Pertempuran Yarmuk
Pertempuran Yarmuk (Arab: معركة اليرموك) adalah perang antara Muslim Arab dan Kekaisaran Romawi pada tahun 636. Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena dia menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen. Pertempuran ini merupakan salah satu kemenangan Khalid bin Walid yang paling gemilang, dan memperkuat reputasinya sebagai salah satu komandan militer dan kavaleri paling brilian di zaman Pertengahan. Pertempuran ini terjadi pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, khalifah Rasyidin kedua.[12]
Pertempuran Yarmuk | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Peperangan Romawi Timur-Arab, Penaklukan Islam di Suriah | |||||||||
![]() | |||||||||
| |||||||||
Pihak terlibat | |||||||||
![]() |
![]() Kerajaan Ghassaniyah Bani Tanukh | ||||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||||
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() | ||||||||
Kekuatan | |||||||||
20,000 - 150,000 (sumber asli)[5][6] |
7,500 - 40,000 (sumber asli)[8] | ||||||||
Korban | |||||||||
45% terbunuh 70,000 - 120,000 terbunuh (sumber asli)[11] | 4,000 terbunuh[9] |
Pertempuran ini terjadi empat tahun setelah Nabi Muhammad meninggal pada 632. Dia dilanjutkan oleh khalifah pertama, Abu Bakar, yang mencoba membawa seluruh bangsa yang bertutur bahasa Arab di bawah kendali Kaum Muslimin. Pada 633 pasukan Muslim menyerang Suriah, dan setelah berbagai penghadangan dan pertempuran kecil berhasil merebut Damaskus pada 635. Kaisar Romawi Timur, Heraclius mengatur sebuah pasukan sekitar 40.000 orang setelah mengetahui lepasnya Damaskus dan Emesa. Pergerakan pasukan Romawi Timur yang besar ini, menyebabkan Kaum Muslimin di bawah Khalid ibn Walid meninggalkan kota-kota, dan mundur ke selatan menuju Sungai Yarmuk, sebuah penyumbang Sungai Yordan.
Sebagian pasukan Romawi Timur di bawah Theodore Sacellarius dikalahkan di luar Emesa. Muslim di bawah Khalid ibn Walid bertemu komandan Romawi Timur lainnya, Baänes di lembah Sungai Yarmuk pada akhir Juli. Baänes hanya memiliki infantri untuk melawan kavaleri ringan Arab, karena Theodor telah mengambil kebanyakan kavaleri bersamanya. Setelah sebulan pertempuran kecil-kecilan, tanpa aksi yang menentukan, kedua pasukan akhirnya berkonfrontasi pada 20 Agustus.
Pengerahan Pasukan
suntingSebagian besar catatan awal menempatkan jumlah pasukan Muslim antara 36.000 dan 40.000 dan jumlah pasukan Bizantium antara 60.000 dan 70.000 (Jumlah ini telah diperkirakan dengan mempertimbangkan situasi logistik Kekaisaran dan dengan pandangan bahwa mereka tidak akan pernah bisa dikumpulkan ketika Kekaisaran berada di puncaknya tetapi terutama tidak dengan wilayah yang sangat lemah dan kelelahan pada tahun 628 dan seterusnya). Perkiraan modern untuk ukuran masing-masing pasukan bervariasi: beberapa perkiraan untuk tentara Bizantium adalah antara 80.000 dan 150.000, sedangkan perkiraan lainnya adalah 15.000 hingga 20.000. Perkiraan tentara Rashidun adalah antara 25.000 dan 40.000. Catatan asli sebagian besar berasal dari sumber-sumber Arab, umumnya setuju bahwa tentara Bizantium dan sekutunya melebihi jumlah Muslim Arab dengan 2 banding 1. Satu-satunya sumber Bizantium awal adalah Theophanes, yang menulis seabad kemudian. Kisah pertempuran itu bervariasi, beberapa menyatakan itu berlangsung sehari, yang lain lebih dari sehari.
Sebuah pertempuran yang menentukan nasib masa depan masing-masing panji. Panji Bizantium yang diusung Theodorus memiliki sebuah rencana strategi tempur sebagai berikut :
- Qanateer (Qanatir) akan bergerak sepanjang jalur pantai menuju Beirut, kemudian mendekati Damaskus dari arah Barat dan mencegat pasukan Abu Ubaidah.
- Jabalah membawa pasukannya dari Aleppo (Halab), menuju Emessa (Hims) melalui Hama dan menggempur pasukan muslim di daerah Emessa. Pasukan ini yang kemungkinan pertama bertempur.
- Dairjan bergerak pada jalur antara pantai dan Aleppo kemudian mendekati Emessa dari arah barat. Berikutnya menyerang pasukan muslimin dari samping saat sedang bertempur dengan Jabalah.
- Gregory membantu menyerang ke Emessa dari arah Timur Laut dan menyerang dari sisi kanan bersamaan dengan serangan Dairjan.
- Mahan (Vahan) membantu pasukan Jabalah dari arah belakang dan menjadi pasukan cadangan.[13]
Pada pertengahan Juni 636 M, parade tempur Bizantium bergerak dari Antiokia, namun tercium oleh intelijen muslimin yang tersebar di seluruh daratan Suriah. Khalid segera meminta pasukan muslimin untuk mundur dan bergabung sehingga menjadi lebih kuat. Ia menyarankan pada Abu Ubaidah untuk mundur ke selatan meninggalkan daerah teritorinya menuju Jabbiya serta mengembalikkan Jizyah yang diberikan oleh rakyat yang baru dikuasai. Sebuah sikap belas kasih dan pemurah yang jarang dimiliki oleh para penakluk.
