Kronologi Baru (Rohl)

Kronologi Baru menurut David Rohl (bahasa Inggris: New Chronology (Rohl)) adalah suatu alternatif kronologi sejarah kawasan Timur Dekat yang dikembangkan oleh pakar Mesir kuno (Egyptolog) David Rohl dan kawan-kawan[1][2] dimulai dari penerbitan A Test of Time: The Bible - from Myth to History ("Ujian Waktu: Alkitab - dari Mitos menjadi Sejarah") pada tahun 1995. Kronologi ini mengusulkan revisi besar bagi kronologi yang sudah ada, terutama mengubah penetapan tahun-tahun pemerintahan raja-raja dari Dinasti ke-19 Mesir sampai Dinasti ke-25 Mesir, dan memajukan 300 tahun. Rohl menyimpulkan bahwa Kronologi Baru ini memudahkan identifikasi sejumlah karakter dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen dengan penemuan arkeologi. Kronologi ini masih dipertentangkan.[3]

Bantahan atas landasan

sunting
 
Tabel yang membandingkan Kronologi Baru David Rohl dan Kronologi Konvensional Ian Shaw

Dalam karya-karyanya, A Test of Time (1995), Legend (1998), The Lost Testament (2002), dan The Lords of Avaris (2007) David Rohl mengajukan perubahan-perubahan interpretasi tahun-tahun sejarah Mesir kuno. Rohl mendasarinya berdasarkan kritikan atas 3 dari 4 argumen yang menurutnya merupakan landasan asli dari kronologi konvensional Mesir kuno:

  1. Identifikasi "Sisak [atau Shishak], Raja Mesir" (Kitab 1 Raja-raja (terutama 1 Raja–raja 14:25 dan seterusnya); Kitab 2 Tawarikh (terutama 2 Tawarikh 12:2–9) dengan Shoshenq I, yang mula-mula diusulkan oleh Jean-François Champollion, adalah hasil dari kesimpulan yang salah. Rohl berpendapat bahwa Sisak seharusnya diidentifikasi sebagai Ramesses II (yang kemungkinan dieja Riamashisha), jadi memajukan masa pemerintahan Ramesses sekitar 300 tahun (dari abad ke-12 SM ke abad ke-9 SM).
  2. Catatan Papirus Ebers mengenai terbitnya bintang Sirius (dikenal sebagai siklus Sothik) pada tahun ke-9 pemerintahan Amenhotep I, biasanya digunakan dalam kronologi konvensional untuk menetapkan tahun 1542 SM atau 1517 SM, telah disalah artikan, dan seharusnya dipahami sebagai bukti perubahan penanggalan Mesir. Pandangan negatif ini ditunjukkan dalam pernyataan oleh Profesor Jürgen von Beckerath yang berpendapat bahwa "Kalender di bagian belakang Papirus Kedokteran Ebers sekarang sangat dipertentangkan sehingga kita harus bertanya apakah ini merupakan dasar kuat untuk kronologi sejarah Mesir, yang kemudian penting untuk menentukan urutan peristiwa sejarah, termasuk bagi negara-negara di sekitarnya".[4] Profesor Wolfgang Helck menyimpulkan "Dengan demikian kami berpikir lebih aman untuk memulai dari tahun-tahun pemerintahan daripada penafsiran tanggal-tanggal bulan muda atau terbitnya bintang Sirius yang meragukan".[5]
  3. Papyrus Leiden I.350, yang menuliskan pada tahun ke-52 pemerintahan Ramesses II terjadinya penampakan bulan, dan ditafsirkan pada tahun-tahun 1278, 1253, 1228 atau 1203 SM dalam kronologi konvensional. Setelah meragukan nilai Papirus Ebers, Rohl berargumen bahwa karena siklus bulan itu berulang setiap 25 tahun, maka tahun-tahun itu pun dapat diterapkan 300 tahun kemudian seperti yang digunakan dalam Kronologi Baru.

Menurut Rohl, landasan ke-4 yang tidak terbantahkan adalah direbutnya kota Thebes oleh raja Asyur Asyurbanipal pada tahun 664 SM, yang merupakan tanggal penentu paling tua dalam sejarah Mesir.

