Hewan dalam kehidupan manusia

gambaran umum peran hewan nonmanusia dalam kehidupan manusia
(Dialihkan dari Hewan dalam budaya)

Hewan nonmanusia telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia sejak zaman dahulu kala. Interaksi antara manusia dan hewan menjadi intens sejak manusia mendomestikasi hewan. Hewan-hewan kemudian dimanfaatkan secara praktis, misalnya dijadikan sumber makanan dan bahan pakaian, serta dimanfaatkan secara simbolis, misalnya dijadikan objek dalam karya seni dan diceritakan dalam mitologi.

Pemerahan susu sapi, contoh penggunaan hewan secara praktis
Patung kucing dari Mesir Kuno, contoh penggunaan hewan secara simbolis

Secara ekonomi, hewan dijadikan sumber bahan baku pangan—misalnya daging, susu, telur, dan madu—baik melalui peternakan atau perburuan. Di samping itu, produk hewani seperti kulit, jangat, wol, dan sutra diolah lebih lanjut untuk menghasilkan produk-produk yang laku di pasaran. Banyak hewan, terutama mamalia darat, dimanfaatkan tenaganya untuk bekerja dan dijadikan kendaraan, paling tidak sampai ditemukannya sarana transportasi mekanis yang tidak memerlukan keberadaan mereka. Hewan juga dijadikan sebagai model dalam penelitian biologi, seperti dalam genetika dan dalam pengujian obat. Banyak spesies hewan dipelihara sebagai hewan kesayangan, terutama anjing dan kucing. Mereka sering menjadi objek antropomorfisme.

Hewan seperti kuda dan rusa menjadi subjek seni paling awal berupa lukisan gua pada masa Paleolitikum Atas, seperti di Lascaux. Seniman-seniman besar seperti Albrecht Dürer, George Stubbs, dan Edwin Landseer dikenal karena lukisan satwa mereka. Selain itu, hewan memiliki banyak peran dalam sastra, film, mitologi, dan agama.

Jasa ekosistem oleh hewan

sunting

Jasa ekosistem merupakan keseluruhan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang diberikan oleh ekosistem kepada manusia. Karena merupakan bagian dari ekosistem, hewan nonmanusia juga memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Secara garis besar, jasa ekosistem terbagi menjadi empat, yaitu jasa penyediaan, jasa pengaturan, jasa budaya, dan jasa pendukung.[1][2]

  • Jasa penyediaan meliputi produk-produk yang disediakan oleh ekosistem yang dapat digunakan oleh manusia. Sebagai contoh, hewan menyediakan bahan pangan yang dikonsumsi oleh manusia, seperti daging, susu, telur, dan madu; serta bahan baku industri nonpangan, seperti kulit, sutra, dan wol.
  • Jasa pengaturan meliputi proses-proses yang mengatur keberlangsungan kehidupan. Berbagai hewan, seperti lebah, burung, dan kelelawar, membantu penyerbukan tanaman pertanian dan tumbuhan liar; hewan-hewan lain seperti primata, rodensia, dan kumbang kotoran menyebarkan benih dan nutrien.
  • Jasa budaya meliputi unsur-unsur yang bermanfaat bagi kondisi mental dan spiritual manusia. Hewan dapat dijadikan sarana pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan, misalnya hewan laboratorium; sarana rekreasional, misalnya pengamatan satwa liar dan ekowisata; serta pengayaan nilai-nilai spiritual dan estetika, misalnya dijadikan simbol atau dilibatkan dalam ritual.
  • Jasa pendukung meliputi unsur-unsur yang mendukung terlaksananya ketiga jasa ekosistem lainnya. Beragam hewan berkontribusi pada pembentukan dan kesuburan tanah, seperti cacing tanah dan rayap; pemeliharaan siklus dan dekomposisi nutrien, seperti hewan pebangkai dan detritivor; serta proses produksi primer dan sintesis oksigen, seperti zooplankton dan kril.

