Himawan Soetanto
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Raden Himawan Soetanto, M.Hum. (14 September 1929 – 20 Oktober 2010) adalah seorang Purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat dan juga mantan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat.
Himawan Soetanto | |
---|---|
Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ke-4 | |
Masa jabatan 5 November 1993 – 5 November 1998 | |
Presiden | |
Kepala Staf Umum ABRI ke-1 | |
Masa jabatan Maret 1983 – 10 November 1984 | |
Pendahulu Jabatan dibentuk | |
Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ke-8 | |
Masa jabatan 4 Mei 1974 – 4 Januari 1975 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Gorang-Gareng, Nguntoronadi, Magetan, Jawa Timur, Hindia Belanda | 14 September 1929
Meninggal | 20 Oktober 2010 RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat | (umur 81)
Suami/istri | Nonon Ratnapuri |
Hubungan | Soesilo Soedarman (Adik Ipar) |
Anak | 4 |
Orang tua | Muhammad Mangundiprojo (Ayah) |
Alma mater | Militaire Academie (MA) Jogya Angkatan I (1948) |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Darat |
Masa dinas | 1948—1984 |
Pangkat | Letnan Jenderal TNI |
NRP | 14416[1] |
Satuan | Infanteri |
Sunting kotak info • L • B |
Latar Belakang
suntingIa anak seorang pejuang, Mayjen TNI Mohamad Mangoendiprodjo, pimpinan TKR di Jawa Timur dan tokoh peristiwa 10 November 1945. zaman Jepang Daidancho Sidoarjo, Kepala Komandemen Jawa Timur, Kepala Staf Kementerian Pertahanan dan menjadi Penasehat Panglima Besar Sudirman. Sejak umur 16 tahun, Ia sudah bergabung dalam pasukan Sawunggaling untuk bertempur bersama ayahnya di Palagan Surabaya. Ia mulai menembakkan senjata untuk pertama kalinya, saat melawan tentara Inggris pada 28 Oktober 1945 di Wonokromo, Surabaya. Himawan kemudian menjadi kadet militer akademi di Yogjakarta dan turut bergabung dengan pasukan Siliwangi saat ber-long march kembali ke Jawa Barat.
Pada Tahun 1946-1948, 1954, 1956, 1966, Berkarier di TNI mulai dari bawah dengan pangkat Letnan Muda (sekarang Letnan Dua) mengikuti pelatihan dan pendidikan di dalam negeri. Juli – oktober 1946, sebagai Taruna Militer Akademi (MA) Jogya dan lulus pada tahun 1948, mengikuti penugasan operasi menghadapi Belanda di front Subang atau Bandung Utara.[2]
Karier Militer
suntingPenugasan lainnya sebagai prajurit TNI, HS pernah menjadi Perwira Operasi Resimen Infanteri 6/Sriwijaya, Danki Taruna Akmil, Perwiran ALO/Air Liason Officer (Operasi 17 Agustus), Tahun 1948, Letda Himawan adalah siswa Angkatan I Akademi Militer, Yogyakarta, dan sempat mengikuti Infantry Officer Advanced Course di Fort Benning, AS. September 1948, HS masuk Divisi Siliwangi bermula saat ikut menumpas PKI/Moeso, bergabung dengan Kompi Tentara Pelajar pimpinan Solihin G. P., membantu gerakan batalyon Nasuhi, saat itu HS masih Taruna Militer Akademi (MA) Jogya. 19 Desember 1948, HS sudah lulus Militer Akademi (MA) Jogjakarta dengan pangkat Letda seharusnya bertugas di batalyon artileri di kediri, Jawa Timur, tetapi tidak jadi karena ketika akan naik kereta api jurusan Kediri batal berangkat karena kota Jogjakarta sendiri sudah diduduki Belanda yang menandai mulainya Perang kemerdekaan II sehingga HS harus mengubah tujuan, yang semula akan kearah timur menjadi kearah barat yang lebih aman, dan mencari kesatuan terdekat untuk bergabung sementara.
