Unsur golongan 3

golongan unsur kimia yang terdiri dari skandium, itrium, lutesium, dan lawrensium

Golongan 3 atau IIIB adalah golongan unsur kimia di tabel periodik. Golongan ini juga dikenal sebagai golongan skandium. Jika digabungkan dengan semua lantanida, golongan ini disebut juga logam tanah jarang. Golongan ini terdiri dari unsur skandium (Sc), itrium (Y), lutesium (Lu), dan unsur sintetis yang radioaktif lawrensium (Lr). Golongan ini, seperti golongan blok-d lainnya, seharusnya mengandung empat unsur, tetapi tidak disepakati unsur-unsur apa saja yang termasuk dalam golongan tersebut. Skandium dan itrium selalu disertakan, tetapi dua ruang lainnya biasanya ditempati oleh lantanum (La) dan aktinium (Ac), atau oleh lutesium dan lawrensium; kadang-kadang, tetapi jarang, golongan ini harus diperluas menjadi 32 unsur (dengan memasukkan semua lantanida dan aktinida) atau diringkas hanya mengandung skandium dan itrium.

Golongan 3 dalam tabel periodik
Hidrogen Helium
Lithium Berilium Boron Karbon Nitrogen Oksigen Fluor Neon
Natrium Magnesium Aluminium Silikon Fosfor Sulfur Clor Argon
Potasium Kalsium Skandium Titanium Vanadium Chromium Mangan Besi Cobalt Nikel Tembaga Seng Gallium Germanium Arsen Selen Bromin Kripton
Rubidium Strontium Yttrium Zirconium Niobium Molybdenum Technetium Ruthenium Rhodium Palladium Silver Cadmium Indium Tin Antimony Tellurium Iodine Xenon
Caesium Barium Lanthanum Cerium Praseodymium Neodymium Promethium Samarium Europium Gadolinium Terbium Dysprosium Holmium Erbium Thulium Ytterbium Lutetium Hafnium Tantalum Tungsten Rhenium Osmium Iridium Platinum Gold Mercury (element) Thallium Lead Bismuth Polonium Astatine Radon
Francium Radium Actinium Thorium Protactinium Uranium Neptunium Plutonium Americium Curium Berkelium Californium Einsteinium Fermium Mendelevium Nobelium Lawrencium Rutherfordium Dubnium Seaborgium Bohrium Hassium Meitnerium Darmstadtium Roentgenium Copernicium Nihonium Flerovium Moscovium Livermorium Tennessine Oganesson
Nomor golongan IUPAC 3
Nama berdasarkan unsur golongan skandium
Nomor golongan CAS
(AS, pola A-B-A)
IIIB
Nomor IUPAC lama
(Eropa, pola A-B)
IIIA

↓ Periode
4
Image: Kristal skandium
Skandium (Sc)
21 Logam transisi
5
Image: Kristal itrium
Itrium (Y)
39 Logam transisi
6
Image: Kristal lutesium
Lutesium (Lu*)
71 Lantanida
7 Lawrensium (Lr*)
103 Aktinida

* Meskipun keberadaan lutesium (Lu) dan lawrensium (Lr), periode 6 dan 7, dalam golongan 3 dipertentangkan, penggolongan yang digunakan dalam artikel ini meletakkan Lu dan Lr pada golongan 3, mengikuti prinsip Aufbau . Untuk penggolongan lain, lihat batas golongan 3.


Legenda
primordial
sintetis
Warna nomor atom:
hitam=padat

Tiga unsur golongan 3 terjadi secara alami: skandium, itrium, dan lantanum atau lutesium. Lantanum melanjutkan tren perilaku kimia umum yang dimulai oleh dua anggota yang lebih ringan, sementara perilaku lutesium lebih mirip itrium. Sementara pilihan lutesium akan sesuai dengan tren logam transisi periode 6 untuk berperilaku lebih mirip dengan tetangga atas mereka pada tabel periodik, pilihan lantanum sesuai dengan tren pada blok-s, yang secara kimiawi lebih mirip dengan unsur golongan 3. Mereka semua adalah logam putih keperakan di bawah kondisi standar. Unsur keempat, baik aktinium atau lawrensium, hanya memiliki isotop radioaktif. Aktinium, yang hanya ada dalam jumlah renik, melanjutkan kecenderungan perilaku kimia logam yang membentuk ion tripositif dengan konfigurasi gas mulia; lawrencium sintetis menunjukkan lebih mirip dengan lutesium dan itrium. Sejauh ini, tidak ada percobaan yang dilakukan untuk mensintesis unsur yang bisa menjadi unsur golongan 3 berikutnya. Unbiunium (Ubu), yang dapat dianggap sebagai unsur golongan 3 jika didahului oleh lantanum dan aktinium, dapat disintesis dalam waktu dekat, hanya tiga spasi dari unsur terberat yang ada saat ini, oganeson.

Sejarah

sunting

Itrium

sunting

Pada tahun 1787, kimiawan paruh waktu Swedia, Carl Axel Arrhenius, menemukan sebuah batu hitam yang berat di dekat desa Ytterby, Swedia (bagian dari Kepulauan Stockholm).[1] Ia berpikir bahwa itu adalah mineral tak dikenal yang mengandung unsur wolfram yang baru ditemukan,[2] dia menamainya dengan ytterbite.[note 1] Ilmuwan Finlandia Johan Gadolin mengidentifikasi oksida baru atau "tanah" dalam sampel Arrhenius pada tahun 1789, dan menerbitkan analisis lengkapnya pada tahun 1794;[3] pada 1797, oksida baru tersebut dinamakan yttria.[4] Beberapa dasawarsa setelah ilmuwan Prancis Antoine Lavoisier mengembangkan definisi unsur kimia modern yang pertama, diyakini bahwa tanah dapat direduksi menjadi unsur-unsurnya, yang berarti bahwa penemuan tanah baru setara dengan penemuan unsur yang diandungnya, yang dalam hal ini adalah itrium.[note 2] Sampai awal 1920an, simbol kimia "Yt" digunakan untuk unsur tersebut, setelah itu "Y" mulai digunakan secara umum.[5] Logam itrium pertama kali diisolasi pada tahun 1828 ketika Friedrich Wöhler memanaskan itrium(III) klorida anhidrat dengan kalium untuk membentuk logam itrium dan kalium klorida.[6][7]

Skandium

sunting

Pada tahun 1869, kimiawan Rusia Dmitri Mendeleev menerbitkan tabel periodiknya, yang memiliki ruang kosong untuk unsur tepat di atas dan di bawah itrium.[8] Mendeleev membuat beberapa prediksi untuk tetangga atas itrium, yang dia sebut eka-boron. Kimiawan Swedia Lars Fredrik Nilson dan timnya menemukan unsur yang hilang dalam mineral euxenit dan gadolinit dan menyiapkan 2 gram skandium(III) oksida dengan kemurnian tinggi.[9][10] Dia menamainya skandium, dari bahasa Latin: Scandia yang berarti "Skandinavia". Percobaan kimia pada unsur tersebut membuktikan bahwa saran Mendeleev benar; bersamaan dengan penemuan dan karakterisasi galium dan germanium, membuktikan kebenaran keseluruhan tabel periodik dan hukum periodik. Nilson rupanya tidak menyadari prediksi Mendeleev, tetapi Per Teodor Cleve mengenali korespondensi dan memberitahu Mendeleev.[11] Skandium metalik diproduksi untuk pertama kalinya pada tahun 1937 dengan elektrolisis campuran eutektik kalium, litium, dan skandium klorida, pada suhu 700-800 °C.[12]

