Jalan Tol Jakarta–Bogor–Ciawi
Ada usul agar Jalan Tol Jakarta–Bogor–Ciawi diganti judulnya dan dipindahkan ke Jalan Tol Jagorawi (Diskusikan). |
Jalan Tol Jagorawi, singkatan dari Jalan Tol Jakarta–Bogor–Ciawi, adalah jalan tol pertama di Indonesia[1] yang menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi. Jalan tol ini dikelola oleh PT Jasa Marga dan melewati Provinsi DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi | |
---|---|
Jalan Tol Jagorawi | |
![]() Jalan Tol Jagorawi dengan latar belakang Gunung Salak. | |
Informasi rute | |
Dikelola oleh Jasa Marga | |
Panjang | 59 km (37 mi) |
Berdiri | Sejak 7 Maret 1977 |
Sejarah | Dibangun 1 Oktober 1971-6 Maret 1977 |
Persimpangan besar | |
Dari | ![]() ![]() ![]() ![]() |
Simpang Susun Cawang Ramp Cililitan Simpang Susun Taman Mini Simpang Susun Pasar Rebo Ramp Cibubur Simpang Susun Cimanggis Ramp Cimanggis Simpang Susun Gunung Putri Simpang Susun Citeureup Simpang Susun Sentul Simpang Susun Sentul Selatan Simpang Susun Bogor Ramp Bogor Selatan Ramp Ciawi Simpang Susun Ciawi | |
Ke | ![]() ![]() |
Lokasi | |
Negara | Indonesia |
Kota | |
Sistem jalan | |
AH 152 |
Jalan tol ini dibangun dengan biaya Rp.350 juta per kilometer pada kurs rupiah saat itu.[2] Jalan tol sepanjang kurang lebih 50 km ini diresmikan Presiden Soeharto pada tanggal 9 Maret 1978. Saat pertama diresmikan, jalan tol tersebut baru sampai ruas Jakarta-Citeureup saja dan juga hanya 2 lajur per arah, dengan karyawan 200 orang.[3] Jalan tol Jagorawi merupakan jalan tol pertama di Indonesia. Pembangunan jalan tol ini didanai APBN dari pinjaman luar negeri, kemudian pengelolaannya diberikan kepada PT Jasa Marga sebagai modal awal perusahaan tersebut dan merupakan penyertaan pemerintah.[4]
Sejarah
suntingMeskipun Jagorawi merupakan jalan tol pertama di Indonesia, namun ide jalan tol sudah ada sejak dekade pertama kemerdekaan. Ini ketika pada 1955 Sudiro, Walikota Jakarta 1953-1960 mengusulkan sistem jalan tol diterapkan untuk Jalan Sudirman - Thamrin, yang merupakan jalan baru penghubung pusat kota (wilayah sekitar Gambir) ke Kotabaru Kebayoran. Pertimbangannya karena besarnya biaya untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan tersebut. Namun ide tersebut ditolak oleh DPRD(S) Jakarta. [5]
Pesatnya pembangunan di Jakarta mendorong arus urbanisasi sehingga Jakarta menjadi semakin padat khususnya di sebelah timur dan kemacetan semakin parah khususnya di ruas jalan Cilitan - Matraman - Gunung Sahari - Tanjung Priok dan jalan raya Bogor. Untuk memperlancar arus lalu lintas, maka diupayakan pembangunan jalan Bypass di sebelah timur sejajar kedua jalan lama. Sebagai upaya pertama, dibangun Jalan Jakarta Bypass dari Cililitan ke Tanjung Priok yang diresmikan pada 21 Oktober 1963. Sebagai terusannya, pada 1963 dimulai pra-kajian kelayakan untuk proyek pembangunan jalan bypass dari Cililitan, Jakarta menuju Bogor dan Ciawi sehingga disingkat Jagorawi. Pada tahun 1965, proyek Jagorawi Bypass berlanjut dengan pembentukan Otoritas Jalan Raya Jagorawi pada 27 Jan'66. Namun seiring tuntutan situasi politik dan ekonomisaat itu, 4 bulan berikutnya pada 25 Mei 1966 diputuskan penangguhan sementara proyek Jagorawi Bypass. [6]