Saat Jabalah tiba di Emessa, ia tidak menemukan seorang Muslimin disana. Qanater pun memasuki Damaskus tanpa tersisa seorang pasukan Muslimin. Semua mundur ke selatan. Gerakan Muslimin begitu cepat sehingga tidak terdeteksi oleh musuh.
Pada pertengahan Juli 636 M, situasi mulai kritis, Abu Ubaidah sangat cemas memikirkan kondisi terburuk yang mungkin menimpa Muslimin mengingat begitu besarnya kekuatan yang dihimpun Bizantium. Melalui rapat dewan perang, berbagai pendapat dilontarakan para komandan Muslimin. Ada mengusulkan mundur kembali ke Arabia. Ada yang bersemangat untuk terus berperang dan yakin diberi kemenangan oleh Allah. Abu Ubaidah menoleh kepada Khalid yang diam sedari awal.[13]
“Wahai Abu Sulaiman, apa pendapatmu?”
“Apa yang mereka kemukakan baik, aku punya pandangan berbeda namun tidak bertentangan dengan mereka.”
“Bicaralah, kami akan mengikutimu.”
“Wahai Jendral, ketahuilah, jika engkau tetap disini (Jabiya), engkau akan membantu musuh untuk menghancurkanmu. Di Caesarea tidak jauh dari Jabiya, ada 40.000 pasukan Romawi pimpinan Konstantin, putra Heraklius. Aku menyarankanmu, untuk bergerak ke pedataran Yarmuk dan menempatkan Azra di belakangmu. Ini akan memudahkan Khalifah untuk mengirim pasukan bantuan, dan di daerah pedataran, memudahkan kita dalam mobilisasi kavaleri.”
Pasukan muslimin bergerak menuju Yarmuk dan terjadi pertempuran kecil antar kavaleri (pasukan berkuda) kedua belah pihak. Khalid menjaga barisan belakang Muslimin yang melakukan mobilisasi ke selatan. Setelah tiba di Yarmuk, Abu Ubaidah menetapkan garis markas pada bagian timur Yarmuk dan disinilah Abu Ubaidah bergabung dengan pasukan Amru bin Ash, Syurahbil dan Yazid. Beberapa hari berikutnya pasukan Jabalah datang dan membuat markas di sebelah utara Wadi ar-Raqad.[12]
Heraklius memerintahkan Mahan, untuk tidak memulai perang sampai dilakukan negoisasi dan diperoleh kesepakatan damai. Mahan mengutus Gregory untuk bernegoisasi dengan pemimpin muslimin, Abu Ubaidah, tetapi gagal. Kelak Gregory masuk Islam setelah berdialog dengan Khalid dalam salah satu episode Perang Yarmuk. Terakhir, Jabalah yang berdarah Arab dikirim, tetapi tetap gagal.
Mahan kemudian mengirim Jabalah dengan sejumlah pasukan besar untuk menjajal kekuatan Muslimin sekaligus sebagai bentuk gertakkan terhadap Muslimin. Majulah Jabalah dengan kavalerinya mendekati barisan infantri Muslimin yang bersiap-siap bertahan. Tiba-tiba datanglah Khalid dengan kavalerinya sehingga terjadi bentrokan yang berlangsung singkat, dimana Jabalah kembali mundur menghadap Mahan dan melaporkan bahwa pertempuran akan berlangsung sengit nantinya.
Pertempuran
suntingMenurut sumber Muslim, datanglah pertolongan Allah. kepada tentara Islam dengan berhembusnya angin selatan yang kuat meniup awan debu ke wajah prajurit Romawi Timur, kejadian ini sama persis seperti yang terjadi pada pasukan persia dalam pertempuran Qadisiyyah. Prajurit menjadi lesu di bawah panas matahari Agustus. Meskipun begitu Khalid terdorong mundur, tetapi meskipun jumlah pasukannya hanya setengah prajurit Romawi Timur, mereka lebih bersatu daripada pasukan multinasional Tentara Kekaisaran yang terdiri dari orang Armenia, Slavia, Ghassaniyah dan juga pasukan Romawi Timur biasa.
Menurut beberapa sumber, Kaum Muslimin berhasil memengaruhi unsur-unsur di pasukan Romawi Timur untuk beralih sisi, tugas ini dipermudah oleh kenyataan bahwa Kristen Arab, Ghassaniyah, belum dibayar selama beberap bulan dan yang Kristen Monofisitnya ditekan oleh Ortodoks Romawi Timur. Sekitar 12.000 Arab Ghassaniyah membelot. Kemajuan pasukan Kristen di sisi kanan, menuju kamp berisi wanita Arab dan keluarganya, akhirnya diusir dengan bantuan dari beberapa wanita Arab. Dan memperbaharui serangan-balik. Prajurit Baänes berhasil dipukul mundur hingga ke sebuah jurang terjal. Sebagai hasilnya, seluruh Suriah terbuka bagi Kaum Muslimin. Damaskus direbut kembali oleh Kaum Muslimin dalam waktu sebulan, dan Yerusalem jatuh tidak lama kemudian.
Pengaturan Formasi Tempur
suntingPerang pun tak terhindarkan. Mahan membagi pasukannya dalam 4 satuan regular yang menyebar dari Yarmuk sampai daerah selatan perbukitan Jabiya sepanjang 18 mil. Sayap kanan dipimpin oleh Gregory, sayap kiri oleh Qanateer dan pasukan tengah tersusun oleh satuan Dairjan dan pimpinan satuan Mahan sendiri. Pasukan kavaleri dibagi pada semua satuan, dimana pasukan infantri pada barisan depan dan pasukan kavaleri bagian belakang sebagai cadangan. Barisan terdepan terdiri dari pasukan Jabalah dengan kekuatan kuda dan untanya.
