Iles-iles / porang
Iles-iles
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. muelleri
Nama binomial
Amorphophallus muelleri
Blume, 1837[1]
Sinonim
  • Arum Mulleri Zipp. ex Blume
  • Amorphophallus burmanicus Hook.f.
  • Amorphophallus carnosus Engl.
  • Amorphophallus erubescens Hett.
  • Amorphophallus oncophyllus Prain ex Hook.f.
  • Amorphophallus planus Teijsm. & Binn.
  • Amorphophallus timorensis Alderw.

Iles-iles, porang atau coblok (Amorphophallus muelleri Bl.) adalah tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan, anggota genus Amorphophallus. Karena masih sekerabat dan mirip penampilan dan manfaatnya dengan suweg dan walur, iles-iles sering kali dirancukan dengan kedua tanaman tersebut.

Pertelaan botani sunting

Terna tahunan, dengan penampilan tahap vegetatif dan generatif bergantian dan berbeda.

Tahap vegetatif tampak sebagai daun bercabang-cabang dengan "batang" lunak. Batang sejati tidak ada, hanya berupa umbi yang selalu berada di bawah permukaan tanah. Umbi tunggal, tidak membentuk anakan umbi, mengandung pati yang komposisinya didominasi oleh mannan; warna umbi kuning cerah, menjadi penciri yang membedakannya dari suweg yang warna umbinya putih.

Tangkai daun tunggal utama yang sering kali dianggap "batang" oleh awam, tumbuh tegak, lunak, halus permukaannya bila diraba, dan berwarna hijau atau hitam berbelang-belang putih.[2] Tangkai daun tunggal pada ketinggian tertentu (dapat mencapai 1,5 m) menjadi tiga cabang sekunder dan akan mencabang lagi sekaligus menjadi tangkai helai daun.[2] Pada setiap pertemuan batang akan tampak tonjolan berwarna cokelat kehitam-hitaman yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif [2] (disebut bulbil). Adanya bintil ini menjadi pembeda penting iles-iles dari suweg.[3]

 
Bulbil porang, berupa tonjolan berwarna gelap.

Bunga muncul apabila simpanan energi berupa tepung di umbi sudah mencukupi untuk pembungaan. Sebelum bunga muncul, seluruh daun termasuk tangkainya akan layu. Bunga tersusun majemuk berupa struktur khas talas-talasan, yaitu bunga-bunga tumbuh pada tongkol yang dilindungi oleh seludang bunga. Kuntum bunga tidak sempurna, berumah satu, berkumpul di sisi tongkol, dengan bunga jantan terletak di bagian distal (lebih tinggi) daripada bunga betina. Struktur generatif ini pada saat mekar mengeluarkan bau bangkai yang memikat lalat untuk membantu penyerbukannya. Pemekarannya berlangsung sekitar tiga hari.

Penyebaran sunting

Iles-iles ditemukan mulai dari Kepulauan Andaman, India, menyebar ke arah Timur melalui Myanmar masuk ke Thailand dan ke Indonesia.[4] Tanaman ini dapat tumbuh di sembarang tempat seperti di pinggir hutan jati, di bawah rumpun bambu, di tepi-tepi sungai, di semak belukar, dan di bawah aneka ragam naungan.[4]

Untuk mencapai produksi umbi yang tinggi diperlukan naungan 50-60% [4] Tanaman ini tumbuh dari dataran rendah sampai 1000 m di atas permukaan laut, dengan suhu antara 25-35 °C, sedangkan curah hujannya antara 300–500 mm per bulan selama periode pertumbuhan.[5] Pada suhu di atas 35oC daun tanaman akan terbakar, sedangkan pada suhu rendah tanaman ini mengalami dormansi.[5] Iles-iles tumbuh tersebar di hutan-hutan atau di pekarangan-pekarangan, dan belum banyak dibudidayakan.[6] Seperti suweg, iles-iles dapat tumbuh baik pada tanah bertekstur ringan yaitu pada kondisi liat berpasir, strukturnya gembur, dan kaya unsur hara, di samping juga memiliki pengairan baik, kandungan humus yang tinggi, dan memiliki pH tanah 6 - 7,5.[4] Tanaman obat ini mudah ditemukan di pulau Jawa dengan habitat semak-semak yang tumbuh dalam siklus tahunan dan dapat tumbuh hingga mencapai satu meter.[7]