Penggunaan praktis

sunting

Bahan pangan

sunting
 
Kapal pukat tradisional yang terisi sarden di India

Manusia mengeksploitasi sejumlah besar spesies hewan nonmanusia untuk dijadikan makanan, baik dengan memelihara ternak domestik di peternakan maupun dengan berburu spesies liar, terutama di laut.[3][4] Produk-produk yang mereka hasilkan, seperti daging, jeroan, susu, telur, dan madu, dijadikan hidangan yang menjadi bagian penting dalam diet manusia. Banyak spesies ikan laut, seperti ikan haring, kod, tuna, makerel, dan teri, ditangkap dan diperdagangkan secara komersial. Budi daya ikan komersial biasanya terfokus pada sejumlah kecil spesies, misalnya ikan karper dan salmon.[3][5][6] Invertebrata dari golongan sefalopoda seperti cumi-cumi dan gurita; krustasea seperti udang, kepiting, dan lobster; serta moluska bivalvia atau gastropoda seperti kerang dan tiram, semuanya diburu atau diternakkan untuk dijadikan makanan.[7]

Di seluruh dunia, mamalia nonmanusia membentuk bagian besar dari hewan ternak yang dipelihara untuk diambil dagingnya. Mereka termasuk (2011) sekitar 1,4 miliar sapi, 1,2 miliar domba, 1 miliar babi domestik,[4][8] dan (1985) lebih dari 700 juta kelinci.[9]

Bahan baku industri nonpangan

sunting
 
Seekor domba sedang dicukur rambutnya untuk memperoleh wol

Banyak tekstil, dari yang paling berguna hingga yang paling mewah, sering dibuat dari serat hewan nonmanusia, seperti wol, angora, kasmir, dan mohair. Pemburu dan peramu telah menggunakan tendon hewan nonmanusia sebagai cambuk dan pengikat. Kulit sapi, babi dan spesies lainnya banyak digunakan untuk membuat sepatu, tas, ikat pinggang dan banyak barang lainnya. Hewan-hewan lain telah diburu dan diternakkan untuk diambil bulu dan rambutnya, untuk membuat barang-barang seperti mantel dan topi, mulai dari yang sederhana dan praktis hingga yang paling elegan dan mahal.[10][11]

Zat warna termasuk karmina,[12][13] selak,[14][15] dan kermes[16][17][18][19] dibuat dari tubuh serangga. Pada Zaman Klasik, ungu Tirus diambil dari siput laut seperti Stramonita haemastoma (Muricidae) untuk mewarnai pakaian bangsawan, seperti yang dicatat oleh Aristoteles dan Plinius Tua.[20]

Sumber tenaga

sunting
 
Kuda-kuda sedang menarik wagon di Tibet

Hewan domestik yang dipekerjakan oleh manusia di antaranya sapi, kuda, yak, unta, dan gajah. Mereka dimanfaatkan untuk membantu pekerjaan dan digunakan sebagai sarana transportasi sejak manusia mengembangkan pertanian. Jumlah hewan pekerja menurun seiring dengan munculnya transportasi mekanis dan mesin pertanian. Pada tahun 2004, sekitar 80% tenaga untuk pertanian ditopang oleh hewan pekerja, terutama di pertanian-pertanian kecil di negara-negara berkembang, dan sekitar 20% dari transportasi dunia masih memanfaatkan hewan, terutama di daerah perdesaan. Di daerah pegunungan yang tidak cocok untuk kendaraan beroda, hewan pikul digunakan untuk mengangkut barang.[21]

Polisi, militer, serta petugas imigrasi dan bea cukai memanfaatkan anjing dan kuda untuk melakukan berbagai tugas yang tidak dapat dilakukan oleh manusia. Dalam beberapa kasus, mereka menggunakan tikus.[22]

Pengembangan ilmu pengetahuan

sunting
 
Sejumlah tikus laboratorium sedang dipersiapkan untuk uji radiasi di Los Alamos pada tahun 1957