Khusus pasukan Gregory, ia menggunakan rantai yang mengikat antar pasukannya untuk meredam serangan kavaleri persis dengan taktik Hurmuz dalam Perang Rantai di Irak. Sejumlah 30.000 pasukan Bizantium dipimpin dimana rantai-rantainya mengikat tiap 10 orang.[14]
Khalid sang penakluk Irak, memimpin rapat dewan perang. Ia membagi pasukannya menjadi satuan infantri dan kavaleri. Jumlah kavalerinya hanya seperempat dari seluruh pasukan. Kemudian ia membagi seluruhnya menjadi 36 resimen infantri dan 4 resimen kavaleri serta pasukan khusus dinamis (mobile guard) sebagai cadangan. Pasukan tengah dipimpin Abu Ubaidah (bagian kiri) dan Syurahbil (bagian kanan). Sayap kiri dipimpin Yazid dan sayap kanan dipimpin Amru bin Ash, sehingga terbagi menjadi 4 batalion.
Barisan sayap kanan dan kiri membawahi 1 resimen kavaleri yang digunakan sebagai counter-attack atas tekanan Bizantium. Di belakang barisan tengah disiapkan 1 resimen kavaleri cadangan dan mobile guard di bawah komando Khalid langsung. Jika Khalid sibuk memimpin pertempuran, maka mobile guard dipimpin Dhirar. Tiap-tiap batalion terdiri dari 9 resimen infantri. Pembagian resimen dibagi berdasarkan kesukuan, sehingga member motivasi khusus bagi tiap-tiap resimen untuk menunjukkan kemampuannya.[13]
Selama satu bulan lamanya tidak terjadi pertempuran antara kedua belah pihak selain hanya saling menunggu. Pasukan Muslimin tidak mau gegabah melakukan serangan karena jumlahnya musuh yang terlampau besar. Sementara pihak Bizantium juga belum memiliki keberanian besar untuk lebih dulu menyerang Muslimin. Masa senggang ini justru membantu kekuatan Abu Ubdaiah dengan datangnya 6.000 pasukan baru yang datang dari Yaman. Ratusan sahabat Nabi juga tidak mau ketinggalan dalam ajang perang hidup mati yang menentukan nasib Islam ke depan. Terdapat di dalam pasukan baru tersebut seperti Zubair bin Awwam, Abu Sufyan dan istrinya, Hindun. Akhirnya, pada pekan ketiga Agustus 636 M, Perang Yarmuk mengguncang Timur Tengah, goncangan yang bergetar sampai pedataran Eropa, Afrika, bahkan Asia pada dekade berikutnya. Perang yang direkam oleh seluruh sejarawan dan menjadi salah satu referensi strategi perang bagi Jendral- jendral saat ini. Menjelang perang bergema, Mahan kembali mengundang muslimin untuk negoisasi, dan Abu Ubaidah mengutus Khalid .
“Kami mengetahui, bahwa yang mendorong kalian keluar dari negeri kalian tak lain hanyalah kelaparan dan kesulitan. Jika kalian setuju, saya beri masing-masing kalian 10 dinar lengkap dengan pakaian dan makanan, asalkan kalian pulang kembali ke negeri kalian. Di tahun yang akan datang saya kirimkan sebanyak itu pula…!” tawar Mahan.[14] “Sebenarnya, yang mendorong kami keluar dari negeri kami, bukan karena lapar seperti yang anda sebutkan tadi, tetapi kami adalah satu bangsa yang biasa minum darah. Dan kami tahu benar, bahwa tak ada darah yang lebih manis dan lebih baik dari darah orang-orang Romawi, karena itulah kami datang!” jawab Khalid tegas menakuti musuh.
Selama satu hari penuh kedua belah pihak kembali mengatur posisi dan formasi. Masing-masing pihak berupaya membangun semangat dan doa mengharap kemenangan dari Allah. Para mujahidin memanjatkan impian untuk memperolah mati syahid atau kemuliaan. Sementara pasukan Kristen juga tidak ketinggalan meminta pertolongan pada patung Yesusnya. Mereka juga bersumpah untuk bertempur sampai mati dan tidak lari pertempuran.
Hari Ke-1
suntingMedan arena Yarmuk hening selama lebih satu jam, dimana belum ada pihak yang mengambil inisiatif untuk menyerang duluan. Tiba-tiba keluar seorang komandan Bizantium yang bernama Georgius menuju barisan Muslimin dan minta bertemu dengan Khalid. Ia berdialog dan bersyahadat di hadapan Khalid.[12]
Episode duel menjadi genderang pembuka Perang Yarmuk sebagaimana pertempuran sebelumnya. Beberapa jagoan Bizantium maju menghadapi jagoan Muslimin. Beruntung, jagoan Muslimin berhasil menumbangkan begitu banyak jagoan-jagoan Bizantium.
Abdurrahman bin Abu Bakar menjadi jawara terbaik dengan kehebatannya membunuh lima jago perangnya Bizantium. Mahan mulai khawatir moral pasukannya menurun karena melihat kehebatan dan terampilnya personil Muslimin dalam bertempur. Ia lalu mengumumkan serangan umum saat matahari berada di puncak langit.[14]
Mahan melakukan serangan terbatas sekedar untuk menjajal dan mengetahui kekuatan dan strategi pasukan muslimin, dan jika memungkinkan, ia akan melakukan tekanan kuat pada bagian terlemah muslimin. Majulah barisan infantri Bizantium yang berjalan perlahan-lahan menuju barisan Muslimin. Saat mereka berada dalam jarak jangkauan panah, Khalid memerintahkan untuk menghujani mereka dengan panah. Saat jarak kedua pasukan semakin kecil, Muslimin mulai menghunuskan pedangnya.