Bukti-bukti pendukung

sunting

Rohl mendasari perubahan kronologinya dari penafsiran penemuan-penemuan serta catatan-catatan riwayat keturunan Mesir, misalnya:

  • Tidak ada catatan penguburan lembu Apis pada catatan sejarah di Lesser Vaults, Saqqara,untuk Dinasti ke-21 Mesir dan awal Dinasti ke-22 Mesir. Hal ini menunjukkan kedua dinasti tersebut sebenarnya bersamaan waktunya, yang didukung dari urutan penguburan kembali mumi dari firaun-firaun Kerajaan Baru pada Royal Cache (TT 320). Rohl mendapatkan konfirmasi skenario dinasti paralel ini dari tempat pemakaman raja di Tanis dimana tampak bahwa makam Osorkon II dari Dinasti ke-22 Mesir dibangun sebelum Psusennes I dari Dinasti ke-21 Mesir. Dalam pandangan Rohl hal ini hanya dapat dijelaskan jika kedua dinasti itu bersamaan waktunya.
  • Rohl berpendapat bahwa inskripsi yang memuat tiga daftar silsilah bukan-raja, jika satu generasi dianggap selama 20-23 tahun, akan menunjukkan bahwa Ramesses II mengalami kejayaan pada abad ke-10 SM sebagaimana yang diusulkan oleh Rohl. Dalam kronologi konvensional, ketiga silsilah itu akan kehilangan 7 generasi. Rohl juga mengutarakan bahwa tidak ada silsilah yang mendukung penanggalan konvensional bahwa Ramesses II hidup pada abad ke-13 SM.
  • Salah satu metode Rohl adalah menggunakan archaeo-astronomy ("astronomi-purba"), yang dipakainya untuk menetapkan tanggal gerhana matahari pada waktu hampir terbenam dalam zaman pemerintahan Amenhotep IV dan terlihat dari kota Ugarit. Berdasarkan perhitungan komputer astronomi, Rohl menyatakan bahwa satu-satunya waktu yang memungkinkan terjadinya gerhana ini dalam seluruh milenium ke-2 SM adalah tanggal 9 Mei 1012 SM. Ini kira-kira 350 tahun kemudian daripada penanggalan konvensional Amenhotep IV (Akhenaton) (1353-1334 SM).
  • Penanggalan Rohl untuk Amenemhat III dari Dinasti ke-12 Mesir pada abad ke-17 SM mendapat dukungan dari astronom David Lappin yang menemukan kecocokan urutan 37 dari 39 panjang bulan lunar sesuai catatan kontrak-kontrak Dinasti ke-12. Kronologi konvensional hanya menemukan kecocokan paling banyak 21. Menurut Lappin, pola ini memberikan dukungan "yang mengejutkan" bagi kronologi Rohl.[6]
 
Perbandingan David Rohl mengenai (baris pertama) nama Sysw (hypocoristicon dari Ramesses II) sesuai aksara Proto-Ibrani abad ke-13 sampai ke-10 SM, dan (baris kedua) nama Alkitab Shyshk dengan aksara Ibrani-awal abad ke-9 sampai ke-7 SM. Aksara-aksara ini diambil dari inskripsi keramik pada zaman-zaman tersebut (yaitu Lachish VI ostracon dan Izbet Sartah abcedary).

Kebanyakan Egyptolog menerima Sisak sebagai nama lain dari Shoshenq I.[7][8][9] Rohl menyangkal bahwa aktivitas militer Shoshenq cocok dengan kisah Alkitab Sisak berdasarkan perbedaan penyerangan kedua raja tersebut dan Yerusalem tidak muncul dalam inskripsi Shoshenq tentang kota-kota yang ditaklukkan.[10] Rohl juga menunjukkan bahwa Ramesses pernah menyerang Israel dan ia menggunakan kependekan nama resminya dalam penggunaan di Palestina.[11] Nama itu adalah "Sysw", di mana aksara Ibrani awal tidak membedakan S dan SH, sehingga nama Alkitabnya mungkin asalnya "Sysq". Rohl juga berpendapat bahwa akhiran qoph merupakan kesalahan baca dari aksara kuno waw yang pada abad ke-10 SM mirip dengan aksara abad ke-7 SM untuk qoph. Sehingga Sysq pada abad ke-7 merupakan pembacaan yang salah dari Sysw pada abad ke-10.[12]

Teori bahwa Ramesses II (hypocoristicon 'Sysa'), bukannya Shoshenq I, adalah raja Sisak belum diterima secara umum.[13] Sebaliknya, ada sejumlah pakar (Bimson, Hornung, Furlong, dan lain-lain) yang mempertanyakan ketergantungan kronologi Mesir hanya pada satu identifikasi yaitu Shoshenq dengan Sisak. Rohl berpendapat berdasarkan metodologi, bahwa kronologi internal Mesir dari Periode Tengah Ketiga seharusnya tidak tergantung dari penanggalan Alkitab untuk menetapkan dasar penanggalan Dinasti ke-22.