Hewan seperti lalat buah Drosophila melanogaster, ikan zebra, ayam, dan mencit, berperan penting dalam pengembangan sains sebagai model percobaan,[23] yang dieksploitasi baik dalam penelitian biologis mendasar, seperti dalam genetika,[24] dan dalam pengembangan obat-obatan baru, yang harus diuji secara mendalam untuk menunjukkan keamanan obat-obat tersebut.[25][26] Jutaan mamalia nonmanusia, terutama mencit dan tikus, digunakan dalam eksperimen setiap tahun.[27]

Tikus knockout adalah tikus yang dimodifikasi secara genetik dengan gen yang tidak aktif, diganti, atau diganggu dengan potongan DNA buatan. Mereka memungkinkan studi pengurutan gen yang fungsinya tidak diketahui.[28][29]

Dalam kedokteran

sunting

Sejak ditemukan oleh Edward Jenner pada abad ke-18, vaksin telah dibuat menggunakan hewan nonmanusia. Jenner menilai bahwa inokulasi dengan virus cacar sapi hidup memberikan perlindungan terhadap variola yang lebih berbahaya. Pada abad ke-19, Louis Pasteur mengembangkan vaksin yang dilemahkan untuk mengatasi rabies. Pada abad ke-20, vaksin untuk sejumlah penyakit virus, seperti gondongan dan polio, dikembangkan menggunakan sel-sel hewan yang ditumbuhkan secara in vitro.[30]

Beragam obat didasarkan pada racun dan molekul lain yang berasal dari hewan. Obat kanker Yondelis diisolasi dari Tunicata Ecteinascidia turbinata. Salah satu dari lusinan racun yang dihasilkan oleh keong predator Conus geographus digunakan dalam Prialt, obat pereda nyeri.[31] Sifat antikoagulan dari bisa ular memungkinkannya digunakan sebagai obat. Racun ini dapat digunakan untuk mengobati sejumlah penyakit yang diakibatkan oleh pembekuan darah.[32]

Sebagai hewan kesayangan

sunting

Berbagai macam hewan dianggap sebagai hewan kesayangan, dari invertebrata seperti tarantula dan gurita, serangga seperti belalang sentadu,[33] reptil seperti ular dan kameleon,[34] dan burung seperti kenari, parkit, dan bayan.[35] Meskipun demikian, mamalia nonmanusia merupakan hewan kesayangan paling populer di dunia Barat, dengan spesies yang paling banyak dipelihara adalah anjing, kucing, dan kelinci. Di Amerika Serikat, misalnya, pada tahun 2012 ada sekitar 78 juta anjing, 86 juta kucing, dan 3,5 juta kelinci.[36][37][38] Antropomorfisme, atribusi ciri-ciri manusia untuk hewan nonmanusia, merupakan aspek penting dari cara manusia berhubungan dengan hewan lain seperti hewan kesayangan.[39][40][41] Ada perbedaan pendapat mengenai peran hewan nonmanusia sebagai pendamping manusia dan keberadaan mereka sebagai individu dengan hak-haknya sendiri; mengabaikan hak-hak tersebut adalah merupakan perwujudan dari spesiesisme.[42]

Dalam perburuan

sunting
 
Racun katak Phyllobates terribilis diletakkan di ujung sumpit untuk berburu

Hewan nonmanusia, dan produk yang dibuat dari mereka, digunakan untuk membantu dalam berburu. Manusia telah menggunakan anjing pemburu untuk membantu mengejar hewan seperti rusa, serigala, dan rubah;[43] burung pemangsa, dari elang hingga falkon, digunakan dalam falconry untuk memburu burung lain atau mamalia; sementara burung kormoran yang ditambatkan telah digunakan untuk menangkap ikan.[44] Katak beracun, terutama dalam genus Phyllobates, mengeluarkan racun seperti Pumiliotoxin 251D dan Allopumiliotoxin 267A yang cukup kuat dan digunakan pada ujung sumpit.[45][46]

