Kabupaten Kolaka Utara

kabupaten di Indonesia, di pulau Sulawesi
(Dialihkan dari Kolaka Utara)

Kabupaten Kolaka Utara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia dan beribu kota di Lasusua. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kolaka yang disahkan dengan UU Nomor 29 tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003. Pada tahun 2020 penduduk Kolaka Utara berjumlah 139.319 jiwa.[1]. Bagian timur kabupaten ini dilewati oleh barisan pegunungan Mekongga dengan Gunung Mekongga merupakan puncak tertinggi di Sulawesi Tenggara.

Kabupaten Kolaka Utara
Lipu Patowonua
Masjid Agung Lasusua
Masjid Agung Lasusua
Lambang resmi Kabupaten Kolaka Utara
Julukan: 
Lipu Patowonua (Bumi 4 Negeri yang Dipersatukan)
Peta
Kabupaten Kolaka Utara di Sulawesi
Kabupaten Kolaka Utara
Kabupaten Kolaka Utara
Peta
Kabupaten Kolaka Utara di Indonesia
Kabupaten Kolaka Utara
Kabupaten Kolaka Utara
Kabupaten Kolaka Utara (Indonesia)
Koordinat: 3°18′S 121°00′E / 3.3°S 121°E / -3.3; 121
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Tenggara
Tanggal berdiri18 Desember 2003
Dasar hukumUU No. 29 Tahun 2003
Hari jadi7 Januari 2004
Ibu kotaLasusua
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
 • BupatiSukanto Toding (pj.)
Luas
 • Total3.392 km2 (1,310 sq mi)
Populasi
 • Total139.319
 • Kepadatan41/km2 (110/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam 98,70%
Kristen 1,12%
- Protestan 1,02%
- Katolik 0,08%
Hindu 0,01%
Buddha 0,01%
Lainnya 0,16%[2]
 • IPMKenaikan 69,31 (2020)
Sedang[3]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
7408
Pelat kendaraanDT xxxx B*
Kode Kemendagri74.08
DAURp 520.853.277.000.- (2020)[4]
Situs webwww.kolutkab.go.id

Suku asli Kolaka Utara adalah Suku Tolaki yang berbahasa Tolaki dialek Mekongga.[5] Masyarakat Kolaka Utara juga menyebut daerah mereka dengan Patowonua yang terdiri dari empat kelompok masyarakat yaitu Rahambuu, Wawaruo, Watunohu dan Kodeoha.[6]

Sejarah sunting

Penduduk wilayah Kolaka pada tahap awal dikenal dengan nama “Tu Unenapo” yang merupakan penduduk mayoritas. Selain suku dengan populasi yang relative kecil seperti: To Laiwo dan To Aere yang hidup secara berkelompok berdasarkan etnisnya di wilayah kecamatan pakue, Lasusua, Mowewe, Uluiwoi, Ladongi, dan lambandia.

Suku bangsa tersebut tersebar di wilayah Kolaka melalui gerak persebaran suku-suku yang ada di Sulawesi bagian tengah dan timur yang berpusat di danau Matana, Mahalona dan towuti. Setelah beberapa lama bermukim di wilayah tersebut mereka berpencar ke wilayah Luwu, Mekongga (Kolaka Raya), Konawe, Poso dan Bungku.

Nenek moyang orang Kolaka kemudian membentuk perkampungan yang disebut Napoaha (Napo= Pusat Pemukiman; aha= Luas/ Besar), diantara pemukiman mereka terdapat Lalowa dan Andolaki. To Moronene dan To Laiwoi merupakan penduduk yang mula-mula mendiami daerah Unenapo (Kolaka) yang kelak menjadi wilayah Kerajaan Mekongga.

Di tahun 1906, orang belanda tiba didaerah ini. Saat itu seorang pimpinan (anakia) wafat. Si opsir belanda bertanya kepada warga perihal suku yang menghuni daerah itu. Seorang dari mereka menjawb; “dahomiano Ntawe” yang berarti ada anakia (bangsawan) yang wafat. Karenah salah persepsi, orang belanda itu kemudian mencatat bahwa suku yang menghuni daerah itu adalah Lantawe atau orang landawe. Kata ini dalam aksen Tolaki berubah menjadi landawe dan dikenal sampai hari ini. To Landawe artinya orang Landawe dari kata “tawe” yang berarti jasad orang yang meninggal (bahasa Tolaki).