Lantanum

sunting

Pada tahun 1751, ahli mineral asal Swedia Axel Fredrik Cronstedt menemukan mineral berat dari tambang di Bastnäs, yang kemudian dinamai cerite. Tiga puluh tahun kemudian, anak laki-laki berusia lima belas tahun Vilhelm Hisinger, dari keluarga yang memiliki tambang tersebut, mengirim sampelnya ke Carl Scheele, yang tidak menemukan unsur baru di dalamnya. Pada tahun 1803, setelah Hisinger menjadi seorang ahli besi, dia kembali ke mineral tersebut bersama Jöns Jacob Berzelius dan mengisolasi sebuah oksida baru yang mereka namakan ceria sesuai nama planet kerdil Ceres, yang telah ditemukan dua tahun sebelumnya.[13] Ceria was simultaneously independently isolated in Germany by Martin Heinrich Klaproth.[14] Antara tahun 1839 dan 1843, ceria yang merupakan campuran oksida dibuktikan oleh ahli bedah dan kimiawan Swedia Carl Gustaf Mosander, yang tinggal di rumah yang sama dengan Berzelius: ia memisahkan dua oksida lain yang dinamakannya lanthana dan didymia.[15] Dia melakukan dekomposisi parsial terhadap sampel serium nitrat dengan memanggangnya di udara dan kemudian mengolah oksida yang dihasilkan dengan asam nitrat.[16] Karena sifat lantanum hanya sedikit berbeda dari serium, dan terjadi bersamaan dalam garamnya, dia menamainya dengan λανθάνειν (lanthanein) dari bahasa Yunani Kuno yang berarti berbaring tersembunyi.[14] Logam lantanum yang relatif murni pertama kali diisolasi pada tahun 1923.[17]

Lutesium

sunting

Lutesium ditemukan secara terpisah pada tahun 1907 oleh ilmuwan Prancis Georges Urbain,[18] ahli mineral Austria Baron Carl Auer von Welsbach, dan kimiawan Amerika Charles James[19] sebagai pengotor mineral ytterbia, yang dianggap oleh kebanyakan ahli kimia hanya terdiri dari iterbium. Welsbach mengusulkan nama cassiopeium untuk unsur 71 (sesuai konstelasi Cassiopeia) dan aldebaranium (sesuai bintang Aldebaran) untuk nama baru iterbium namun usulan penamaan ini ditolak, walaupun banyak ilmuwan Jerman pada tahun 1950an menyebut unsur 71 sebagai cassiopeium. Urbain memilih nama neoiterbium (bahasa Latin yang berarti "iterbium baru") untuk iterbium dan lutecium (dari bahasa Latin Lutetia, yang berarti Paris) untuk unsur baru tersebut. Perselisihan tentang prioritas penemuan ini didokumentasikan dalam dua artikel di mana Urbain dan von Welsbach saling menuduh penerbitan hasilnya dipengaruhi oleh penelitian yang dipublikasikan.[20][21] Komisi Massa Atom, yang bertanggung jawab atas pengaitan nama untuk unsur baru, menyelesaikan perselisihan tersebut pada tahun 1909 dengan memberikan prioritas kepada Urbain dan mengadopsi namanya sebagai nama resmi. Keputusan ini jelas bermasalah mengingat Urbain adalah satu dari empat anggota komisi tersebut.[22] Pemisahan lutetium dari ytterbium pertama kali dijelaskan oleh Urbain dan penghargaan penamaan datang kepadanya, tetapi neoiterbium akhirnya dikembalikan ke iterbium dan pada tahun 1949, ejaan unsur 71 diubah menjadi lutesium.[23][24] Ironisnya, Charles James, yang dengan rendah hati menghindari argumen tersebut sebagai prioritas, bekerja dalam skala yang jauh lebih besar daripada yang lain, dan pastinya memiliki persediaan lutesium terbesar saat itu.[25]

Aktinium

sunting

André-Louis Debierne, seorang kimiawan Prancis, mengumumkan penemuan aktinium pada tahun 1899. Dia memisahkannya dari residu pitchblende yang ditinggalkan oleh Marie dan Pierre Curie setelah mereka mengekstraksi radium. Pada tahun 1899, Debierne menggambarkan substansi yang serupa dengan titanium[26] dan (pada tahun 1900) mirip dengan torium.[27] Friedrich Oskar Giesel secara independen menemukan aktinium pada tahun 1902[28] sebagai zat yang mirip dengan lantanum dan menyebutnya "emanium" pada tahun 1904.[29] Setelah perbandingan substansi waktu paruh yang ditentukan oleh Debierne,[30] Hariett Brooks pada tahun 1904, dan Otto Hahn serta Otto Sackur pada tahun 1905, mempertahankan nama yang dipilih Debierne untuk unsur baru ini karena urusan senioritas, terlepas dari sifat kimia yang kontradiktif yang dia klaim untuk unsur tersebut pada waktu yang berbeda.[31][32]

Lawrensium

sunting
 
Lawrensium, satu-satunya unsur sintetis dalam golongan tersebut, dinamai sesuai nama fisikawan Amerika Ernest Lawrence, penemu siklotron atom-smasher dan pendiri tempat penemuan, yang kemudian disebut Laboratorium Radiasi Lawrence (sekarang Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley)

Lawrensium pertama kali disintesis oleh Albert Ghiorso dan timnya pada tanggal 14 Februari 1961, di Laboratorium Radiasi Lawrence (sekarang disebut Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley) di Universitas Kalifornia di Berkeley, Kalifornia, Amerika Serikat. Atom lawrensium pertama diproduksi dengan membombardir tiga miligram target yang mengandung tiga isotop unsur kalifornium dengan inti boron-10 dan boron-11 dari Heavy Ion Linear Accelerator (HILAC).[33] Nuklida 257103 adalah yang pertama dilaporkan, tetapi kemudian direvisi menjadi 258103. Tim di University of California menyarankan nama lawrensium (sesuai nama Ernest O. Lawrence, penemu siklotron akselerator partikel) dan simbol "Lw",[33] untuk unsur baru, tapi "Lw" tidak diadopsi, bahkan "Lr" secara resmi diterima sebagai gantinya. Peneliti fisika nuklir di Dubna, Uni Soviet (sekarang Rusia), melaporkan pada tahun 1967 bahwa mereka tidak dapat mengkonfirmasi data ilmuwan Amerika untuk 257103.[34] Dua tahun sebelumnya, tim Dubna melaporkan 256103.[35] Pada tahun 1992, Kelompok Kerja Trans-fermium IUPAC secara resmi mengenali unsur 103, mengkonfirmasi penamaannya sebagai lawrensium, dengan simbol "Lr", dan menamai tim fisika nuklir di Dubna dan Berkeley sebagai ko-penemu lawrencium.[36]