Setelah memasuki era Orde Baru, pada 9 Januari 1969, Menteri Pekerjaan Umum Ir. Sutami mengusulkan untuk melanjutkan kembali proyek Jagorawi sebagai program Repelita I, dan disetujui oleh Presiden Soeharto. Berdasarkan penelitian Ditjen Bina Marga pada tahun 1969, jumlah kendaraan yang melintasi Jalan Raya Jakarta-Bogor mencapai 8.400 unit per hari. Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 17.200 unit pada tahun 1971, dan mencapai 50.500 kendaraan pribadi pada tahun 1980.[7]
Proyek dimulai dengan kajian kelayakan oleh konsultan dari Amerika Serikat, en:Kampsax - en:Louis Berger Consulting Engineering, dibiayai oleh UNDP. Kajian selesai pada 1970 menyatakan proyek tersebut layak dan merekomendasikan lokasi Jagorawi Highway pada jarak 3 - 5 km dari jalan raya bogor. Pada 1 April 1971 ditunjuk Manajer Proyek Jagorawi Highway ini Ir. Hendro Muljono.[6]
Tahapan proyek berikutnya perencanaan proyek dibiayai oleh hibah dari USAID sebesar US$ 800 ribu sesuai kesepakatan Indonesia dan Amerika Serikat sebelumnya pada 20 Agustus 1970. Perancangan rekayasa (engineering design) Jagorawi Highway mulai dikerjakan pada September 1971 oleh konsultan dari Amerika Serikat Sverdrup & Parcel Internasional Inc. didukung oleh kajian ekonomi oleh URS (en:United Research Services) Corp. Pada awal 1972 dihasilkan perencanaan konstruksi Jagorawi Highway sepanjang 51km (termasuk 3km jalan akses ke Kota Bogor) ini dilaksanakan dalam dua Seksi. Seksi A dari Ciawi (dekat persimpangan menuju Kawasan Puncak dan Sukabumi) sampai Citeureup (Sta 30+000) sejauh 20km dan Seksi B dari Citeureup ke Cililitan (dekat ujung jalan Jakarta Bypass) dengan badan jalan 8 lajur selebar 43m dan DMJ (Daerah Milik Jalan) selebar 90m dengan rencana kecepatan 120km/j dan MST (Muatan Sumbu Terberat) 10 ton.[6]
Selanjutnya sejak April 1972 konsultan bertugas menyusun dokumen & mendukung proses prakualifikasi dan lelang kontraktor konstruksi dan konsultan pengawas, termasuk negosiasi dan penyesuaian rancangan rekayasa serta volume dan jangka waktu pekerjaan untuk menurunkan biaya karena penawaran awal semua kontraktor ternyata melebihi anggaran. Penyesuaian ini seperti pengurangan lebar jalan menjadi hanya 6 lajur selebar 35,5m (termasuk pengurangan median jalan menjadi 10m) dengan hanya 4 lajur yang diaspal, bahkan ruas Bogor-Ciawi yang dibangun baru separuh (2 lajur tanpa median jalan). Hingga akhirnya pada 13 Nov 1973 terpilih pemenang untuk kontraktor yaitu Hyundai Construction Co dari Korea Selatan dengan penawaran Fixed Price US$ 33,2 juta (US$ 14,8 juta untuk Seksi A dan US$ 18,4 juta untuk Seksi B) dengan penandatangan kontrak pada 21 Desember 1973. Sedangkan untuk konsultan pengawas terpilih en:Ammann and Whitney - en:Trans Asia Engineering Associates Inc dari Amerika Serikat.[6]
Sementara itu sejak 1972 P3UN (Panitia Perunding Pembebasan Tanah Untuk Negara) sudah bergerak untuk membebaskan lahan seluas seluruhnya sekitar 500 ha selesai pada 1974 dengan biaya Rp 3,9 miliar.[6]
Tahapan konstruksi proyek dibiayai 70% oleh pinjaman lunak dari USAID sebesar US$ 26 juta dengan bunga 2%-3% masa pengembalian 40 tahun masa tenggang 10 tahun dan 30% komitmen rupiah murni pendamping sebesar US$ 18.7 juta (Rp 7,8 miliar) sesuai kesepakatan Indonesia dan Amerika Serikat pada 24 Januari 1974. [8]
Selanjutnya konstruksi fisik dimulai dengan acara peletakan batu pertama pada 25 Mei 1974 di Citeureup Sta 33+100. Pekerjaan sempat terhambat oleh klaim kenaikan biaya akibat force majeure krisis minyak 1973 sehingga akhirnya disepakai kenaikan harga kontrak sekitar 20%.[6]
