Misteri kudus atau misteri suci, atau disingkat misteri, adalah suatu area fenomena supernatural yang terkait dengan keilahian atau suatu keyakinan dan praktik keagamaan. Misteri kudus dapat berupa:

  1. Keyakinan, ritual, atau praktik keagamaan yang disembunyikan dari orang-orang yang belum diinisiasi.
  2. Keyakinan dalam suatu agama yang sebenarnya merupakan pengetahuan umum tetapi tidak dapat dengan mudah dijelaskan secara rasional, ilmiah, atau normal.
Gambar batu nisan Wrisberg yang berada di Katedral Hildesheim. Gambar tersebut menunjukkan pembagian rahmat ilahi melalui gereja dan sakramen, atau "misteri". Karya oleh Johannes Hopffe, 1585.

Seseorang yang memegang dan mengajarkan pengetahuan rahasia dalam pengertian nomor satu disebut juga sebagai mistagog atau hierofan, sedangkan bidang pemikiran yang bersifat filosofis atau keagamaan yang berfokus pada misteri dalam pengertian nomor dua disebut mistisisme.

Yunani dan Roma

sunting

Agama-agama misteri pada zaman kuno berbentuk kultus-kultus atau aliran-aliran keagamaan yang memerlukan ritual inisiasi untuk dapat diterima sebagai anggota baru. Beberapa agama tersebut mempunyai tingkatan-tingkatan inisiasi yang berbeda satu sama lain, serta doktrin-doktrin yang merupakan misteri, dalam artian memerlukan penjelasan supernatural. Di beberapa negara, sebagian dari doktrin tersebut tampaknya hanya diketahui oleh para pemuka agama tersebut. Beberapa di antaranya adalah Misteri Eleusis, Mithras, Kultus Isis, dan Kultus Sol Invictus. Tradisi misteri sangat populer dalam kebudayaanYunani Kuno dan pada masa kejayaan Kekaisaran Romawi,[1] dan sebagian jemaat Kekristenan Awal pun memiliki praktik kerahasiaan dengan tata cara yang mirip.[2]

Kekristenan

sunting

Meskipun istilah ini tidak digunakan secara merata oleh masing-masing tradisi Kekristenan, banyak aspek dasar dalam teologi Kristen yang tidak dapat dijelaskan atau dipahami oleh nalar duniawi, yang di antaranya yakni hakikat Tritunggal, kelahiran Yesus dari perawan, dan kebangkitan Yesus.

Kata mysterion (μυστήριον) digunakan sebanyak 27 kali dalam Perjanjian Baru. Makna kata misteri di sini tidak sama dengan pengertian modern atas kata "misteri" (sesuatu yang tidak dapat dipahami), melainkan lebih dekat dengan pengertian kata "mistik" (sesuatu di luar pemahaman manusia). Dalam bahasa Yunani alkitabiah, istilah misteri merujuk pada "sesuatu yang memerlukan interpretasi atau penyingkapan".[3] Dalam Gereja Katolik, istilah ini disebut mysterium fidei ("misteri iman") dalam bahasa Latin, yang menurut Katekismus Gereja Katolik (1997) berarti "rahasia-rahasia yang tersembunyi dalam Allah, yang kalau tidak diwahyukan oleh Allah, tidak dapat diketahui".[4]

Dalam Gereja Katolik Roma, Konsili Vatikan I, yang menegaskan kembali akan keberadaan misteri sebagai doktrin iman Katolik, menyatakan bahwa: “Bila barang siapa berkata bahwa di dalam Wahyu Ilahi tidak terkandung misteri yang disebut pantas dan benar (vera et proprie dicta mysteria), tetapi bahwa melalui akal budi yang berkembang secara tepat (per rasionalem rite excultam) semua dogma iman itu dapat dipahami dan dijelaskan oleh prinsip-prinsip alam, jadilah ia sesat." (Sess. III, De fide et rasionale, kan. i). Posisi gereja-gereja Kristen lainnya atas pernyataan tersebut, jika bukan berdasarkan pada terminologinya, kurang lebih sepakat.

Oleh sebagian jemaat Gereja Kristen perdana, banyak aspek teologi Kristen, termasuk beberapa sakramen dan sakramentali, yang pada saat itu disebut disiplina arcani, yang dirahasiakan dari orang-orang bukan Kristen agar ritual-ritual tersebut tidak menjadi bahan cemoohan, dan yang diperkenalkan secara perlahan dan bertahap kepada para katekumen atau orang yang baru menjadi Kristen. Ketika masa-masa penindasan terhadap orang Kristen berakhir, praktik kerahasiaan tersebut secara bertahap dilonggarkan.[5] Namun istilah "misteri" tetap digunakan setelahnya, dan istilah tersebut akhirnya digunakan dalam Gereja Ortodoks Timur untuk merujuk baik pada artian "misteri" maupun "sakramen". Tradisi ini umumnya tidak dilakukan oleh Kekristenan Barat, meskipun secara teologis banyak aspek sakramen yang diakui sebagai "misteri" dalam pengertian utama yang dijelaskan di atas, khususnya (bagi gereja-gereja yang menerimanya) doktrin transubstansiasi dalam Ekaristi. Oleh karena itu, ensiklik Paus Paulus VI pada tanggal 3 September 1965 tentang Ekaristi diberi judul Mysterium fidei. Dalam Misa Katolik Ritus Roma, sewaktu atau segera setelah rumusan konsekrasi anggur, selebran mengucapkan "Misteri Iman". Pada awalnya, istilah "misteri" merujuk pada sakramen-sakramen secara umum baik di Timur maupun di Barat, seperti yang ditunjukkan dalam karya "Homili Mistagogis" oleh St. Sirilus dari Yerusalem dan Tentang Misteri oleh St. Ambrosius dari Milan.[6]