Dalam olahraga

sunting

Berbagai macam hewan nonmanusia darat dan akuatik diburu untuk olahraga.[47] Hewan akuatik yang paling sering diburu dalam rangka olahraga adalah ikan, mulai dari predator laut besar seperti hiu dan tuna, hingga ikan air tawar seperti trout dan karper.[48][49] Burung seperti ayam hutan dan bebek, serta mamalia seperti rusa dan babi hutan, adalah contoh hewan buruan darat yang paling sering diburu untuk olahraga dan dijadikan makanan.[50][51][52]

Penggunaan simbolis

sunting

Dalam kesenian

sunting

Hewan nonmanusia, biasanya mamalia tetapi juga kadang ikan dan serangga, telah menjadi subjek seni sejak dulu kala, baik dalam periode sejarah seperti di Mesir Kuno, maupun prasejarah, seperti dalam lukisan gua di Lascaux dan situs-situs lain di Dordogne, Prancis, dan di tempat-tempat lain. Gambar-gambar hewan nonmanusia yang terkenal di antaranya cukil kayu tahun 1515 The Rhinoceros oleh Albrecht Dürer dan lukisan kuda Whistlejacket oleh George Stubbs, sekitar tahun 1762.[53]

Dalam sastra dan film

sunting
 
Poster film The Deadly Mantis tahun 1957

Berbagai hewan seperti lebah, kumbang, tikus, rubah, buaya, dan gajah memainkan berbagai peran dalam sastra dan film, mulai dari Fabel Aesop pada Zaman Klasik hingga Just So Stories karya Rudyard Kipling dan "buku-buku kecil" karya Beatrix Potter yang dimulai pada tahun 1901 dengan The Tale of Peter Rabbit.[54]

Sebuah genre film, serangga besar,[55] didasarkan pada serangga yang ukurannya diperbesar, termasuk film perintis tahun 1954 Them!, yang menampilkan semut raksasa yang bermutasi akibat radiasi serta film tahun 1957 The Deadly Mantis dan Beginning of the End; film terakhir ini menampilkan belalang raksasa dengan efek khusus yang "mengerikan".[56][57]

Burung kadang-kadang ditampilkan dalam film, seperti dalam The Birds karya Alfred Hitchcock tahun 1963, yang didasarkan pada buku Daphne Du Maurier dengan nama yang sama, yang menceritakan kisah serangan mendadak terhadap manusia oleh kawanan burung yang kejam.[58] Film Kes tahun 1969 karya Ken Loach yang dikagumi[64], didasarkan pada novel Barry Hines tahun 1968 A Kestrel for a Knave, bercerita tentang seorang anak laki-laki yang beranjak dewasa dengan melatih seekor burung kestrel.[59]

Dalam mitologi dan agama

sunting
 
Patung dewa kelelawar dalam peradaban Zapotek, Oaxaca, tahun 350–500

Sejumlah hewan, termasuk banyak serangga[60] dan mamalia nonmanusia,[61] ditampilkan dalam mitologi dan agama. Di antara serangga, baik di Jepang dan Eropa, sejak peradaban Yunani Kuno dan Roma, kupu-kupu dipandang sebagai personifikasi jiwa manusia, baik saat mereka masih hidup maupun setelah kematian mereka.[62][63][64] Kumbang skarab disakralkan di Mesir kuno,[65] sedangkan belalang sentadu dianggap sebagai dewa dalam tradisi Khoi dan San di Afrika bagian selatan karena posturnya seperti berdoa.[66]

Di antara mamalia, sapi,[67] rusa,[68] kuda,[69] singa,[70] kelelawar[71][72][73][74][75] beruang,[76] dan serigala (termasuk manusia serigala),[77] adalah subyek dalam mitos dan pemujaan. Sejumlah reptil, seperti buaya, juga disembah sebagai dewa dalam agama Mesir Kuno[78] dan agama Hindu.[79][80]

