Mil Mi-24

Helikopter tempur dan angkut Rusia
(Dialihkan dari Mil Mi-35)

Mil Mi-24 (bahasa Rusia: Миль Ми-24; kode NATO: Hind) adalah gunship helikopter, helikopter serbu, dan helikopter angkut skala rendah buatan Uni Soviet.[1] Helikopter ini diproduksi oleh Pabrik Helikopter Mil Moskow dan mulai dioperasikan pada tahun 1972 oleh Angkatan Udara Soviet beserta negara penerusnya, beserta 48 negara lainnya.

Mil Mi-24
Mi-24D "Hind-D" milik Angkatan Darat Polandia.
TipeHelikopter serbu
ProdusenPabrik Helikopter Mil Moskwa
Terbang perdana19 September 1969
Diperkenalkan1972
StatusBeroperasi
Pengguna utamaLihat Operator
Jumlah produksi2.648
Acuan dasarMil Mi-8
VarianMil Mi-28

Kode NATO untuk helikopter ini adalah Hind, dan variannya diidentifikasikan dengan menambahkan huruf. Versi ekspor helikopter ini, Mi-25 dan Mi-35, disebut Hind D dan Hind E. Pilot Soviet menyebut helikopter ini летающий танк (letayushiy tank, atau "tank terbang"). Nama julukan lazim lainnnya adalah Крокодил (krokodil, atau "buaya"), karena bentuk dan warna kamuflasenya.[2]

Helikopter seri “Hind” produksi Mil merupakan favorit pada Perang Dingin dan terus dimodernisasi termasuk oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Helikopter berat ini mampu melaksanakan berbagai peran di dalam medan pertempuran, baik pada masa damai maupun perang, dan telah terlihat dalam berbagai peperangan dari Afrika hingga Timur Tengah dan Rusia.

Sejarah

sunting

Dalam operasi pendaratan pasukan menggunakan puluhan Bell UH-1 Huey dan bisa mendaratkan satu batalyon pasukan, gempuran pasukan darat yang dilindungi serta didukung Bell AH-1 Cobra terbukti sangat efektif. Selain berperan untuk menggempur sarang senapan mesin musuh, Cobra yang dipersenjatai rudal BGM-71 TOW juga mumpuni sewaktu menghajar kendaraan berat lawan seperti ranpur angkut pasukan dan tank. Sebagai musuh bebuyutan dalam Perang Dingin sekaligus pemasok senjata bagi pasukan Vietnam Utara, Uni Soviet termasuk yang paling risau atas kehadiran dua heli tempur AS itu. Salah satu warga Rusia yang paling risau dan sekaligus gatal terhadap kemampuan heli tempur AS di Vietnam adalah Mikhail Leontyevich Mil, perancang heli tempur bagi militer Soviet.

 
Mil Mi-24A

Bagi Mikhail, peran Huey dan Cobra di Vietnam cukup menarik terutama jika dua kemampuan itu digabungkan sehingga heli angkut yang bertugas mengangkut pasukan infanteri tidak hanya berperan sebagai pengangkut saja, tetapi juga beperan sebagai heli serbu atau helikopter multiperan. Pada tahun 1966, rancangan Mikhail yang merupakan maket heli serba guna, angkut, dan sekaligus serbu V-24 sudah terwujud. Dari segi kemampuan, maket V-24 merupakan heli angkut pasukan sebanyak delapan personel bersenjata lengkap dan bisa dipersenjatai dengan enam rudal atau roket serta dua senapan meriam Gsh-23 L kaliber 23 mm.

Sewaktu rancangan V-24 yang kemudian diproduksi menjadi Mi-24 ditawarkan kepada militer Soviet, sejumlah petinggi Angkatan Darat Soviet menolak mentah-mentah karena persenjataan pasukan darat seperti tank dianggap lebih mumpuni dibandingkan heli tempur. Deputi Mayor Menteri Pertahanan Soviet, Marsekal Andrei Grechko mendukung sehingga rancangan V-24 akhirnya bisa diproduksi. Industri penerbangan yang memproduksi maket Mi-24 adalah Pabrik Helikopter Mil Moskow. Pada awalnya Mi-24 menyiapkan dua mesin turboshatf Izotov TV3-177A berkemampuan 1700 tenaga kuda. Jika menggunakan satu mesin bobotnya mencapai 7 ton sedangkan jika memakai dua mesin kembar, bobotnya mencapai 10,5 ton.