Perlu dicatat pula bahwa satu pakar, Kevin Wilson, hanya setuju sebagian dengan David Rohl. Wilson menerima bahwa ada ketidakcocokan antara ukiran kemenangan Shoshenq I dan gambaran Alkitab tentang raja Sisak. Namun, ia tidak menganggap cukup penting untuk meragukan identifikasi Shoshenq I dengan raja Sisak dalam Alkitab. Wilson menulis tentang inskripsi Shoshenq, "Berlawanan dengan studi sebelumnya, yang menafsirkan ukiran ini sebagai perayaan penyerangannya di Palestina, ukiran kemenangan ini maupun bagian-bagiannya tidak dapat digunakan sebagai sumber data sejarah untuk penyerangan itu. … ukiran kemenangan ini sayangnya tidak mempunyai peranan dalam rekonstruksi penyerangan Shoshenq."[14]

Namun, pandangan Wilson tidak didukung oleh Kenneth Kitchen yang menyatakan: "Bahwa daftar topografi agung Shoshenq I di Karnak adalah dokumen yang mempunyai nilai sejarah sangat tinggi dan kisah penyerangannya melawan Yehuda dan Israel sekarang sudah ditetapkan melampaui perdebatan, sebagai hasil pekerjaan-pekerjaan yang diberikan oleh sejumlah pakar bagi daftar itu. Namun, komposisi dan interpretasi dari daftar itu masih membutuhkan pemeriksaan dan penjelasan lebih lanjut".[15] Para pakar utama yang mempelajari ukiran itu menunjukkan bahwa daftar itu memang unik dan bukanlah salinan penyerangan sebelumnya oleh firaun yang lebih terkenal.[16][17][18][19] Keasliannya ini membuatnya lebih merupakan pencatatan sebenarnya kota-kota dan lokasi-lokasi yang ditaklukkan di bawah kekuasaan Mesir hasil aktivitas militer Shoshenq I.

Dr. Pierce Furlong membantah penolakan Kitchen mengenai kurangnya kesesuaian sejarah antara penyerangan Shoshenq dan Sisak yang dikemukakan oleh baik Rohl dan Dr John Bimson:

Kitchen menolak diskrepansi (perbedaan) yang nyata antara daftar penyerangan Shoshenq I dan aktivitas Sisak sebagaimana tertulis di Alkitab sebagai ‘frivolous and exaggerated’ (tidak masuk akal dan dibesar-besarkan). … ia berpendapat bahwa karena daftar topografi Shoshenq tidak lengkap, Yerusalem (dan mungkin setiap kota-kota berbenteng penting di Yudea) hilang dalam bagian yang rusak. Namun, perhatian yang diberikan oleh banyak pakar pada fakta bahwa tak satupun kota di dataran tinggi Yudea yang muncul dalam daftar Karnak mengindikasikan bahwa hal ini tidak lah frivolous atau exaggerated.[20]

Implikasi Kronologi Baru

sunting

Implikasi revisi kronologi ini adalah kompleks dan meluas, karena mempengaruhi studi Perjanjian Lama, arkeologi Mesopotamia, Yunani, Anatolia dan sejarah klasik.

Implikasi untuk Mesir dan tetangganya

sunting

Perubahan tahun pemerintahan Ramesses II sampai tiga abad kemudian mengubah tahun Perang Kadesh dan sejarah Kerajaan Het (atau Hitit), yang juga menyebabkan perubahan kronologi Kerajaan Asyur sebelum tahun 911 SM. Karena penelitian kronologi Hitit tergantung kepada kronologi Mesir,[21] berkurangnya tahun dalam sejarah Mesir menyebabkan penetapan tahun yang lebih maju dari akhir Kerajaan Hitit Baru dan ini mengurangi bahkan menghilangkan "tahun-tahun gelap" Anatolia (yaitu tahun-tahun tanpa catatan sejarah sama sekali).[22]

