Geomorfologi

ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi

Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan pada masa depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan pemodelan. Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, arkeologi, dan teknik kebumian.

Cono de Arita, Salta (Argentina).

Sejarah sunting

Geomorfologi telah menjadi sebuah disiplin ilmiah sebelum abad ke-17 Masehi. Pada abad ke-19, geomorfologi mulai diterapkan pada negara-negara yang termasuk negara berkembang. Pada abad ke-20 Masehi, geomorfologi mengalami perkembangan yang pesat di dunia Barat (Eropa dan Amerika).[1]

Ruang lingkup kajian sunting

Pada dasarnya ruang lingkup kajian dari geomorfologi adalah bentuk permukaan Bumi. Dalam pembahasan ilmiah, bentuk permukaan Bumi ini meliputi penemuan dan pengenalan bentuk lahan dan faktor-faktor pembentuknya. Geomorfologi juga membahas tentang sejarah dan asal-usul bentuk lahan. Selain itu, geomorfologi juga membahas tentang penemuan dan pengenalan aspek-aspek pembentuk bentang lahan dari bentang alam konstruksional maupun bentang alam destruksional.[2]

Objek dan aspek kajian sunting

Geomorfologi menetapkan objek kajiannya adalah bentuk lahan. Karenanya, aspek kajian dari geomorfologi dapat dibagi menjadi 4, yaitu morfologi, morfogenesis, morfokronologi, dan morfoaransemen. Morfologi membahas tentang permasalah bentuk dan asal-usul dari permukaan Bumi. Pembahasannya dibagi dua menjadi morfografi dan morfometri. Morfografi memberikan penjelasan secara deskriptif dengan pemerian, sedangkan morfomertri memberikan penjelasan secara kuantitatif melalui pemberian ukuran. Morfogenesis membahas proses morfologi yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk lahan. Pembahasannya dilakukan pada proses perubahan dalam jangka waktu yang singkat maupun dalam jangka waktu yang lama. Morfogenesis membahas perubahan bentuk lahan yang diakibatkan oleh gaya eksogen maupun gaya endogen. Morfokronologi membahas mengenai evolusi penambahan jumlah bentuk lahan akibat proses yang bekerja pada bentuk lahan tersebut. Morfokronologi juga membahas tentang urutan dan umur pembentukan bentuk lahan. Morfoaransemen membahas hubungan antara bentuk lahan dan unsur-unsur pembentuknya. Hubungan antara geomorfologi dengan lingkungan dikaji dalam morfoaransemen. Unsur-unsur pembentukan yang dibahas meliputi kandungan batuan dan air di lahan, struktur lahan, vegetasi lahan dan penggunaan lahan.[3]

Bentang alam sunting

Bentang alam destruksional sunting

Bentang alam destruksional disebut juga sebagai bentang alam eksogenik. Pembentukan bentang alam destruksional dikendalikan oleh gaya eksogen.[4] Gaya eksogen merupakan gaya yang dihasilkan oleh pengaruh gaya dari energi surya dan gravitasi. Jenis gaya eksogen meliputi pelapukan, erosi, pemborosan massal dan sedimentasi.[4]

Bentang alam konstruksional sunting

Bentang alam konstruksional disebut juga sebagai bentang alam endogenik. Pembentukan bentang alam destruksional dikendalikan oleh gaya ekdogen.[4] Gaya endogen mencakup semua jenis gaya yang berasal dari Bumi. Secara umum, gaya endogen meliputi aktivitas tektonik, aktivitas magmatik dan aktivitas vulkanik. Aktivitas tektonik disebabkan oleh pergeseran lempeng dan pembentukan pegunungan. Aktivitas magmatik meliputi semua intrusi magma yang menuju ke permukaan Bumi atau berada di dekat permukaan Bumi. Sedangkan aktivitas vulkanik meliputi pembentukan gunung berapi dan letusan gunung berapi.[4]

Proses Pembentuk Alam sunting

 
Grand Canyon, Arizona

Proses pembentuk utama yang bertanggung jawab terhadap pembentukan topografi adalah angin, ombak, cuaca, pergerakan tanah, aliran air, gletser, tektonik, dan vulkanik.[butuh rujukan]

Proses fluvial sunting

Proses fluvial adalah proses pembentukan alam yang berhubungan dengan pergerakan sedimen, erosi dan endapan di sungai.[butuh rujukan]

Proses aeolian sunting

 
Dierosi oleh angin di Moab, Utah

Proses aeolian adalah proses yang berhubungan dengan angin yang sebagai sumber pembentuknya. Angin dapat mengikis, membawa dan mengumpulan material.[butuh rujukan]

Proses pelerengan sunting

 
Palo Duro Canyon, Texas

Tanah dan berbatuan bergerak ke bawah dengan adanya gaya gravitasi.[butuh rujukan]

Proses glasial sunting

 
Fitur bentang alam gletser

Pergerakan es dan gletser dapat mengakibatkan abrasi dan memindahkan bebatuan.[butuh rujukan]

Proses tektonik sunting

Proses tektonik terjadi karena aktivitas tektonik.[butuh rujukan]

Proses Igneous sunting

Proses igneous sangat mempengaruhi terhadap geomorfologi, baik yang berasaal dari vulkanik maupun dari tektonik.[butuh rujukan]

Proses biologikal sunting

 
Bendungan Beaver di Tierra del Fuego

Interaksi antara makhluk hidup dan bentuk alam dapat mempengaruhi proses pembentukan geomorfologi.[butuh rujukan]

Jenis-jenis sunting

Geomorfologi karst sunting

Morfologi Makro sunting

Di bawah ini adalah beberapa bentuk morfologi permukaan karst dalam ukuran meter sampai kilometer:[butuh rujukan]

  • Swallow hole: Lokasi di mana aliran permukaan seluruhnya atau sebagian mulai menjadi aliran bawah permukaan yang terdapat pada batu gamping. Swallow hole yang terdapat pada polje sering disebut ponor. Pengertian ini dipergunakan untuk menandai tempat di mana aliran air menghilang menuju bawah tanah.
  • Dolin, yaitu bentukan negatif yang dengan bentuk depresi atau mangkuk dengan diameter kecil sampai 1000 meter lebih.
  • Vertical shaft: pada bentuk ideal, merupakan silinder dengan dinding vertikal merombak perlapisan melawan inklinasi perlapisan.
  • Collapse: runtuhan
  • Cockpit: bentuk lembah yang ada di dalam kerucut karst daerah tropik yang lembap. Kontur cockpit tidak melingkar seperti pada doline tetapi seperti bentuk bintang dengan sisi-sisi yang identik, yang menunjukkan bahwa formasi kerucut merupakan faktor penentunya.
  • Polje: depresi aksentip daerah karst, tertutup semua sisi, sebagian terdiri dari lantai yang rata, dengan batas-batas terjal di beberapa bagian dan dengan sudut yang nyata antara dasar/ lantai dengan tepi yang landai atau terjal itu.
  • Uvala: cekungan karst yang luas, dasarnya lebar tidak rata: lembah yang memanjang kadang-kadang berkelak-kelok, tetapi pada umumnya dengan dasar yang menyerupai cawan.
  • Dry valley: terlihat seperti halnya lembah yang lainnya namun tidak ada aliran kecuali kadang-kadang setelah adanya es yang hebat diikuti oleh pencairan es yang cepat.
  • Jendela karst: lubang pada atap gua sebagai tempat masuknya cahaya matahari yang terbentuk akibat runtuhnya dinding gua.

Pulau Jawa memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Pegunungan Sewu, di mana bentukan bukit-bukit seperti cawan terbalik dan kerucut begitu sempurna dengan lembah-lembahnya. Bukit merupakan residu erosi dan lembahnya adalah merupakan daerah diaman terjadi erosi aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian depresi atau cekungan merupakan titik terendah dan menghilangnya air permukaan ke bawah permukaan. Erosi memperlebar struktur (lihat geologi gua dan teori terbentuknya gua), kekar, sesar, dan bidang lapisan, dan membentuk gua-gua, baik vertikal maupun horisontal. Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst.[butuh rujukan]

Mata air karst ini ada beberapa jenis:[butuh rujukan]

  • Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat di mana terjadi pelebaran bidang lapisan,
  • Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat di mana terjadi pelebaran bidang rekahan,
  • Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak antara batu gamping dan batu lain yang impermiabel.

Disamping itu secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah permukaan air laut disebut dengan vrulja.