Periode 8

sunting

Sejauh ini, tidak ada percobaan yang dilakukan untuk mensintesis unsur yang bisa menjadi unsur golongan 3 berikutnya; jika lutesium dan lawrensium dianggap sebagai unsur golongan 3, maka unsur berikutnya dalam golongan harus unsur 153, unpenttrium (Upt). Namun, setelah unsur 120, pengisian konfigurasi elektronik berhenti mematuhi prinsip Aufbau. Menurut prinsipnya, unpenttrium harus memiliki konfigurasi elektronik [Og]8s25g186f147d1[note 3] dan pengisian subkelopak 5g harus dihentikan pada unsur 138. Namun, orbital-7d dihitung mulai diisi pada unsur 137, sementara subkelopak 5g ditutup hingga unsur 144, setelah pengisian subkulit 7d dimulai. Oleh karena itu, sulit untuk menghitung unsur mana yang harus menjadi unsur kelompok 3 berikutnya.[37] Perhitungan menunjukkan bahwa unpentpentium (Upp, unsur 155) juga bisa menjadi unsur golongan 3 berikutnya.[38] Jika unsur lantanum dan aktinium dianggap sebagai unsur golongan 3, maka unsur 121, unbiunium (Ubu), harus merupakan unsur kelima golongan 3. Unsur yang dihitung memiliki konfigurasi elektronik [Og]8s28p11/2, yang tidak terkait dengan logam transisi, tanpa subkelopak-d yang terisi sebagian.[37] Tidak ada percobaan yang dilakukan untuk menciptakan unpenttrium, unbiunium atau unsur yang dapat dianggap sebagai unsur golongan 3 berikutnya; namun, unbiunium adalah unsur dengan nomor atom terendah yang belum pernah dicoba diciptakan dan karenanya memiliki peluang untuk terjadi,[39] sementara unpenttrium, unpentpentium atau unsur lainnya yang dipertimbangkan jika didahului oleh lawrensium sangat tidak mungkin diciptakan karena ketidakstabilan tetesan yang menyiratkan bahwa tabel periodik akan segera berakhir setelah pulau kestabilan pada unbihexium.[40]

Karakteristik

sunting
Z Unsur Jumlah elektron/kelopak Konfigurasi elektron
21 skandium 2, 8, 9, 2 [Ar] 3d1 4s2
39 itrium 2, 8, 18, 9, 2 [Kr] 4d1 5s2
71 lutesium 2, 8, 18, 32, 9, 2 [Xe] 4f14 5d1 6s2
103 lawrensium 2, 8, 18, 32, 32, 8, 3 [Rn] 5f14 7s2 7p1

Seperti golongan lain, anggota keluarga ini menunjukkan pola dalam konfigurasi elektron mereka, terutama kelopak terluar, yang menghasilkan tren perilaku kimia. Namun, lawrensium adalah pengecualian, karena elektron terakhir dialihkan ke subkelopak 7p1/2 karena efek relativistik.[41][42]

Sebagian besar kimianya telah diamati hanya untuk tiga anggota golongan pertama; sifat kimia dari aktinium dan terutama lawrensium tidak dicirikan dengan baik. Unsur yang tersisa dari golongan ini (skandium, itrium, lutesium) adalah logam reaktif dengan titik leleh tinggi (masing-masing 1541 °C, 1526 °C, 1652 °C). Mereka biasanya teroksidasi ke tingkat oksidasi +3, meskipun skandium,[43] itrium[44][45] dan lantanum[17] dapat membentuk tingkat oksidasi yang lebih rendah. Reaktivitas unsur tersebut, terutama itrium, tidak selalu jelas karena pembentukan lapisan oksida yang stabil, yang mencegah reaksi lebih lanjut. Skandium(III) oksida, itrium(III) oksida, lantanum(III) oksida dan lutesium(III) oksida adalah padatan putih bertitik lebur tinggi. Itrium(III) oksida dan lutesium(III) oksida menunjukkan sifat basa lemah, tetapi skandium(III) oksida bersifat amfoter.[46] Lantanum(III) oksida bersifat basa kuat.

Fisika

sunting

Unsur yang menunjukkan ion tripositif dengan konfigurasi elektronik gas mulia (skandium, yttrium, lantanum, aktinium) menunjukkan kecenderungan yang jelas pada sifat fisikanya, seperti kekerasan. Pada saat yang bersamaan, jika golongan 3 dilanjutkan dengan lutetium dan lawrencium, beberapa tren dipatahkan. Misalnya, skandium dan yttrium adalah logam lunak. Lantanum juga lunak; semua unsur ini memiliki elektron terluar yang cukup jauh dari inti atom dibandingkan dengan muatan inti mereka. Akibat dari kontraksi lantanida, lutetium, unsur terakhir dalam deret lantanida, memiliki jari-jari atom yang secara signifikan lebih kecil dan muatan inti yang lebih tinggi,[47] sehingga membuat ekstraksi elektron dari atom untuk membentuk ikatan logam lebih sulit, dan dengan demikian membuat logam lebih keras. Namun, lutetium lebih cocok dengan unsur sebelumnya di beberapa sifat lainnya, seperti titik lebur[48] dan titik didih.[49] Sangat sedikit yang diketahui tentang lawrencium, dan tidak ada sifat fisiknya yang telah dikonfirmasi.[50][51]

Sifat unsur golongan 3[note 4]
Name Skandium Yttrium Lantanum Aktinium
Titik lebur[48] 1814 K, 1541 °C 1799 K, 1526 °C 1193 K, 920 °C 1323 K, 1050 °C
Titik didih[49] 3109 K, 2836 °C 3609 K, 3336 °C 3737 K, 3464 °C 3471 K, 3198 °C
Densitas 2,99 g·cm−3[52] 4,47 g·cm−3[53] 6,162 g·cm−3 10 g·cm−3
Penampilan perak metalik putih perak abu-abu keperakan
Jari-jari atom[47] 162 pm 180 pm 187 pm 215 pm

Komposisi golongan 3

sunting

Hal yang masih diperdebatkan adalah dimasukkannya lantanum dan aktinium ke dalam golongan 3, bukannya lutetium dan lawrencium. Kelompok blok-d lainnya terdiri dari empat logam transisi,[note 5] dan golongan 3 terkadang dianggap mengikutinya. Scandium dan yttrium selalu diklasifikasikan sebagai unsur golongan 3, tetapi kontroversi unsur apa yang harus mengikuti mereka dalam golongan 3, lantanum dan aktinium atau lutetium dan lawrencium. Scerri telah mengusulkan sebuah resolusi terhadap perdebatan ini dengan merujuk pada tabel 32 kolom dan mempertimbangkan opsi yang menghasilkan urutan kenaikan nomor atom secara sekuensial berkelanjutan. Dengan demikian ia menemukan bahwa golongan 3 harus terdiri dari Sc, Y, Lu, Lr.[54] Definisi IUPAC saat ini untuk istilah "lantanoida" mencakup lima belas unsur termasuk lantanum dan lutetium, serta "unsur transisi",[55] dan berlaku untuk lantanum dan aktinium, serta lutetium tapi tidak untuk lawrencium, karena tidak mengikuti prinsip Aufbau. Biasanya, elektron ke-103 akan memasuki subkelopak-d, tetapi penelitian mekanika kuantum telah menemukan bahwa konfigurasi sebenarnya adalah [Rn]7s25f147p1[note 6] karena efek relativistik.[41][42] Oleh karenanya IUPAC tidak merekomendasikan format spesifik untuk tabel periodik blok-f segaris, sehingga meninggalkan perselisihan terbuka.

