Alamsyah Ratu Perwiranegara

menteri Indonesia

Letnan Jenderal TNI (Purn.) H. Alamsyah Ratu Perwiranegara (25 Desember 1925 – 8 Januari 1998, juga ditulis Alamsjah Ratoe Prawiranegara) adalah tokoh militer Indonesia yang pernah menjabat sebagai menteri dan duta besar.

Alamsyah Ratu Perwiranegara
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia ke-6
Masa jabatan
19 Maret 1983 – 23 Maret 1988
PresidenSoeharto
Menteri Agama Indonesia ke-13
Masa jabatan
29 Maret 1978 – 19 Maret 1983
PresidenSoeharto
Sebelum
Pendahulu
Mukti Ali
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1925-12-25)25 Desember 1925
Kotabumi, Lampung, Hindia Belanda
Meninggal8 Januari 1998(1998-01-08) (umur 72)
Jakarta, Indonesia
Suami/istri
Siti Maemunah
(m. 1952)
Anak5
Alma materGyu Gun (1943)
U.S Army General and Command Staff College (1962)
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Masa dinas1945–1974
Pangkat Letnan Jenderal TNI
NRP14343
SatuanInfanteri
Pertempuran/perang
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Riwayat Hidup sunting

Pendidikan dan masa sekolah sunting

Alamsjah pertama kali mengenyam pendidikan dasar di Tanjung Karang kemudian melanjutkan di Lampung Gakuin (setingkat SMP) dan akhirnya menyelesaikan tingkat sekolah di LPPU (setingkat SMA).

Pada masa penjajahan Jepang ia sempat mengikuti pendidikan militer Gyu Gun. Setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, Alamsjah dikirim ke India untuk mengikuti pendidikan ilmu kemiliteran di Senior Officer Course di Mhow dan kemudian melanjutkan pendidikan di General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat.[1]

Karier militer dan politik sunting

Pangkat kemiliteran terakhir yang dicapainya sebelum masuk menjadi anggota kabinet sebagai Sekretaris Negara adalah letnan jenderal - Men/Pangad (perbendaharaan). Alamsjah juga sempat menjadi Duta Besar RI untuk Belanda pada tahun 1972-1974. Karena kondisi kesehatannya menurun, Alamsjah digantikan oleh Letjen Sutopo Juwono. Ia kemudian diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada awal 1975, dan diangkat menjadi wakil ketua pada tahun 1977 menggantikan Letjen Sarbini.[2]

Dalam Kabinet Pembangunan III (1978-1983) Alamsjah diangkat sebagai Menteri Agama dan dalam Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat.[2]

Alamsjah sempat vakum dari dunia politik pada tahun 1989-1991 karena menderita penyakit jantung koroner yang akhirnya dilakukan tindakan operasi by-pass di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura.

Setelah diselenggarakannya KTT Non-Blok di Indonesia pada tahun 1992, Alamsjah diangkat menjadi Duta Besar Keliling Non-Blok untuk urusan Timur Tengah (1992-1995).

Riwayat jabatan sunting

  1. Perwira Administrasi / Kepala Staf Kompi Giyugun Pengawal Pantai di Krui, Lampung (1943 – 1944)[3]
  2. Komandan Pleton Kesehatan, Kompi Giyugun Tanjungkarang, Lampung (1944 – 1945)[3]
  3. Wakil Ketua Penjaga Keamanan Rakyat / PKR di Kotabumi, Lampung (1945)[3]
  4. Sekretaris dan Ajudan Ketua PKR Karesidenan Lampung (1945)[3]
  5. Instruktur Sekolah Opsir Kadet Divisi II TKR Komandemen Sumatra (1945 – 1946)[3]
  6. Kepala Staf Operasi Divisi Garuda II Sub Komandemen Sumatera Selatan (1946 – 1947)[3]
  7. Pejabat Kepala Staf Brigade Garuda Merah Divisi VIII / Garuda (1947)[3]
  8. Pejabat Komandan Resimen 44 Brigade Garuda Merah Divisi VIII / Garuda (1947 – 1948)[3]
  9. Komandan Batalyon 12 Sub Teritorial Palembang, TNI Sub Komandemen Sumatera Selatan (1948 – 1949)[3]
  10. Kepala Seksi Operasi Brigade Sumatera Selatan, Tentara & Teritorium Sumatra (1949 – 1950)[3]
  11. Kepala Seksi Operasi & Latihan Brigade X Tentara & Teritorium II / Sriwijaya (1950)[3]
  12. Asisten II/Operasi Kepala Staf T&T II / Sriwijaya (1950 – 1954)[3]
  13. Asisten I/Intelijen Kepala Staf T&T II / Sriwijaya merangkap Komandan KMKB Palembang (1954 – 1956)[3]
  14. Kepala Staf Harian Penguasa Perang Daerah Sumatera Selatan (1956 – 1958)[3]
  15. Kepala Staf T&T II / Sriwijaya kemudian menjadi Kodam IV / Sriwijaya (1958 – 1959)[3]
  16. Perwira Siswa di Senior Officer Courses of the Infantry School, Mhow, India (1958 – 1959)[3]
  17. Pamen Dpb Komando Pendidikan & Latihan Angkatan Darat (1959 – 1960)[3]
  18. Pamen Dpb Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat (1960 – 1961)[3]
  19. Perwira Siswa di U.S Army General and Command Staff College, Fort Leavenworth, Kansas, USA (1961 – 1962)[3]
  20. Wakil Asisten VII Menteri / Panglima Angkatan Darat (1962 – 1965)[3]
  21. Asisten VII/Keuangan Menteri / Panglima Angkatan Darat (25 Oktober 1965 – 1967)[3]
  22. Koordinator Staf Pribadi Ketua Presidium Kabinet Ampera (1966 – Februari 1968)[3]
  23. Deputi 3/Urusan Khusus Menteri/Panglima Angkatan Darat (11 Mei 1967 – Februari 1968)[3]
  24. Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan I (30 Januari 1968 – 1972)[3]
  25. Sekretaris Proyek-Proyek Nasional[3]
  26. Sekretaris Pengendalian Operasi Pembangunan (10 Februari 1968 – ?)[3]
  27. Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda (8 Januari 1972 – 22 Maret 1974)[3]
  28. Pensiun dari Dinas kemiliteran[3]
  29. Anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (12 Maret 1975 – 31 April 1978)[3]
  30. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia (September 1977 – 31 April 1978)[3]
  31. Menteri Agama Republik Indonesia pada Kabinet Pembangunan III (31 April 1978 – 19 Maret 1983)[3]
  32. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan IV (19 Maret 1983 – 1988)[3]