Perkembangan selanjutnya, sebuah peristiwa menimpa wilayah ini, yakni gangguan dari seekor burung elang raksasa yang dalam bahasa Tolaki disebut Kongga Owose/ Konggaaha (Elang Raksasa). Ditengah penderitaan warga akibat gangguan burung elang raksasa itu, terjadi peristiwa ajaib. Tiba-tiba datang seorang lelaki yang tidak diketahui asal-usulnya. Lelaki itu menyebut dirinya Larumbalangi, orang banyak menyebutnya To Manuru atau Sangia Ndudu dalam bahasa Tolaki juga berarti titisan dewa.

Orang-orang lalu datang menyembah dan menghormati lelaki ini karena dipercaya memiliki kesaktian turunan dewa (Sangia). Kedatanganya di Unenapo dianggap suatu hal istimewa karenah telah diutus oleh Sangia Ombu Samena untuk melepaskan orang banyak dari malapetaka karena keganasan burung elang raksasa (Kongga Owose). Orang-orang kemudian menghadap dan menyampaikan keluh kesah tentang penderitaan mereka selama dalam gangguna Konggaaha.

Larumbalangi menerima permohonan para warga dan berjanji melepaskan rakyat dari penderitaan dan kesengsaraan Kongaaha. Larumbalangi pun meminta para warga untuk bersatu menghadapi upaya pemusnahan Konggaaha. Mereka disuruhnya mengambil bulu, sejenis bambu yang telah diruncingkan, dalam bahasa Tolaki disebut sungga. Selanjutnya Sungga ini dipancang diatas tanah di tempat yang diperkirakan mudah dilihat oleh konggaaha dari udara.

Ditempat pancangan Sungga, berdiri seorang Tamalaki yang bernama Tasahe sebagai umpan untuk menarik konggaaha. Menurut tradisi lisan, Konggaaha ini tinggal dipuncak gunung hutan rimba pada hulu sungai perbatasan Wundulako dengan ladongi, tak jauh dari lokasi Osambegolua dan Gua Watuwulaa. Sebab orang-orang selalu melihat Kongaaha datang dari arah itu. Tak lama setelah persiapan membunuh Konggaaha ini rampung, dari kejauhan terdengar suara menderu . Bunyi kepak sayap Konggaaha.

Mendengar hal itu, setiap laki-laki diminta bersiap menghadapi segala kemungkinan, masing-masing dengan senjata seadanya, seperti Karada (Tombak) dan Taawu (parang). Tak lama, Konggaaha pun melintas. Cahaya matahari terlindung olehnya dan membentuk bayangan besar di bawahnya. Larumbalangi berdiri dipuncak bukit Osumbegalua, siap memberi perintah kepada seluruh laki-laki untuk menyerbu Kongaaha.

Seorang tamalaki bernama Tasahea diperintahkan masuk ditengah-tengah diantara bambu runcing sebagai umpan Konggaaha. Larumbalangi mengorganisir warga untuk siap memberi perintah kepada segenap masyarakat, laki-laki dan perempuan. Anak-anak bersembunyi di Gua Watuwulaa.

Ketika Kongaaha melihat banyak orang dibawahnya, ia pun berputar dan melayang-layang, seperti mengira-ngrira mangsa mana yang akan disambarnya. Begitu melihat Tasaleha, Kongaaha dengan cepat turun menyambar. Bersamaan dengan itu Osungga yang dipancang di atas tanah berhasil menikam tubuhnya. Karenah merasa sakit, Kongaaha pun terbang melayang berkeliling di udara. Darah elang raksasa itu bercucuran. Menurut cerita, dimana darah burung Kongaaha itu bercucuran maka tanahnya menjadi merah seperti dipomalaa. Ketika tenaga Kongaaha makin berkurang, ia pun jatuh dan mati dihilir sungai dekat usambegalua yang kemudian dinamai Lamekongga.