Perusahaan lainnya, Kamov sempat menawarkan mesin Ka-25 Hormone ASW dengan alasan lebih murah. Tapi Mil kemudian menerapkan dua mesin baru Isotov TV3-117VMA turboshaft yang masing-masing berkekuatan 2.200 tenaga kuda. Tak hanya memasang mesin versi terbaru, Mil Moscow juga mengganti persenjataan dengan senapan mesin berat Yakushev Borzov Yak B Gatling kaliber 12.7 mm yang bisa membawa 1.470 peluru dan rudal antitank 9K114 Shturm (AT-6 Spiral). Proses penyempurnaan rancangan untuk penempatan persenjataan, rotor ekor, dan lainnya hingga masa produksi serta tahap siap diterbangkan berlangsung dari 1970-1972. Khusus untuk varian Mi-24V dipersenjatai rudal yang bisa menjangkau jarak 8 km, AT-9.

Titanium, kevlar dan baja

sunting
 
Mil Mi-24 Angkatan Udara Ceko

Sebagai heli serang sekaligus transpor pasukan, dua awak yang bertugas mengoperasikan Mi-24 dan duduk dalam posisi tandem mendapatkan perlindungan khusus di dalam kokpit yang tahan peluru. Baik dinding kabin maupun kaca kokpit terbuat dari bahan titanium dan kaca khusus (kevlar) yang mampu menahan gempuran senapan mesin kaliber 12.7 mm. Kabin penumpang yang berada di dalam badan helikopter pun terlindungi dinding lapis baja sehingga kemampuan Mi-24 melebihi apa saja yang bisa dilakukan Huey. Pada awal Mi-24 dioperasikan dalam medan tempur di Afganistan belum ada heli milik NATO yang mampu mengimbanginya. Heli buatan negara-negara Barat, khususnya produksi AS yang kemudian bisa disejajarkan untuk mengimbangi Mi-24 adalah Sikorsky UH-60 Black Hawk, heli angkut sekaligus serang yang dipersenjatai dengan rudal AGM-114 Hellfire dan roket Hydra 70.

Ketika diterjunkan ke medan perang untuk pertama kalinya oleh Somalia melawan Ethiopia dalam peperangan yang lebih dikenal Perang Ogaden (1977-1978), Mi-24 yang disuplai Uni Soviet terbukti menunjukkan kehebatannya. Sebagai pendukung militer Ethiopia dalam kancah Perang Dingin, AS merasa tidak bisa berbuat banyak untuk melawan kehebatan Mi-24. Apalagi rudal Stinger buatan AS yang nantinya menjadi momok bagi Mi-24 baru bisa dioperasikan pada tahun 1980-an.

Sejak dioperasikan mulai tahun 1971, Mi-24 telah diproduski ke berbagai varian sesuai kebutuhan negara pemakai atau tantangan yang harus dihadapi di medan perang. Varian-varian Mi-24 itu antara lain Mi-24 (Hind A) yang bisa mengangkut delapan pasukan dan tiga awak dan dipersenjatai roket 57 mm, rudal antitank MCLOS 9M17 Phalanga (AT-2 Swater), dan senapan mesin kaliber 12.7 mm. Mi-24 D (Hind-D), heli tempur versi terbaru yang diproduksi tahun 1973 dan merupakan desain ulang dari Mi-24 C. Perubahan yang dilakukan pada Mi-24 D adalah pada bagian fuselage, kokpit untuk pilot dan gunner.

 
Mil Mi-24 Irak yang ditangkap Iran ketika Perang Iran-Irak, kini dipajang di museum militer di Teheran.

Ketika Perang Iran-Irak (1980-1988) berkobar, Mi-24 dan variannya Mi-25 dan Mi-35 mendapat kesempatan untuk bertarung melawan AH-1 Cobra yang diterbangkan oleh pilot-pilot Iran. Duel udara itu yang merupakan wujud nyata bertemunya persenjataan produksi Perang Dingin ternyata menghasilkan skor yang seimbang.

Sesuai dengan tantangan di medan tempur yang harus dihadapi oleh AS dan lomba persenjataan pada era Perang Dingin yang makin memanas, Cobra pun dikembangkan ke generasi heli tempur paling mutakhir, AH-64 Apache. Meskipun Perang Dingin telah usai dan Rusia merupakan pihak yang dikalahkan, semangat untuk menyaingi Apache terus berlanjut karena tak lama kemudian Rusia memproduksi heli serupa Mi-28 Havoc. Namun dalam proses pemasarannya, Apache yang telah terbukti unggul di berbagai medan tempur lebih laku dibandingkan Mi-28.

 
Mi-24D milik Pusat Pengetesan dan Evaluasi Angkatan Darat Amerika Serikat.