Riwayat kepangkatan militer sunting

  1. Giyu-Shoi (1943-1945).
  2. Kapten Inf (1945-1948).
  3. Letnan Satu Inf (1948-1950), Mengalami penurunan pangkat karena adanya kebijakan Re-Ra (Reorganisasi dan Rasionalisasi) TNI.
  4. Kapten Inf (1950-1954).
  5. Mayor Inf (1954-1959).
  6. Letnan Kolonel Inf (1959-1962).
  7. Kolonel Inf (1962-1965).
  8. Brigadir Jenderal TNI (1965-1966).
  9. Mayor Jenderal TNI (1966-1972).
  10. Letnan Jenderal TNI (1972-1974).[4]

Masa pensiun dan akhir hayat sunting

 
Makam Alamsjah Ratu Perwiranegara di Taman Makam Pahlawan Kalibata

Dalam masa pensiun dari dunia politik Alamsjah memimpin perusahan yang bernama Perwira Penanggan Ratu dan menghabiskan waktunya di kediamannya di daerah Pejaten Jakarta Selatan.

Pada 18 November 1997 Alamsjah mendapat serangan asma berat dan sempat dirawat di Rumah Sakit MMC, Kuningan, Jakarta Selatan, sebelum akhirnya meninggal pada 8 Januari 1998.[5] Alamsjah dimakamkan secara militer dengan upacara kemiliteran yang dipimpin oleh Panglima ABRI Jenderal Wiranto di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Kehidupan pribadi sunting

Keluarga sunting

Ayahnya bernama Baharuddin Yoesoef (1885–1929) dan ibunya, Siti Mariam (1892–1935). Alamsjah adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara; nama-nama saudaranya adalah Achmad Bermawi, Siti Arbain, Siti Hafsyah, Siti Amenah, Mohammad Adenan, Siti Rohaya, Mohammad Sirod dan Marsiyem.

Pada 12 Januari 1952 Alamsjah menikah pada dengan Siti Maemunah, yang lahir di Palembang pada 15 April 1930. Pasangan ini dikaruniai lima orang anak yaitu Jusuf Haery Utama Alamsjah, Muhammad Ali Muda Eddy Alamsjah, Muhammad Soleh Bingsiwijaya Alamsjah, Siti Mariam Alamsjah, dan Siti Hafsah Alamsjah. Dari anak-anaknya, Alamsjah dan istrinya memperoleh 12 orang cucu. Salah satunya adalah Abdul Sattar yang dilahirkan pada (30 September 1984) dari pasangan Siti Mariam Merry Alamsjah dan Dr Abadi Soetisna, MSI.

Beberapa cucu Alamsjah yang lain di antaranya adalah Achmad Syamsuri Muda, yang kemudian diberi nama Amot (25 April 1987) yang lahir dari pasangan Atty Alamsjah dan Ir. Agus Bachtiar, dan Ahmad Syukri (3 November 1988) dari pasangan Muhammad Soleh Denny Alamsjah dan Ginna. Alamsjah juga diberikan dua cucu dari pasangan anak laki-laki keduanya, Muhammad Ali Muda Eddy Alamsjah dan Hartanti Yuniari Soeharto, yang bernama Siti Fatimah Hapsari Ayuningdyah Ariswari Alamsjah dan Muhamad Yusuf Baharuddin Satria Muda Alamsjah.