Sementara itu, mengingat besarnya biaya untuk pembangunan dan pemeliharaan Jagorawi Highway maka Dirjen Bina Marga Dr. Ir. Purnomosidi Hadjisarosa memikirkan ide serupa dengan ide Walikota Sudiro pada 1955, yaitu menjadikan jalan tersebut sebagai jalan tol agar biaya pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan tersebut dapat dilakukan mandiri tanpa membebani APBN. Untuk itu pada 25 Oktober 1974 Bina Marga meminta konsultan en:Arge Intertraffic Lenzconsult dari Jerman Barat untuk menyusun kajian kelayakan sistem jalan tol Jakarta-Jawa Barat dikaitkan dengan rencana pembangunan jalan baru yaitu (1) Jagorawi; (2) Jakarta-Merak; (3) Jakarta-Cikampek; (4) Jalan Tol Lingkar Jakarta. Hasil kajian terbit pada awal 1976 dan merekomendasikan kelayakan Jagorawi sebagai Jalan Tol. Kemudian dilakukan kunjungan untuk Kajian Perbandingan pengelolaan dan pengoperasian jalan tol, pada Maret 1976 ke Asia seperti Hong Kong, Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang lalu pada Juni 1976 ke Eropa seperti Jerman, Italia, dan Spanyol. Pada 31 Agustus 1976 Dirjen Bina Marga secara resmi membentuk tim persiapan pembentukan suatu perusahaan jalan tol. Pada akhir 1976, Bina Marga menyampaikan ke kontraktor perubahan konsep rancangan Jagorawi dari Jalan Bebas Hambatan menjadi Jalan Tol. Terkait pola pengoperasian jalan tol, diputuskan untuk mengadopsi sistem Korea Selatan karena lebih sederhana dibandingkan sistem negara lain. Kemudian untuk mendapatkan persetujuan, pada 27 Januari 1977 Menteri Pekerjaan Umum Ir. Sutami, melaporkan seluruh hasil kajian dan tugas persiapan tersebut kepada Presiden Suharto, kemudian pada 9 Februari 1977 menyampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi V DPR.[3] Setelah persetujuan Presiden dan DPR ini, pada pertengahan 1977, Bina Marga bersepakat dengan kontraktor terkait perubahan kontrak sesuai konsep rancangan Tollroad dan juga mengirimkan tim ke Korean Expressway Corp utk ToT (Training of Trainers) dalam pengoperasian jalan tol.
Akibat peningkatan biaya sebagai dampak krisis minyak 1973 dan perubahan spesifikasi menjadi jalan tol tersebut, maka biaya keseluruhan proyek ini mencapai 66 juta dollar AS (meningkat dari estimasi awal 44,7 juta dollar AS), sehingga perbandingan porsi pinjaman dibandingkan APBN turun menjadi 40:60.[8]
Pada 25 Februari 1978 diterbitkan terbit PP No. 4 tahun 1978 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian Persero yang mengurusi dan mengelola infrastruktur jalan raya tol, disusul pengangkatan Ir. Yuwono Kolopaking sebagai Direktur Utama, Ir. Isbandi sebagai Direktur, dan Ir. Sunaryo Sumardji sebagai Direktur Muda. Perusahaan baru ini diaktakan pada 1 Maret 1978 yang kemudian diperingati sebagai hari lahir BUMN Indonesia Highway Corp yaitu PT Jasa Marga (Persero). Kemudian pada 8 Maret 1978 diterbitkan Keppres No. 3 tahun 1978 tentang penetapan Jagorawi sebagai Jalan Tol dan keesokan harinya pada 9 Maret 1978 dilakukan peresmian Jalan Tol Jagorawi Seksi B oleh Presiden Suharto. Meski sudah beroperasi, konstruksi Seksi B baru resmi selesai dan diserahterimakan pada 31 Juli 1978.[2]
Sedangkan Seksi A ruas Bogor-Citeureup mulai dioperasikan 19 April 1979 disusul ruas Ciawi-Bogor selesai pada 30 Juni 1979. Kemudian Seksi A diresmikan oleh Presiden Suharto pada 14 Agustus 1979.