Ketertarikan TNI AD untuk membeli Apache atau Black Hawk seperti yang pernah dikemukakan oleh KSAD, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo (angkasa.co.id) selain mencerminkan hubungan AS-Indonesia yang makin membaik juga dipengaruhi oleh harga kedua pesawat itu. Yang pasti TNI AD akan membeli sesuai dengan kebutuhan Puspenerbad dan memilih harga yang lebih murah.

Di samping itu kenyataan bahwa dari sisi pengalaman tempur, Apache terbukti merupakan heli tempur paling mutakhir dan modern pada saat ini. Menurut Komandan Skadron 21/Sena Puspenerbad yang bermarkas di Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Letkol Eko Priyanto, jika TNI AD bisa memiliki Apache maka baik dari sisi kemampuan para pilot dan daya gempur akan makin meningkat.

“Puspernerbad memang telah memiliki sejumlah heli serang Mi-35, tetapi kehadiran Apache akan makin meningkatkan kemampuan tempur TNI AD karena Apache bisa berfungsi sebagai pelindung bagi operasi tempur yang dilaksanakan oleh Bell-412 dan Mi-35 ketika sedang mendaratkan pasukan,” papar Eko yang memiliki 6.000 jam terbang sebagai pilot heli baik buatan AS maupun Rusia itu.

Desain

sunting

Gambaran

sunting
 
Kokpit Mil Mi-24D
 
Mi-35M dengan sistem pelacakan OPS-24N, bersama dengan OLS GOES-324 yang distabilkan oleh giroskop

Dasar helikopter ini dikembangkan dari Mil Mi-8 "Hip", yaitu dengan dua mesin turboshaft yang memutar lima bilah baling-baling 17,3 meter utama dan tiga bilah baling-baling belakang. Posisi mesinnya menghasilkan dua saluran udara yang khas, selain itu, versi D dan selanjutnya memiliki kokpit ganda berbentuk gelembung yang membuatnya mudah dikenali. Senjata ditempatkan di sayap pendek, yang juga berfungsi memberikan dorongan terbang, dimana setiap sayap memiliki tiga cantelan senjata.

Badan helikopter memiliki lapisan pelindung yang tebal, dan baling-balingnya yang terbuat dari titanium yang tahan tembakan sampai kaliber 12,7 mm.[3] Kokpit helikopter dibuat kedap udara agar tahan dalam kondisi NBC.[4] Mi-24 menggunakan tiga roda pendaratan yang dapat dimasukkan ke dalam badan. Sebagai helikopter angkut dan tempur, NATO belum memiliki helikopter yang sejenis Mi-24.

Karakteristik penerbangan

sunting
 
Persenjataan Mil Mi-24D

Badan helikopter dibuat ramping dan dilengkapi dengan tiga roda yang dapat ditarik untuk mengurangi hambatan. Pada kecepatan tinggi, sayap memberikan daya angkat yang cukup besar (hingga seperempat dari daya angkat total). Rotor utama dimiringkan 2,5° ke kanan dari badan pesawat untuk mengkompensasi kecenderungan translasi pada hover. Roda pendarat juga dimiringkan ke kiri agar rotor tetap rata saat pesawat di darat, membuat badan pesawat lainnya miring ke kiri. Ekornya juga asimetris untuk memberikan gaya samping pada kecepatan, sehingga membongkar rotor ekor.[5]

Mi-24B yang dimodifikasi, bernama A-10, digunakan dalam beberapa percobaan rekor dunia kecepatan dan waktu pendakian. Helikopter tersebut telah dimodifikasi untuk mengurangi berat sebanyak mungkin—salah satu caranya adalah menghilangkan sayap rintisan.[4] Rekor kecepatan resmi sebelumnya ditetapkan pada 13 Agustus 1975 dalam lintasan tertutup sejauh 1000 km dengan kecepatan 332,65 km/jam (206,7 mph); banyak rekor khusus wanita dibuat oleh semua kru wanita dari Galina Rastorguyeva dan Lyudmila Polyanskaya.[11] Pada tanggal 21 September 1978, A-10 menetapkan rekor kecepatan mutlak untuk helikopter dengan 368,4 km/jam (228,9 mph) dalam jarak 15/25 km. Rekor tersebut berdiri hingga tahun 1986, ketika dipecahkan oleh pemegang rekor resmi saat ini, sebuah modifikasi British Westland Lynx.[12]

Mil-Mi-35 TNI AD / Penerbad

sunting
 
Mil Mi-35P Puspenerbad TNI AD

Indonesia sejak Oktober 2010 sudah memiliki 5 unit Helikopter Mi-35P yang bermarkas di Skadron 31/Serbu, Pusat Penerbangan TNI-AD, Semarang. Dilihat dari kemampuan tempur serta daya angkutnya Helikopter Mi-35P bisa disejajarkan dengan jenis helikopter AH-1 Cobra, UH-60 Black Hawk, AH-64 Apache ataupun Mangusta A129.

