Gempa bumi

getaran permukaan bumi disebabkan pelepasan energi secara tiba-tiba di kerak

Gempa bumi (Inggris: Earthquake) adalah fenomena guncangan yang terjadi pada permukaan bumi. Terdapat beberapa jenis gempa bumi [1]berdasarkan penyebabnya, antara lain adalah gempa bumi tektonik, yang diakibatkan oleh pelepasan energi yang terakumulasi di antara dua atau lebih lempeng bumi yang berdempetan (yang masing-masing selalu bergerak hingga 10 cm per tahunnya); gempa bumi vulkanik, yang diakibatkan oleh aktivitas gunung berapi; gempa bumi runtuhan, yang diakibatkan oleh runtuhan gua atau tambang bawah tanah; dan gempa bumi ledakan yang diakibatkan oleh ledakan yang besar seperti dari bom nuklir.

Gempa bumi dengan skala magnitudo 6,0+ dari tahun 1900 sampai 2017
Gerakan lempengan tektonik global

Gempa bumi memiliki intensitas yang beragam, mulai dari yang sangat lemah sehingga tidak dapat dirasakan, sampai gempa yang cukup kuat yang dapat melontarkan benda dan manusia ke udara, merusak infrastruktur penting, dan menghancurkan satu kota. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer, dan Moment magnitudo adalah skala yang paling umum digunakan.

Dalam pengertian yang paling umum, kata gempa bumi digunakan untuk menggambarkan peristiwa seismik apa pun, baik yang terjadi secara alami maupun yang disebabkan oleh manusia, yang menghasilkan gelombang seismik. Titik awal terjadinya gempa bumi disebut hiposentrum atau fokus. Episentrum adalah titik di permukaan tanah yang berada tepat di atas hiposentrum. Di permukaan bumi, gempa bumi ditunjukkan dengan guncangan dan pergerakan atau gangguan pada tanah. Ketika pusat gempa bumi besar terletak di lepas pantai, dasar laut dapat bergeser cukup jauh sehingga menyebabkan tsunami. Gempa bumi juga dapat memicu tanah longsor.

Aktivitas seismik di suatu daerah adalah frekuensi, jenis, dan ukuran gempa bumi yang dialami dalam kurun waktu tertentu. Seismisitas di lokasi tertentu di Bumi adalah tingkat rata-rata pelepasan energi seismik per satuan volume. Kata tremor digunakan untuk gemuruh seismik non-gempa.

Jenis Gempa Bumi sunting

Berdasarkan Penyebab sunting

  • Gempa Bumi Tektonik
 
Tiga tipe patahan:
A. Strike-slip
B. Normal
C. Terbalik

Gempa bumi tektonik terjadi di mana saja di bumi di tempat yang terdapat energi tekanan elastis yang terakumulasi dengan cukup untuk mendorong perambatan fraktur di sepanjang bidang patahan. Permukaan bumi terdiri dari lempeng-lempeng yang berdekatan antara satu dengan yang lain. Lempeng-lempeng ini selalu mengalami pergerakan yang per tahunnya bisa mencapai 10 cm.[2] Sisi-sisinya hanya dapat bergerak saling melewati satu sama lain secara mulus dan tanpa disertai getaran (aseismik) jika tidak adanya ketidakteraturan atau asperitas di sepanjang permukaan patahan yang meningkatkan hambatan gesekan. Sebagian besar permukaan lempeng memiliki asperitas, yang menyebabkan bentuk perilaku pergesekan yang rapat. Saat patahan terkunci, gerakan relatif yang terus berlangsung di antara lempeng-lempeng akan meningkatkan tekanan dan, oleh karenanya, menyebabkan terakumulasinya energi tegangan di dalam volume di sekitar permukaan patahan. Hal ini terus berlanjut hingga tegangan antara dua atau lebih lempeng yang terjadi mencapai tingkat yang cukup untuk membobol asperitas, yang kemudian menyebabkan terjadinya pergeseran mendadak pada bagian patahan yang terkunci dan melepaskan energi yang terakumulasi.[3] Energi ini dilepaskan sebagai kombinasi gelombang seismik tekanan elastis yang menjalar,[4] pemanasan gesekan pada bidang patahan, dan retakan pada batuan, yang kemudian menyebabkan gempa bumi. Proses akumulasi tekanan[5] dan tegangan secara bertahap yang diselingi oleh guncangan gempa bumi yang terjadi secara tiba-tiba ini dijabarkan pada teori elastic-rebound. Diestimasikan bahwa dari total energi gempa bumi, hanya 10 persen atau kurang yang dipancarkan sebagai energi seismik. Sebagian besar energi dari gempa bumi terpakai untuk menggerakkan perkembangan rekahan gempa atau terkonversi menjadi panas yang dihasilkan oleh gesekan. Karenanya, gempa bumi menurunkan energi potensial elastis yang tersimpan di bumi dan meningkatkan suhu bumi, meskipun perubahan ini dapat dikesampingkan jika dibandingkan dengan aliran panas konduktif dan konvektif yang keluar dari perut bumi.[6]