Dari dua belas simbol zodiak Barat, enam di antaranya, yaitu Aries (domba jantan), Taurus (banteng), Kanser (kepiting), Leo (singa), Skorpio (kalajengking) dan Pises (ikan) adalah hewan, sedangkan dua lainnya, Sagitarius (kuda/manusia) dan Kaprikornus (ikan/kambing) adalah hewan hibrida; kata zodiak memang berarti lingkaran binatang. Sementara itu, semua simbol zodiak Tiongkok adalah binatang.[81][82][83]

Dalam Kekristenan, berbagai simbol hewan ditemukan dalam Alkitab. Anak Domba Allah adalah gelar Yesus yang terkenal. Dalam Perjanjian Baru, Injil Markus, Lukas, dan Yohanes memiliki simbol hewan: "Markus adalah singa, Lukas adalah banteng, dan Yohanes adalah elang".[84]

Referensi

sunting
  1. ^ Pearce, Reagan (3 Januari 2023). "What are Ecosystem Services?". Earth. Diakses tanggal 6 Agustus 2023. 
  2. ^ "Ecosystem Services & Biodiversity (ESB)". Food and Agriculture Organization of the United Nations. Diakses tanggal 6 Agustus 2023. 
  3. ^ a b "Fisheries and Aquaculture". FAO. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 May 2009. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  4. ^ a b "Graphic detail Charts, maps and infographics. Counting chickens". The Economist. 27 July 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 July 2016. Diakses tanggal 23 June 2016. 
  5. ^ Helfman, Gene S. (2007). Fish Conservation: A Guide to Understanding and Restoring Global Aquatic Biodiversity and Fishery Resources. Island Press. hlm. 11. ISBN 978-1-59726-760-1. 
  6. ^ "World Review of Fisheries and Aquaculture" (PDF). fao.org. FAO. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 August 2015. Diakses tanggal 13 August 2015. 
  7. ^ "Shellfish climbs up the popularity ladder". HighBeam Research. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 November 2012. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  8. ^ Cattle Today. "Breeds of Cattle at CATTLE TODAY". Cattle-today.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 July 2011. Diakses tanggal 15 October 2013. 
  9. ^ Lukefahr, S.D.; Cheeke, P.R. "Rabbit project development strategies in subsistence farming systems". Food and Agriculture Organization. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 May 2016. Diakses tanggal 23 June 2016. 
  10. ^ "Animals Used for Clothing". PETA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 June 2016. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  11. ^ "Ancient fabrics, high-tech geotextiles". Natural Fibres. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 May 2019. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  12. ^ "Cochineal and Carmine". Major colourants and dyestuffs, mainly produced in horticultural systems. FAO. Diarsipkan dari versi asli tanggal March 6, 2018. Diakses tanggal June 16, 2015. 
  13. ^ "Guidance for Industry: Cochineal Extract and Carmine". FDA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 July 2016. Diakses tanggal 6 July 2016. 
  14. ^ "How Shellac Is Manufactured". The Mail (Adelaide, SA : 1912 – 1954). 18 Dec 1937. Diakses tanggal 17 July 2015. 
  15. ^ Pearnchob, N.; Siepmann, J.; Bodmeier, R. (2003). "Pharmaceutical applications of shellac: moisture-protective and taste-masking coatings and extended-release matrix tablets". Drug Development and Industrial Pharmacy. 29 (8): 925–938. doi:10.1081/ddc-120024188. PMID 14570313. 
  16. ^ Barber, E. J. W. (1991). Prehistoric Textiles. Princeton University Press. hlm. 230–231. ISBN 978-0-691-00224-8. 
  17. ^ Schoeser, Mary (2007). Silk . Yale University Press. hlm. 118, 121, 248. ISBN 978-0-300-11741-7. 
