaknya.[6] Ia juga akan melawan Yehuda.[6]

Catatan sunting

  1. ^ Silsilah lengkapnya adalah Zefanya bin Kusyi bin Gedalya bin Amarya bin Hizkia.[1]

Referensi sunting

  1. ^ The Interpreter's Bible, Volume VI, p. 1014
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u (Indonesia) C. Hassell Bullock. 1986. Kitab Nabi-nabi Perjanjian Lama. Jawa Timur, Malang: Yayasan penerbit Gandum Mas. Hlm 223-236.
  3. ^ "Transkrip Naskah Laut Mati". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-30. Diakses tanggal 2013-05-13. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n (Inggris) David Noel Freedman. 1992. The Anchor Bible Dictionary: Volume Si-Z. New York: Doubleday. Hlm 1077-1080.
  5. ^ (Indonesia) Frank M. Boyd. 2006. Kitab Nabi-nabi Kecil. Jawa Timur, Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas. Hlm 115-122.
  6. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae (Inggris) Walter E. Elwell. 1988. Baker Encyclopedia of the Bible: Volume 2: J-Z. Grand Rapids, Michigan: Baker Book House. 2190-2194.
  7. ^ a b c d e f g h i j (Inggris) George Arthur Buttrick. 1962. The Intrepreter's Dictionary of The Bible. Nashville: Abingdon. Hlm 951-952.

Pustaka sunting

Lihat pula sunting