Selama periode Amarna, terdapat persamaan kronologi Mesir dan Asyur melalui surat-menyurat antara firaun Akhenaten dan raja Ashuruballit. Dalam kronologi konvensional, Ashuruballit ini dianggap adalah Ashuruballit I dari awal periode Asyur Tengah, sedangkan Kronologi Baru mengusulkan adanya raja Ashuruballit "II" yang sebelumnya tidak dikenal. Bernard Newgrosh mendukung hipotesis ini karena Ashuruballit yang menulis surat-surat Amarna memberikan nama ayah yang berbeda dengan Ashuruballit I dalam daftar raja-raja Asyur, serta latar belakang sejarah dari catatan tahunan (annal) periode Asyur Tengah berbeda dengan informasi yang didapat dari surat-surat Amarna.[23] Mengingat sinkronisme Ashuruballit I dengan Akhenaten menjadi titik penting untuk penentuan tahun sejarah Mesir dan Mesopotamia, hal ini menjadi area kunci yang penting untuk diskusi.[24]

Implikasi untuk Perjanjian Lama

sunting

Kronologi Baru menolak identifikasi Shoshenq I dengan Sisak di Alkitab,[25] dan mengajukan Ramesses II (juga dikenal dengan nama panggilan "Sysa") sebagai tokoh yang dikisahkan sebagai Sisak.

Rohl juga mengidentifikasi Labaya, pemimpin daerah di Kanaan yang aktivitasnya ditulis dalam surat-surat Amarna, dengan raja Saul, serta raja Daud dengan Dadua ("Tadua"), dalam surat-surat yang sama (EA256). Saul dan Labaya bernasib sama - "keduanya mati dalam perang - melawan koalisi kota-kota dari daerah pantai (yaitu Filistin) - di dekat gunung Gilboa, keduanya akibat pengkhianatan."[6] Kedua orang itu juga meninggalkan putra yang namanya dapat diartikan sebagai "pengikut Baal." (lihat Isyboset bin Saul).

Kronologi Baru menempatkan raja Salomo di akhir Zaman Perunggu Akhir yang makmur, bukan di Zaman Besi Awal yang miskin sebagaimana di kronologi konvensional. Rohl dan rekan-rekannya yakin ini lebih cocok dengan gambaran kekayaan Salomo di Alkitab.[6]

Lagi pula, Rohl memindahkan masa tinggal orang Israel di Mesir, keluarnya dan perebutan tanah Kanaan dari akhir Zaman Perunggu Akhir ke bagian akhir Zaman Perunggu Tengah (dari Dinasti ke-19 Mesir ke Dinasti ke-13 Mesir dan periode Hyksos period). Hal ini memecahkan banyak persoalan yang berhubungan dengan kisah Alkitab. Penemuan arkeologi dari Tell ed-Daba (Avaris kuno), di bagian timur delta sungai Nil, menunjukkan populasi besar orang-orang berbahasa Semitik pada masa Dinasti ke-13. Orang-orang ini secara budaya mirip dengan populasi Kanaan pada zaman Perunggu Tengah (Middle-Bronze-Age atau MB IIA). Rohl mengidentifikasi orang-orang Semitik ini sebagai orang-orang Israel yang tinggal di Mesir dan kemudian pindah ke Kanaan.

Di akhir Zaman Perunggu Tengah (Middle Bronze Age atau MB IIB) arkeologi menemukan bekas-bekas kehancuran kota-kota yang oleh John Bimson dan Rohl diyakini berhubungan dengan kota-kota yang dihancurkan oleh suku-suku Israel di Kanaan menurut catatan Kitab Yosua.[26] Yang lebih penting, kota berbenteng kuat Yerikho dihancurkan dan ditinggalkan pada masa ini. Sebaliknya, kota Yerikho tidak ada pada akhir Zaman Perunggu Akhir, yang membuat William Dever menyimpulkan bahwa, “Yosua menghancurkan kota yang sama sekali tidak berdiri di sana”.[27] Rohl menunjukkan bahwa ketidak cocokan bukti arkeologi Zaman Perunggu Akhir dengan kisah Alkitab menyebabkan pandangan skeptik terhadap kebenaran Alkitab sebelum periode Kerajaan yang Terpecah. Ia memberi contoh Profesor arkeologi Israel, Ze'ev Herzog, yang menyebabkan kegemparan di Israel dan luar negeri ketika menyatakan mewakili perasaan rekan-rekan sejawatnya bahwa “tidak pernah terjadi Exodus (keluarnya bangsa Israel) dari Mesir, tidak ada penyerangan oleh Yosua dan bahwa orang Israel tumbuh perlahan-lahan dari orang-orang asli Kanaan,"[28] mengambil kesimpulan bahwa Perbudakan di Mesir, Pengembaraan ke Kanaan dan Perebutan tanah Kanaan adalah “sebuah sejarah yang tidak pernah terjadi.”[28] Dengan Kronologi Baru yang memindahkan perkiraan tahun terjadinya Exodus dan Conquest (penyerangan tanah Kanaan) ke Zaman Perunggu Tengah, menghilangkan alasan utama munculnya pandangan skeptik terhadap Alkitab.