  18. ^ Munro, John H. (2007). Netherton, Robin; Owen-Crocker, Gale R., ed. The Anti-Red Shift – To the Dark Side: Colour Changes in Flemish Luxury Woollens, 1300–1500. Medieval Clothing and Textiles. 3. Boydell Press. hlm. 56–57. ISBN 978-1-84383-291-1. 
  19. ^ Munro, John H. (2003). Jenkins, David, ed. Medieval Woollens: Textiles, Technology, and Organisation. The Cambridge History of Western Textiles. Cambridge University Press. hlm. 214–215. ISBN 978-0-521-34107-3. 
  20. ^ Beaumont, Peter (5 December 2016). "Ancient shellfish used for purple dye vanishes from eastern Med". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 December 2016. Diakses tanggal 6 December 2016. 
  21. ^ Pond, Wilson G. (2004). Encyclopedia of Animal Science. CRC Press. hlm. 248–250. ISBN 978-0-8247-5496-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-03. Diakses tanggal 2016-09-29. 
  22. ^ "Environmental News Network - Border Patrol Horses Get Special Feed that Helps Protect Desert Ecosystem". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-19. Diakses tanggal 2020-12-11. 
  23. ^ Doke, Sonali K.; Dhawale, Shashikant C. (July 2015). "Alternatives to animal testing: A review". Saudi Pharmaceutical Journal. 23 (3): 223–229. doi:10.1016/j.jsps.2013.11.002. PMC 4475840 . PMID 26106269. 
  24. ^ "Genetics Research". Animal Health Trust. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 December 2018. Diakses tanggal 24 June 2016. 
  25. ^ "Drug Development". Animal Research.info. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 June 2016. Diakses tanggal 24 June 2016. 
  26. ^ "Animal Experimentation". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 July 2016. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  27. ^ "EU statistics show decline in animal research numbers". Speaking of Research. 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 6, 2017. Diakses tanggal January 24, 2016. 
  28. ^ Helen R. Pilcher (2003). "It's a knockout". Nature. doi:10.1038/news030512-17. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 April 2019. Diakses tanggal 24 June 2016. 
  29. ^ Y Zan et al., Production of knockout rats using ENU mutagenesis and a yeast-based screening assay, Nat. Biotechnol. (2003).Diarsipkan June 11, 2010, di Wayback Machine.
  30. ^ "Vaccines and animal cell technology". Animal Cell Technology Industrial Platform. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 July 2016. Diakses tanggal 9 July 2016. 
  31. ^ "Medicines by Design". National Institute of Health. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 June 2016. Diakses tanggal 9 July 2016. 
  32. ^ Schiermeier, Quirin (2019). "Snakebite crisis gets US$100-million boost for better antivenoms". Nature. doi:10.1038/d41586-019-01557-0. 
  33. ^ "Other bugs". Keeping Insects. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 July 2016. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  34. ^ Kaplan, Melissa. "So, you think you want a reptile?". Anapsid.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2016. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  35. ^ "Pet Birds". PDSA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 July 2016. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  36. ^ "Animals in Healthcare Facilities" (PDF). 2012. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-03-04. 
  37. ^ The Humane Society of the United States. "U.S. Pet Ownership Statistics". Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 November 2009. Diakses tanggal 27 April 2012. 
  38. ^ USDA. "U.S. Rabbit Industry profile" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 20 October 2013. Diakses tanggal 10 July 2013. 
  39. ^ Oxford English Dictionary, 1st ed. "anthropomorphism, n." Oxford University Press (Oxford), 1885.