Bentrokan pun tak terhindarkan. Sayangnya banyak pasukan Bizantium tidak memiliki kemampuan tinggi dalam melakukan serangan sebagaimana gempuran muslimin yang berpengalaman dalam kancah tempur sebelumnya. Ada barisan yang bertempur sangat keras dan ada barisan front yang tidak terlalu intensif bergesekan antar pasukan. Saat matahari terbenam, pertempuran usai dan masing-masing kembali ke perkemahannya. Pasukan Bizantium menderita lebih banyak daripada muslimin.[13]
Hari Ke-2
suntingMahan, melalui rapat dewan perang di malam hari, memutuskan untuk menyerang Muslimin di waktu fajar, saat pasukan muslimin diperkirakan tidak siap tempur. Dalam kegelapan malam, beberapa jam lamanya Mahan mempersiapkan serangan. Taktik yang disusunnya yaitu menghantam pasukan tengah muslimin dengan pasukan tengah, begitu pula pasukan sayap muslimin dengan pasukan sayapnya, kemudian menggiring tekanan ke arah tengah. Untuk mengamati jalannya pertempuran, ia membangun menara besar di belakang sayap kanan pasukan dan dijaga oleh 2.000 bodyguard dari Armenia.[13]
Saat masuk waktu fajar, pasukan Bizantium langsung menyerbu muslimin yang memang dalam kondisi tidak siap. Namun Khalid telah menyiapkan pasukan penjaga di garis depan sepanjang malam. Pasukan ini menahan singkat gempuran mendadak dari musuh, tetapi memberi waktu bagi pasukan utama untuk mempersiapkan diri. Matahari belum lagi memancarkan sinarnya saat benturan dua gunung sudah mengguncang bumi. Bizantium melancarkan serangan untuk menjepit pasukan tengah, terjadi pertempuran yang seimbang dan tidak terlalu keras di bagian tengah.
Namun di sayap kanan, pasukan Bizantium di bawah komando Pangeran Qanater menghantam keras pasukan infantri sayap kanan muslimin pimpinan Amru bin Ash sehingga tertekan mundur ke belakang. Amru berhasil memukul balik musuh, tetapi Qanater segera mengganti pasukannya yang masih segar. Amru berhasil untuk kedua kalinya memukul lawan. Saat pasukan Qanater maju dengan kekuatan barunya (baris ketiga), pasukan Muslimin sudah letih sehingga tertekan dan mundur perlahan-lahan akibat desakan Bizantium.
Amru meminta bantuan dari 2.000 kavaleri Mobile Guard. Setelah berhasil menahan sesaat serangan musuh, mereka pun terpukul mundur. Beberapa pasukan infantri Amru lari ke belakang yang sudah begitu dekat dengan markas. Namun tiba-tiba saja mereka dihadang oleh para muslimah dan mujahidah dengan tiang tenda tajam dan lemparan batu.
“Semoga Allah mengutuk mereka yang lari dari musuh!” teriak seorang muslimah. “Engkau bukan suamiku jika engkau tidak bisa menyelamatkan kami dari orang-orang kafir!” [14]
Merasa malu mendapat celaan dan takut akan murka Allah, beberapa pasukan yang mundur, kembali maju ke depan. Amru bin Ash kemudian melancarkan counter attack yang kedua dengan infantri dan kavalerinya.
Pada bagian sayap kiri, pertempuran tidak kalah keras, pasukan Gregory bertemu dengan Yazid. Pasukan rantai Gregory bergerak lambat namun solid sehingga menekan pasukan muslimin. Yazid mengerahkan kavaleri kudanya, tetapi tidak bisa membalas tekanan Bizantium. Beberapa barisan Muslimin pun mulai koyak sehingga ada yang lari ke belakang.
Rencana Mahan berhasil, pasukan tengah terjepit dan tertekan ke belakang, begitu pula pasukan sayap muslimin. Namun belum berhasil menceraiberaikan pasukan pimpinan Khalid ra. itu. Di pertengahan hari, Khalid memutuskan menggunakan mobile guard-nya dan kavaleri cadangan untuk membalas tekanan musuh serta untuk menstabilkan situasi.
Khalid bergerak ke sayap kanan bersama mobile guard dan kavaleri cadangan sayap kanan untuk menyerang sisi pasukan Qanater, pada saat yang sama, Amru bin Ash membalas serangan dari barisan depan. Diserbu dari dua arah terus menerus, membuat pasukan yang terdiri dari orang Slavia ini mundur ke tempat awalnya semula. Amru bin Ash kembali mengambil alih panggung sayap kanan dan menata ulang pasukannya untuk ronde berikutnya.[12]
Tidak sedikit yang lari dari medan pertempuran. Seorang penunggang kuda dari satuan Yazid yang pertama tiba di belakang (markas) adalah Abu Sofyan. Ia disambut pasukan wanita yang dipimpin Hindun (istrinya) dan Khaulah. Mereka juga meneteng tiang tenda dan bebatuan.
“Mau kemana putra Harb? Kembalilah bertempur dan tunjukkan keberanianmu, dengan begitu semoga engkau mendapat ampunan Allah karena memiliki dosa melawan Rasulullah!” sergah Hindun sambil memukulkan tongkatnya ke kepala kuda suaminya, Abu Sofyan.[14]
Pasukan wanita lainnya juga menyindir dan menyemangati kembali pasukan yang mundur sehingga kembali ke depan barisan. Bahkan ada beberapa mujahidah yang maju ke depan dengan kuda dan berhasil membunuh pasukan Bizantium dengan pedangnya.