  • Lantanum dan aktinium kadang dianggap sebagai anggota sisa golongan 3.[56] Dalam bentuk ion tripositif yang paling banyak ditemui, unsur-unsur ini tidak memiliki orbital f yang sebagian terisi, sehingga melanjutkan tren skandium-yttrium-lantanum-aktinium, di mana semua unsur memiliki hubungan yang mirip dengan deret unsur kalsium-stronsium-barium-radium, unsur tetangga sebelah kiri di blok-s. Namun, perilaku yang berbeda tampak pada golongan blok-d lainnya, terutama pada golongan 4, di mana zirkonium, hafnium dan rutherfordium memiliki sifat kimia yang serupa dan tidak memiliki tren yang jelas. Namun telah dibantah bahwa hal tersebut tidak relevan karena prinsip peningkatan kebasaan dalam satu kolom dari atas ke bawah adalah hal yang lebih fundamental; dan karena perilaku unsur golongan 3 lebih menyerupai tetangganya di blok-s daripada tetangga blok-d nya.
  • Dalam tabel lainnya, lutetium dan lawrencium diklasifikasikan sebagai anggota golongan 3 yang tersisa.[57] Dalam tabel ini, lutetium dan lawrencium mengakhiri (atau kadang menggantikan) deret lantanida dan aktinida. Oleh karena kelopak-f penuh secara nominal pada konfigurasi elektron dalam keadaan dasar untuk kedua logam ini, perilaku mereka lebih mirip dengan logam transisi periode 6 dan periode 7 lainnya, daripada lantanida dan aktinida lainnya, dan dengan demikian secara logis menunjukkan sifat yang serupa dengan skandium dan yttrium. Bagaimanapun, kemiripan ini tidak unik untuk lutetium dan lawrencium, tetapi umum terjadi pada semua lantanida dan aktinida akhir.
  • Beberapa tabel, termasuk yang diterbitkan oleh IUPAC[58] merujuk semua lantanida dan aktinida sebagai unsur golongan 3: tigapuluh unsur lantanida dan aktinida bersama dengan skandium dan itrium. Lantanida, sebagai logam elektropositif trivalen, semua memiliki kimia yang berhubungan erat, dan semua menunjukkan banyak kesamaan dengan skandium dan yttrium, tetapi juga menunjukkan karakteristik tambahan berupa orbital f yang terisi sebagian, yang tidak umum terjadi pada skandium dan yttrium.
  • Pengecualian semua elemen didasarkan pada sifat aktinida sebelumnya, yang menunjukkan variasi kimia yang jauh lebih luas dalam deret aktinida (misalnya, rentang tingkat oksidasi) daripada lantanida, dan kurang bergunanya perbandingan dengan skandium dan yttrium.[59] Namun, unsur-unsur ini terdestabilisasi,[60] dan jika mereka distabilkan agar lebih sesuai dengan hukum kimia, mereka juga mirip dengan lantanida. Selain itu, aktinida selanjutnya mulai californium dan seterusnya berperilaku lebih seperti lantanida yang sesuai, dengan menunjukkan hanya valensi +3 (dan kadang-kadang +2).[59]
  • Pada tahun 2015, IUPAC memprakarsai sebuah proyek untuk memutuskan

... golongan 3 tabel periodik berisi salah satu dari
unsur Sc, Y, Lu dan Lr, atau
unsur Sc, Y, La dan Ac.

— IUPAC, [61]
Proyek ini dipimpin oleh Eric Scerri. Tampaknya, golongan 3 yang terdiri dari 32 elemen (seperti yang ditunjukkan oleh tabel periodik yang lebih lama) tidak dipertimbangkan.

Varian La dan Ac tetap menjadi yang paling umum dalam literatur, walaupun ada beberapa seruan untuk mengubah menjadi varian Lu dan Lr. Dalam hal perilaku kimia,[62] dan tren sifat menuruni golongan 3 seperti titik lebur, elektronegativitas dan jari-jari ion,[63][64] skandium, yttrium, lantanum dan aktinium mirip dengan konterpart mereka di golongan 1-2. Dalam varian ini, jumlah elektron f pada ion blok-f yang paling umum (trivalen) secara konsisten sesuai dengan posisi mereka di blok-f.[65] Sebagai contoh, elektron-f terhitung untuk ion trivalen dari tiga unsur blok-f pertama adalah Ce 1, Pr 2 dan Nd 3.[66]

Keterjadian

sunting

Skandium, yttrium, lantanum dan lutetium cenderung terjadi bersama-sama dengan lantanida lainnya (kecuali prometium) di dalam kerak bumi, dan sering kali sulit diekstraksi dari bijihnya. Kelimpahan unsur dalam kerak bumi untuk golongan 3 relatif rendah — semua unsur dalam golongan ini tidak umum, unsur golongan 3 yang paling melimpah adalah yttrium dengan kelimpahan sekitar 30 ppm; kelimpahan skandium adalah 16 ppm, sementara lutetium sekitar 0,5 ppm. Kelimpahan lantanum lebih besar, sekitar 35 ppm. Sebagai perbandingan, kelimpahan tembaga, kromium dan molibdenum masing-masing adalah 50, 160, dan 1,5 ppm.[56]

Skandium tersebar sporadis dan terjadi dalam jumlah renik di banyak mineral.[67] Hanya mineral langka dari Skandinavia[68] dan Madagaskar[69] seperti gadolinit, euksenit, dan tortveitit yang diketahui merupakan sumber terkonsentrasinya unsur ini. Tortveitit mengandung hingga 45% skandium dalam bentuk skandium(III) oksida.[68] Yttrium memiliki kecenderungan yang sama dalam hal lokasi keterjadian; ia ditemukan dalam sampel batuan bulan yang dikumpulkan selama Project Apollo Amerika dalam konsentrasi yang cukup tinggi.[70]

 
Monazit, bijih lutetium yang paling penting

Bijih lutetium yang paling laik komersial adalah monazit, suatu mineral fosfat tanah jarang. Ia juga mengandung (Ce,La,etc.)PO4 sekitar 0,003% unsur. Area pertambangan utama adalah China, Amerika Serikat, Brazil, India, Sri Lanka dan Australia. Logam lutetium murni adalah salah satu yang paling langka dan paling mahal di antara logam tanah jarang dengan harga sekitar US$10.000/kg, atau sekitar seperempat dari harga emas. Lantanum lebih umum, menjadikannya tanah jarang yang paling melimpah kedua, dan dapat diekstraksi secara komersial dari bastnäsite selain monazit.[71][72]

Produksi

sunting

Unsur golongan 3 yang paling mudah didapat adalah yttrium, dengan produksi tahunan mencapai 5.000-7.000 ton pada tahun 2016. Hampir seluruh yttrium diproduksi sebagai oksidanya oleh China (99%).[73] Lutetium dan skandium juga kebanyakan dapat diperoleh sebagai oksidanya, dan produksi tahunannya pada 2001 masing-masing sekitar 10 dan 2 ton.[74]

Unsur golongan 3 ditambang hanya sebagai produk sampingan dari ekstraksi unsur lain.[75] Unsur logamnya sangat langka; produksi yttrium logam hanya sekitar beberapa ton, dan tidak ada data produksi tahunan skandium pada tahun 2016;[75][76] sedangkan produksi lutetium tidak dihitung; tetapi kecil pastinya. Unsur golongan tiga, setelah dimurnikan dari logam tanah jarang lainnya, diisolasi sebagai oksidanya; oksida tersebut dikonversi menjadi fluorida melalui reaksi dengan asam fluorida.[77] Fluorida yang terbentuk direduksi dengan logam alkali tanah atau logam paduan; paling sering digunakan adalah logam kalsium.[77] Sebagai contoh:

Sc + 3 HF → 2 ScF + 3 H
2 ScF + 3 Ca → 3 CaF + 2 Sc

Aplikasi

sunting
 
MIG-23 menggunakan paduan aluminium-skandium dalam strukturnya

Aplikasi utama skandium adalah untuk kebutuhan penelitian. Namun, ia memiliki potensi luar biasa karena memiliki massa jenis rendah yang hampir menyamai aluminium tetapi titik leburnya jauh lebih tinggi.[78] Paduan aluminium-skandium telah digunakan dalam pesawat tempur Rusia MIG, kerangka sepeda high-end, pemukul baseball, tongkat pancing, dan gagang tongkat golf.[78][79] Skandium iodida digunakan dalam lampu uap raksa, sebagai cahaya matahari tiruan di dalam studio untuk industri film dan televisi.[79] Lampu-lampu ini membantu kamera televisi untuk mereproduksi warna dengan baik ketika membuat film di dalam ruangan atau pada malam hari.[78] Skandium oksida (scandia), digunakan dalam lampu "stadion".[79] Isotop radioaktif skandium-46 digunakan sebagai pelacak dalam pengolahan minyak untuk memonitor pergerakan fraksi-fraksinya. Ia dapat juga digunakan dalam pipa bawah tanah untuk mendeteksi kebocoran.[78] Skandium sulfat yang sangat encer digunakan untuk meningkatkan germinasi benih seperti jagung, kacang, dan gandum.[79]

Yttrium sering digunakan sebagai aditif dalam logam paduan. Ia meningkatkan kekuatan paduan aluminium dan magnesium. Ia juga digunakan dalam pembuatan filter gelombang mikro untuk radar dan telah digunakan sebagai katalis dalam polimerisasi etena.[80] Garnet yttrium-aluminium digunakan dalam laser yang dapat membelah logam. Ia juga digunakan dalam lampu LED putih. Yttrium oksida ditambahkan ke dalam kaca yang digunakan untuk membuat lensa kamera agar tahan panas dan tahan goncangan. Logam ini juga digunakan untuk membuat superkonduktor. Yttrium oksisulfida banyak digunakan dalam produksi fosfor merah untuk tabung televisi berwarna kuno.[80] Isotop radioaktif yttrium-90 memiliki manfaat medis. Ia dapat digunakan untuk pengobatan beberapa kanker seperti kanker liver.[80]

 
Positron emission tomography (PET)

Lutetium minim manfaat di luar ranah penelitian. Salah satu penggunaan komersialnya adalah sebagai katalis untuk perengkahan (cracking) hidrokarbon dalam pengolahan minyak bumi.[81][82] 177Lu digunakan untuk terapi kanker dan karena waktu-paruhnya yang panjang, 176Lu digunakan untuk mengukur umur meteorit.[82] Lutetium oksiortosilikat (LSO) saat ini digunakan dalam detektor tomografi emisi positron (bahasa Inggris: positron emission tomography, (PET)). Ini adalah pemindaian medis noninvasif yang dapat membentuk citra tiga-dimensi aktivitas sel tubuh.[82]

Lawrencium tidak digunakan selain untuk penelitian ilmiah.[83][84]

Logam lantanum tidak memiliki penggunaan komersial. Namun, logam paduannya memiliki banyak manfaat. Paduan lantanum-nikel digunakan untuk menyimpan gas hidrogen yang digunakan dalam kendaraan bertenaga hidrogen. Lantanum juga ditemukan dalam anoda baterai nickel metal hydride, NiMH yang digunakan dalam mobil hibrida. Lantanum merupakan komponen penting dalam paduan mischmetal (sekitar 20%). Penggunaan paduan ini yang terkenal adalah dalam ‘batu api’ untuk korek gas. Senyawa ‘tanah jarang’ yang mengandung lantanum banyak digunakan dalam aplikasi pencahayaan karbon, seperti pencahayaan studio dan proyeksi bioskop. Mereka meningkatkan kecerahan dan memberikan spektrum emisi yang mirip dengan cahaya matahari. Lantanum(III) oksida digunakan dalam pembuatan kaca optik khusus, karena ia dapat meningkatkan sifat optik dan ketahanan alkali kaca. Garam lantanum digunakan sebagai katalis dalam pengolahan minyak bumi. Ion La3+ digunakan sebagai penjejak biologis untuk Ca2+, dan lantanum radioaktif telah diuji untuk digunakan dalam pengobatan kanker.[85]

Aktinium adalah sumber sinar alfa yang kuat, tetapi jarang digunakan di luar ranah penelitian.[86]

Peran biologis

sunting

Unsur golongan 3 umumnya adalah logam keras dengan kelarutan dalam air rendah, dan memiliki ketersediaan di biosfer yang rendah. Tidak ada unsur golongan 3 yang tercatat memiliki peran biologis pada organisme hidup. Radioaktivitas aktinida umumnya membuat mereka sangat toksik untuk sel hidup, dapat menyebabkan keracunan radiasi.

Skandium tidak memiliki peran biologis, tetapi ditemukan dalam organisme hidup. Sekali mencapai manusia, skandium terkonsentrasi di dalam liver dan merupakan ancaman. Beberapa senyawanya ditengarai karsinogenik, meskipun secara umum skandium tidak beracun.[87] Skandium diketahui dapat mencapai rantai makanan, tetapi hanya dalam jumlah renik; orang umum mengasup kurang dari 0,1 mikrogram per hari.[87] Sekali dilepas ke lingkungan, skandium secara bertahap tarakumulasi di dalam tanah, yang dapat memicu peningkatan konsentrasi dalam partikal tanah, hewan, dan manusia. Skandium sebagian besar berbahaya bagi lingkungan kerja, karena kenyataannya adalah uap dan gasnya dapat terhirup bersama udara. Hal ini dapat menyebabkan embolisme paru-paru, terutama jika terpapar dalam jangka panjang. Unsur ini diketahui dapat merusak membran sel hewan air, menyebabkan beberapa pengaruh negatif pada reproduksi dan fungsi sistem saraf.[87]

Yttrium tidak diktahui memiliki peran biologis, meskipun ditemukan di sebagian besar (tidak semua) organisme dan cenderung terkonsentrasi di liver, ginjal, limpa, paru-paru, dan tulang manusia.[88] Normalnya, jumlah yang dijumpai dalam seluruh tubuh manusia hanya maksimal 0,5 mg; air susu ibu (ASI) mengandung 4 ppm.[89] Yttrium dapat dijumpai dalam tumbuhan yang dapat dimakan dengan konsentrasi antara 20 ppm dan 100 ppm (timbang segar), dengan kubis mempunyai jumlah terbesar.[89] Benih tanaman berkayu memiliki konsentrasi tertinggi yang diketahui, hingga 700 ppm.[89]

Lutetium tidak memiliki peran biologis, tetapi ditemukan dalam organisme tertinggi, manusia, dan terkonsentrasi pada tulang, dan sedikit pada liver dan ginjal.[90] Garam lutetium diketahui dapat mengganggu metabolisme dan mereka terjadi bersama dengan garam lantanida lainnya di alam; unsur ini adalah golongan lantanida yang paling tidak melimpah dalam tubuh manusia.[90] Asupan manusia belum dipantau untuk kandungan lutetium, sehingga tidak diketahui jumlah asupan rata-rata manusia, tetapi estimasi menunjukkan jumlah beberapa mikrogram per tahun, seluruhnya berasal dari sayuran. Garam lutetium yang dapat larut bersifat racun lunak, tetapi bijihnya yang tak larut tidak beracun.[90] Lantanum tidak esensial untuk manusia dan memiliki tingkat toksisitas rendah hingga sedang. Namun, lantanum esensial bagi bakteri metanotropik Methylacidiphilum fumariolicum SolV, meskipun kesamaan umum unsur tanah jarang menyebabkan lantanum dapat digantikan oleh beberapa lantanida lainnya tanpa efek samping yang merugikan.[91]

Radioaktivitas lawrencium yang tinggi menyebabkan ia sangat beracun bagi sel hidup, menyebabkan keracunan radiasi. Hal yang sama berlaku juga untuk aktinium.