  40. ^ Hutson, Matthew (2012). The 7 Laws of Magical Thinking: How Irrational Beliefs Keep Us Happy, Healthy, and Sane. Hudson Street Press. hlm. 165–181. ISBN 978-1-101-55832-4. 
  41. ^ Wilks, Sarah (2008). Seeking Environmental Justice. Rodopi. hlm. 211. ISBN 978-90-420-2378-9. 
  42. ^ Plous, S. (1993). "The Role of Animals in Human Society". Journal of Social Issues. 49 (1): 1–9. doi:10.1111/j.1540-4560.1993.tb00906.x. 
  43. ^ Fergus, Charles (2002). Gun Dog Breeds, A Guide to Spaniels, Retrievers, and Pointing Dogs. The Lyons Press. ISBN 978-1-58574-618-7. 
  44. ^ King, Richard J. (2013). The Devil's Cormorant: A Natural History. University of New Hampshire Press. hlm. 9. ISBN 978-1-61168-225-0. 
  45. ^ "AmphibiaWeb – Dendrobatidae". AmphibiaWeb. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-10. Diakses tanggal 2008-10-10. 
  46. ^ Heying, H. (2003). "Dendrobatidae". Animal Diversity Web. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 February 2011. Diakses tanggal 9 July 2016. 
  47. ^ Hummel, Richard (1994). Hunting and Fishing for Sport: Commerce, Controversy, Popular Culture . Popular Press. ISBN 978-0-87972-646-1. 
  48. ^ "The World's Top 100 Game Fish". Sport Fishing Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 June 2019. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  49. ^ "Fish species for recreational fishing". Slovenia.info. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 October 2016. Diakses tanggal 8 July 2016. 
  50. ^ "Deer Hunting in the United States: An Analysis of Hunter Demographics and Behavior Addendum to the 2001 National Survey of Fishing, Hunting, and Wildlife-Associated Recreation Report 2001-6". Fishery and Wildlife Service (USA). Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 December 2017. Diakses tanggal 24 June 2016. 
  51. ^ "Recreational Hog Hunting Popularity Soaring". Gramd View Outdoors. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 December 2017. Diakses tanggal 24 June 2016. 
  52. ^ Nguyen, Jenny; Wheatley, Rick (2015). Hunting For Food: Guide to Harvesting, Field Dressing and Cooking Wild Game. F+W Media. hlm. 6–77. ISBN 978-1-4403-3856-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-27. Diakses tanggal 2016-09-29.  Chapters on hunting deer, wild hog (boar), rabbit, and squirrel.
  53. ^ Jones, Jonathan (27 June 2014). "The top 10 animal portraits in art". The Guardian. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 May 2016. Diakses tanggal 24 June 2016. 
  54. ^ Paterson, Jennifer (29 October 2013). "Animals in Film and Media". Oxford Bibliographies. doi:10.1093/obo/9780199791286-0044. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 June 2016. Diakses tanggal 24 June 2016. 
  55. ^ Tsutsui, William M. (April 2007). "Looking Straight at "Them!" Understanding the Big Bug Movies of the 1950s". Environmental History. 12 (2): 237–253. doi:10.1093/envhis/12.2.237. JSTOR 25473065. 
  56. ^ Tsutsui, William M. (April 2007). "Looking Straight at "Them!" Understanding the Big Bug Movies of the 1950s". Environmental History. 12 (2): 237–253. doi:10.1093/envhis/12.2.237. JSTOR 25473065. 
  57. ^ Warren, Bill (1997). Keep Watching the Skies! American Science Fiction Movies of the Fifties. McFarland & Company. hlm. 325–326. 
  58. ^ Thompson, David (2008). 'Have You Seen ... ?' A Personal introduction to 1,000 Films. Knopf. hlm. 97. ISBN 978-0-375-71134-3. 
  59. ^ "Kes (1969)". British Film Institute. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 April 2016. Diakses tanggal 22 April 2016. 
  60. ^ Hearn, Lafcadio (1904). Kwaidan: Stories and Studies of Strange Things. Dover. ISBN 978-0-486-21901-1. 
  61. ^ "Deer". Trees for Life. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 June 2016. Diakses tanggal 23 June 2016. 