Khalid kemudian bergerak ke arah sayap kiri, bersama Yazid membalas tekanan pasukan Gregory. Khalid ra. juga menggerakkan satu resimen kavaleri pimpinan Dhirar untuk menghantam barisan depan pimpinan Dairjan (bagian kanan dari barisan tengah) sehingga mundur ke belakang. Khalid ra. lalu menerjang pasukan Gregory dengan mobile guard-nya, menyebabkan barisan Gregory mundur, tetapi bergerak lambat karena adanya rantai yang mengikat antar pasukannya.[14]
Situasi kritis justru melanda pasukan Bizantium, Dhirar berhasil menghancurkan barisan Dairjan bahkan membunuhnya. Saat matahari terbenam, pertempuran pasukan tengah sudah mereda, dan Bizantium kembali mundur seperti pada posisinya di pagi hari. Bizantium juga kembali mengalami kerugian besar seperti di hari pertama, ditambah moral pasukan yang mulai menurun. Di barisan Muslimin, hanya satuan Amru yang merasakan pertarungan terberat.
Para muslimah pada malam harinya kembali mengobati luka-luka yang diderita para pasukan muslimin. Semangat mereka berkobar karena para muslimin berhasil memukul mundur pasukan musuh yang lebih besar jumlahnya. Di pihak Bizantium, mereka menderita kerugian besar dimana ribuan pasukannya tewas termasuk salah seorang jendral elite-nya, Dairjan. Mahan lantas menunjuk Qaren sebagai pengganti Dairjan.[12]
Hari Ke-3
suntingSetelah kegagalan rencana tempurnya yang terlalu ambisius serta kematian komandan seniornya, Mahan mencoba taktik yang lebih realistis. Yakni menghantam daerah antara barisan tengah dan sisi kanan pasukan muslimin yang nampak lemah berdasarkan pengalaman sebelumnya. Qanater memimpin penyerangan ini. Pertempuran pun dimulai dengan benturan antara Bizantium dengan Amru bin Ash dan Syurahbil.
Medan pertempuran terkeras dialami kembali oleh Amru. Jumlah pasukan musuh yang besar sementara pasukan Muslimin mulai keletihan karena tidak memiliki pasukan cadangan yang cukup untuk mengganti pasukan yang terlukan dan kecapaian. Beberapa front mulai koyak akibat serangan pasukan Qanater. Tak ayal sebagian Muslimin mundur lari ke belakang, dan lagi-lagi mereka berhadapan dengan para muslimah, sehingga terpaksa mereka kembali lagi ke depan.
“Lebih mudah menghadapi orang-orang romawi daripada wanita kita!”[14] celetuk seorang prajurit Muslimin.
Seorang muslimah menghampiri Khalid dan menyarankannya untuk segera membantu pasukan Amru. Sang panglima Khalid segera mengirimkan mobile guard-nya memukul sisi kanan pasukan Qanater yang merupakan pasukan tengah bagian kanan Bizantium. Pada saat yang sama Amru juga melancarkan serangan balasan kavalerinya dengan memukul sisi kiri Qanater. Sementara Syurahbil memukul balik dari garis depan. Benturan keras terjadi antar kedua pihak. Qanater pun kelabakan digerus dari berbagai sisi sehingga ketika masuk waktu sore, ia terpaksa mundur kembali pada posisi awalnya seperti di pagi hari. Pertempuran usai saat matahari terbenam. Ribuan pasukan Bizantium tewas di hari ketiga, sedangkan pasukan Muslimin hanya kehilangan ratusan petarung. Pada malam harinya, Khalid dan Abu Ubaidah berjalan mengunjungi setiap satuan tempurnya dengan memberi semangat terhadap mereka yang terluka.
Hari Ke-4
suntingPada hari keempat intensitas pertempuran meningkat. Mahan merencanakan pertempuran pada hari keempat sebagai pertempuran yang menentukan. Khalid pun berpikir serupa, ia melihat hari itu sebagai titik kritis.
Walaupun pasukan Muslimin keletihan dibanding Bizantium, namun semangat dan moral mereka jauh melebihi pasukan musuh. Pasukan Bizantium mengulang taktik perang seperti hari sebelumnya, menghantam sayap kanan muslimin. Taktik ini sudah dibaca oleh Khalid sehingga sebelum perang berkecamuk, ia sudah menempatkan pasukan kuat untuk mendukung pertahanan Amru.[13]
Qanater kembali bertemu dengan Amru bin Ash dan Syurahbil. Pasukan Amru bin Ash sempat memukul mundur Qanater namun tidak terlalu berhasil sehingga ia harus menahan keras gebrakan musuh. Sementara Syurahbil kerepotan ditekan Bizantium Armenia yang dibantu pasukan Kristen Arab Jabalah. Akibatnya, pasukan Syurhabil terpukul mundur nyaris mendekati markasnya.