Dalam dekade berikutnya 1979-1989 dilakukan tiga macam upaya penyempurnaan Jagorawi yaitu:[6]
- Penambahan ramp akses baru yaitu TMII pada April 1979, Cibubur pada 1980, dan Gunung Putri pada 1985 untuk meningkatkan kelancaran akses termasuk akses kawasan industri Cibinong khususnya Pabrik Semen.
- Proyek Jagorawi tahap-2 pada Mei 1981 sampai dengan Maret 1985 untuk penyempurnaan ruas Bogor - Ciawi (4,6 km) menjadi 4 lajur dengan median jalan dan penambahan jalan akses arah Puncak via Gadog untuk mengurangi kepadatan di Simpang Ciawi
- Pembangunan simpang susun Cawang yang mencakup jalan lingkar 12,1km dan jembatan 1.014m pada lahan selus 32 ha. Pembangunan dimulai dengan peletakan batu pertama pada 14 Agustus 1982 dan diresmikan pada 10 November 1989. Simpang Susun ini merupakan integrasi jalan tol Jagorawi dengan empat jalan tol jakarta lainnya yang saat itu sudah terbangun, yaitu:
- Jalan Tol Cawang-Pluit tahap 1 (ruas Cawang-Tomang) yang selesai pada 1987 dan terhubung ke Jalan Tol Jakarta–Merak tahap 1 (ruas Tomang-Bitung Tangerang Barat) yang selesai pada 1984
- Jalan Tol Jakarta–Cikampek tahap 1 (ruas Cawang-Bekasi Barat) yang selesai pada 1987
- Jalan tol Cawang-Tanjung Priok tahap 1 (ruas Cawang-Rawamangun) yang selesai pada 1989
Fasilitas
suntingPada tahun 2007, tol Jagorawi sudah selesai dilebarkan menjadi 3 lajur dari Jakarta sampai Bogor
Dari Februari-Desember 2011, ruas tol Jagorawi telah dilebarkan dari 3 lajur menjadi 4 lajur dari Jakarta hingga Sentul Selatan, sisanya dari Sentul Selatan sampai Bogor masih 3 lajur dan Bogor sampai Ciawi masih 2 lajur.
Jalan tol ini dilengkapi pula oleh lima tempat istirahat yakni di tempat peristirahatan Cibubur Square di KM 10, tempat istirahat Sentul (KM 35) dan tempat istirahat Ciawi (KM 45) untuk arah Jakarta ke Bogor/Ciawi. Sebaliknya dari Bogor/Ciawi, tempat peristirahatan akan ditemui di tempat istirahat Bogor (KM 38), dan tempat istirahat Gunung Putri (KM 21).[9]
Gerbang tol
suntingRuas Cawang-Bogor-Ciawi (Dikelola PT Jasa Marga (Persero) Tbk.)