Akhirnya, Ia berjalan menjauhi kota Jogjakarta kearah barat dan bertemu dengan Letkol Sukanda Bratamenggala, Wakil Kepala Staf Teritorial Markas Besar Komando Djawa (MBKD) di Godean sehingga Ia kemudian bergabung dengan Staf MBKD yang membawanya ke Jawa Barat, tempat dimana ia nantinya menghabiskan hampir setengah dari perjalanan kariernya sebagai prajurit TNI. Pada tahun 1949, Ia ikut long march Siliwangi dari Yogyakarta ke Jawa Barat, menghadapi Belanda dan menumpas gerakan DI/TII (1949) dan tahun 1951, 1952, 1953, 1961, 1962. Seusai perang kemerdekaan, Ia ikut serta menghadapi DI/TII. Pada tahun 1955-1957, HS dengan Ayah sama-sama bertugas ditempat yang sama, ketika HS menjadi Perwira Operasi Resimen Infanteri 6/Sriwijaya berkedudukan di Lampung dan ayahnya menjabat Residen Lampung. Lettu HS menikah dengan Nonon Ratnapuri di Tasikmalaya, yang dikenalnya ketika bertugas di Priangan Timur. Resepsi pernikahannya berlangsung di Lampung, (anak Residen). dikarunia empat orang anak, yaitu Purwanto Indrawan, Dwi Prihanti Indriani, Tri Susanti Indrayani dan Cahyono Indrakusuma.
Tahun 1960-1961, menjadi Perwira Staf Pasukan Garuda II, Markas Operasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (Misi Perdamaian PBB) Danyon (1961-1964), Perserikatan Bangsa-Bangsa di Leopoldiville, Kongo. Tahun 1963, bertugas di Timur Tengah sebagai Komandan Brigade Selatan, United Nations Emergency Forces. 6 April 1964, operasi “gempur,” dimana Gelombang operasi gempur dimulai dini hari dari Pinrang tepat dimana sehari sebelumnya secara licik berusaha membunuh Kolonel Inf M. Yusuf Pangdam XIV/Hasanudin. 10 April 1964, HS berhasil merebut kembali Polewali, pusat dari pasukan pembangkang pimpinan Letkol Andi Selle. saat menjadi Danyonif 330/Kujang I Siliwangi memimpin operasi “balas” 2 Mei 1964, HS telah berpangkat Letkol, ditarik kembali ke Kodam VI/Siliwangi, menjadi Kepala Staf Brigif 15/Tirtayasa (sekarang menjadi Brigif 15/Kujang II Kodam III/Siliwangi).
Pemberontakan Kahar Muzakar
suntingDi tengah kekalutan, Mayor Himawan Soetanto justru mengambil inisiatif untuk memimpin pasukan Batalyon 330/Kujang-1, menyerbu ke sarang para pemberontak PRRI pada tanggal 6 April 1964. Pasukan Batalyon 330/Kujang-1, yang sebenarnya hanya seper-lima dari seluruh kekuatan pasukan PRRI di Polewali, akhirnya berhasil membunuh Letkol Andi Sele dan menghancurkan salah satu kekuatan utama pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan. Karena keberaniannya, Panglima TNI Angkatan Darat (PANGAD), Letjen TNI Ahmad Yani memberikan kenaikan pangkat khusus kepada Himawan Soetanto menjadi Letnan Kolonel dan juga Bintang Jasa Nararya pada HUT Kodam III/Siliwangi ke-19 di Lapangan Tegalega, 20 Mei 1965. Pada hari itu para tokoh-tokoh Siliwangi yang tergabung dalam Operasi yang bernama "Operasi Kilat", dan telah berhasil menumpas pemberontakan Kahar Muzakar juga mendapatkan penghargaan dari PANGAD. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Kolonel Solichin GP, Mayor Jogi S Memet, Letkol Djajadi, Letda Umar Sumarna, dan yang cukup terkenal namanya adalah Koptu Sadeli, sang penembak Kahar Muzakar.[3]
Pendudukan Kampus ITB
suntingIa juga menjadi saksi hidup pendudukan kampus ITB oleh tentara pasca Pemilihan umum 1977 yang muncul sebagai akibat penolakan pencalonan kembali Soeharto sebagai Presiden untuk Sidang Istimewa MPR RI 1977. Akibat keengganannya untuk menertibkan kampus ITB dari gerakan demonstrasi tersebut, Ia "dimutasikan" menjadi Duta Besar Indonesia untuk Malaysia.[4]
Meninggal Dunia
suntingLetjen TNI (Purn) R. Himawan Soetanto, meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta. pada Rabu, 20 Oktober 2010, pukul 09.51 WIB. dan almarhum akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.[5]