  62. ^ Hearn, Lafcadio (1904). Kwaidan: Stories and Studies of Strange Things. Dover. ISBN 978-0-486-21901-1. 
  63. ^ "Butterfly". Encyclopedia of Diderot and D'Alembert. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 August 2016. Diakses tanggal 10 July 2016. 
  64. ^ Hutchins, M., Arthur V. Evans, Rosser W. Garrison and Neil Schlager (Eds) (2003) Grzimek's Animal Life Encyclopedia, 2nd edition. Volume 3, Insects. Gale, 2003.
  65. ^ Ben-Tor, Daphna (1989). Scarabs, A Reflection of Ancient Egypt. Jerusalem. hlm. 8. ISBN 978-965-278-083-6. 
  66. ^ "Insek-kaleidoskoop: Die 'skynheilige' hottentotsgot". Mieliestronk.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 May 2019. Diakses tanggal 9 October 2015. 
  67. ^ Biswas, Soutik. "Why the humble cow is India's most polarising animal". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 November 2016. Diakses tanggal 9 July 2016. 
  68. ^ "Deer". Trees for Life. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 June 2016. Diakses tanggal 23 June 2016. 
  69. ^ Robert Hans van Gulik. Hayagrīva: The Mantrayānic Aspect of Horse-cult in China and Japan. Brill Archive. hlm. 9. 
  70. ^ Grainger, Richard (24 June 2012). "Lion Depiction across Ancient and Modern Religions". ALERT. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 September 2016. Diakses tanggal 6 July 2016. 
  71. ^ Grant, Gilbert S. "Kingdom of Tonga: Safe Haven for Flying Foxes". Batcon.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-08-12. Diakses tanggal 2013-06-24. 
  72. ^ "Aztec Symbols". Aztec-history.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 March 2018. Diakses tanggal 24 June 2013. 
  73. ^ Read, Kay Almere; Gonzalez, Jason J. (2000). Mesoamerican Mythology. Oxford University Press. hlm. 132–134. 
  74. ^ "Artists Inspired by Oaxaca Folklore Myths and Legends". Oaxacanwoodcarving.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 November 2013. Diakses tanggal 24 June 2013. 
  75. ^ Berrin, Katherine & Larco Museum. The Spirit of Ancient Peru:Treasures from the Museo Arqueológico Rafael Larco Herrera. New York: Thames and Hudson, 1997.
  76. ^ Wunn, Ina (January 2000). "Beginning of Religion". Numen. 47 (4): 417–452. doi:10.1163/156852700511612. 
  77. ^ McCone, Kim R. (1987). Meid, W., ed. Hund, Wolf, und Krieger bei den Indogermanen. Studien zum indogermanischen Wortschatz. Innsbruck. hlm. 101–154. 
  78. ^ Harris, Catherine C. "Egypt: The Crocodile God, Sobek". Tour Egypt. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-29. Diakses tanggal 2018-09-08. 
  79. ^ Rodrigues, Hillary. "Vedic Deities | Varuna". Mahavidya. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 January 2018. Diakses tanggal 19 January 2018. 
  80. ^ Bhattacharji, Sukumari (1970). The Indian Theogony: A Comparative Study of Indian Mythology from the Vedas to the Puranas. CUP Archive. hlm. 39. GGKEY:0GBP50CQXWN. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-26. Diakses tanggal 2018-09-08. 
  81. ^ Lau, Theodora, The Handbook of Chinese Horoscopes, pp. 2–8, 30–5, 60–4, 88–94, 118–24, 148–53, 178–84, 208–13, 238–44, 270–78, 306–12, 338–44, Souvenir Press, New York, 2005
  82. ^ "The Zodiac". Western Washington University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 February 2019. Diakses tanggal 12 December 2018. 
  83. ^ Tester, S. Jim (1987). A History of Western Astrology. Boydell & Brewer. hlm. 31–33 and passim. ISBN 978-0-85115-446-6. 
  84. ^   Satu atau lebih kalimat sebelum ini memuat teks dari suatu penerbitan yang sekarang berada dalam ranah publikHerbermann, Charles, ed. (1913). "Animals in Christian Art". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton.