Taharqa (Tirhaka) adalah penerus kekuasaan firaun hitam di Mesir yang disebut Dinasti kedua puluh lima Mesir. Taharqa adalah anak dari Piye, yang merupakan penakluk Mesir pertama dari daratan Afrika, Nubia. Piye berhasil dalam mengembalikan adat istiadat dan kebudayaan kefiraunan ke Mesir. Sedangkan Taharqa, berhasil duduk di singgasana baik sebagai raja Kusy atau Kush, yaitu Nubia, maupun Mesir selama lebih dari 25 tahun sesudahnya (688 SM - 663 SM). Ia banyak membangun monumen bersejarah yang mencantumkan namanya di seluruh Mesir, di antaranya adalah pembangunan proyek kuil Karnak dekat Thebes berupa kolom tunggal setinggi 19 meter. Ia juga membangun kuil di Jebel Barkal di Nubia yang dia persembahkan kepada dewi Mut, permaisuri Amun.

Masa muda

sunting

Ayah Taharqa adalah Firaun Piye, raja Nubia dari Napata yang pertama kali berhasil menguasai tanah Mesir. Taharqa juga adalah saudara sepupu dan pengganti Firaun Shebitku.[3] Keberhasilan peperangan Piye dan Shabaka melapangkan jalan bagi pemerintahan yang makmur oleh Taharqa.

Masa pemerintahan

sunting

Pemerintahan Taharqa dapat ditetapkan tarikhnya dari tahun 690 SM sampai 664 SM.[4] Bukti dari tarikh pemerintahan ini didapatkan dari stela (monumen) Serapeum, katalog nomor 192. Stela ini mencatat bahwa seekor "banteng Apis", yang dilahirkan dan dinobatkan pada bulan ke-4 musim Peret, hari ke-9 pada Tahun ke-26 pemerintahan Taharqa, telah mati pada tahun ke-20 pemerintahan Psamtik I (bulan ke-4 musim Shomu, hari ke-20), setelah hidup selama 21 tahun. Dari sini diketahui bahwa Taharqa memerintah selama 26 tahun lebih sedikit, yaitu pada tahun-tahun 690-664 SM.[5] Taharqa secara eksplisit menyatakan pada Kawa Stela V, baris ke-15, bahwa ia meneruskan tahta Shebitku dengan perkataan: "Aku menerima Mahkota di Memphis setelah burung Falcon (yaitu, Shebitku) terbang ke langit/sorga."[6]

Ukiran dua ular pada mahkota firaun Taharqa menunjukkan bahwa ia menjadi raja atas tanah Mesir dan Nubia.

Catatan Alkitab

sunting

Nama Taharqa atau disebut juga dengan Tirhaka, tercatat pula di dalam Alkitab, sebagai Raja Sudan atau Kush atau Ethiopia (yaitu dalam kitab 2 Raja–Raja 19:9. Di mana kisah lengkapnya ada di dalam 2 Raja–Raja 19:1–37, juga di Kitab Yesaya 37:1–38 dan 2 Tawarikh 32:1–22. Ceritanya, Raja Asyur telah menerima kabar bahwa pasukan Mesir di bawah pimpinan Taharqa, Raja Sudan sedang datang untuk menyerang mereka. Karena itu, raja Asyur mengirim surat kepada Hezekia Raja Judah. Isinya bersifat memprovokasi, bahwa Raja Asyur sudah mengalahkan seluruh kota-kota di sekitar Yerusalem. Dan juga mengolok-olok Allahnya raja Hizkia. Tetapi malaikat Tuhan membunuh pasukan Assyiria, yang mengakibatkan 185.000 tentaranya tewas. Kasus ini, membuat Raja Asyur dan pasukannya gagal menaklukan Yerusalem dan kembali ke negerinya.[7]

Serangan Asyur ke Mesir

sunting

Pada masa pemerintahannya akhirnya Asyur menyerang Mesir. Esarhadon memimpin sejumlah serangan melawan Taharqa, yang dicatatnya dalam beberapa monumen. Serangan pertama pada tahun 677 SM, bertujuan untuk mendamaikan suku-suku Arab di sekitar Laut Mati, membawanya sampai ke Sungai Mesir. Esarhadon kemudian menyerang tanah Mesir pada tahun ke-17 pemerintahan Taharqa, setelah Esarhadon memadamkan suatu pemberontakan di Askelon. Taharqa mengalahkan tentara Asyur pada peperangan itu. Tiga tahun kemudian pada tahun 671 SM raja Asyur merebut dan menjarah Memphis, di mana ia berhasil menawan sejumlah anggota keluarga raja. Taharqa lari ke selatan, sementara Esarhadon mereorganisasi struktur politik di bagian utara, mendudukkan Nekho I sebagai raja di Sais. Saat Esarhaddon kembali ke Asyur, ia mendirikan suatu tugu kemenangan, dengan lukisan putra Taharqa yang masih muda, Ushankhuru, dalam keadaan diborgol.

Namun, setelah raja Asyur pergi, Taharqa menghasut sejumlah pemberontakan di Mesir Hilir (Lower Egypt). Esarhadon berangkat lagi ke Mesir tetapi wafat di tengah jalan, sehingga penyerangan ke Mesir dilanjutkan oleh putra dan penggantinya Asyurbanipal. Asyurbanipal berhasil mengalahkan Taharqa, yang kemudian lari ke Thebes.

Kematian

sunting

Taharqa wafat di kota Thebes[8] pada tahun 664 SM dan tahtanya diteruskan oleh pengganti yang ditunjuknya, Tantamani, putra Shabaka. Taharqa dimakamkan dalam sebuah piramida, di Nuri - Sudan Utara, di bantaran sungai Nil.[9]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Clayton, Peter A. Chronicle of the Pharaohs: The Reign-by-Reign Record of the Rulers and Dynasties of Ancient Egypt. Thames & Hudson. p.190. 2006. ISBN 0-500-28628-0
  2. ^ Aidan Dodson & Dyan Hilton, The Complete Royal Families of Ancient Egypt, Thames & Hudson (2004) ISBN 0-500-05128-3, pp.234-6
  3. ^ Toby Wilkinson, The Thames and Hudson Dictionary of Ancient Egypt, Thames & Hudson, 2005. p.237
  4. ^ K.A. Kitchen, The Third Intermediate Period in Egypt (1100–650 BC), 3rd edition, 1996, Aris & Phillips Ltd,pp.380-391
  5. ^ Kitchen, p.161
  6. ^ Kitchen, p.167
  7. ^ 2 Raja–Raja 19:35–36
  8. ^ Historical Prism inscription of Ashurbanipal I by Arthur Carl Piepkorn page 36. Published by University of Chicago Press [1] Diarsipkan 2012-03-19 di Wayback Machine.
  9. ^ Why did Taharqa build his tomb at Nuri? Diarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine. Conference of Nubian Studies