Lihat Juga

sunting

Catatan

sunting
  1. ^ Diberi nama Ytterbite sesuai nama desa dekat tempat ditemukannya, ditambah akhiran -ite untuk menunjukkan bahwa itu adalah mineral.
  2. ^ Tanah diberi akhiran -a dan unsur baru biasanya diberi akhiran -ium.
  3. ^ Unpenttrium, menurut perhitungan, harusnya memiliki konfigurasi elektron [Og]8s25g186f117d28p21/2.[37]
  4. ^ Jika lutetium dan lawrencium dimasukkan sebagai penggantinya, tabel diakhiri dengan baris berikut (data untuk lawrencium adalah perkiraan):
    Sifat unsur golongan 3
    Nama Lutetium Lawrencium
    Titik lebur 1925 K, 1652 °C ? 1900 K, ? 1627 °C
    Titik didih 3675 K, 3402 °C ?
    Densitas 9,84 g·cm−3 ? 16 g·cm−3
    Penampilan abu-abu perak ?
    Jari-jari atom 174 pm ?
    Sumber: Lide, D. R., ed. (2003). CRC Handbook of Chemistry and Physics (edisi ke-84th). Boca Raton, FL: CRC Press. 
  5. ^ Namun, unsur golongan 12 tidak selalu dianggap logam transisi.
  6. ^ Konfigurasi lawrencium yang diharapkan jika mematuhi prinsip Aufbau adalah [Rn]7s25f146d1, dengan subkelopak 6d yang tidak lengkap dalam keadaan netral adalah normal.