  • Gempa Bumi Vulkanik (Letusan Gunung Api)

Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus.

Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa Bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut

  • Gempa Bumi Runtuhan

Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan, Gempa Bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.

  • Gempa Bumi Ledakan

Gempa bumi seperti ini dapat terjadi sebagai akibat dari berbagai jenis ledakan yang besar, salah satunya adalah bom nuklir.

Berdasarkan kedalaman sunting

  • Gempa bumi dalam

Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.

  • Gempa bumi menengah

Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.

  • Gempa bumi dangkal

Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

Berdasarkan gelombang/getaran gempa sunting

  • Gelombang Primer

Gelombang primer (gelombang lungituudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7–14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.

  • Gelombang Sekunder

Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4–7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.

Penyebab Terjadinya Gempa Bumi sunting

 
Peta lempeng di dunia

Gempa Bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang disebabkan lempengan yang bergerak ke satu arah atau bisa lebih. Semakin lama itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itulah gempa Bumi akan terjadi.

Pergeseran lempeng bumi dapat mengakibatkan gempa bumi karena dalam peristiwa tersebut disertai dengan pelepasan sejumlah energi yang besar.

Selain pergeseran lempeng Bumi, gerak lempeng Bumi yang saling menjauhi satu sama lain juga dapat mengakibatkan gempa bumi.

Hal tersebut dikarenakan saat dua lempeng bumi bergerak saling menjauh, akan terbentuk lempeng baru di antara keduanya.

Lempeng baru yang terbentuk memiliki berat jenis yang jauh lebih kecil dari berat jenis lempeng yang lama. Lempeng yang baru terbentuk tersebut akan mendapatkan tekanan yang besar dari dua lempeng lama sehingga akan bergerak ke bawah dan menimbulkan pelepasan energi yang juga besar.

Terakhir adalah gerak lempeng yang saling bertumbukan juga dapat mengakibatkan gempa bumi. Pergerakan dua lempeng yang saling mendekat juga berdampak pada terbentuknya gunung.

Seperti yang terjadi pada gunung Everest yang terus tumbuh tingkat gerak lempeng saling bertumpuk. Ilmu Pengetahuan Alam/Kementerian Pendidikan dan Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut.

Gempa Bumi yang paling parah biasanya atasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit. Beberapa gempa bumi juga dapat terjadi dalam gunung berapi.

Frekuensi gempa bumi sunting

 
Gempa bumi dan tsunami di Messina, Italia memakan hingga 120,000 korban jiwa, salah satu bencana terburuk dalam sejarah Eropa.

Diperkirakan sekitar 500.000 gempa bumi terjadi setiap tahunnya, dan dapat dideteksi dengan instrumentasi saat ini. Sekitar 100.000 gempa bumi di antaranya dapat dirasakan. Gempa bumi kecil hampir terus-menerus terjadi di seluruh wilayah didunia seperti di California dan Alaska, serta di El Salvador, Meksiko, Guatemala, Chili, Peru, Indonesia, Filipina, Iran, Pakistan, Kepualauan Azores di Portugal, Turki, Selandia Baru, Yunani, Italia, India, Nepal, dan Jepang.[7]

Gempa bumi berkekuatan 4.0–4.5 magnitudo terjadi setiap tahun, sementara gempa bumi berkekuatan 5.0–5.9 terjadi setiap 200 kali dalam setahun, gempa bumi berkekuatan 6.0–6.9 terjadi 100 kali dalam setahun, gempa bumi berkekuatan 7.0–7.9 terjadi setiap 15 kali dalam setahun, gempa bumi berkekuatan 8.0–8.9 terjadi sekali atau duakali dalam setahun sementara gempa bumi megathrust berkekuatan 9.0+ terjadi sekali dalam 10 hingga 50 tahun.[8]

 
Cincin Api Pasifik
 
Zona Sabuk Alpida

Sebagian besar gempa bumi di dunia 90%, terjadi di zona sepanjang 40.000 kilometer (25.000 mil), yang dikenal sebagai Cincin Api Pasifik. Gempa besar juga cenderung terjadi di sepanjang batas lempeng lainnya, seperti di sepanjang Pegunungan Himalaya yang dikenal sebagai Zona sabuk alpide, zona seisimik paling aktif kedua setelah Cincin api di Pasifik.[9]

 
Tokyo menjadi kota paling rawan gempa di dunia, bahwa ada sekitar 70% kemungkinan, gempa bumi berkekuatan 7.0 terjadi di dekat pusat kota tokyo, dalam 20 tahun mendatang.

Kota-kota besar seperti Mexico City, Tokyo, Jakarta, Manila, Los Angeles, San Francisco, Roma, Istanbul, Delhi dan Teheran memiliki resiko gempa bumi yang sangat tinggi, dengan kerusakan dan jumlah korban yang tak terbatas. Beberapa seismolog memperingatkan bahwa satu gempa bumi saja dapat merenggut nyawa sekitar tiga juta orang, jika terjadi di wilayah kota dengan padat penduduk.[10][11]

Dampak gempa bumi sunting

Guncangan dan pergerakan tanah sunting

 
Struktur bangunan delapan lantai yang fondasinya hancur, setelah diguncang Gempa bumi Kota Meksiko 1985
 
Animasi perbandingan guncangan gempa antara Gempa bumi Kota Meksiko 1985 dan Gempa bumi Puebla 2017

Pergerakan dan pecahnya tanah merupakan dampak utama dari gempa bumi di permukaan bumi, akibat gesekan lempeng tektonik yang menyebabkan kerusakan bangunan atau struktur kaku yang terletak di daerah yang terkena gempa. Kerusakan bangunan tergantung pada: a) intensitas pergerakan; b) jarak antara struktur dan pusat gempa; c) kondisi geologi dan geomorfologi yang memungkinkan perambatan gelombang lebih baik.

likuefaksi sunting

 
Dampak likuefaksi di Balaroa, Palu.

Likuefaksi atau Pencairan tanah terjadi ketika, karena goncangan, material butiran jenuh air (seperti pasir) untuk sementara kehilangan kekuatannya dan berubah dari padat menjadi cair. Likuifaksi tanah dapat menyebabkan struktur kaku, seperti bangunan dan jembatan, miring atau tenggelam ke dalam endapan cair. Misalnya, pada Gempa bumi Alaska tahun 1964, pencairan tanah menyebabkan banyak bangunan tenggelam ke dalam tanah, dan akhirnya runtuh dengan sendirinya.[12]

Longsor sunting

Gempa bumi juga dapat menghasilkan ketidakstabilan lereng yang menyebabkan tanah longsor.

Kebakaran sunting

 
Kebakaran saat Gempa bumi San Francisco 1906.

Gempa bumi juga dapat menyebabkan kebakaran dengan merusak saluran listrik atau saluran pipa gas. Misalnya, pada gempa bumi San Francisco 1906 lebih banyak kematian yang disebabkan oleh api daripada gempa itu sendiri.[13]

Tsunami sunting

 
Tsunami saat Gempa bumi di Samudra Hindia.

Tsunami adalah gelombang laut dengan panjang gelombang dan periode panjang yang dihasilkan oleh pergerakan air dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau tiba-tiba—termasuk saat terjadi gempa bumi di bawah laut. Di lautan terbuka, jarak antara puncak gelombang dapat melebihi 100 kilometer (62 mil), dan periode gelombang dapat bervariasi dari lima menit hingga satu jam. Tsunami semacam itu bergerak dengan kecepatan 600–800 kilometer per jam (373–497 mil per jam), bergantung pada kedalaman air. Gelombang besar yang dihasilkan oleh gempa bumi atau tanah longsor bawah laut dapat menyerbu daerah pesisir terdekat dalam hitungan menit. Tsunami juga dapat menempuh jarak ribuan kilometer melintasi lautan terbuka dan mendatangkan kehancuran di pantai seberang beberapa jam setelah gempa bumi yang menimbulkannya.