Khalid, seperti biasa, mengerahkan mobile guard-nya untuk merobek tekanan Bizantium pada Syurahbil. Khalid memecah mobile group-nya menjadi dua. Grup 1 dipercayakan kepada Qais bin Khubaira untuk memukul sisi kanan Bizantium, dan grup satunya lagi tetap ia pegang untuk memukul sisi kiri Bizantium yang menekan Syurahbil. Majulah pasukan muslimin dari sisi kiri Qais, dari tengah Syurahbil, dan Khalid dari kanan. Pasukan Bizantium terpukul mundur dimana pada siang hari mereka kembali pada posisi semula.[14]
Sementara pertempuran terus berlangsung di daerah kanan muslimin, pada bagian kiri, Yazid dan Abu Ubaidah juga berjuang memukul Bizantium. Pasukan sayap kiri muslimin mengalami pertempuran berimbang dengan pasukan Gragory, tetapi banyak muslimin yang menjadi korban serangan panah Bizantium sehingga banyak yang buta. Ribuan pemanah Bizantium yang berbaris di belakang infantri, menghujani ribuan panah ke arah muslim sehingga begitu banyak terluka. Begitu banyaknya panah yang melayang di udara, sampai-sampai cahaya matahari seolah meredup seketika. Lebih 500 Muslimin kehilangan matanya karena terkena mata panah sehingga pertempuran pada hari keempat dikenal juga sebagai Hari Kehilangan Mata.[12]
Pasukan pimpinan Yazid dan Abu Ubaidah mundur untuk mengorganisir pasukan dan menghindari jangkauan panah musuh. Kesempatan emas ini tidak disia-siakan Mahan untuk menyerang lebih ganas ke arah Muslimin sehingga pertempuran keras terus berkobar. Akibatnya Muslimin terpukul mundur lagi, tetapi tidak bagi Ikrimah bin Abu Jahal yang berada disisi kiri satuan Abu Ubaidah.
Ikrimah bersama 400 muslimin bersumpah untuk mati syahid dan maju memburu syahid ke dalam gelombang pasukan Bizantium. Setelah membunuh lebih dari 400 pasukan Bizantium, mereka pun syahid termasuk Ikrimah dan anaknya Amru. Jika ayah Ikrimah, Abu Jahal yang dikenal musuh yang getol meresahkan kaum muslimin saat di Mekah, maka anaknya, Ikrimah justru mati menjadi pembela Islam.[14]
Situasi kritis yang menimpa satuan Abu Ubaidah dan Yazid tidak membuat mereka patah arang dan lari dari medan tempur. Para muslimah yang berjaga di belakang lantas berinisiatif untuk membantu petarung muslimin dan saudaranya di front terdepan. Beberapa yang bahkan ikut bertempur di barisan terdepan seperti Khaulah, Ummu Hakim dan lainnya. Mereka bertempur tanpa komando, kesadaran dan tekad mereka untuk bertempur berhasil menumbangkan beberapa orang Bizantium.
Saat senja bertandang, pertempuran pun usai, semua pasukan kembali baraknya masing-masing. Jumlah pasukan yang mati di kedua belah pihak semakin bertambah dari hari sebelumnya. Pasukan Muslimin yang terluka bahkan jauh lebih banyak dari yang sehat tanpa luka. Khalid pada hari itu merasakan luka yang mendalam atas syahidnya Ikrimah yang merupakan teman kecilnya dulu. Pertempuran hari itu menjadi perang yang paling keras dimana Bizantium hampir mencapai kemenangan, dan Khalid sangat tahu makna dibaliknya, masa kritis telah lewat.[13]
Malam itu berjalan dengan tenang dan damai. Pasukan Muslimin sangat keletihan begitu banyak terluka. Abu Ubaidah, pimpinan tertinggi, biasanya memerintahkan komandannya untuk melakukan pengecekan pada penjaga pos terdepan. Namun pada malam itu ia menyadari semua komandannya keletihan sehingga ia sendiri, dengan menahan rasa letihnya yang amat sangat, pergi melakukan patrol sendiri ke pasukan-pasukan penjaga pos terdepan. Inilah teladan dari seorang pemimpin yang benar-benar kepercayaan umat seperti kata Muhammad.[12]
Hari Ke-5
suntingPada awal hari kelima, kedua pasukan membentuk formasi tempur seperti biasanya. Sebagian besar pasukan Muslimin sulit untuk berdiri tegak, bahkan ada yang sulit berdiri karena luka-luka. Kedua belah pihak membentuk barisan siap perang, tetapi tidak ada yang maju. Setelah lebih 2 jam berdiri, perang belum juga bergema. Tiba-tiba seseorang muncul dari tengah barisan Bizantium, utusan Mahan datang untuk menawarkan gencatan senjata dalam beberapa hari ke depan guna membicarakan kesepakatan perdamaian. Mahan berharap bisa bernegoisasi kembali dengan pasukan muslimin.
Abu Ubaidah menerima dan menyetujui utusan itu, namun Khalid menginterupsi dan menolak tawaran Bizantium dengan mengatakan,
“Kita akan menyelesaikan urusan ini segera!”[14]
Hari itu merupakan hari istirahat dari pertempuran yang berlangsung hebat beberapa hari sebelumnya. Khalid mengetahui bahwa Bizantium sudah tidak memiliki semangat bertempur lagi. Jika sebelumnya pasukan muslimin hanya menggunakan strategi bertahan, maka kali ini Khalid mengubahnya menjadi strategi ofensif sebagai serangan balasan. Ia menyiapkan pasukan muslimin untuk itu. Semua pasukan kavaleri dijadikan satu grup bersama mobile guard untuk melakukan serangan penuh. Semuanya berjumlah 8.000 ksatria tempur berkuda yang akan melakukan tekanan penuh pada hari berikutnya.
Khalid merancang taktik besar. Ia akan mengerahkan kavalerinya untuk menghantam seluruh kavaleri Bizantium dan mengusirnya dari arena pertempuran. Sehingga Bizantium hanya memiliki pasukan infantri tanpa dukungan dan pertolongan kavaleri. Setelah itu ia akan menggerus pasukan infantri Bizantium dari sisi kiri dan belakang hingga tamatlah pasukan Romawi Bizantium.