Meskipun semua doktrin resmi gereja-gereja Kristen sejak lama telah dipublikasikan secara penuh, bidang pemikiran Kristen yang dapat ditafsirkan secara longgar, yang disebut mistisisme Kristen, sering kali berkaitan dengan perenungan atas misteri-misteri kudus dan mungkin mencakup pengembangan teori-teori pribadi atas misteri-misteri tersebut, tetapi hal itu disertai dengan kesadaran bahwa misteri-misteri ilahi ini tidak akan pernah bisa dimengerti sepenuhnya oleh manusia.

Kekristenan Timur

sunting

Istilah "Misteri Kudus" digunakan dalam Kekristenan Timur untuk merujuk pada apa yang sering disebut oleh Gereja Barat sebagai sakramen dan sakramentali, yang merupakan istilah-istilah yang telah didefinisikan dengan cermat oleh Gereja Barat dalam hukum kanonik. Contoh definisi tersebut, misalnya, adalah tujuh sakramen yang dinyatakan Konsili Trente. Sebaliknya, Gereja-Gereja Timur tidak pernah mendefinisikan secara konkret apa yang disebut dengan Misteri Kudus. Dan, meskipun Gereja Barat mengajarkan bahwa roti dan anggur yang telah dikonsekrasi dalam Ekaristi merupakan satu sakramen, Liturgi Ilahi menyebutkan Ekaristi sebagai "misteri-misteri" (dalam bentuk jamak). Umat Kristen Ortodoks selalu menyambut Komuni Kudus dalam kedua rupa (tubuh dan darah), dan bahkan menyimpan kedua rupa tersebut di dalam tabernakel. Misteri Kudus diartikan sebagai "tindakan kudus yang melaluinya Roh Kudus melalui praktik misteri dan secara tidak terlihat menganugerahkan Rahmat (kekuatan penyelamatan Allah) kepada manusia".

Materi pengajaran Ortodoks mungkin saja menyebut bahwa ada tujuh tindakan yang disebut Misteri Kudus, sama dengan tujuh sakramen Barat, yaitu Pembaptisan, Krisma, Pengakuan Dosa, Komuni Kudus, Perkawinan, Imamat, dan Pengurapan Orang Sakit. Namun, dalam teologi Ortodoks, istilah tersebut tidak terbatas pada ketujuh tindakan ini.[7] Seperti halnya dalam Gereja Barat, semua pria beriman diharapkan menerima enam dari tujuh misteri di atas, dan sebisa mungkin menerima misteri pernikahan atau imamat, atau keduanya. Sementara wanita tidak boleh diterima menjadi imam, mereka dapat menjadi biarawati.

Kehidupan Kristiani berpusat pada misteri inkarnasi Kristus, kesatuan Allah dan manusia. Namun penebusan manusia tidak dianggap hanya terjadi di masa lalu, melainkan berlanjut hingga saat ini melalui teosis.[8][9] Sakramen, atau Misteri Kudus merupakan sarana terpenting bagi umat beriman agar dapat memperoleh kesatuan dengan Allah, asalkan misteri-misteri tersebut diterima dengan iman setelah persiapan yang tepat. Umat Kristen percaya bahwa Tuhan hadir di mana pun dan memenuhi segala sesuatu dengan rahmat ilahi-Nya, dan bahwa semua ciptaan, dalam arti tertentu, adalah "sakramen". Namun, mereka percaya bahwa "Dia hadir secara lebih spesifik dan intensif dalam cara-cara yang khusus dan dapat diandalkan yang ditetapkan sendiri oleh-Nya," [10] yaitu, Misteri Suci.

Kallistos Ware menjelaskan dalam buku The Orthodox Way:

Misteri [...] diungkapkan demi pemahaman kita, tetapi kita tidak akan dapat memahami secara mendalam misteri tersebut, karena hal itu membawa kita menuju kedalaman dan rahasia Allah. Mata kita akan selalu tertutup - dan sekaligus tetap terbuka.[11]

Referensi

sunting
  1. ^ Antonio Virgili, Culti misterici ed orientali a Pompei, Roma, Gangemi, 2008
  2. ^   Herbermann, Charles, ed. (1913). "Mystery". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  3. ^ Danker, Frederick William, The Concise Greek-English Lexicon of the New Testament (University of Chicago Press, Chicago, IL, 2009, ISBN 0-226-13615-9), Kindle location. 4417.
  4. ^ "Catechismus Ecclesiae Catholicae, 237". Vatican.va. 1992-06-25. Diakses tanggal 2019-05-20. 
  5. ^ Discipline of the Secret article in Catholic Encyclopedia
  6. ^ On the Mysteries by St. Ambrose of Milan, Mystagogical Lectures St. Cyril of Jerusalem
  7. ^ Ware 1993, hlm. 274–277.
  8. ^ The Sacramental Life: An Orthodox Christian Perspective, (St. John of Kronstadt Press, Liberty, TN, 1986), p. 6.
  9. ^ Athanasius of Alexandria, On the Incarnation of the Word, § 54. Diarsipkan April 17, 2009, di Wayback Machine.
  10. ^ The Sacramental Life (1986), p. 7.
  11. ^ Kallistos Ware, The Orthodox Way

Pranala luar

sunting