Biasanya, gempa subduksi di bawah magnitudo 7,5 tidak menyebabkan tsunami, meskipun beberapa kejadiannya telah tercatat. Sebagian besar tsunami yang merusak disebabkan oleh gempa bumi berkekuatan 7,5 atau lebih.

Banjir sunting

Banjir mungkin efek sekunder dari gempa bumi jika bendungan rusak. Gempa bumi dapat menyebabkan tanah longsor membendung sungai, runtuh dan menyebabkan banjir.

Prediksi sunting

Prediksi gempa adalah cabang ilmu seismologi yang berkaitan dengan spesifikasi waktu, lokasi, dan berapa besarnya gempa bumi di masa depan. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk memprediksi kapan gempa bumi akan terjadi, dalam waktu, dan tempat yang ditentukan. Meskipun banyak upaya yang dilakukan, hingga saat ini gempa bumi belum dapat diprediksi pada hari atau bulan tertentu.

Pada tahun 1970-an, para ilmuwan optimis bahwa metode untuk memprediksi gempa bumi akan segera ditemukan, tetapi pada tahun 1990-an kegagalan terus berlanjut, dan membuat banyak pihak mempertanyakan apakah hal semacam itu bisa dilakukan. Sebagian besar ilmuwan pesimis dan berpendapat bahwa, memprediksi gempa bumi pada dasarnya adalah hal mustahil untuk dilakukan.

Gempa bumi Haicheng 1975 diklaim salah satu gempa bumi yang berhasil diprediksi oleh seismologi, sehingga angka korban kematian berhasil ditekan, sebagian besar kota telah dievakuasi sebelum gempa, dan hanya sedikit korban yang meninggal akibat runtuhnya bangunan.

Zona Gempa sunting

terdapat dua zona gempa besar, keduanya bertempat di pertemuan antara dua lempeng tektonik. Zona pertama melewati Asia pada bagian selatan dan terus ke arah Mediterania sampai ke Afrika Timur. Zona kedua, yang juga disebut cincin api/ring of fire, terletak di sekitar Samudera Pasifik. Melintasi Amerika serikat. Sebagian besar wilayah San Fransisco pada tahun 1906, juga hancur akibat gempa yang melanda pada zona tersebut. bahkan negara Indonesia juga termasuk dalam zona kedua yang terkena dampak gempanya.[14]

Gempa bumi terkuat berdasarkan magnitudo sunting

Abad Jumlah
magnitudo ≥8.5
1501–1600 2
1601–1700 5
1701–1800 9
1801–1900 13
1901–2000 11
2001–sekarang 5
Total 45
 
Chart perbandingan gempa bumi terkuat yang pernah tercatat

Catatan sejarah diketahui tidak lengkap. Gempa bumi yang terjadi di daerah terpencil sebelum munculnya instrumentasi modern pada awal hingga pertengahan 1900-an tidak dilaporkan dengan baik, dan lokasi serta besaran pasti dari peristiwa semacam itu seringkali tidak diketahui. Oleh karena itu, peningkatan nyata dalam frekuensi gempa besar selama beberapa abad terakhir tidak mungkin akurat, dengan interpretasi yang lebih baik bahwa, jika daftarnya lebih lengkap, maka rata-rata selusin atau lebih per abad.