Identifikasi dalam Kronologi Baru

sunting

Rohl membuat identifikasi:

  • Nebkaure Khety IV (Firaun ke-16 dari Dinasti ke-10) dengan firaun pada zaman Abraham.
  • Amraphel (Kejadian 14) dengan Amar-Sin, raja Kish di Sumer (1834-1825 SM menurut Kronologi Rohl).
  • Tidal (Bible), raja Goyim (Kejadian 14), dengan Tishdal, penguasa Hurria dari pegunungan Zagros.
  • Zariku, gubernur Ashur, dengan raja Arioch dari Ellasar.
  • Kutir-Lagamar dari Elam dengan Kedarlaomer dari Elam.
  • Amenemhat III dengan firaun pada zaman Yusuf, dan Yusuf dengan Vizier (perdana menteri) firaun Amenemhat III.
  • "Raja baru yang tidak mengenal Yusuf" dalam Keluaran 1:8 dengan Sobekhotep III.
  • Neferhotep I dengan kakek angkat Musa.
  • Khanefere Sebekhotep IV, saudara laki-laki dan penerus Neferhotep, dengan Khenephres, Firaun yang membuat Musa lari ke Midian.
  • Firaun pada zaman keluarnya bangsa Israel dari Mesir dengan Tutimaios, juga dikenal sebagai Dedumose II.
  • Ibni, penguasa Hazor pada Zaman Perunggu Tengah, dengan Yabin, raja Hazor pada Yosua 11:10.
  • Akhis atau Achish, raja Gat di 1 Samuel 21, 1 Samuel 27, 1 Samuel 28, 1 Samuel 29 dalam Alkitab Ibrani, dengan Šuwardata, raja Gat dalam surat Amarna. Akhis diyakini adalah kependekan dari nama Hurria Akishimige, "diberikan oleh Dewa Matahari." Shuwardata adalah nama bahasa Indo-Eropa yang berarti "diberikan oleh Dewa Matahari".
  • Aziru dalam surat Amarna dengan Hadadezer, raja Siria dalam Kitab 2 Samuel.
  • Labaya, pemimpin dalam surat Amarna, dengan raja Saul.
  • Daud dengan Dadua dalam surat Amarna EA256.
  • Mutbaal, penulis surat, dengan Isybaal (atau Isyboset). Kedua nama ini artinya tepat sama: "Pengikut Baal". Setelah kematian ayahnya (Labaya/Saul), Mutbaal/Isybaal memindahkan ibu kota kerajaannya ke bagian timur sungai Yordan.
  • "Putra-putra Labaya," dalam surat Amarna (EA 250), dengan Mutbaal/Isybaal dan Dadua/Daud, yang adalah menantu Labaya/Saul.
  • Benemina, juga disebutkan dalam EA256, dengan Baanah, kepala suku Israel dalam 2 Samuel 4, yang kemudian mengkhianati dan membunuh Isyboset.
  • Yishuya, juga disebutkan dalam EA256, dengan Isai (Ishai dalam bahasa Ibrani, ayah Daud).
  • Ayab, nama seorang bawahan dalam EA 256, dengan Yoab (Ibrani: "Yo'ab").
  • Lupakku ("orang Pakku"), panglima tentara Aram dalam surat Amarna, dengan Shobakh ("Dia dari Pakku"), panglima tentara Aram di Alkitab.
  • Nefertiti dengan Neferneferuaten dan dengan Smenkhkare.
  • Horemheb adalah firaun yang menghancurkan Gezer dan kemudian memberikannya kepada Salomo, bersama dengan seorang putrinya untuk menjadi istri Salomo. Waktu Horemhab merebut Gezer ia belum menjadi raja, tetapi berkuasa di bawah Tutankhamun. Kemudian, karena Tutankhamun mati muda dan tidak mempunyai putri yang cukup tua untuk dinikahkan, Horembeb menjadi firaun.
  • Ramses II (hypocoristicon = Shysha) dengan Sisak di Alkitab.
  • Irsu orang Siria, yang menguasai Mesir menurut Papirus Harris, dengan, Kepala Istana Israel menurut 1 Raja–raja 16:8–10.
  • Sheshi, penguasa Hyksos, dengan Sheshai, penguasa Hebron yang merupakan keturunan Anak (Yosua 15:13–15).
  • Io dari keturunan Inachus dengan Ratu Ahhotep dari Dinasti ke-17 di Waset
  • Cadmus, pendiri Thebes, dengan Cadmus dari garis keturunan penguasa Pelasgia di pulau Kreta
  • Inachus dengan Khyan atau Anak-idbu Khyan, salah satu orang besar Hyksos
  • Firaun Apepi dari zaman Hyksos besar dengan Epaphus
  • Kush, putra Ham bin Nuh, dengan Meskiagkasher dari Dinasti Pertama Uruk
  • Nimrod, keturunan Kush dengan Enmerkar ('Enmer sang Pemburu') dari Dinasti Pertama Uruk

Tempat

sunting

Selain kronologinya, Rohl juga memberikan ide geografi yang berbeda dengan pandangan konvensional, termasuk:

  • Taman Eden, terletak di dekat Tabriz bagian barat laut Iran, antara Danau Urmia dan Laut Kaspia.[29]
  • Menara Babel dibangun di ibu kota Sumeria kuno Eridu.[30]
  • Lokasi kota kuno Sodom adalah "sekitar 100 meter di bawah permukaan Laut Mati," beberapa kilometer di tenggara En-Gedi.[31]
  • Orang-orang Amalek yang dikalahkan oleh raja Saul bukanlah yang tinggal di dataran Negev dan/atau Sinai, melainkan cabang utara suku ini, "di wilayah suku Efraim, di dataran tinggi Amalek" - atau, terjemahan alternatifnya "di tanah Efraim, di pegunungan orang Amalek" (Hakim–hakim 12:15). Ini didukung dengan laporan bahwa, segera setelah menghancurkan orang Amalek, "Saul pergi ke gunung Karmel dan mendirikan monumen" (1 Samuel 15:12). Begitu Saul dipisahkan dari tanah Negev dan Sinai, "Kerajaan Saul yang digambarkan di Alkitab tepat sama wilayahnya dengan yang dikuasai oleh Labaya menurut surat-surat el-Amarna."[32]

Revisi Kronologi Firaun oleh Rohl

sunting

Penanggalan yang diusulkan oleh Rohl untuk para raja Mesir, semua tahun adalah Sebelum Masehi (SM) (NC=New Chronology/"Kronologi Baru", OC=Orthodox/conventional Chronology; "Kronologi Konvensional"):

Nama Catatan NC dari NC sampai OC dari OC sampai
Khety IV Firaun yang dikunjungi Abraham 1876 1847
Abraham di Mesir 1853
Amenemhat I 1800 1770 1985 1956
Amenemhat III 1682 1637 1831 1786
Yusuf diangkat menjadi penguasa 1670
Wegaf 1632 1630
Sobekhotep III Memperbudak orang Israel 1568 1563
Sobekhotep IV Moses lari darinya 1530 1508
Dudimose II Orang Israel keluar dari Mesir tahun 1447 (menurut Rohl) 1450 1446
Sheshi 1416 1385
Nehesi (Dinasti ke-14) 1404 1375
Shalek Penguasa pertama dari Hyksos 1298 1279
Khyan 1255 1226
Apepi 1209 1195
Ahmose I Akhir kekuasaan Hyksos di Avaris pada tahun 1183, menurut Rohl 1194 1170 1550 1525
Amenhotep I 1170 1150 1525 1504
Amenhotep IV Akhenaten 1022 1007 1352 1336
Gerhana Matahari di Ugarit 1012
Tutankhamun 1007 998 1336 1327
Horemheb (Haremheb) 990 962 1323 1295
Ramesses II 943 877 1279 1213
Perang Qadesh 939
Merneptah 888 875 1213 1203
Shoshenq I 823 803 945 924
Herihor 823 813
Shoshenq II 765 762
Taharqa 690 664