Gerbang tol/simpang susun |
KM |
Lokasi |
Destinasi |
---|---|---|---|
Jalan Tol di DKI Jakarta Rute 2 | |||
JALAN TOL LINGKAR DALAM JAKARTA Batas Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL JAKARTA-BOGOR-CIAWI Batas Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
Simpang Susun Cawang | 0 | Cawang | SELATAN Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta Jatinegara Kelapa Gading Pelabuhan Tanjung Priok |
TIMUR Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta Tebet Semanggi Segitiga Emas | |||
Gerbang Tol Cililitan Utama 1-3 | 2 | Cililitan | UTARA <transaksi GT Cililitan hanya untuk kendaraan dari arah Ciawi ke Jakarta> Segitiga Emas Bandara Internasional Soekarno-Hatta Pelabuhan Tanjung Priok SELATAN <jalan terus, tidak ada transaksi> TMII Cibubur Depok Bogor Ciawi Sukabumi |
Ramp Cililitan | Bandara Internasional Halim Perdanakusuma Rumah Sakit POLRI Jalan Mayjend. Sutoyo ke Jalan Tol Jakarta-Cikampek | ||
Simpang Susun Taman Mini | 4 | Kramat Jati | Jalan Pondok Gede Raya Asrama Haji Jakarta TMII |
Gerbang Tol Ramp Taman Mini 1-2 | |||
JALAN TOL JAKARTA-BOGOR-CIAWI Batas Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (RUAS PONDOK PINANG-TMII) Batas Operasional PT Hutama Karya (Persero) Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
Simpang Susun Pasar Rebo | 7 | Ciracas | Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta |
Gerbang Tol Dukuh 1-3 Gerbang Tol Utama Pasar Rebo |
BARAT Cijantung Pasar Minggu Jakarta-Serpong | ||
TIMUR Bambu Apus Cilangkap Jakarta-Cikampek | |||
Ramp Simpang Susun Pasar Rebo <hanya untuk kendaraan keluar dari/masuk ke arah Ciawi> Kampung Rambutan Cijantung Jl. TB Simatupang | |||
JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (RUAS PONDOK PINANG-TMII) Batas Operasional PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL JAKARTA-BOGOR-CIAWI Batas Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
Simpang Susun Cibubur | 15 | Cibubur | Jalan Transyogi Buperta Cibubur |
Gerbang Tol Cibubur 1-2 | |||
Jalan Tol di DKI Jakarta Rute 2 Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
Batas Wilayah Provinsi D.K.I. Jakarta Batas Wilayah Provinsi Jawa Barat | |||
Jalan Tol di Jawa Barat Rute 2 Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL JAKARTA-BOGOR-CIAWI Batas Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA 2 (RUAS CINERE-JAGORAWI) Batas Operasional PT Translingkar Kita Jaya Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA 2 (RUAS CIMANGGIS-CIBITUNG) Batas Operasional PT Cimanggis Cibitung Tollways Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
Simpang Susun Cimanggis | 16 | Cimanggis | Jalan Tol Cinere-Jagorawi Jalan Tol Cimanggis-Cibitung |
Gerbang Tol Cimanggis 1-5 | BARAT Kota Depok Ciputat Bandara Internasional Soekarno-Hatta | ||
TIMUR Jatikarya Cileungsi Jonggol | |||
JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA 2 (RUAS CIMANGGIS-CIBITUNG) Batas Operasional PT Cimanggis Cibitung Tollways Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA 2 (RUAS CINERE-JAGORAWI) Batas Operasional PT Translingkar Kita Jaya Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL JAKARTA-BOGOR-CIAWI Batas Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
Ramp Cimanggis | 19 | Cimanggis | <hanya untuk kendaraan keluar dari/masuk ke arah Jakarta> Jalan Raya Tapos |
Gerbang Tol Cimanggis | |||
Wilayah hukum Polda Metro Jaya | |||
Batas Wilayah Kota Depok Batas Wilayah Kabupaten Bogor | |||
Wilayah hukum Polda Jawa Barat | |||
Simpang Susun Gunung Putri | 24 | Gunung Putri | Jalan Gunung Putri Raya |
Gerbang Tol Gunung Putri | |||
Gerbang Tol Karanggan | Karanggan | <hanya untuk kendaraan dari arah Karanggan ke arah Jakarta> Jakarta | |
Simpang Susun Citeureup | 28 | Citeureup | Jalan Mayor Oking |
Gerbang Tol Citeureup 1-2 | |||