No Tanggal Lokasi Artikel Magnitudo
1 01960-05-2222 Mei 1960   Chili, Valdivia Gempa bumi Valdivia 1960 9.4–9.6
2 01585-06-1111 Juni 1585   Amerika Serikat, Alaska, Kepulauan Aleut Gempa bumi Kepulauan Aleut 1585 9.2
3 01964-03-2727 Maret 1964   Amerika Serikat, Alaska Gempa bumi Alaska 1964 9.2
4 02004-12-2626 Desember 2004   Indonesia, Samudra Hindia, Sumatra Gempa bumi Samudra Hindia 2004 9.1–9.3
5 01730-07-088 Juli 1730   Chili, Valparaíso Gempa bumi Valparaíso 1730 9.1–9.3 [15]
6 02011-03-1111 Maret 2011   Jepang, Samudra Pasifik, Tōhoku Gempa bumi Tōhoku 2011 9.0–9.1[16][17][18]
7 01952-11-044 November 1952   Uni Soviet, Kamchatka (kini Rusia) Gempa bumi Kamchatka 1952 9.0[19]
7 01737-10-1717 Oktober 1737   Uni Soviet, Kamchatka (Kini Rusia) Gempa bumi Kamchatka 1737 9.0[20]
7 01700-01-2626 Januari 1700   Amerika Serikat
  Kanada, Samudra Pasifik
Gempa bumi Cascadia 1700 8.8–9.2 (perkiraan)[21]
7 01833-11-2525 November 1833   Hindia Belanda, Sumatra (Kini Indonesia) Gempa bumi Sumatra 1833 8.8–9.2
8 01906-01-3131 Januari 1906   Ekuador
  Kolombia
Gempa bumi Ekuador-Kolombia 1906 8.8
8 02010-02-2727 Februari 2010   Chili, Concepción Gempa bumi Chili 2010 8.8
8 01837-11-1717 November 1837   Chili, Valdivia Gempa bumi Valdivia 1837 8.8
8 01746-10-2828 Oktober 1746   Peru, Lima Gempa bumi Lima–Callao 1746 8.8
10 01762-04-022 April 1762   British India, (Kini Bangladesh) Gempa bumi Arakan 1762 8.7–8.8
10 01755-11-011 November 1755   Portugal, Lautan Atlantik, Lisbon Gempa bumi Lisboa 1755 8.7[22]
11 01965-02-033 Februari 1965   Amerika Serikat Kepulauan Rat, Alaska Gempa bumi Kepulauan Rat 1965 8.7[23]
11 01950-08-1515 Agustus 1950   Tiongkok, Tibet
  India, Assam
Gempa bumi Assam-Tibet 1950 8.7
12 02005-03-2727 Maret 2005   Indonesia, Sumatra Gempa bumi Sumatra 2005 8.6
13 01946-04-011 April 1946   Amerika Serikat, Alaska, Kepulauan Aleut Gempa bumi Kepulauan Aleut 1946 8.6
14 02012-04-1111 April 2012   Indonesia, Sumatra Gempa bumi Sumatra 2012 8.6
15 01787-03-2828 Maret 1787   Meksiko, Oaxaca Gempa bumi Spanyol Baru 1787 8.6
16 01780-01-2222 Januari 1780   Hindia Belanda, Jawa (Kini Indonesia) Gempa bumi Jawa 1780 8.5
17 01861-02-1616 Februari 1861   Hindia Belanda, Sumatra (Kini Indonesia) Gempa bumi Sumatra 1861 8.5
18 01868-08-1313 Agustus 1868   Peru, Arica Gempa bumi Arica 1868 8.5
19 01896-06-1515 Juni 1896   Jepang, Tōhoku Gempa bumi Sanriku 1896 8.5
20 01922-11-1010 November 1922   Chili, Atacama Gempa bumi Vallenar 1922 8.5
21 01938-02-011 Februari 1938   Hindia Belanda, Laut Banda (Kini Indonesia) Gempa bumi Laut Banda 1938 8.5

