Wadon gunung

Sejenis karper sungai
Wadon gunung
Lukas, Labiobarbus leptocheilus
dari Bengawan Bodo, Candirenggo, Ayah, Kebumen
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
L. leptocheilus
Nama binomial
Labiobarbus leptocheilus
(Valenciennes, 1842)
Sinonim
  • Labiobarbus leptocheilus van Hasselt, 1823 (nomen nudum)
  • Dangila leptocheila Valenciennes, 1842[1]
  • Dangila Kuhlii Valenciennes, 1842[2]
  • Dangila Cuvieri Valenciennes, 1842[3]
  • ?Cyrene philippina Heckel, 1843
  • Dangila sumatrana Bleeker, 1852
  • Dangila Berdmorei Blyth, 1861
  • Dangila lineata Sauvage, 1878
  • Dangila burmanica Day, 1878
  • Dangila rosea Popta, 1904

Wadon gunung atau umbu-umbu (Labiobarbus leptocheilus) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae (kerabat ikan mas). Ikan ini menyebar luas di Asia Tenggara daratan dan Indonesia bagian barat. Di Jakarta tempo dulu, ikan ini dikenal sebagai wadon gunung atau milem (Btw.); sementara namanya di tempat-tempat lain: umbu-umbu, lamba pasir, keperas (Jambi); nilem, tiworo (Sd.); wader, lukas, lokas (Jw.); kujem, kujam (Kaltim), dan lain sebagainya.[4][5] Ada pula yang menyebutnya siumbut[6] atau luang.[7] Dalam bahasa Inggris ikan ini disebut dengan nama Silver Shark-barb.

Pengenalan sunting

 
Pelat identifikasi menurut Bleeker, 1860

Ikan karper berukuran sedang, panjang standar (SL, standard length) mencapai 300 mm. Profil badannya memanjang, dengan sirip dorsal yang panjang. Tinggi tubuh 3,3-3,7 kalinya sebanding dengan panjang standar; sementara panjang kepalanya 4,7-5,2 kalinya sebanding dengan panjang standar. Dua pasang sungut terdapat di moncong dan di sudut mulut di rahang atas, yang akhir ini lebih panjang daripada diameter mata.[5]

 
Sirip punggung

Sirip dorsal (punggung) dengan IV jari-jari keras (duri) dan 21-26 jari-jari lunak; sirip anal (dubur) III, 5; sirip pektoral (dada) I, 16-17; dan sirip ventral (perut) I, 8.[5] Sisik-sisik dengan gurat sisi berjumlah 33-44. Batang ekor dikelilingi oleh 16-20 sisik. Vertebrae 34-36 (22-24+11-13.[8] Awal sirip dorsal kira-kira sejajar dengan gurat sisi ke-8 hingga 10; terpisahkan oleh 11-12 sisik dari ujung belakang kepala. Sirip kaudal (ekor) berbelah dalam, ujung-ujungnya meruncing, lebih panjang daripada kepala.[5]

Tubuh berwarna keperakan, sisi punggungnya gelap. Garis-garis gelap samar tampak terbentuk oleh bintik-bintik samar di tiap sisik dalam deretan memanjang, sering dengan pola noktah gelap besar yang juga samar di akhir gurat sisi.[5] Iris mata kuning, sirip-sirip berwarna bening (hyaline) kekuningan atau kemerahan, sedikit atau banyak bertabur bintik-bintik gelap kehitaman.[4]

Agihan dan kebiasaan sunting

 
Sirip perut

Wadon gunung tercatat menyebar luas di Asia Tenggara daratan, di jaringan sungai-sungai Mekong, Salween, Chao Phraya dan Xe Bangfai. Juga di Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, dan Jawa.[9] Spesimen contoh diperoleh dari Jambi (Batang Hari), Palembang; Sungai Kapuas, Pontianak, Sintang, Putussibau, Sungai Baram, Sungai Mendalam, Sungai Mahakam, Sungai Bo, Sungai Bulit; Jakarta, (Kali) Sunter, Perdana, Lebak, Ciampea, Bogor, Cikao, Tulungagung (Rawa Bening), Ngawi, Surabaya.[5]

 
Sirip dubur

Ikan ini biasa ditemukan di setengah kedalaman hingga dasar sungai-sungai kecil dan besar; juga didapati di wilayah yang mengalami banjir.[9] Pengamatan di Sungai Musi mendapatkan bahwa makanan ikan siumbut terutama terdiri dari serasah (64-70%); ditambah dengan ganggang chlorophyceae, diatom, cyanophyceae, desmidiaceae dan lain-lain.[6]

Siumbut di Sungai Musi diperkirakan memasuki masa berpijahnya pada bulan Januari; di mana ikan-ikan ini memiliki nilai indeks kematangan gonad (IKG) rata-rata yang tertinggi. Fekunditasnya berkisar antara 8.825-17.779 butir telur per ekor induk ikan, dengan diameter telur antara 0,3-0,68 mm.[6]

Manfaat sunting

Wadon gunung merupakan ikan konsumsi bernilai lokal di daerah sebarannya. Ikan ini dijual dalam keadaan segar, biasanya bercampur dengan jenis-jenis karper kecil yang lain; atau diasinkan.

Catatan taksonomis sunting

Roberts (1993) menganggap bahwa Dangila cuvieri, D. kuhlii dan D. leptocheila sebagaimana yang dideskripsi Valenciennes (1842) adalah spesies-spesies yang bersinonim. Ia memutuskan bahwa nama Labiobarbus leptocheilus mendapatkan prioritas atas nama-nama yang lain.[8]

Catatan kaki sunting

  1. ^ Cuvier, G. & A. Valenciennes. 1842. Histoire Naturelle des Poissons, to. XVI: 234. Paris :Chez F. G. Levrault.
  2. ^ Cuvier, G. & A. Valenciennes. op. cit. : 231.
  3. ^ Cuvier, G. & A. Valenciennes. op. cit. : 230.
  4. ^ a b Bleeker, P. 1860. Ichthyologiae Archipelagi Indici Prodromus vol II Cyprini: 198. Bataviae: Typis Langei &soc. (terj. Ingg.)
  5. ^ a b c d e f Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Fishes of The Indo-Australian Archipelago III: 115-16. E.J. Brill. Leiden.
  6. ^ a b c Kusumasari, M.F. 2007. Biologi Reproduksi dan Kebiasaan Makanan Ikan Siumbut (Labiobarbus leptocheilus) di Sungai Musi, Sumatera Selatan. Skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. (tidak diterbitkan)
  7. ^ Fithra, R.Y., & Y.I. Siregar. 2010. Keanekaragaman ikan Sungai Kampar, inventarisasi dari Sungai Kampar Kanan. Jurnal Ilmu Lingkungan UNRI 2(4): 139-47 (2010)
  8. ^ a b Roberts, T.R.. 1993. Systematic revision of the Southeast Asian cyprinid fish genus Labiobarbus (Teleostei: Cyprinidae). Raff. Bull. Zool. 41(2): 315-29 Diarsipkan 2014-05-02 di Wayback Machine..
  9. ^ a b FishBase: Labiobarbus leptocheilus (Valenciennes, 1842)

Pranala luar sunting