Simpang Susun Sentul | 34 | Sentul | Jalan Sirkuit Sentul IPSC Sirkuit Sentul |
Gerbang Tol Sentul 1-2 | |||
Simpang Susun Sentul Selatan | 37 | Babakan Madang | Jalan M.H. Thamrin Sentul International Convention Centre |
Gerbang Tol Sentul Selatan 1-2 | |||
Simpang Susun Sentul Selatan Ramp 1 | Jalan Tol Lingkar Luar Bogor Dramaga | ||
Batas Wilayah Kabupaten Bogor Batas Wilayah Kota Bogor | |||
Simpang Susun Bogor | 40 | Bogor Utara | Pusat Kota Kebun Raya Bogor Istana Bogor Terminal Bus Baranangsiang Bogor |
Gerbang Tol Bogor | |||
Gerbang Tol Ciawi 2 | 41 | Sukaraja | UTARA <transaksi GT Ciawi 2 hanya untuk kendaraan dari arah Ciawi ke Jakarta> Jakarta Depok Tangerang Bekasi SELATAN <jalan terus, tidak ada transaksi> Cisarua Ciawi Sukabumi |
Ramp Bogor Selatan | 42 | Bogor Selatan | <hanya untuk kendaraan dari arah Jakarta> Jalan Raya Tajur |
Gerbang Tol Bogor Selatan | |||
Gerbang Tol Ciawi | 44 | Bogor Timur | UTARA <jalan terus, tidak ada transaksi> Jakarta Depok Tangerang Bekasi SELATAN <transaksi GT Ciawi hanya untuk kendaraan dari arah Jakarta ke Ciawi> Cisarua Ciawi Sukabumi |
Ramp Ciawi | 46 | <pintu keluar Ciawi hanya untuk kendaraan dari arah Jakarta> Taman Safari Puncak Cianjur | |
Batas Wilayah Kota Bogor Batas Wilayah Kabupaten Bogor | |||
Simpang Susun Ciawi | 47 | Ciawi | Jalan Tol Bocimi Pelabuhan Ratu Sukabumi |
<pintu keluar Ciawi hanya untuk kendaraan dari arah Jakarta> Ciawi Tajur/Bogor Puncak ALTERNATIF LAIN: Cianjur Jalan Tol Purbaleunyi Jalan Tol Padaleunyi Bandung Jalan Tol Cisumdawu Sumedang Cirebon Semarang Garut Tasikmalaya Ciamis Banyumas Purworejo Yogyakarta Klaten Surabaya (via tol Colomadu-Surabaya) Banyuwangi | |||
Jalan Tol di Jawa Barat Rute 2 | |||
JALAN TOL JAKARTA-BOGOR-CIAWI Batas Operasional PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Jalan Tol Berawal/Berakhir | |||
JALAN TOL BOGOR-CIAWI-SUKABUMI Batas Operasional PT Trans Jabar Tol Jalan Tol Berawal/Berakhir |
Tempat istirahat
suntingJalan tol Jagorawi mempunyai beberapa tempat istirahat. Ada 5 tempat istirahat yaitu:
Lokasi (KM) | Arah | Tipe | Parkir | SPBU | Masjid/Musholla | Restoran | Toilet | Bengkel | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
10A | Selatan | A | |||||||
21B | Utara | A | |||||||
36A | Selatan | A | |||||||
38B | Utara | A | |||||||
45A | Selatan | A |
Tarif (Rupiah baru)
suntingPada tahun 2024, terjadi perubahan pada tarif Tol Jagorawi. Berikut adalah tarif yang baru: Golongan I: Rp7.500, Golongan II: Rp12.000, Golongan III: Rp12.000, Golongan IV: Rp17.000, dan Golongan V: Rp17.000.[10]
Golongan | Tarif |
---|---|
I | 7,50 |
II | 12,00 |
III | 12,00 |
IV | 17,00 |
V | 17,00 |
- Mulai 8 September 2017, transaksi di gerbang tol Cibubur Utama dan Cimanggis Utama ditiadakan. Transaksi dilakukan di gerbang tol masuk/keluar.[11][12]
Simpang susun utama
suntingKM | Lokasi | Tujuan |
---|---|---|
0 | Simpang Susun Cawang | Jalan Tol Lingkar Dalam Kota Jakarta |
7 | Simpang Susun Pasar Rebo | Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta |
16 | Simpang Susun Cimanggis | Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2 |
47 | Simpang Susun Ciawi | Jalan Tol Bocimi |
Insiden
sunting- Pada tanggal 8 September 2013, terjadi kecelakaan yang melibatkan mobil pada km 8,2. Akibat kecelakaan tersebut, 7 orang tewas dan 9 orang luka-luka.[13] Kecelakaan ini melibatkan Abdul Qodir Jaelani (Dul), putra bungsu Ahmad Dhani.[14]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Santoso, Agus (2015). Naskah Sumber Arsip Presiden RI : Soeharto. Arsip Nasional Republik Indonesia. hlm. 40.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b "Jagorawi". Arief Rahman Topan, Jurnal Republik. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-10. Diakses tanggal 15 September 2007.