Referensi

sunting
  1. ^ van der Krogt, Peter. "39 Yttrium – Elementymology & Elements Multidict". Elements.vanderkrogt.net. Diakses tanggal 2008-08-06. 
  2. ^ Emsley 2001, p. 496
  3. ^ Gadolin, Johan (1794). "Undersökning af en svart tung Stenart ifrån Ytterby Stenbrott i Roslagen". Kongl. Vetenskaps Academiens Nya Handlingar (dalam bahasa Swedia). 15: 137–155. 
  4. ^ Greenwood, N. N.; Earnshaw, A. (1997). Chemistry of the Elements (edisi ke-2nd). Oxford: Butterworth-Heinemann. hlm. 944. ISBN 0-7506-3365-4. 
  5. ^ Coplen, Tyler B.; Peiser, H. S. (1998). "History of the Recommended Atomic-Weight Values from 1882 to 1997: A Comparison of Differences from Current Values to the Estimated Uncertainties of Earlier Values (Technical Report)". Pure Appl. Chem. IUPAC's Inorganic Chemistry Division Commission on Atomic Weights and Isotopic Abundances. 70 (1): 237–257. doi:10.1351/pac199870010237. 
  6. ^ Heiserman, David L. (1992). "Element 39: Yttrium". Exploring Chemical Elements and their Compounds. New York: TAB Books. hlm. 150–152. ISBN 0-8306-3018-X. 
  7. ^ Wöhler, Friedrich (1828). "Über das Beryllium und Yttrium". Annalen der Physik (dalam bahasa Jerman). 89 (8): 577–582. Bibcode:1828AnP....89..577W. doi:10.1002/andp.18280890805. 
  8. ^ Ball, Philip (2002). The Ingredients: A Guided Tour of the Elements. Oxford University Press. hlm. 100–102. ISBN 0-19-284100-9. 
  9. ^ Nilson, Lars Fredrik (1879). "Sur l'ytterbine, terre nouvelle de M. Marignac". Comptes Rendus (dalam bahasa Prancis). 88: 642–647. 
  10. ^ Nilson, Lars Fredrik (1879). "Ueber Scandium, ein neues Erdmetall". Berichte der deutschen chemischen Gesellschaft (dalam bahasa Jerman). 12 (1): 554–557. doi:10.1002/cber.187901201157. 
  11. ^ Cleve, Per Teodor (1879). "Sur le scandium". Comptes Rendus (dalam bahasa Prancis). 89: 419–422. 
  12. ^ Fischer, Werner; Brünger, Karl; Grieneisen, Hans (1937). "Über das metallische Scandium". Zeitschrift für anorganische und allgemeine Chemie (dalam bahasa Jerman). 231 (1–2): 54–62. doi:10.1002/zaac.19372310107. 
  13. ^ "The Discovery and Naming of the Rare Earths". Elements.vanderkrogt.net. Diakses tanggal 23 June 2016. 
  14. ^ a b Greenwood and Earnshaw, p. 1424
  15. ^ Weeks, Mary Elvira (1932). "The Discovery of the Elements: XI. Some Elements Isolated with the Aid of Potassium and Sodium:Zirconium, Titanium, Cerium and Thorium". The Journal of Chemical Education. 9 (7): 1231–1243. Bibcode:1932JChEd...9.1231W. doi:10.1021/ed009p1231. 
  16. ^ Lihat:
    • (Berzelius) (1839) "Nouveau métal" (New metal), Comptes rendus, 8: 356-357. From p. 356: "L'oxide de cérium, extrait de la cérite par la procédé ordinaire, contient à peu près les deux cinquièmes de son poids de l'oxide du nouveau métal qui ne change que peu les propriétés du cérium, et qui s'y tient pour ainsi dire caché. Cette raison a engagé M. Mosander à donner au nouveau métal le nom de Lantane." (The oxide of cerium, extracted from cerite by the usual procedure, contains almost two fifths of its weight in the oxide of the new metal, which differs only slightly from the properties of cerium, and which is held in it so to speak "hidden". This reason motivated Mr. Mosander to give to the new metal the name Lantane.)
    • (Berzelius) (1839) "Latanium — a new metal," Philosophical Magazine, new series, 14: 390-391.
  17. ^ a b Patnaik, Pradyot (2003). Handbook of Inorganic Chemical Compounds. McGraw-Hill. hlm. 444–446. ISBN 0-07-049439-8. Diakses tanggal 2009-06-06. 
  18. ^ Urbain, M. G. (1908). "Un nouvel élément, le lutécium, résultant du dédoublement de l'ytterbium de Marignac". Comptes rendus (dalam bahasa Prancis). 145: 759–762. 
  19. ^ "Separation of Rare Earth Elements by Charles James". National Historic Chemical Landmarks. American Chemical Society. Diakses tanggal 2014-02-21. 
  20. ^ von Welsbach; Carl Auer (1908). "Die Zerlegung des Ytterbiums in seine Elemente". Monatshefte für Chemie (dalam bahasa Jerman). 29 (2): 181–225. doi:10.1007/BF01558944. 
  21. ^ Urbain, G. (1909). "Lutetium und Neoytterbium oder Cassiopeium und Aldebaranium – Erwiderung auf den Artikel des Herrn Auer v. Welsbach". Monatshefte für Chemie (dalam bahasa Jerman). 31 (10): I. doi:10.1007/BF01530262. 
  22. ^ Clarke, F. W.; Ostwald, W.; Thorpe, T. E.; Urbain, G. (1909). "Bericht des Internationalen Atomgewichts-Ausschusses für 1909". Berichte der deutschen chemischen Gesellschaft (dalam bahasa Jerman). 42 (1): 11–17. doi:10.1002/cber.19090420104. 
  23. ^ van der Krogt, Peter. "70. Ytterbium – Elementymology & Elements Multidict". Elements.vanderkrogt.net. Diakses tanggal 4 July 2011. 
  24. ^ van der Krogt, Peter. "71. Lutetium – Elementymology & Elements Multidict". Elements.vanderkrogt.net. Diakses tanggal 4 July 2011. 
  25. ^ Emsley, John (2001). Nature's building blocks: an A-Z guide to the elements. US: Oxford University Press. hlm. 240–242. ISBN 0-19-850341-5. 
  26. ^ Debierne, André-Louis (1899). "Sur un nouvelle matière radio-active". Comptes rendus (dalam bahasa French). 129: 593–595. 
  27. ^ Debierne, André-Louis (1900–1901). "Sur un nouvelle matière radio-actif – l'actinium". Comptes rendus (dalam bahasa French). 130: 906–908. 
  28. ^ Giesel, Friedrich Oskar (1902). "Ueber Radium und radioactive Stoffe". Berichte der Deutschen Chemische Geselschaft (dalam bahasa German). 35 (3): 3608–3611. doi:10.1002/cber.190203503187. 
  29. ^ Giesel, Friedrich Oskar (1904). "Ueber den Emanationskörper (Emanium)". Berichte der Deutschen Chemische Geselschaft (dalam bahasa German). 37 (2): 1696–1699. doi:10.1002/cber.19040370280. 
  30. ^ Debierne, André-Louis (1904). "Sur l'actinium". Comptes rendus (dalam bahasa French). 139: 538–540. 
  31. ^ Giesel, Friedrich Oskar (1904). "Ueber Emanium". Berichte der Deutschen Chemische Geselschaft (dalam bahasa German). 37 (2): 1696–1699. doi:10.1002/cber.19040370280. 
  32. ^ Giesel, Friedrich Oskar (1905). "Ueber Emanium". Berichte der Deutschen Chemische Geselschaft (dalam bahasa German). 38 (1): 775–778. doi:10.1002/cber.190503801130. 
  33. ^ a b Ghiorso, Albert; Sikkeland, T.; Larsh, A. E.; Latimer, R. M. (1961). "New Element, Lawrencium, Atomic Number 103". Phys. Rev. Lett. 6 (9): 473. Bibcode:1961PhRvL...6..473G. doi:10.1103/PhysRevLett.6.473. 
  34. ^ Flerov, G. N. (1967). "On the nuclear properties of the isotopes 256103 and 257103". Nucl. Phys. A. 106: 476. Bibcode:1967NuPhA.106..476F. doi:10.1016/0375-9474(67)90892-5. 
  35. ^ Donets, E. D.; Shchegolev, V. A.; Ermakov, V. A. (1965). Atomnaya Énergiya (dalam bahasa Rusia). 19 (2): 109.  Tidak memiliki atau tanpa |title= (bantuan)
    Translated in Donets, E. D.; Shchegolev, V. A.; Ermakov, V. A. (1965). "Synthesis of the isotope of element 103 (lawrencium) with mass number 256". Soviet Atomic Energy. 19 (2): 109. doi:10.1007/BF01126414. 
  36. ^ Greenwood, Norman N. (1997). "Recent developments concerning the discovery of elements 101–111". Pure & Appl. Chem. 69 (1): 179–184. doi:10.1351/pac199769010179. 
  37. ^ a b c Hoffman, Darleane C.; Lee, Diana M.; Pershina, Valeria (2006). "Transactinides and the future elements". Dalam Morss; Edelstein, Norman M.; Fuger, Jean. The Chemistry of the Actinide and Transactinide Elements (edisi ke-3rd). Dordrecht, The Netherlands: Springer Science+Business Media. ISBN 1-4020-3555-1. 
  38. ^ Pyykkö, Pekka (2011). "A suggested periodic table up to Z ≤ 172, based on Dirac–Fock calculations on atoms and ions". Physical Chemistry Chemical Physics. 13 (1): 161–8. Bibcode:2011PCCP...13..161P. doi:10.1039/c0cp01575j. PMID 20967377. 
  39. ^ van der Krogt, Peter. "Elementymology & Elements Multidict". Elements.vanderkrogt.net. Diakses tanggal 4 July 2011. 