Sumber

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Rohl, David (2002). The Lost Testamen. UK. 
  2. ^ Rohl, David (2009). From Eden to Exile. USA. hlm. 2. 
  3. ^ Bennett, Chris (1996). "Temporal Fugues". Journal of Ancient and Medieval Studies. XIII. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-16. Diakses tanggal 2012-12-03. 
  4. ^ Becherath, J. von, in Helk, W. (ed.) Abstracts for the 'High, Middle or Low? International Colloquium on Chronology held at Schloss Haindorf (1990), p. 5
  5. ^ Helck, W. in Helk, W. (ed.) Abstracts for the 'High, Middle or Low? International Colloquium on Chronology held at Schloss Haindorf (1990), p. 21
  6. ^ a b c The Sunday Times, 13 October 2002, How myth became history
  7. ^ Ash, Paul S. David, Solomon and Egypt Continuum International Publishing Group - Sheffie (1 Nov 1999) ISBN 978-1-84127-021-0 pp. 30-31
  8. ^ Coogan, Michael David The Oxford History of the Biblical World Oxford Paperbacks; New edition (26 Jul 2001) ISBN 978-0-19-513937-2 p. 175
  9. ^ Wilson, Kevin A The Campaign of Pharaoh Shoshenq I into Palestine Mohr Siebeck 2005 ISBN 978-3-16-148270-0 p.1
  10. ^ A Test of Time, pp. 122-27.
  11. ^ The Lost Testament, pp. 389-96.
  12. ^ David Rohl, Shoshenq, Sisak and Shysha[pranala nonaktif permanen], accessed 7 August 2009
  13. ^ Grisanti, Michael A; Davd M. Howard Giving the Sense Kregel Academic & Professional (1 April 2004) ISBN 978-0-8254-2892-0 p.193 [1]
  14. ^ Wilson, Kevin A. (2005). The Campaign of Pharaoh Shoshenq I into Palestine. Mohr Siebeck. hlm. 65. ISBN 3-16-148270-0. 
  15. ^ Kichen, Kenneth A. (1973). The Third Intermediate Period in Egypt. Aris & Phillips. hlm. 432. ISBN 0 85668 001 Periksa nilai: length |isbn= (bantuan). 
  16. ^ Noth, M. (1938). ZDPV 61. hlm. 277–304. 
  17. ^ Albright, W. F. (1937/39). Archiv für Orientfoschung 12. hlm. 385–86. 
  18. ^ Mazar, B. (1957). VTS 4. hlm. 57–66. 
  19. ^ Aharoni, Y. (1966). The Land of the Bible. hlm. 283–90. 
  20. ^ P. J. Furlong: Aspects of Ancient Near Eastern Chronology (c. 1600–700 BC), Gorgias Dissertations 46 (Gorgias Press, 2010), ISBN 978-1-60724-127-0, p. 16.
  21. ^ Burney, Charles Allen (2004). Historical dictionary of the Hittites. Scarecrow Press. ISBN 0-8108-4936-4, 9780810849365 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  22. ^ The Lords of Avaris, Chapter 17.
  23. ^ Newgrosh, pp. 54-86.
  24. ^ Kitchen, Preface to the 2nd edition of TIPE.
  25. ^ Bimson.
  26. ^ John Bimson, Redating the Exodus and Conquest (Sheffield, 1978), and in JACF 2 [online at http://www.newchronology.org/cgi-bin/somsid.cgi?session=1251460988&page=html/volumes/02 Diarsipkan 2021-02-28 di Wayback Machine.]; Rohl [A Test of Time, Chapter 14, pp. 299-325.
  27. ^ http://books.google.co.uk/books?id=Ab7_GFJ-dKQC&pg=PA47&lpg=PA47&dq=Dever+Joshua+destroyed&source=bl&ots=9f1-mIy5Rk&sig=AP4beb8UAyry_Hskwm6W-YFhreY&hl=en&ei=1MaXSvDyF5yRjAeluLy9BQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1#v=onepage&q=&f=false
  28. ^ a b M. Sturgis, It Ain’t Necessarily So: Investigating the Truth of the Biblical Past’ (Headlin, London, 2001), p. 7.
  29. ^ The Lost Testament, pp. 16-29.
  30. ^ The Lost Testament
  31. ^ The Lost Testament, pp. 120-124.
  32. ^ The Lost Testament, p. 318)

Pranala luar

sunting