Manfaat sunting

Manfaat iles-iles terutama untuk bidang industri dan kesehatan, karena kandungan glukomannan pada tepung umbinya.[8] Iles-iles merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan di Indonesia.[9] Selain mudah diperoleh, tanaman ini juga mampu menghasilkan karbohidrat dan tingkatan panen yang tinggi.[9] Umbinya besar, dapat mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadupadankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern.[10] Tepung iles-iles dapat digunakan sebagai bahan lem, agar-agar, mi, tahu, kosmetik, dan roti.[8] Tepung iles-iles juga bermanfaat menekan peningkatan kadar glukosa darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan hipokolesterolemik.[11] Iles-iles sebagai serat pangan dalam jumlah besar dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah, dan kencing manis.[11] Di Filipina umbi iles-iles sering ditepungkan sebagai pengganti kedudukan terigu dan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan roti.[12] Di Jepang, umbi-umbian sekerabat iles-iles telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan, misalnya dalam pembuatan mi instan[13]

Referensi sunting

  1. ^ Blume, C.L. 1837. Rumphia, sive commentationes botanicae imprimis de plantis Indiae orientalis... tome I: 143. [Apr-Jun 1837]. Lugduni Batavorum.
  2. ^ a b c Situs Koran Nias: Budidaya Umbi Hutan, oleh Biro Pembinaan dan Konservasi SDH Perhutani Diarsipkan 2011-10-25 di Wayback Machine. diakses 30 April 2010
  3. ^ PORANG ( Amorphophallus oncophyllus) Familia: Araceae Diarsipkan 2012-01-23 di Wayback Machine., artikel dari Dipokusumo Farm
  4. ^ a b c d (en)Flach, M (1996). Plants yielding non-seed carbohydrates. Leiden: Prosea Foundation dan Backhuys Publishers. ISBN 90-73348-51 Periksa nilai: length |isbn= (bantuan). 
  5. ^ a b Idris, A. Pengamatan jenis Amorphophallus dan tempat tumbuhnya di pulau Jawa.1972. Buletin Kebun Raya Bogor 3 (4): 101-107.
  6. ^ Hartanto, E.S. Iles-iles tanaman langka yang laku dikespor. 1994 .Buletin Ekonomi 19 (5): 21-25.
  7. ^ situs ICT Sleman: AMORPHOPHALLUS CAMPANULATUS BL.[pranala nonaktif permanen] diakses 28 April 2010
  8. ^ a b Radar Mojokerto melalui Situs Jawa Pos: Melihat Budidaya Iles-iles di Hutan Ketapanrame, Trawas oleh Rofijul Mamudh. Senin, 18 Mei 2009 diakses 4 Mei 2010
  9. ^ a b Situs UNS Jurnal:Iles-Iles[pranala nonaktif permanen] diakses 28 April 2010
  10. ^ Situs Lintas Berita: Suweg bahan alternatif pengganti terigu[pranala nonaktif permanen] diakses 16 Mei 2010
  11. ^ a b Didah Nur Faridah,dkk.Pangan Fungsional Dari Umbi Suweg dan Garut: Kajian Daya Hipokolesterolemik Dan Indeks Glisemiknya. 2007. Bogor.Dept. IPT - FATETA, SEAFAST CENTER IPB.
  12. ^ Situs Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Diarsipkan 2010-09-03 di Wayback Machine. diakses 4 Mei 2010
  13. ^ http://www.kampusbook.com/daftar-buku/pid-13121/suweg.htmldiakses[pranala nonaktif permanen] 4 Mei 2010