Hari Ke-6
suntingSinar matahari merekah di ufuk timur saat kedua pasukan telah berhadap-hadapan untuk saling menghancurkan. Bendera Islam Muslimin berhadapan dengan kibaran bendera Bizantium. Ketika Khalid hampir menggaungkan sinyal penyerangan, tiba-tiba keluar dari pasukan Bizantium seorang komandan pasukan sayap kanannya, Gregory untuk menantang duel.[14]
Abu Ubaidah bertekad untuk menghadapi sendiri sang penantang. Walaupun ia diperingatkan Khalid bahwa Gregory seorang jagoan perang, Abu Ubaidah sama sekali tidak menyurutkan langkahnya untuk ikut andil dalam berburu kematian. Ia pun maju kemudian mulai saling beradu pedang di atas kuda dengan lawannya. Beberapa menit keduanya saling mengayunkan pedang untuk menebas musuh. Gregory mencoba melakukan gerakan tipuan saat mengayunkan pedangnya ke arah Abu Ubaidah, tetapi ia tidak mengetahui siapa lawannya. Secepat kilat Abu Ubaidah melakukan serangan ke arah leher Gregory sehingga ia pun terjerembab mati terkapar.
Saat Abu Ubaidah kembali ke barisan Muslimin, Khalid mewujudkan rencananya pada hari penentuan dari Perang Yarmuk dengan memerintahkan serangan umum. Seluruh pasukan Muslimin tumpah ruah menuju barisan Bizantium yang mengambil taktik defensif. Sementara pasukan muslimin bagian tengah dan sayap kiri menggempur Bizantium seperti biasanya, Khalid keluar bersama kavalerinya dari sayap kanan pimpinan Amru, secepat kilat menghantam sisi kiri Bizantium. Kavaleri Khalid memecah menjadi dua, 1 grup memukul infantri dan 1 grup menyerang kavaleri Bizantium yang berada di belakang infantri Bizantium. Pada saat yang sama Amru bin Ash mengerahkan seluruh kekuatan penuhnya menggempur frontal pasukan kiri Bizantium.[13]
Pasuakan infantri sayap kiri Bizantium di bawah komando Qanateer, terdesak akibat diserang dari dua sisi, infantri Amru bin Ash dari depan dan kavaleri dari sisi kiri. Tanpa batuan kavaleri bizantium yang sibuk dengan serangan kuda Khalid, memaksa infantri Qanateer mundur ke belakang barisan tengah sebelah kiri Bizantium.
Kosongnya sayap kiri Bizantium, memudahkan Amru bin Ash memobilisasi pasukannya menghantam pasukan tengah sebelah kiri Bizantium. Pasukan yang terdiri dari orang Armenia menjadi tertekan akibat berusan Amru bin Ash dari sisi kiri, dan Syurahbil dari arah depan. Sementara pasukan kavaleri Bizantium sayap kiri telah lari keluar dari medan pertempuran ke arah utara akibat gempuran Khalid yang digelari Pedang Allah oleh Muhammad. Selepas mengusir kavaleri di belakang Qanater, Khalid mengarahkan pasukan berkudanya ke kavaleri Bizantium berikutnya. Mahan segera mengatur seluruh kavalerinya dalam satu grup besar untuk mengusir kavaleri Khalid, Mahan belum lagi mengkonsolidasikan pasukan kavalerinya, Khalid sudah datang menggempur dari arah depan dan sisinya. Pasukan Khalid lalu mengobrak-abrik barisan kavaleri Mahan. Sehingga pasukan kavaleri Mahan mengalami kekacauan barisan dan formasi. Hari masih pagi, pergumulan antar kedua pasukan makin intensif. Kali ini, pasukan Bizantium sangat tertekan akibat serangan gencar Muslimin. Ada satu yang yang kurang pada hari itu, para muslimin tidak melihat keberadaan Dhirar, sang petarung tanpa tameng dan baju. Hanya Khalid yang mengetahui dimana posisinya.[12]
Pasukan kuda Bizantium yang jumlahnya lebih besar ini akhirnya tercerai berai kemudian lari dari medan pertempuran ke arah utara, termasuk Mahan dan pasukan Jabalah. Maka tinggalah pasukan infantri tanpa bantuan dari pasukan kavaleri. Sebuah kondisi yang sangat gawat mendera pasukan Superpower Bizantium. Saat itu pasukan Armenia yang berada paling kiri, mampu menahan gempuran dua arah dari Syurahbil dan Amru. Ketahanannya teruji kuat.
Saat kaveleri Bizantium meninggalkan medan tempur, Khalid memutar kavalerinya untuk menyerang pasukan inti infantri Bizantium (Armenia Mahan) dari arah belakang. Armenia dikenal sebagai petarung keras, dan sempat merepotkan muslimin di hari kedua. Gempuran dua arah Muslimin belum mampu menghancurkannya, tetapi, saat diserang dari tiga sisi, Khalid dari belakang, Amru bin Ash dari kiri dan Syurahbil dari arah depan, serta tanpa bantuan kavaleri, kekuatan Armenia pun akhirnya patah dan melarikan diri juga ke arah Barat Daya.[14]
Arah barat daya merupakan satu-satunya arah yang tidak dijaga oleh Muslimin, sehingga pasukan Armenia bergerak tanpa gangguan dan sama sekali tidak diburu oleh kavaleri Khalid. Mereka sama sekali tidak mengetahui sesuatu yang menanti mereka di bagian barat medan Yarmuk. Mundurnya pasukan Armenia semakin memudahkan pasukan Muslimin untuk menghancurkan formasi pasukan Bizantium yang tersisa. Mau tidak mau, pasukan sayap kanan dan pasukan tengah bagian kanan Bizantium pun ikut mundur ke arah barat.
Posisi matahari belum melewati tengah hari ketika pasukan Bizantium lari dengan rasa panik, sebagian yang lain mundur teratur dengan rapi. Khalid ra. langsung menggerakkan kavaleri ke arah utara untuk mengepung dan mengisolasi pasukan infantri Bizantium yang lari ke arah barat dimana sungai dengan jurang terjal menanti. Mereka menuju Wadi ar-Raqad, satu-satunya daerah yang bisa dilewati walaupun berbentuk jurang.
