Bahasa Melayu Johor–Riau

bahasa Melayu klasik yang diperkirakan punah pada akhir abad ke-19

Bahasa Melayu Johor–Riau adalah ragam bahasa Melayu klasik yang digunakan pada masa Kesultanan Melaka dan setelah jatuhnya Kesultanan Melaka, kemudian bergeser ke Kesultanan Johor pertama, yaitu aliansi Johor–Pahang–Riau–Lingga.[5][6] Ragam turunannya masih dituturkan oleh masyarakat Melayu di bagian selatan Semenanjung Malaya, Singapura, Kepulauan Riau, dan pesisir daratan utama Riau.

Bahasa Melayu Johor–Riau
bahase Melayu Johor–Riau
بهاس ملايو جوهر–رياو
Greater Riau–Johoric
Naskah Gurindam 12 yang ditulis oleh Raja Ali Haji menggunakan huruf Jawi.
Pengucapan[bahasə Məlajʊ dʒɔhɔr riaʊ]
Dituturkan diIndonesia
Malaysia
Singapura
WilayahKepulauan Riau dan Riau (Indonesia)
Johor, Kuala Lumpur, dan Melaka (Malaysia)
EtnisMelayu
Kepunahansekitar akhir abad ke-19[1]
Bentuk awal
Dialek
Abjad Jawi
Kode bahasa
ISO 639-3
Glottologsing1270[2]
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Extinct

Melayu Johor–Riau diklasifikasikan sebagai bahasa yang telah punah (EX) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [3][4]
Lokasi penuturan
Peta bekas wilayah Kesultanan Johor–Pahang–Riau–Lingga, tempat berkembangnya bahasa Melayu Johor–Riau.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Melayu Johor–Riau pada awalnya merupakan kelanjutan dari bahasa Melayu Klasik (Classical Malay), hingga kemudian berkembang menjadi ragam bahasa tersendiri.[7] Pada akhirnya, sekitar akhir abad ke-19, bahasa ini terpisah menjadi bahasa Melayu Johor dan bahasa Melayu Riau.[1] Setelah terbentuknya Malaysia dan Indonesia, bahasa Melayu Johor terus berkembang mempengaruhi bentuk standar bahasa Melayu Malaysia, sedangkan bahasa Melayu Riau terus berkembang hingga menjadi bahasa Indonesia sebagai bentuk bakunya.[8]

Klasifikasi internal

sunting

Bahasa Melayu Johor

sunting

Bahasa Melayu Johor mempunyai ragamnya tersendiri. Masyarakat Johor yang tinggal di pesisir barat mempunyai variasi dialek Johor tersendiri, yaitu dialek Muar. Dialek Muar sering kali mengucapkan [o] di akhir dengan mengubah [ar] pada ragam standar, seperti pada kata beso 'besar' dan seterusnya. Wilayah lainnya, selain dialek Muar, juga menggunakan dialek asli Johor yang sama dengan yang digunakan oleh penduduk di Kepulauan Riau, Indonesia. Hal ini sangat dilatarbelakangi oleh masyarakat Melayu di Kesultanan Johor–Riau yang mempertahankan identitasnya dengan cukup kuat, jadi meski saat ini Johor dan Kepulauan Riau terpisah, namun mereka tetap mempertahankan identitas yang sama. Dialek umum pada bahasa Melayu Johor–Riau dicirikan pada pengucapan huruf [e] di akhir seperti pada kata saye 'saya'. Dialek ini mempunyai jumlah penutur terbanyak di Malaysia. Penuturnya selain di Johor, juga terdapat di Melaka dan Kuala Lumpur, serta di bagian selatan Perak, khususnya di Batang Padang dan Hilir Perak. Penduduk Johor yang tinggal di Mersing umumnya berbicara dengan dialek Kuala Terengganu.