Riwayat Jabatan
sunting- Pembantu Letnan
- Lulus Sekolah Kader Divisi 7 Mojoagung ditempatkan di Staf 2 Resimen 3 Divisi 7 Mojoagung (1946)
- Kopral Taruna
- Mengikuti Pendidikan di Militer Akademi (MA) Jogja (1946-1948)
- Perwira Staf MBKD, Staf Artileri Penempatan Sebagai Perwira Artileri di Yon Artileri C/Divisi I/Brawijaya (1948-1949)
- Danton Kompi 5 Yon 4/Tengkorak Menjadi Yon 305 Brigif 14/Siliwangi (1949-1951)
- Danki Yonif 204 TT Kodam II/Sriwijaya (1951-1955)
- Perwira Operasi Resimen Infanteri Kodam II/Sriwijaya (1955-1957)
- Danki Taruna AMN (1957-1959)
- Wakil Asisten Pendidikan/Gumil AMN (1959-1960)
- Perwira Operasi Markas Pasukan PBB Kongo/UNOC (1960-1961)
- Danyon 330/Kujang I Kodam VI/Siliwangi (1961-1964)
- Kastaf Brigif 15/Tirtayasa Kodam VI/Siliwangi (1964-1966)
- Danbrigif 17 Lintas Udara Kodam VI/Siliwangi (1967-1968)[6]
- Asops Kodam VI/Siliwangi (1968-1970)
- Wakil Gubernur AKABRI Umum & Darat bidang Operasi dan Pendidikan (1970-1971)
- Pangdam IV/Sriwijaya (1971-1974)
- Komandan Brigade Pasukan Darurat PBB (UNEF 2) di Suez, Mesir (1974)
- Panglima Kostrad (1974-1975)
- Pangdam VI/Siliwangi (1975-1978)
- Panglima Kostranas (1978-1981)
- Panglima Kowilhan III Sulawesi/Kaltim (1981-1983)
- Kepala Staf Operasi Dephankam (1983-1984)
- Kepala Staf Umum ABRI (1984)
- Duta Besar RI Untuk Malaysia (1984-1988)
- Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1993-1998)
Penghargaan
suntingTanda jasa
suntingIa mendapatkan sejumlah tanda jasa baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;[7]
Referensi
sunting- ^ Lembaga Pemilihan Umum 1978, hlm. 127.
- ^ Jawatimuran, Pusaka (2013-02-03). "R. Himawan Soetanto, Kabupaten Magetan". Pusaka Jawatimuran. Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ Soesilo, Triharyo (2010-10-20). Bambang, ed. "Himawan Soetanto, Jago Perang yang Cinta Damai". ANTARA News. Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ "Jenderal yang Disalahkan". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2018-07-07. Diakses tanggal 2023-01-25.
- ^ Wisnubrata, A., ed. (2010-10-20). "Letjen TNI Himawan Soetanto Wafat". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-06-16.
- ^ ""Komandan Brigif Linud 17/Kujang I"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-04-15. Diakses tanggal 2015-04-07.
- ^ Lembaga Pemilihan Umum 1978, hlm. 128.
- ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diakses tanggal 3 September 2021.
- ^ Pusat Penerangan HANKAM, Indonesia (1987). Dharmasena. Indonesia: Indonesia. Departemen Pertahanan-Keamanan. hlm. 23.
- ^ Daftar WNI yang Menerima Anugerah Bintang Jasa Tahun 1964 - 2003 (PDF). Diakses tanggal 4 Oktober 2021.
- ^ "SENARAI PENUH PENERIMA DARJAH KEBESARAN, BINTANG DAN PINGAT PERSEKUTUAN TAHUN 1988" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 9 Agustus 2019. Diakses tanggal 2 Oktober 2022. line feed character di
|title=
pada posisi 41 (bantuan)
Bibliografi
sunting- Lembaga Pemilihan Umum (1978), Ringkasan Riwayat Hidup dan Riwayat Perjuangan Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum Tahun 1977, II
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: tidak diketahui |
Kepala Staf Umum ABRI 1983—1984 |
Diteruskan oleh: Marsdya TNI Oetomo |
Didahului oleh: Mayjen TNI Poniman |
Pangkostrad 1974—1975 |
Diteruskan oleh: Mayjen TNI Leo Lopulisa |
Didahului oleh: tidak ada |
Komandan Brigif Linud 17/Kujang I 1966—1968 |
Diteruskan oleh: Letkol Inf M. Sanif |
Jabatan politik | ||
Didahului oleh: Mashudi |
Ketua Kwartir Nasional 1993—1998 |
Diteruskan oleh: Rivai Harahap |