Gempa bumi pada abad ke-21 sunting

  • Note: Berikut ini adalah daftar gempa bumi mematikan dari tahun 2000–Sekarang;
    Setidaknya >1,000 korban jiwa
Rank Tanggal Lokasi Artikel Korban Magnitudo
1 02010-01-1212 Januari 2010   Haiti, Port-au-prince Gempa bumi Haiti 2010 220,000–316,000 7.0
2 02004-12-2626 Desember 2004   Indonesia, Sumatra, Samudra Hindia Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 227,898 9.1–9.3
3 02008-05-1212 Mei 2008   Tiongkok, Sichuan Gempa bumi Sichuan 2008 87,587 7.9
4 02005-10-088 Oktober 2005   Pakistan
  India, Kashmir
Gempa bumi Asia Selatan 2005 87,351 7.6
5 02023-02-066 Februari 2023   Turki
  Suriah, Gaziantep
Gempa bumi Turki–Suriah 2023 62,013 7.8
6 02003-12-2626 Desember 2003   Iran, Kerman Gempa bumi Bam 2003 34,000 6.6
7 02001-01-2626 Januari 2001   India, Gujarat Gempa bumi Gujarat 2001 20,026 7.7
8 02011-03-1111 Maret 2011   Jepang, Tōhoku Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011 19,759 9.0–9.1
9 02015-04-2525 April 2015     Nepal Gempa bumi Nepal April 2015 8,964 7.8
10 02006-05-2727 Mei 2006   Indonesia, Yogyakarta Gempa bumi Yogyakarta 2006 5,778 6.4
11 02018-09-2828 September 2018   Indonesia, Sulawesi Tengah Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 2018 4,340 7.5
12 02023-09-088 September 2023   Maroko, Marrakesh-Safi Gempa bumi Maroko 2023 2,960 6.8
13 02010-04-1313 April 2010   Tiongkok, Qinghai Gempa bumi Yushu 2010 2,698 6.9
14 02003-05-2121 Mei 2003   Aljazair, Algiers Gempa bumi Boumerdes 2003 2,226 6.8
15 02021-08-1414 Agustus 2021   Haiti, Les Cayes Gempa bumi Haiti 2021 2,248 7.2
16 02023-10-077 Oktober 2023   Afghanistan, Herat Gempa bumi Herat 2023 1,482 6.3
17 02005-03-2828 Maret 2005   Indonesia, Sumatra Gempa bumi Sumatra 2005 1,314 8.6
18 02022-06-2121 Juni 2022   Afghanistan Gempa bumi Asia Selatan 2022 1,163 6.0
19 02009-09-3030 September 2009   Indonesia, Sumatera Barat Gempa bumi Sumatra Barat 2009 1,115 7.6

Dalam budaya sunting

Mitologi dan agama sunting

Dalam Mitologi Nordik, gempa bumi dijelaskan sebagai perjuangan keras dewa Loki. Ketika Loki, dewa kejahatan dan perselisihan, membunuh Baldr, dewa keindahan dan cahaya, dia dihukum dengan diikat di sebuah gua dengan ular berbisa ditempatkan di atas kepalanya yang meneteskan racun. Istri Loki, Sigyn, berdiri di sampingnya dengan mangkuk untuk menangkap racun, tetapi setiap kali dia harus mengosongkan mangkuk, racun itu menetes ke wajah Loki, memaksanya untuk menyentakkan kepalanya dan meronta-ronta ke ikatannya, yang menyebabkan bumi bergetar.

Dalam mitologi Yunani, Poseidon adalah penyebab dan dewa gempa bumi. Ketika suasana hatinya sedang buruk, dia menghantam tanah dengan trisula, menyebabkan gempa bumi dan bencana lainnya. Dia juga menggunakan gempa bumi untuk menghukum dan menakuti orang-orang sebagai balas dendam.[24]

Dalam mitologi Jepang, Ōnamazu adalah ikan lele raksasa yang menyebabkan gempa bumi. Ōnamazu tinggal di lumpur di bawah bumi dan dijaga oleh dewa Kashima yang menahan ikan dengan batu. Saat Kashima lengah, ōnamazu meronta-ronta, dan menyebabkan gempa bumi yang dahsyat.[25]

Budaya Populer sunting

Dalam budaya populer modern, penggambaran gempa bumi dibentuk oleh kenangan kota-kota besar yang hancur oleh gempa, seperti yang terjadi pada Gempa bumi Kobe tahun 1995, Gempa bumi San Francisco 1906 atau Gempa bumi Kota Meksiko 1985.

Beberapa film fiktif populer yang menggambarkan kehancuran gempa bumi seperti, diperkirakan akan terjadi di Patahan San Andreas California suatu hari nanti, yang digambarkan dalam novel dan film: 2012 (2009) dan San Andreas (2015). Film drama Tiongkok Aftershock (2010) juga terinpirasi dari peristiwa Gempa bumi Tangshan 1976. Dan film drama Indonesia Hafalan Shalat Delisa (2011) yang terinpirasi dari bencana Gempa bumi dan tsunami Aceh tahun 2004

