Pendekar Tongkat Emas

film Indonesia

Pendekar Tongkat Emas (dipasarkan sebagai The Golden Cane Warrior di pasar internasional) merupakan film Indonesia tahun 2014[2] yang disutradarai oleh Ifa Isfansyah. Film laga ini dibintangi oleh sederet bintang papan atas Indonesia, seperti Christine Hakim, Nicholas Saputra, Reza Rahadian, dan Slamet Rahardjo. Eva Celia dan Tara Basro, dua bintang muda yang sedang naik daun, juga ikut berperan sebagai lakon utama. Film ini mengangkat tema persilatan[3] yang sudah lama tidak menghiasi perfilman Indonesia. Mengeksplorasi tema-tema seperti pengkhianatan, kesetiaan, dan ambisi, film ini dirilis pada 18 Desember 2014 oleh Miles Films.

Pendekar Tongkat Emas
SutradaraIfa Isfansyah
Produser
SkenarioJujur Prananto
Seno Gumira Ajidarma
Mira Lesmana
Ifa Isfansyah
CeritaMira Lesmana
Riri Riza
Ifa Isfansyah
Eddie Cahyono
PemeranEva Celia
Nicholas Saputra
Reza Rahadian
Tara Basro
Christine Hakim
Slamet Rahardjo
Aria Kusumah
Darius Sinathrya
Prisia Nasution
Whani Darmawan
Penata musikErwin Gutawa
Perusahaan
produksi
DistributorMiles Films
Tanggal rilis
18 Desember
Durasi112 menit
NegaraIndonesia Indonesia
BahasaBahasa Indonesia
AnggaranIDR 25 miliar [1] (USD 2 juta)
Penghargaan
Festival Film Indonesia 2015
  • Pemeran Pendukung Wanita Terbaik: Christine Hakim
  • Pemeran Anak-anak Terbaik: Aria Kusumah
Festival Film Bandung 2015

Plot sunting

Cempaka (Christine Hakim) merupakan Pendekar Tongkat Emas yang termasyhur di dunia persilatan. Ia memiliki empat orang murid yang merupakan anak dari beberapa musuh yang dulu dikalahkannya, yaitu Biru (Reza Rahadian), Gerhana (Tara Basro), Dara (Eva Celia), dan Angin (Aria Kusumah). Biru dan Gerhana memiliki hubungan yang dekat, begitu pula Dara dan Angin. Cempaka memerintahkan Biru dan Gerhana untuk menyaksikan pertarungan silat yang dimenangkan oleh Perguruan Sayap Merah. Di gubuknya, Cempaka yang sedang dalam kondisi buruk dirawat oleh Angin.

Di Perguruan Sayap Merah, Biru dan Gerhana disambut oleh pimpinan perguruan (Whani Darmawan) yang menitipkan salam hormat untuk Cempaka yang telah berjasa banyak bagi dunia persilatan. Sekembalinya, Cempaka mengumpulkan keempat muridnya dan menyampaikan bahwa ia akan memilih satu di antara mereka untuk menjadi pewaris Tongkat Emas beserta jurus Melingkar Bumi. Meskipun lebih muda, Cempaka memilih Dara; membuat Biru dan Gerhana terkejut. Meskipun Dara mencoba menolak, Cempaka bersikeras dan mengatakan bahwa ia akan membawa Dara pergi selama beberapa hari untuk mewariskan jurus Melingkar Bumi. Angin diminta untuk ikut serta agar dapat merawat kondisi Cempaka. Sementara Biru dan Gerhana diperintahkan untuk tinggal menjaga gubuk mereka. Cempaka menyampaikan pada Dara bahwa jika terjadi sesuatu padanya sebelum sempat mewariskan jurus Melingkar Bumi, hanya ada satu orang yang mengetahui jurus tersebut: Pendekar Naga Putih, mantan pasangannya.

Keesokan paginya, di tengah perjalanan, Cempaka bersama Dara dan Angin dikejutkan oleh Biru dan Gerhana yang mencegat mereka dengan maksud merebut paksa Tongkat Emas. Gerhana menyampaikan bahwa Cempaka semestinya sudah mati akibat racun yang diberikannya. Pertarungan pun terjadi antara Dara dan Angin menghadapi Biru dan Gerhana. Dalam kondisi terdesak, Cempaka yang semakin lemah menyelamatkan Dara dan Angin serta memerintahkan mereka untuk pergi. Angin berusaha membawa Dara pergi, tetapi dengan terpaksa. Biru dan Gerhana pun berhasil mengalahkan Cempaka dan membunuhnya. Di sebuah tepi jurang, mereka berhasil mengejar Dara dan Angin. Biru dan Gerhana berhasil mengalahkan Dara dan Angin hingga mereka terjatuh ke jurang, tetapi Dara berhasil mempertahankan Tongkat Emas agar tidak jatuh ke tangan Biru. Sesosok misterius menyelamatkan Dara dan Angin sebelum Biru dan Gerhana mencapai dasar jurang.

Biru dan Gerhana kemudian mendatangi Perguruan Sayap Merah. Mereka menyebarkan fitnah bahwa Dara dan Angin telah berkhianat serta membunuh Cempaka untuk merebut Tongkat Emas. Pimpinan Perguruan Sayap Merah yang merupakan sahabat Cempaka marah dan memerintahkan murid-muridnya untuk memburu Dara dan Angin. Dara, sementara itu, terbangun di sebuah gubuk dengan sosok misterius yang menyelamatkannya bersama Angin. Sosok misterius ini ternyata adalah Elang (Nicholas Saputra). Ketika bermaksud pergi untuk mencari Pendekar Naga Putih seperti pesan Cempaka, Dara dan Angin dikejutkan oleh Elang yang menyatakan bahwa mereka belum siap bertemu dengan Naga Putih. Dara seraya curiga dan mempertanyakan bagaimana Elang bisa tahu bahwa ia bermaksud mencari Pendekar Naga Putih.

Dara yang penasaran dengan identitas Elang suatu hari mengikutinya ke sebuah pemukiman. Elang bertarung dengan sekelompok orang untuk menagih hutang. Di sebuah kampung, Dara melihat gambar dirinya dan Angin yang disebarkan sebagai buronan. Ketika sedang melarikan diri, sekelompok pendekar mendatangi kampung Elang dan mulai menyerang warga kampung serta merusak rumah warga. Sebelum sempat bertindak, Angin menotok tubuh Dara sehingga tidak dapat bergerak. Sendirian, Angin menghadapi para pendekar untuk menyelamatkan warga kampung. Akan tetapi, setelah para pendekar mengancam membunuh warga, Angin menyerahkan diri untuk kemudian dibawa ke Biru. Ketika efek totok Angin memudar keesokan harinya, Dara menemukan para warga sedang bersiap meninggalkan kampung karena tidak lagi aman. Merasa bersalah, salah satu warga kampung memberitahu Dara bahwa Angin menyerahkan diri dan untuk menyelamatkannya, Dara harus menyerahkan Tongkat Emas kepada Biru. Meskipun Elang mencoba melarangnya, Dara bersikeras.

Di gubuk Cempaka, Biru menyekap Angin. Ia memaksa Angin memberitahu keberadaan Dara. Angin, yang tidak pernah berbicara, bergeming dan membuat Biru murka. Ketika Dara tiba di gubuk Cempaka, ia disambut oleh Gerhana dan Biru yang menyekap Angin. Demi menyelamatkan Angin, Dara pun menyerahkan Tongkat Emas dan segera melarikan diri. Di tengah hutan, Dara dan Angin bersembunyi di atas pepohonan dari Biru dan Gerhana yang ingin membunuh Dara dan Angin agar kedoknya tidak terbuka. Angin kembali menotok Dara agar tidak bisa bergerak dan menghadapi Biru dan Gerhana sendirian. Tidak bisa melakukan apa-apa, Dara hanya bisa mendengarkan pertarungan antara ketiganya hingga kemudian pertarungan terhenti dengan Biru dan Gerhana meninggalkan hutan.

Sementara itu, Elang memimpin warga kampungnya menemukan pemukiman baru. Di Perguruan Sayap Merah, Gerhana meracun minuman pimpinan perguruan. Setelah kematian pimpinan perguruan, Biru menjadi pimpinan dan menobatkan dirinya sebagai guru tertinggi seraya mengganti nama Perguruan Sayap Merah menjadi Perguruan Tongkat Emas, sebagaimana nama perguruan Cempaka yang dulu sangat kuat sebelum ia memutuskan menutup dan meninggalkannya. Dengan Gerhana sebagai tangan kanannya, Biru membunuh siapa saja yang menentang atau mencoba merebut Tongkat Emasnya dan menciptakan kekacauan di dunia persilatan.

Dara yang murka atas kematian Angin bermaksud menyelinap ke Perguruan Sayap Merah. Ia dicegat oleh Elang yang kemudian membawanya ke pemukiman baru warga kampung. Merasa bersalah atas kematian Angin, Elang membuka rahasia tentang identitasnya pada Dara; bahwa ia adalah putra dari Naga Putih (Darius Sinathrya) dan Cempaka ketika muda (Prisia Nasution). Jurus Melingkar Bumi pun kemudian diketahui merupakan jurus berpasangan yang diturunkan oleh guru (Landung Simatupang) dari Naga Putih dan Cempaka. Dara pun paham mengapa Cempaka meminta Angin untuk ikut bersama mereka sebelumnya, karena ia bermaksud memasangkan Dara dan Angin untuk mewarisi jurus Melingkar Bumi. Elang menceritakan bahwa ayahnya, yang ingin meninggalkan dunia persilatan, berpisah dengan Cempaka tak lama setelah ia lahir karena Cempaka lebih memilih memimpin Perguruan Tongkat Emas. Naga Putih meminta Cempaka bersumpah bahwa ia tidak akan pernah mencarinya dan putra mereka serta ia pun bersumpah tidak akan mencampuri urusan Cempaka. Elang, putra Naga Putih dan Cempaka, menyampaikan pada Dara bahwa ia adalah pewaris terakhir jurus Melingkar Bumi. Dara pun meminta Elang menjadikannya murid serta mengajarinya jurus Melingkar Bumi. Terhalang oleh sumpahnya, Elang menemui Dewan Datuk Bumi Persilatan (Slamet Rahardjo) yang mengingatkan Elang bahwa ia telah bersumpah pada mendiang ayahnya untuk tidak mencampuri urusan Cempaka dan Tongkat Emasnya. Pun begitu, Elang melanggar sumpahnya dan mengajari Dara jurus Melingkar Bumi.

Di Perguruan Tongkat Emas, Biru gelisah karena ia merasa kurang sakti hanya memiliki Tongkat Emas tanpa jurus pamungkasnya. Gerhana, yang ternyata juga kekasihnya, menenangkan Biru dengan mengatakan bahwa tanpa Tongkat Emas sekalipun, Biru adalah pendekar yang sakti.

Setelah berhari-bari berlatih menguasai jurus Melingkar Bumi, Dara dan Elang mendatangi Perguruan Tongkat Emas. Dara kemudian menantang Biru dan Gerhana untuk bertarung tanpa campur tangan siapapun setelah mereka menolak mengembalikan Tongkat Emas yang merupakan haknya. Dara menghadapi Gerhana, sementara Elang menghadapi Biru. Di tengah-tengah pertarungan sengit, seorang anak kecil keluar dari dalam ruang perguruan, yang ternyata merupakan putra Biru dan Gerhana. Dara meminta Gerhana berhenti karena ia tak ingin membunuh Gerhana di depan anaknya. Akan tetapi, Gerhana memilih melanjutkan pertarungan.

Dara pun akhirnya berhasil mengalahkan Gerhana dan menewaskannya; membuat Biru murka. Ia pun menyerang Dara dan Elang dengan membabi buta. Setelah pertarungan yang sengit, Dara dan Elang berhasil memukul jatuh Biru dan merebut Tongkat Emas. Biru bangun dan mencoba menyerang Dara dan Elang dengan sebuah batang pohon besar, tetapi Dara dan Elang mengalahkan Biru dengan menggunakan jurus Melingkar Bumi.

Dara dan Elang kemudian berciuman, menunjukkan adanya perasaan di antara mereka berdua. Akan tetapi, keesokan harinya, Elang lenyap meninggalkan Dara yang bersedih hati. Elang menemui Dewan Datuk Bumi Persilatan yang kecewa karena Elang melanggar sumpahnya. Elang pun menyatakan ia siap menjalani hukuman atas kesalahannya melanggar sumpah. Dara kemudian mengangkat putra Biru dan Gerhana sebagai murid; sama seperti halnya Cempaka yang dulu mengangkat anak dari musuh-musuh yang dikalahkannya sebagai murid dan dilatih untuk menjadi pendekar yang kuat.

Pemain sunting

Produksi sunting

Ifa Isfansyah, yang sebelumnya sukses melalui Sang Penari, bertindak sebagai sutradara. Mira Lesmana dan Riri Riza, melalui perusahaan produksi mereka, Miles Films, bertindak sebagai produser. Proses syuting berlangsung selama 3 bulan[4] di daerah Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.[5] Skenario ditulis oleh Jujur Prananto dan Seno Gumira Ajidarma dengan pengembangan cerita oleh Mira Lesmana, Riri Riza, Ifa Isfansyah, dan Seno Gumira Ajidarma. Chitra Subiakto bertindak selaku perancang busana;[5] sementara musisi ternama, Erwin Gutawa, menyediakan musik untuk film ini. Penyanyi papan atas Anggun menyumbangkan suaranya dalam lagu tema "Fly My Eagle" yang mengandung lirik dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Judul internasional dari film ini adalah The Golden Cane Warrior.

Aktor Reza Rahadian, berperan sebagai Biru, menjalani persiapan selama 7 bulan untuk berlatih silat dan mempersiapkan fisik.[4] Untuk perannya dalam film ini, Reza dirumorkan menerima bayaran sangat tinggi yang menjadikannya aktor dengan bayaran termahal di Indonesia. Akan tetapi, Reza menyanggah rumor ini.[6]

Produksi film ini memakan biaya hingga 25 miliar rupiah,[7] angka yang cukup fantastis untuk film Indonesia.

Produser Mira Lesmana, menargetkan film ini ditonton minimal oleh 1,7 juta orang.[8] Namun hingga dua minggu lebih penayangannya di Bioskop (per 4 Januari 2015) sejak dirilis 18 desember 2014, film ini hanya ditonton oleh 235.112 orang.[9]

Referensi sunting

Pranala luar sunting