  40. ^ Seaborg, G. T. (c. 2006). "transuranium element (chemical element)". Encyclopædia Britannica. Diakses tanggal 2010-03-16. 
  41. ^ a b Eliav, E.; Kaldor, U.; Ishikawa, Y. (1995). "Transition energies of ytterbium, lutetium, and lawrencium by the relativistic coupled-cluster method". Phys. Rev. A. 52: 291–296. Bibcode:1995PhRvA..52..291E. doi:10.1103/PhysRevA.52.291. 
  42. ^ a b Zou, Yu; Froese, Fischer C. (2002). "Resonance Transition Energies and Oscillator Strengths in Lutetium and Lawrencium". Phys. Rev. Lett. 88 (18): 183001. Bibcode:2002PhRvL..88b3001M. doi:10.1103/PhysRevLett.88.023001. PMID 12005680. 
  43. ^ Corbett, J. D. (1981). "Extended metal-metal bonding in halides of the early transition metals". Acc. Chem. Res. 14 (8): 239–246. doi:10.1021/ar00068a003. 
  44. ^ Nikolai B., Mikheev; Auerman, L. N.; Rumer, Igor A.; Kamenskaya, Alla N.; Kazakevich, M. Z. (1992). "The anomalous stabilisation of the oxidation state 2+ of lanthanides and actinides". Russian Chemical Reviews. 61 (10): 990–998. Bibcode:1992RuCRv..61..990M. doi:10.1070/RC1992v061n10ABEH001011. 
  45. ^ Kang, Weekyung; Bernstein, E. R. (2005). "Formation of Yttrium Oxide Clusters Using Pulsed Laser Vaporization". Bull. Korean Chem. Soc. 26 (2): 345–348. doi:10.5012/bkcs.2005.26.2.345. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-22. Diakses tanggal 2017-05-17. 
  46. ^ Cotton, S. A. (1994). "Scandium, Yttrium and the Lanthanides: Inorganic and Coordination Chemistry". Encyclopedia of Inorganic Chemistry. John Wiley & Sons. ISBN 0-471-93620-0. 
  47. ^ a b Dean, John A. (1999). Lange's handbook of chemistry (Fifteenth edition). McGraw-Hill, Inc. hlm. 589–592. ISBN 0-07-016190-9. 
  48. ^ a b Barbalace, Kenneth. "Periodic Table of Elements Sorted by Melting Point". Environmental Chemistry.com. Diakses tanggal 2011-05-18. 
  49. ^ a b Barbalace, Kenneth. "Periodic Table of Elements Sorted by Boiling Point". Environmental Chemistry.com. Diakses tanggal 2011-05-18. 
  50. ^ Fournier, Jean-Marc (1976). "Bonding and the electronic structure of the actinide metals". Journal of Physics and Chemistry of Solids. 37 (2): 235–244. doi:10.1016/0022-3697(76)90167-0. 
  51. ^ Penneman, R. A.; Mann, J. B. (1976). "'Calculation chemistry' of the superheavy elements; comparison with elements of the 7th period". Proceedings of the Moscow Symposium on the Chemistry of Transuranium Elements: 257–263. doi:10.1016/B978-0-08-020638-7.50053-1. 
  52. ^ Barbalace, Kenneth. "Scandium". Chemical Book. Diakses tanggal 2011-05-18. 
  53. ^ Barbalace, Kenneth. "Yttrium". Chemical Book. Diakses tanggal 2011-05-18. 
  54. ^ Scerri, Eric (2012). "Mendeleev's Periodic Table Is Finally Completed and What To Do about Group ?". Chem. Int. 34 (4): 28–31. doi:10.1515/ci.2012.34.4.28. 
  55. ^ IUPAC, Compendium of Chemical Terminology, edisi ke-2 ("Buku Emas") (1997). Versi koreksi daring:  (2006–) "transition element".
  56. ^ a b Barbalace, Kenneth. "Periodic Table of Elements". Environmental Chemistry.com. Diakses tanggal 2007-04-14. 
  57. ^ "WebElements Periodic Table of the Elements". Webelements.com. Diakses tanggal 2010-04-03. 
  58. ^ "Periodic Table of the Elements". International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Diakses tanggal 2010-04-03. 
  59. ^ a b "Visual Elements". Royal Society of Chemistry. Diakses tanggal 4 July 2011. 
  60. ^ Dolg, Michael. "Lanthanides and Actinides" (PDF). Max-Planck-Institut für Physik komplexer Systeme, Dresden, Germany. CLA01. Diakses tanggal 4 July 2011. 
  61. ^ IUPAC (2015). "The constitution of group 3 of the periodic table". Diakses tanggal 2016-11-10. 
  62. ^ Greenwood, N. N.; Harrington, T. J. (1973). The chemistry of the transition elements. Oxford: Clarendon Press. hlm. 50. ISBN 0-19-855435-4. 
  63. ^ Aylward, G.; Findlay, T. (2008). SI chemical data (edisi ke-6th). Milton, Queensland: John Wiley & Sons. ISBN 978-0-470-81638-7. 
  64. ^ Wiberg, N. (2001). Inorganic Chemistry. San Diego: Academic Press. hlm. 119. ISBN 0-12-352651-5. 
  65. ^ Wulfsberg, G. (2006). "Periodic table: Trends in the properties of the elements". Encyclopedia of Inorganic Chemistry. New York: John Wiley & Sons. hlm. 3. ISBN 978-0-470-86210-0. 
  66. ^ Cotton, S. (2007). Lanthanide and Actinide Chemistry. Chichester: John Wiley & Sons. hlm. 150. ISBN 9-78-0-470-01006-8. 
  67. ^ Bernhard, F. (2001). "Scandium mineralization associated with hydrothermal lazurite-quartz veins in the Lower Austroalpie Grobgneis complex, East Alps, Austria". Mineral Deposits in the Beginning of the 21st Century. Lisse: Balkema. ISBN 90-265-1846-3. 
  68. ^ a b Kristiansen, Roy (2003). "Scandium – Mineraler I Norge" (PDF). Stein (dalam bahasa Norwegia): 14–23. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal October 8, 2010. 
  69. ^ von Knorring, O.; Condliffe, E. (1987). "Mineralized pegmatites in Africa". Geological Journal. 22: 253. doi:10.1002/gj.3350220619. 
  70. ^ Stwertka, Albert (1998). "Yttrium". Guide to the Elements (edisi ke-Revised). Oxford University Press. hlm. 115–116. ISBN 0-19-508083-1. 
  71. ^ Hedrick, James B. "Rare-Earth Metals" (PDF). USGS. Diakses tanggal 2009-06-06. 
  72. ^ Castor, Stephen B.; Hedrick, James B. "Rare Earth Elements" (PDF). Diakses tanggal 2009-06-06. 
  73. ^ "Yttrium" (PDF). Mineral Commodity Summaries 2017. United States Geological Survey. hlm. 188–189. Diakses tanggal 2017-05-17. 
  74. ^ Emsley 2001, p. 241
  75. ^ a b Deschamps, Y. "Scandium" (PDF). mineralinfo.com. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal February 25, 2009. Diakses tanggal 2008-10-21. 
  76. ^ "Scandium" (PDF), Mineral Commodity Summaries 2017, United States Geological Survey, hlm. 146–147, diakses tanggal 2017-05-17 
  77. ^ a b Holleman, Arnold F.; Wiberg, Egon; Wiberg, Nils (1985). Lehrbuch der Anorganischen Chemie (dalam bahasa Jerman) (edisi ke-91–100). Walter de Gruyter. hlm. 1056–1057. ISBN 3-11-007511-3. 
  78. ^ a b c d "Scandium", Periodic Table, Royal Society of Chemistry, diakses tanggal 2017-05-17 
  79. ^ a b c d "Scandium Element Facts", Chemicool, diakses tanggal 2017-05-17 
  80. ^ a b c "Yttrium", Periodic Table, Royal Society of Chemistry, diakses tanggal 2017-05-17 
  81. ^ "Lutetium", Periodic Table, Royal Society of Chemistry, diakses tanggal 2017-05-17 
  82. ^ a b c "Lutetium Element Facts / Chemistry", Chemicool, diakses tanggal 2017-05-17 
  83. ^ "Lawrencium", Periodic Table, Royal Society of Chemistry, diakses tanggal 2017-05-17 
  84. ^ "Lawrencium Element Facts", Chemicool, diakses tanggal 2017-05-17 
  85. ^ "Lanthanum", Periodic Table, Royal Society of Chemistry, diakses tanggal 2017-05-17 
  86. ^ "Actinium", Periodic Table, Royal Society of Chemistry, diakses tanggal 2017-05-17 
  87. ^ a b c Lenntech (1998). "Scandium (Sc) — chemical properties of scandium, health effects of scandium, environmental effects of scandium". Lenntech. Diakses tanggal 2011-05-21. 
  88. ^ MacDonald, N. S.; Nusbaum, R. E.; Alexander, G. V. (1952). "The Skeletal Deposition of Yttrium" (PDF). Journal of Biological Chemistry. 195 (2): 837–841. PMID 14946195. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-03-26. Diakses tanggal 2017-05-17. 
  89. ^ a b c Emsley 2001, pp. 495–498
  90. ^ a b c Emsley 2001, p. 240
  91. ^ Pol, Arjan; Barends, Thomas R. M.; Dietl, Andreas; Khadem, Ahmad F.; Eygensteyn, Jelle; Jetten, Mike S. M.; Op Den Camp, Huub J. M. (2013). "Rare earth metals are essential for methanotrophic life in volcanic mudpots". Environmental Microbiology. 16 (1): 255–64. doi:10.1111/1462-2920.12249. PMID 24034209. 

Daftar pustaka

sunting

Tautan ke artikel terkait

sunting