Sejak tahun 2010 Pusat Penerbangan TNI AD (Puspenerbad) mengoperasikan heli tempur/serang Mi-35P buatan Rusia. Helikopter Mi-35 ini adalah pengembangan dari helikopter tempur legendaris Mi-24 Hind yang mulai diproduksi pada era 1970an. Sedikit berbeda dengan heli tempur buatan Barat yang memisahkan fungsi serang dan serbu, Mi-35P merupakan helikopter serang yang dilengkapi kemampuan angkut pasukan meskipun dalam jumlah terbatas (8 personel infanteri tempur bersenjata lengkap). Sebagai informasi, heli serang adalah heli yang mempunyai peran menyerang posisi musuh dengan menggunakan senapan mesin, kanon, roket maupun rudal. Contoh heli tempur ini adalah AH-64 Apache dan AS-550 Fennec yang akan dioperasikan oleh TNI AD. Sedangkan heli serbu adalah heli yang berfungsi khusus untuk mengangkut pasukan penyerbu. Jikapun heli serbu dilengkapi senjata, biasanya hanya untuk bela diri ringan seperti senapan mesin 12,7 mm maupun door gun kaliber 7,62 mm. Contoh heli serbu adalah UH-60 Blackhawk, CH-47 Chinook, atau NAS-332 Super Puma. Dan, heli Mi-35 mengkombinasikan dua kemampuan serbu dan serang tersebut.

Sebagai heli serbu, Mi-35P TNI AD dilengkapi dengan roket S-8 kaliber 80mm, pelontar chaff/flare untuk pengecoh rudal yang mengancam dirinya, kanon GSh-30 kaliber 30 mm serta yang paling menakutkan adalah rudal antitank 9M120 Ataka atau AT-9 Spiral dalam kode NATO yang mampu menghajar sasaran seperti tank dan panser musuh dari jarak 8 kilometer serta bersifat fire and forget. Rudal ini memiliki kemampuan sulit di-jamming sodokan perang elektronika sehingga tingkat perkenaan ke sasaran lawan sangatlah tinggi.

Operator

sunting
 
Negara pengguna Mil Mi-24 (biru) dan mantan pengguna (merah) per tahun 2020.

Berikut adalah negara-negara pengguna helikopter Mil Mi-24 beserta variannya:[6]

Spesifikasi (Mi-24)

sunting

  Ciri-ciri umum

  • Kru: 3 (pilot, perwira persenjataan, teknisi)
  • Kapasitas: 8 prajurit atau 4 tandu
  • Panjang: 17,5 m
  • Diameter baling-baling:: 17,3 m
  • Tinggi: 6,5 m
  • Luas piringan: 235 m²
  • Berat kosong: 8.500 kg
  • Berat maksimum saat lepas landas: 12.000 kg
  • Mesin: 2 × Isotov TV3-117 turbin, 1.600 kW (2.200 hp) masing-masing

Kinerja

Persenjataan

  • 12,7 mm YaKB-12.7 Yakushev-Borzov multi-barrel machinegun
  • 1500 kg bom
  • Peluru kendali anti tank (AT-2 Swatter atau AT-6 Spiral)
  • 4× 57 mm S-5 rocket pod atau 4× 80 mm S-8 rocket pod
  • 2× 23 mm meriam dua laras atau
  • 4× tangki bahan bakar eksternal
  • Galeri

    sunting

    Referensi

    sunting
    1. ^ "Wayback Machine" (PDF). web.archive.org. 2011-12-04. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-12-04. Diakses tanggal 2023-01-04. 
    2. ^ Mi-24 Hind "Krokodil" Diarsipkan 2007-12-25 di Wayback Machine., US Centennial of Flight Commission
    3. ^ "Red Star Fighters and Ground Attack". web.archive.org. 2013-10-19. Archived from the original on 2013-10-19. Diakses tanggal 2023-01-04. 
    4. ^ "Mil Mi-24 Helicopter - Military Forces". web.archive.org. 2017-09-02. Archived from the original on 2017-09-02. Diakses tanggal 2023-01-04. 
    5. ^ Gordon, Yefim; Komissarov, Dmitriy (2001). Mil Mi-24 Hind : attack helicopter. Internet Archive. Shrewsbury : Airlife. ISBN 978-1-84037-238-0. 
    6. ^ RUAG, In association with. "World Air Forces 2019". Flight Global (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-01-04. 

    Lihat pula

    sunting

    Pengembangan yang berhubungan

    Helikopter dengan peran, konfigurasi, dan era yang sebanding

    Pranala luar

    sunting