Bahasa Melayu Riau

sunting

Bahasa Melayu Riau[9][10][11] (bahase Melayu Riau; abjad Jawi: بهاس ملايو رياو) adalah bentuk asli bahasa Melayu yang diturunkan langsung dari bahasa Melayu Kuno melalui ragam klasiknya yang dikenal sebagai bahasa Melayu Johor–Riau.[12] Bentuk bahasa inilah yang digunakan sebagai dasar bahasa Melayu Baku,[13] yang merupakan ragam baku bagi bahasa Melayu yang digunakan secara semi formal di Riau dan Kepulauan Riau.

Perbandingan kosakata

sunting

Berikut ini perbandingan kosakata antara bahasa Melayu Johor dan bahasa Melayu Riau.

Melayu Johor Melayu Riau Glosa
pak kal nasib nasib
semangke semangka semangka
kopek buka buka
taruk letak letak
nengok tengok, lihat lihat
oter ubah ubah
kememeh merengek
sarap sarapan sarapan
tak semenggah tak senonoh tidak senonoh
dedo demam demam
longgo longgar longgar
gebor selimut selimut
esbok kulkas, lemari es lemari es
ghoboh, goboh roboh roboh
sogama sekolah agama sekolah agama
sokkabo koran, surat kabar surat kabar
kecur terliur berliur
terejal nakal nakal
bagi, beri beri
kecik, cenonet kecik kecil, sikit

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b Sneddon, James N. (2003). The Indonesian Language: Its History and Role in Modern Society. University of New South Wales Press. ISBN 0-86840-598-1. 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Greater Riau–Johoric". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  4. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  5. ^ Mills, L. A. (2003). British Malaya 1824–67 (p. 86– 87). Selangor, Malaysia: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society. Call no.: RSEA 959.5 MIL.
  6. ^ Brown, I. (2009). The territories of Indonesia. London: Routledge. ISBN 978-1-85743-215-2
  7. ^ Malik, H. Abdul (2020). "Bahasa Melayu Kepulauan Riau Sebagai Bahasa Ibu" (PDF). fkip.umrah.ac.id. Tanjungpinang, Indonesia: Universitas Maritim Raja Ali Haji. Diakses tanggal 19-07-2024. 
  8. ^ Mukhlis Abu Bakar (2019). "Sebutan Johor-Riau dan Sebutan Baku dalam Konteks Identiti Masyarakat Melayu Singapura" [Sebutan Johor-Riau and Sebutan Baku in the Context of the Singapore Malay Identity]. Issues in Language Studies (dalam bahasa Melayu). 8 (2): 61–78. doi:10.33736/ils.1521.2019 . 
  9. ^ Tambusai, A. (2020), Morphological typology of Riau Malay Language [Tipologi Morfologi Bahasa Melayu Riau] (dalam bahasa Inggris), 8 (1), Rumpun Jurnal Persuratan Melayu, hlm. 56–64 
  10. ^ Rika Ningsih, et. al. (2021), Politeness in Language of Riau Malay Students: A Linguistic Phenomenon [Kesantunan Berbahasa Pelajar Melayu Riau: Sebuah Fenomena Linguistik] (dalam bahasa Inggris), 12 (13), Turkish Journal of Computer and Mathematics Education (TURCOMAT) 
  11. ^ The River Eco-Lexicons in the Texts of Riau Malay [Eko-Leksikon Sungai dalam Naskah Melayu Riau] (dalam bahasa Inggris), 2021 
  12. ^ Fathira, Vina (2018), "Isoglosses Boundary in a Language Mapping of Riau Malay Language" [Batas Isoglos dalam Pemetaan Bahasa Melayu Riau], J-SHMIC: Journal of English for Academic (dalam bahasa Inggris), 5 (1), hlm. 143–152 
  13. ^ "Local Wisdom Based on Riau-Malay Language in Kuantan Singingi Regency" [Kearifan Lokal Berbasis Bahasa Melayu Riau di Kabupaten Kuantan Singingi], International Conference on Language, Literature, and Education (ICLLE) (dalam bahasa Inggris), 2018