Adapun cucu dari pasangan putra tertuanya Jusuf Haery Utama Alamsjah dan Dewi Arimbi Soeharto yang merupakan putri dari dr. H.Soeharto & Sinta Tedjasukmana Soeharto, adalah Siti Maimunah Jibrilia, Abdullah M. Abi Alamsjah, Siti Khadijah Mikhailia Tikha Alamsjah, Abdurahman M. Dumas dan Abdurahim M. Khairy Alamsjah Muda. Putra tertua Alamsjah juga mengikuti jejak sang ayah dalam pengabdian kepada negara sebagai wakil rakyat di DPR/MPR RI sejak tahun 1992 dan sempat bertugas di DPP GOLKAR serta ICMI Pusat.

Penghargaan sunting

Tanda Jasa sunting

Ia mendapatkan tanda kehormatan baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;[6][7]

       
       
       
       
       
       
       
Baris ke-1 Bintang Mahaputera Adipradana (17 Agustus 1982)[8] Bintang Mahaputera Utama (6 Agustus 1974) Bintang Gerilya Bintang Dharma (1968)
Baris ke-2 Bintang Kartika Eka Paksi Utama Bintang Jalasena Pratama (1973) Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia Satyalancana Kesetiaan 24 Tahun
Baris ke-3 Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun Satyalancana Perang Kemerdekaan I (1958) Satyalancana Perang Kemerdekaan II (1958) Satyalancana G.O.M III
Baris ke-4 Satyalancana G.O.M IV (1957) Satyalancana G.O.M V Satyalancana G.O.M VII Satyalancana Sapta Marga
Baris ke-5 Satyalancana Satya Dharma Satyalancana Wira Dharma Satyalancana Penegak (1967) Commander of the Order of Sikatuna, Rank of Lakan (C.S.) - Filipina (1970)
Baris ke-6 Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) - Malaysia (1970) Knight Grand Cross of the Order of Orange-Nassau - Belanda (1970) Grand Cross of the Order of Merit of the Federal Republic of Germany - Jerman (1971) Grand Cross of the Order of the Star of Ethiopia (G.C.S.E.) - Kekaisaran Etiopia (1972)
Baris ke-7 Grand Cordon of the Order of the Star of Jordan (G.C.S.J.) - Yordania (1986) Hilal-e-Pakistan - Pakistan (1986) Grand Officer of the National Order of Merit - Perancis (1987) Order of the Sacred Treasure 1st Class - Jepang (1988)[9]

Referensi sunting

  1. ^ Roeder, O.G. (1971). WHO'S WHO IN INDONESIA Biographies of prominent Indonesian personalities in all fields. Jakarta: PT Gunung Agung. hlm. 21.  line feed character di |title= pada posisi 23 (bantuan)
  2. ^ a b Azra, Azyumardi; Umam, Saiful (1998). Menteri-Menteri Agama RI biografi sosial-politik. Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS), Pusat Pengkajian Islam dan Masarakat [i.e. Masyarakat] (PPIM), Badan Litbang Agama, Depertemen [i.e. Departemen] Agama RI. hlm. 360. ISBN 9789799524836.  line feed character di |title= pada posisi 25 (bantuan)
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af Bachtiar, Harsya W. (1988). Siapa Dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Jakarta. hlm. 64–65. ISBN 9789794281000. 
  4. ^ Parikesit, Suparwan G.; Sempurnadjaja, Krisna R. (1995). Haji Alamsyah Ratu Perwiranegara : Perjalanan Hidup Seorang Anak Yatim Piatu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. ISBN 979-416-361-9. 
  5. ^ Ummat Volume 3, Issues 25-31. Jakarta: Mahkota Mediatara Utama. 1998.  line feed character di |title= pada posisi 6 (bantuan)
  6. ^ Lembaga Pemilihan Umum 1983, hlm. 488-489.
  7. ^ "Kodam II Sriwijaya". www.kodam-ii-sriwijaya.mil.id. Diakses tanggal 2023-04-13. 
  8. ^ Daftar WNI yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Diakses tanggal 3 September 2021. 
  9. ^ Administrator (1988-12-03). "Penghargaan". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-04-24. 
Jabatan politik
Didahului oleh:
Surono Reksodimedjo
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Indonesia
1983–1988
Diteruskan oleh:
Soepardjo Roestam
Didahului oleh:
Mukti Ali
Menteri Agama Indonesia
1978–1983
Diteruskan oleh:
Munawir Sjadzali
Didahului oleh:
Mohammad Ichsan
Abdul Wahab Surjodiningrat
Menteri Sekretaris Negara Indonesia
1968–1972
Diteruskan oleh:
Soedharmono
Jabatan diplomatik
Didahului oleh:
Taswin Almalik Natadiningrat
Duta Besar Indonesia untuk Belanda
1972–1974
Diteruskan oleh:
Sutopo Yowono Projohandoko