Pimpinan pelarian pasukan Bizantium berupaya menyeberangi tepi sungai kering yang terjal. Barisan terdepan berhasil melewati sungai dengan susah payah dan sedang berjuang mendaki tepi sungai sebelah barat. Saat mereka hampir mencapai puncak dengan rasa gembira, mereka melihat barisan Muslimin telah menanti di puncak dengan seorang pimpinan tanpa baju, sang jawara Dhirar, berdiri tegak dengan pedang terhunus.
Malam sebelum pertempuran di hari keenam, Khalid diam-diam menggerakkan 500 kavaleri pimpinan Dhirar menuju Wadi ar-Raqad untuk memblokir pasukan Bizantium yang kemungkinan lari ke arah tersebut. Sebuah rencana dan visi yang tajam dari seorang pemimpin. Terbukti, penempatan Dhirar membuahkan hasil, dimana pasukan Bizantium kehilangan jalan satu- satunya untuk melarikan diri.[14]
Pasukan Romawi ditekan pasukan infantri muslimin dari arah timur, dan kavaleri Khalid dari arah utara, sebagian pasukan Bizantium masuk ke dalam jurang, sebagian bertempur dan menjadi korban. Pada fase terakhir pertempuran menjelang senja, seluruh pasukan Bizantium bertempur hingga titik darah penghabisan. Pertempuran kembali berkecamuk keras tanpa ada manuver apapun selain pertempuran frontal. Ruang gerak Bizantium semakin sempit karena tekanan Muslimin. Akhirnya, satu per satu pasukan Bizantium tumbang meregang nyawa.
Mimpi buruk mulai menghantui pasukan Bizantium, sehingga mereka kembali terdesak menuju jurang. Aroma kematian berikutnya merebak di sekitar jurang dimana pasukan Bizantium satu per satu masuk ke jurang karena desakan pasukan Muslimin. Akhirnya, ratusan ribu pasukan Superpower Bizantium menyerah pada puluhan ribu pasukan muslimin yang jauh lebih sedikit jumlahnya. Berakhirlah perang terbesar dan terhebat yang dipimpin sang Khalid bin Walid.
Pertempuran usai persis yang diperkirakan oleh sang kaisar, Heraklius 10 tahun sebelumnya, “Ia (Muhammad) akan dapat memiliki tempat kedua kakiku berdiri ini.”[12]
Akibat
suntingKetika bencana ini terdengar Heraklius di Antiokia, dia mengucapkan selamat tinggal kepada Suriah, berkata, "Selamat tinggal Suriah, provinsiku yang indah. Kau adalah seorang musuh sekarang," dan meninggalkan Antiokia ke Konstantinopel. Heraklius mulai memusatkan pasukannya untuk mempertahankan Mesir.
Evaluasi
suntingPranala luar
sunting- (Inggris) Sword of Allah - Battle of Yarmuk.
Referensi
sunting- ^ Hadrat 'Umar Farooq by Prof. Masud-ul-Hasan, Islamic Publications Ltd 13-E, Shah Alam Market, Lahore, Pakistan
- ^ Kennedy 2006, hlm. 45
- ^ Nicolle 1994, hlm. 64–65
- ^ Modern estimates for Roman army:
Gil and Broido (1997): 100,000.
Donner (1981): 100,000.
Kennedy (2006, p. 145): 80,000.
Britannica (2007): "More than 50,000 byzantine soldiers died".
Nicolle (1994): 40,000 maximum.
Haldon (2001): 20,000.
Kaegi (2003): 15,000 - 20,000.
Akram (1970): 150,000.
Gibbon (Volume 5, p. 325): 140,000. - ^ Roman source for Roman army:
Theophanes (p. 337-338): 80,000 Roman troops (Kennedy, 2006, p. 145) and 60,000 allied Ghassanid troops (Gibbon, Vol. 5, p. 325). - ^ Muslim sources for Roman army:
Baladzuri (p. 140): 200,000.
Tabari (Vol. 2, p. 598): 200,000.
Ibn Ishaq (Tabari, Vol. 3, p. 75): 100,000 against 24,000 Muslims.
Al-Waqidi (p. 107) (Ibn Khaldun, p. 126): 400,000. - ^ Modern estimates for Muslim army:
Haldon (2001): 7,500 - 20,000.
Kaegi (2003): 15,000 maximum.
Nicolle (1994): 25,000 maximum.
Akram: 40,000 maximum. - ^ Primary sources for Muslim army:
Ibn Ishaq (Tabari, Vol. 3, p. 74): 24,000.
Baladzuri: 24,000.
Ibn Khaldun (p. 126): 30,000.
Al-Waqidi (p. 144): 40,000.
Tabari (Vol. 2, p. 592): 40,000. - ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaAkram
- ^ Khalid ibn al-Walid, Encyclopædia Britannica (2007).
- ^ Primary sources for Roman casualties:
Tabari (Vol. 2, p. 596): 120,000 killed.
Ibn Ishaq (Tabari, Vol. 3, p. 75): 70,000 killed.
Baladzuri (p. 141): 70,000 killed.
Al-Waqidi: more than 120,000 killed. - ^ a b c d e f g h i Katsir, Ibnu (2012). Terjemah Al Bidayah wa an-Nihayah. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-044-5
- ^ a b c d e f g h Grania, Abu Fatah (2008). Panglima Surga. Jakarta: Cicero Publishing. ISBN 9789791751285
- ^ a b c d e f g h i j k l m Tabari, Imam (1993). History of al-Tabari. New York: State University of New York Press. ISBN 0-7914-0851-5