Sutopo Juwono
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Sutopo Juwono (14 Mei 1927 – 19 Februari 1999)[1] adalah seorang purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Intelijen pada tahun 1970 hingga 1974 dan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional dari tahun 1978 sampai 1983. Ia menikah dengan Sunarni Gondosaputro dan dianugerahi lima anak (satu di antaranya meninggal pada tahun 1980).
Letjen TNI (Purn.) Sutopo Juwono | |
---|---|
![]() | |
Gubernur Lemhannas Ke-5 | |
Masa jabatan 1978–1983 | |
Pendahulu | Sayidiman Suryohadiprojo |
Pengganti | Soebijakto |
Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara Ke-7 | |
Masa jabatan 21 November 1968 – 16 Januari 1974 | |
Presiden | Soeharto |
Pendahulu | Soedirgo |
Pengganti | Yoga Soegomo |
Pangdam X/Lambung Mangkurat Ke-5 | |
Masa jabatan 15 November 1965 – 19 Maret 1966 | |
Pendahulu | Brigjen TNI Amir Machmud |
Pengganti | Brigadir Jenderal TNI Sabirin Mochtar |
Informasi pribadi | |
Lahir | Klaten, Jawa Tengah | 14 Mei 1927
Meninggal | 19 Februari 1999 Singapura | (umur 71)
Suami/istri | Ny. Sunarni Gondosaputro |
Anak | 5 |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | ![]() |
Pangkat | ![]() |
Satuan | Infanteri |
PenghargaanSunting
Ia menerima penghargaan dari pemerintah malaysia Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) pada tahun 1972.[2]
Karier MiliterSunting
Selepas STM jurusan kimia teknik, ia berkesempatan masuk Akademi Militer di Tokyo, Jepang. Bergabung dengan BKR (cikal bakal TNI) pada masa Revolusi Kemerdekaan, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan, Prodjohandoko dan RA Rosmi ini bertugas di bagian R (rahasia). Ia tercatat sebagai salah seorang pendiri Badan Rahasia Negara yang dipimpin Kolonel Zulkifli Lubis. Pada tahun 1955, Sutopo masuk Seskoad bersama sejumlah perwira yang kelak berperan dalam masa Orde Baru, seperti Daryatmo, Makmun Murod, Widodo, Poniman dan Rais Abin. Kembali dari tugas belajar pada Sekolah Staf dan Komando Tentara AS di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat, ia mengajar mata kuliah Serangan Khusus dan Kerja Sama AD dan AU di Seskoad.
Ketika menjadi Kabakin, Sutopo mencatat sejumlah sukses, di antaranya membongkar penyamaran chief intelijen militer Soviet yang masuk ke Indonesia. Kariernya di Bakin berakhir bersamaan dengan meletusnya peristiwa Malari.
Kepala Staf Kodam V Jaya dalam masa penumpasan G-30-S/PKI ini juga pernah menjadi Duta Besar RI di Belanda periode 1974-1978. Pada masa itulah lahir Kesepakatan Wassenaar antara Indonesia dan Belanda mengenai penyelesaian orang Maluku yang menetap di sana, baik yang terlibat gerakan separatis RMS di Maluku Selatan maupun yang tidak.
Meninggal DuniaSunting
Sutopo meninggal dunia pada hari Jumat, 19 Februari 1999 pukul 06.45 di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, karena penyakit paru-paru basah yang dideritanya.[1] Jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, pada hari Minggu, 22 Februari 1999.
ReferensiSunting
- ^ a b "Letjen Sutopo Yuwono Meninggal". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-21. Diakses tanggal 2018-01-21.
- ^ "Senarai Penuh Penerima Darjah Kebesaran, Bintang dan Pingat Persekutuan Tahun 1972" (PDF).