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ ASMANTO, PRIDITA SEKARAYU PUTRI; NOOR CHOLIS IDHAM (2023-01-30). "PERBANDINGAN EFEKTIVITAS MEKANISME EVAKUASI TERHADAP GEMPA BUMI PADA 3 JENIS TOPOGRAFI DESA WISATA". Pawon: Jurnal Arsitektur. 7 (1): 1–20. doi:10.36040/pawon.v7i1.4469. ISSN 2597-7636. 
  2. ^ US Department of Commerce, NOAA. "NWS JetStream Max - World's Major Tectonic Plates". www.weather.gov (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-11. Diakses tanggal 2023-03-11. 
  3. ^ Ohnaka, M. (2013). The Physics of Rock Failure and Earthquakes. Cambridge University Press. hlm. 148. ISBN 978-1-107-35533-0. 
  4. ^ Vassiliou, Marius; Kanamori, Hiroo (1982). "The Energy Release in Earthquakes". Bull. Seismol. Soc. Am. 72: 371–387. 
  5. ^ Narto, Eko; Hasan, Muh; Amanda, Risa Tria (2021-02-25). "ANALISIS AKUMULASI BIAYA PROSES SEBAGAI PENENTU TARGET LABA PADA AYI COLLECTION". Balance Vocation Accounting Journal. 4 (2): 105. doi:10.31000/bvaj.v4i2.4143. ISSN 2580-1074. 
  6. ^ Spence, William; S.A. Sipkin; G.L. Choy (1989). "Measuring the Size of an Earthquake". United States Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-01. Diakses tanggal 2006-11-03. 
  7. ^ "Earthquake Hazards Program". United States Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-13. Diakses tanggal 2006-08-14. 
  8. ^ The 10 biggest earthquakes in history Diarsipkan 2013-09-30 di Wayback Machine., Australian Geographic, March 14, 2011.
  9. ^ "Historic Earthquakes and Earthquake Statistics: Where do earthquakes occur?". United States Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-25. Diakses tanggal 2006-08-14. 
  10. ^ "The 12 Most Earthquake Vulnerable Cities In The World" [12 Kota Paling Rentan Gempa bumi Di Dunia]. World Atlas (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 Januari 2024. 
  11. ^ "Global urban seismic risk Diarsipkan 2011-09-20 di Wayback Machine.." Cooperative Institute for Research in Environmental Science.
  12. ^ "Historic Earthquakes – 1964 Anchorage Earthquake". United States Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-06-23. Diakses tanggal 2008-09-15. 
  13. ^ "The Great 1906 San Francisco earthquake of 1906". United States Geological Survey. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-02-11. Diakses tanggal 2008-09-15. 
  14. ^ Ensiklopedia Pengetahuan Populer. Jakarta: Lentera. 2008. hlm. 143. ISBN 978-979-3535-28-9. 
  15. ^ "Historic World Earthquakes Diarsipkan 2009-11-25 di Wayback Machine.." U.S. Geological Survey, November 23, 2009.
  16. ^ "New USGS number puts Japan quake at 4th largest". CBS News. 14 Maret 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-04-04. Diakses tanggal 15 Maret 2011. 
  17. ^ "Reilly, Michael (March 11, 2011). "Japan's quake updated to magnitude 9.0". New Scientist. Retrieved March 11, 2011". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-03-13. Diakses tanggal 2017-09-09. 
  18. ^ "USGS analysis as of March 12, 2011". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-20. Diakses tanggal 2023-02-26. 
  19. ^ "Historic Earthquakes – Kamchatka Diarsipkan 2009-08-25 di Wayback Machine.." U.S. Geological Survey, October 26, 2009.
  20. ^ V.K. Gusiakov (2000). "Two great kamchatka tsunamis, 1737 and 1952" (PDF). Institute of Computational Mathematics and Mathematical Geophysics, Siberian Division, Russian Academy of Sciences: IUGG Tsunami Commission. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 9 July 2021. Diakses tanggal 8 July 2021. 
  21. ^ Atwater, B.F. (2005). "The Orphan Tsunami of 1700" (PDF). Professional Paper 1707. USGS. hlm. 98. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-11-12. Diakses tanggal March 13, 2011. 
  22. ^ "Historic Earthquakes – Lisbon, Portugal Diarsipkan 2013-03-07 di Wayback Machine.." U.S. Geological Survey, October 26, 2009.
  23. ^ Beck, Susan L.; Christensen, Douglas H. (1991). "Rupture process of the February 4, 1965, Rat Islands Earthquake". Journal of Geophysical Research. 96 (B2): 2205. Bibcode:1991JGR....96.2205B. doi:10.1029/90JB02092. 
  24. ^ George E. Dimock (1990). The Unity of the Odyssey. Univ of Massachusetts Press. hlm. 179–. ISBN 978-0-87023-721-8. 
  25. ^ "Namazu". World History Encyclopedia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-23. Diakses tanggal 2017-07-23. 

Pranala luar sunting