Larumbalangi yang berhasil membunuh Kongaaha, kelak menjadi raja pertama di Kerajaan Mekongga pada abad XIII. Masyarakat mekongga menganggap bahwa Larumbalangi sebagai juru selamat yang telah menyelamatkan penduduk yang terancam maut oleh burung Konggaaha. Olehnya, setelah negeri ini mana dan Larumbalangi menjadi raja (anakia), mereka menamai kerajaanya Mekongga. Wilyah kerajaan ini, sekarang dikenal sebagai Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara.

Tradisi mekongga lantas mengunkapkan kalau Larumbalangi kemudian menghilang, tidak diketahui kepergianya. Namun ia meninggalkan keris (Otobo), Sembilan keeping emas murni, motia naga (mustika naga) dan bibit padi untuk dikembang biakkan oleh masyarakat mekongga.

Geografi sunting

Luas Wilayah sunting

Kabupaten Kolaka Utara mencakup wilayah daratan dan kepulauan yang memiliki daratan seluas 3.391 km2 dan wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas ± 5.000 km2.

Batas wilayah sunting

Secara geografis terletak memanjang dari utara ke selatan berada di antara 2.00° Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara 122.045° – 124.060° Bujur Timur, berbatasan dengan[7]:

Utara Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan
Timur Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara
Selatan Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara
Barat Teluk Bone

Topografi sunting

Keadaan permukaan wilayah Kabupaten Kolaka Utara umumnya terdiri dari gunung dan bukit yang memanjang dari utara ke selatan. Di antara gunung dan bukit terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian.

Hidrologis sunting

Kabupaten Kolaka Utara memiliki beberapa sungai yang tersebar pada 6 (enam) kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan irigasi serta pariwisata. Dipandang dari sudut oceanografi memiliki perairan (laut) yang sangat luas, yaitu diperkirakan mencapai lebih dari 5.000 km2. Perairan ini masih belum begitu dimanfaatkan secara optimal walaupun potensial untuk usaha perikanan.

Iklim sunting

Kabupaten Kolaka Utara mempunyai ketinggian umumnya di bawah 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis. Suhu udara minimum sekitar 10 °C dan maksimum 31 °C atau rata-rata antara 24 °C - 28 °C.

Pemerintahan sunting

Daftar Bupati sunting

Berikut adalah daftar Bupati Kolaka Utara secara definitif sejak tahun 2007 pasca pemekaran Kabupaten Kolaka Utara dari Kabupaten Kolaka.

Nomor urut Bupati Potret Partai Awal Akhir Masa jabatan Periode Wakil Ref.
1   Rusda Mahmud
(lahir 1962)
  PNBK 19 Juni 2007 19 Juni 2012 5 tahun, 0 hari 1
(2005)
S.T. Suhariah Muin [8]
  Demokrat 19 Juni 2012 19 Juni 2017 5 tahun, 0 hari 2
(2012)
Boby Alimuddin [9]
2 Nur Rahman Umar
(lahir 1962)
  Demokrat 22 Agustus 2017 22 Agustus 2022 5 tahun, 0 hari 3
(2017)
Abbas [10][11]


Dewan Perwakilan sunting

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Kolaka Utara sejak pembentukannya pada tahun 2003.[12][13][14][15][16]

Golongan/Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2003–2004a 2004–2009b[17] 2009–2014[18] 2014–2019 2019–2024
PKNU (baru) 2
PDK (termasuk PPDK) (baru) 1   0
PNBK (termasuk PNBKI) (baru) 3   7
PBR (baru) 2   0
Patriot (termasuk PP Pancasila) (baru) 0   1
Pelopor (baru) 1   0
PBB (baru) 2   2   1   3
PPP (baru) 2   0   2   3
Demokrat (baru) 0   2   3   8
PAN (baru) 3   5   3   0
PKB (baru) 0   3   3   5
PKS (termasuk PK) (baru) 2   1   1   0
PDI-P (baru) 0   0   6   3
Golkar (baru) 4   2   3   1
Gerindra (baru) 0   3   2
ABRI (baru)
Jumlah Anggota (baru) 30   20   25   25   25
Jumlah Golongan/Partai (baru) 9   9   9   7
Keterangan:
aParlemen periode pertama dan masih bergabung dengan DPRD Kabupaten Kolaka.
bParlemen periode pertama dan telah terpisah dengan DPRD Kabupaten Kolaka.

Kecamatan sunting

Kabupaten Kolaka Utara terdiri dari 15 kecamatan, 6 kelurahan dan 127 desa dengan luas wilayah 3.391,67 km² dan jumlah penduduk sebesar 134.771 jiwa (2017) dengan sebaran penduduk 40 jiwa/km².[19][20]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Kolaka Utara, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
74.08.03 Batu Putih 1 10 Desa
Kelurahan
74.08.13 Katoi 6 Desa
74.08.05 Kodeoha 1 11 Desa
Kelurahan
74.08.08 Lambai 7 Desa
74.08.01 Lasusua 1 11 Desa
Kelurahan
74.08.06 Ngapa 1 11 Desa
Kelurahan
74.08.02 Pakue 1 10 Desa
Kelurahan
74.08.10 Pakue Tengah 10 Desa
74.08.11 Pakue Utara 9 Desa
74.08.12 Porehu 8 Desa
74.08.04 Rante Angin 1 6 Desa
Kelurahan
74.08.14 Tiwu 7 Desa
74.08.15 Tolala 6 Desa
74.08.09 Watunohu 8 Desa
74.08.07 Wawo 7 Desa
TOTAL 6 127

Pemerintahan Desa sunting

Jumlah desa/kelurahan pada tahun 2005 yang sudah mencapai tingkat swasembada baru sebanyak 6 desa atau 7,41% dari 81 desa, sedangkan sisanya sebanyak 75 desa atau 92,59% merupakan desa swakarya.

Dewan Perwakilan Rakyat sunting

Jumlah anggota DPRD Kabupaten Kolaka Utara sebanyak 20 orang terdiri dari Fraksi Golkar sebanyak 4 orang, PNBK sebanyak 3 orang, PAN sebanyak 3 orang, PPDK sebanyak 1 orang, PBB sebanyak 2 orang, PPP sebanyak 2 orang, PKS sebanyak 2 orang, PBR sebanyak 2 orang dan Partai Pelopor 1 orang.

Demografi sunting

Kependudukan sunting

Pada tahun 2003 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Utara telah berjumlah 96.573 jiwa. Tahun 2004 meningkat menjadi 99.077 jiwa atau naik menjadi 2,59%. Pada tahun 2005 naik menjadi 113.317 jiwa atau naik 14,37%, tersebar di berbagai daerah kecamatan, meliputi: Ranteangin 14,67%, Lasusua 17,67%, Kodeoha 14,29%, Ngapa 17,46%, Pakue 22,48% dan Batu Putih 13,43%.

Laju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan pada kurun waktu 2003-2005 yang berada di atas 9,00% per tahun adalah Pakue sebesar 11,32% kemudan Ngapa sebesar 10,32%.

Kepadatan penduduk pada tahun 2005 adalah 33 jiwa setiap 1 km2 dari enam kecamatan, kecamatan yang memiliki kepadatan di atas 50 jiwa setiap 1 Km2 adalah Lasusua yaitu 54 jiwa dan Ngapa 79 jiwa. Untuk Kecamatan Ranteangin, Kodeoha, Pakue dan Batu Putih kepadatannya di bawah 50 jiwa setiap 1 km2.

Tenaga Kerja sunting

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut jenis kelamin pada tahun 2005 TPAK laki-laki jauh lebih tinggi yaitu 81,37% dan untuk perempuan 69,75%.

Jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2005 sebesar 73.619. Dari jumlah penduduk usia kerja tersebut, sebanyak 55.634 orang (75,57%) merupakan angkatan kerja dan sisanya 18.328 orang (24.43%) merupakan bukan angkatan kerja. Dari jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja menyerap sebanyak 83,91%, sedangkan pencari kerja (pengangguran terbuka) sebanyak 16,09%.

Pendidikan sunting

Pada tahun 2004/2005 jumlah TK sebanyak 40 unit dan pada tahun 2005/2006 menjadi 46 unit atau meningkat 15%, kemudian guru meningkat 15%, yaitu dari 123 orang pada tahun 2004 menjadi 142 orang pada tahun 2005/2006 serta murid bertambah dari 1.221 orang pada tahun 2004/2005 menjadi 1.805 orang pada tahun 2005/2006 meningkat 47%.

Untuk SD tahun 2004/2005 berjumlah 78 unit, guru meningkat dari 464 orang pada tahun 2004/2005 menjadi 766 orang pada tahun 2005/2006 atau meningkat sebesar 65,08%. Sementara murid juga mengalami kenaikan dari 16.910 orang pada tahun 2004/2005 menjadi 17.571 orang pada tahun 2005/2006 atau meningkat 3,9%.

Untuk SMU tahun 2004/2005 berjumlah 3 unit. Guru menurun dari 73 orang tahun 2004/2005 menjadi 72 orang pada tahun 2005/2006 atau turun 1,36%. Sementara murid mengalami kenaikan dari 1.654 orang tahun 2004/2005 menjadi 1.714 orang tahun 2005/2006 atau meningkat 3,62%.

Kesehatan sunting

Tahun 2005 jumlah fasilitas kesehatan terdiri dari 7 unit Puskesmas, Puskesmas Pembantu 15 unit dan Puskesmas Plus 1 unit.

Tenaga kesehatan terdiri dari 14 orang dokter, apoteker 5 orang, perawat 65 orang, bidan 27 orang dan tenaga kesehatan lainnya 30 orang.

Agama sunting

Pada tahun 2019 terdapat 329 unit tempat peribadatan yang terdiri dari 231 unit masjid, 97 unit mushola dan 1 buah gereja. Tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Kolaka Utara 122.340 jiwa, di antaranya 119.759 jiwa (98,70%) pemeluk agama Islam, kemudian 1.267 jiwa (1,02%) pemeluk agama Kristen Protestan, 98 jiwa (0,08%) pemeluk agama Katolik dan pemeluk agama Hindu/Buddha 17 jiwa (0,02%) dan lainnya 199 jiwa.[2]

Ekonomi sunting

Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan sunting

Dari jenis tanaman bahan makanan, produksi paling besar pada tahun 2005 adalah produksi padi sawah sebesar 12.701 ton atau 78,51% dari total produksi dari jenis tanaman bahan makanan, diikuti padi ladang sebesar 1.313 ton atau 8,12% ubi kayu sebesar 928 ton atau 5,74%, ubi jalar 816 ton atau 5,04%. Dari seluruh jenis tanaman bahan makanan yang paling terkecil produksinya adalah kacang kedelai.

Pada tahun 2005 dari beberapa jenis produksi seluruh tanaman perkebunan rakyat, lima jenis perkebunan rakyat merupakan lima terbesar hasil produksinya, yaitu: coklat sebesar 55.978,38 ton atau 86,76% dari seluruh produksi tanaman perkebunan rakyat, kelapa sebesar 5.116,99 ton atau 7,93%, cengkih sebesar 2.706,65 ton atau 4,20%, kopi sebesar 286,33 ton atau 0,44%, jambu mete sebesar 187,61 ton atau 0,29%.

Dari luas hutan 2005 seluas 257.434,29 ha, kecamatan yang memiliki hutan terluas adalah Kecamatan Batu Putih seluas 104.4247,29 ha atau 40,56% dan luas hutan terendah adalah Kecamatan Ngapa seluas 9.976,47 ha atau 3,88%.

Peternakan dan Perikanan sunting

Jenis populasi ternak yang dikembangkan terdiri dari ternak besar, ternak kecil dan ternak unggas. Untuk ternak besar meliputi sapi, kerbau dan kuda, sedangkan ternak kecil adalah kambing, domba dan ternak unggas meliputi ayam kampung dan ayam ras serta itik.

Pada tahun 2005 produksi ikan tercatat sebesar 6.938,2 ton terdiri dari produksi ikan laut 5.737,0 ton dan produksi ikan darat 1.201,2 ton dengan produksi ikan tertinggi berada di Kecamatan Pakue sebesar 2.361,3 ton.

Industri dan Pariwisata sunting

Pada tahun 2005 jumlah perusahaan industri Logam, yaitu 35 perusahaan dengan tenaga kerja sebanyak 175 orang dan industri aneka berjumah 99 buah dengan tenaga kerja 297 orang.

Sarana penunjang kepariwisataan berupa hotel pada tahun 2005 mengalami kenaikan, yaitu sebanyak 11 buah atau naik 57,14% dibandingkan tahun 2004 dan 2003 yang hanya ada 7 buah hotel. Pada tahun 2005 jumlah kamar hotel sebanyak 97 kamar dan untuk tempat tidur sebanyak 119 unit.

Perdagangan sunting

Dalam kegiatan perdagangan antar pulau, barang-barang yang diperdagangkan terdiri dari barang-barang hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.

Pada tahun 2004 volume perdagangan sebesar 8.267.392,50 ton yang terdiri dari hasil pertanian sebesar 24.575,00 ton atau 0,30% dari total volume perdagangan Kolaka Utara, hasil perkebunan sebesar 8.015.243,00 ton atau 96,95%, hasil hutan sebesar 227.090,00 ton atau 2,75% dan hasil perikanan sebesar 484,50 ton atau 0,01% dengan nilai perdagangan sebesar Rp. 2.135.044,-[butuh rujukan]

Daerah pelabuhan tujuan seluruhnya ada di Ujung Pandang dengan volume 8.267.392,50 ton dengan nilai perdagangan sebesar Rp. 2.135.045,- pada tahun 2004.[butuh rujukan]

Referensi sunting

  1. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 14 Juli 2021. 
  2. ^ a b "Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Kolaka Utara". www.sp2010.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-17. Diakses tanggal 22 Agustus 2020. 
  3. ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020" (pdf). www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 14 Juli 2021. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 14 Juli 2021. 
  5. ^ Supriadi, Ade Putri Pertiwi; Marafat, La Ode Sidu; Konisi, La Yani. "HOMONIM KATA DALAM BAHASA TOLAKI DIALEK MEKONGGA". JURNAL BASTRA. Universitas Halu Oleo. 
  6. ^ "Seminar Adat Budaya Mokole digelar di Kolaka Utara". kolutkab.go.id. Pemerintah Kolaka Utara. 2019-10-24. 
  7. ^ UU 29/2003, Pasal 7 ayat (3).
  8. ^ "Cerita Singkat Perjalanan Karier Rusda Mahmud Bupati Kolaka Utara". sawerigadingnews.com. 17 Maret 2016. Diakses tanggal 30 Januari 2017. [pranala nonaktif permanen]
  9. ^ Senong, Azis (18-06-2012). Masrafi, Laode, ed. "Pelantikan Bupati Kolaka Utara Dijaga Ketat". Antara Sultra. Diakses tanggal 21-03-2021. 
  10. ^ "Dua Bupati – Wabup Di Sultra Dilantik". spiritsulawesi.co.id. 26 Agustus 2017. Diakses tanggal 12 Juni 2019. [pranala nonaktif permanen]
  11. ^ "Nur Rahman Umar dan Abbas Resmi Pimpin Bumi Patampanua". Kolakapos News. 22-08-2017. Diakses tanggal 21-03-2021. 
  12. ^ "KPU Kolut Tetapkan 25 Anggota DPRD Terpilih, Berikut Daftarnya!!!". Liberti Ekspress. 13-08-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-09-29. Diakses tanggal 09-09-2019. 
  13. ^ "KPUD Kolut Tetapkan 25 Anggota DPRD Terpilih, Berikut Nama-Namanya". Bumi Sultra. 14-08-2019. Diakses tanggal 09-09-2019. 
  14. ^ "Kabupaten Kolaka Utara Dalam Angka 2019". BPS Kabupaten Kolaka Utara. 16-08-2019. Diakses tanggal 09-09-2019. 
  15. ^ "Kabupaten Kolaka Utara Dalam Angka 2013". BPS Kabupaten Kolaka Utara. 21-08-2019. Diakses tanggal 09-09-2019. 
  16. ^ "Kabupaten Kolaka Utara Dalam Angka 2008". BPS Kabupaten Kolaka Utara. 15-08-2019. Diakses tanggal 09-09-2019. 
  17. ^ Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Utara (2006). Kabupaten Kolaka Utara Dalam Angka 2005-2006 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Kolaka Utara: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Utara. hlm. 17. 
  18. ^ Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Utara (2011). Kolaka Utara Dalam Angka 2011 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Kolaka Utara: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Utara. hlm. 37. 
  19. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  20. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 

Pranala luar sunting