Morfologi mikro sunting

Ada kawasan karst dengan sudut dip yang kecil dan permukaannya licin. Area ini dipisah-pisahkan dalam bentuk blok-blok oleh joint terbuka disebut dengan grike (bahasa Inggris) atau Kluftkarren (bahasa Jerman). Bentukan-bentukan minor ini dalam bahasa Jerman memiliki akhiran karren. Sering permukaan blok itu terpotong menjadi sebuah pola dendritic dari runnel dengan deretan dasar dipisahkan oleh deretan punggungan yang mengeringkannya ke dalam grike terlebih dahulu. Juga terkadang mereka memiliki profil panjang yang hampir mulus. Bentukan ini disebut Rundkarren. Tipe lain adalah Rillenkarren yang memiliki saluran yang tajam, ujung punggungan dibatasi oleh deretan saluran berbentuk V. Biasanya tampak pada permukaan yag lebih curam daripada Rundkarren, dengan saluran sub-paralel dan beberapa cabang. Microrillenkarren merupakan bentuk gabungan tetapi hanya memiliki panjang beberapa sentimeter dan lebarnya 10–20 mm. Pseudokarren, memiliki bentuk sama dengan rundkarren dan rinnenkarren. Namun, hanya terjadi pada granit di daerah tropik yang lembap.[butuh rujukan]

Penafsiran sunting

Sungai subsekuen sunting

Penafsiran geomorfologi dapat dipermudah dengan pemahaman mengenai sungai subsekuen. Sungai subsekuen adalah sungai yang terbentuk di sepanjang suatu garis atau zona yang resisten. Letak sungai ini secara umum berada pada sungai yang alirannnya mengalir di sepanjang jalur perlapisan batuan. Lapisan batuan ini memiliki resistensi terhadap erosi. Salah satu jenis lapisan batuan ini adalah lapisan batu pasir.[5]

Pengelompokan ilmu sunting

Pengelompokan ilmu geomorfologi dibedakan menjadi tiga, yaitu geomorfologi sejarah, geomorfologi fungsional dan geomorfologi terapan.[6]

Geomorfologi terapan sunting

Geomorfologi terapan membahas mengenai penerapan ilmu geomorfologi melalui analisis bentuk lahan. Lingkup penerapannya yaitu pemetaan, pengukuran, dan penyelesaian masalah lingkungan fisik. Pemetaan dilakukan pada fenomena geomorfologi dan tanah. Pengukuran dilakukan pada perubahan fisik yang terjadi pada permukaan Bumi. Sedangkan penyelesaian masalah lingkungan fisik dilakukan dengan melihat bentuk lahan yang menjadi permasalahannya. Masalah ini meliputi banjir, erosi, longsor, gempa bumi, gunung berapi, dinamika pesisir, dan fenomena air tanah.[6]

Keterkaitan dengan ilmu lain sunting

Geomorfologi geografi sunting

Geomorfologi memiliki keterkaitan dengan geografi. Kedua jenis keilmuan ini saling membutuhkan satu sama lain. Keterkaitan antara geomorfologi dan geografi berkaitan dengan ilmu geografi yang disebut geomorfologi geografi. Ruang lingkup ilmunya meliputui hubungan antara geomorfologi dengan objek material dalam geografi. Kajian geomorfologi geografi menghasilakn ilmu bentang lahan, bentang alam dan bentang geografi.[7]

Pencegahan bencana sunting

Pencegahan banjir sunting

Kondisi hidrologi permukaan dan bawah permukaan berkaitan dengan aspek geomorfologi, khususnya tentang kemiringan lahan. Informasi mengenai kemiringan lahan dimanfaatkan untuk menentukan ukuran dan kecepatan pengaliran air tanah di suatu wilayah. Pengetahuan ini berguna untuk mencegah bencana banjir pada dataran. Caranya dengan memilih tapak di dataran yang lebih tinggi daripada wilayah dataran banjir.[8]

Lihat juga sunting

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Sutikno, dkk. (2020). Nadilah, ed. Geomorfologi Dasar Bagian 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 1. ISBN 978-602-386-397-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-31. Diakses tanggal 2022-03-06. 
  2. ^ Suharjo, dkk. 2017, hlm. 1-2.
  3. ^ Santosa 2016, hlm. 10-11.
  4. ^ a b c d Noor 2012, hlm. 164.
  5. ^ Noor 2012, hlm. 142.
  6. ^ a b Santosa 2016, hlm. 10.
  7. ^ Suharjo, dkk. 2017, hlm. 2.
  8. ^ Sucipta (1998). "Karakteristik Geomorfologi Calon Lahan Disposal Limbah Radioaktif Aktivitas Rendah dan Sedang di Daerah Lemahabang" (PDF). Hasil Penelitian Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif Tahun 1997/1998: 79. ISSN 0852-2979. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-03-06. Diakses tanggal 2022-03-06. 

Daftar pustaka sunting