- ^ a b "Profil PT. Jasa Marga (Persero)". Infotol, Astaga.com. 27 Februari 2006. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-22. Diakses tanggal 15 September 2007.
- ^ "Tol Jagorawi Merupakan Modal Awal PT Jasa Marga". Badan Penelitian dan Pengembangan SDM, Depkominfo. 4 September 2007. Diakses tanggal 10 Februari 2008.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Hanggoro, Hendaru Tri (2018-08-31). "Cita-cita Sukarno Tertinggal di Jalan M.H. Thamrin" [Sukarno's Ambition Left Behind on Jalan M.H. Thamrin]. Historia. Jakarta: PT Media Digital Historia. Diakses tanggal 2025-02-24.
- ^ a b c d e f g Groho, Ardhiyanto Wisnu (2017-08-02) (dalam bahasa id). Pembangunan Jalan Tol Jagorawi Tahun 1963-1989 Beserta Dampak Ekonomi (Tesis BA). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. http://repository.unj.ac.id/25296/. Diakses pada 2025-02-24.
- ^ FATHONI, RIZA (2024-02-28). "Arsip Foto "Kompas": Jagorawi, Jalan Tol Pertama di Indonesia". kompas.id. Diakses tanggal 2024-12-11.
- ^ a b "Development Experience Clearinghouse (DEC) -". dec.usaid.gov. Diakses tanggal 2024-12-11.
- ^ "Jakarta - Bogor - Ciawi (Jagorawi)". Jalantol.net. 14 Mei 2006. Diakses tanggal 15 September 2007.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Update Tarif Tol Jagorawi 2024, Simak Rincian Lengkapnya di Sini". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-11.
- ^ Rudi, Alsadad (6 September 2017). Syatiri, Ana Shofiana, ed. "Diingatkan Kembali, Tol Jagorawi Berlaku Satu Tarif Mulai 8 September". Kompas.com. Kompas.com. Diakses tanggal 7 September 2017.
- ^ Prabowo, Dani (5 September 2017). Alexander, Hilda B, ed. "Dengan Sistem Integrasi, Tarif Tol Jagorawi Jadi Rp 6.500". Kompas.com. Kompas.com. Diakses tanggal 7 September 2017.
- ^ Susilo, Joko (8 September 2013). Burhani, Ruslan, ed. "Lima tewas akibat tabrakan di Tol Jagorawi". ANTARA News. Antara. Diakses tanggal 9 September 2013.
- ^ "Kronologi Tabrakan Jagorawi Melibatkan Anak Dhani". Tempo.co. Tempo.co. 8 September 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-25. Diakses tanggal 25 Desember 2014.
Ruas sebelumnya: Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta 2 |
Jalan Tol Trans Jawa | Ruas berikutnya: Jalan Tol Bocimi Jalan Tol Borr Jalan Tol Sentul Selatan - Karawang Barat (Rencana) |
Pranala luar
sunting- Situs web resmi Jasa Marga Diarsipkan 2015-04-28 di Wayback Machine.
- Info lalu lintas Diarsipkan 2018-02-16 di Wayback Machine. Jalan Tol Jagorawi