Tian Shang Sheng Mu

(Dialihkan dari Ma Zu)

Tian Shang Sheng Mu (h:天上聖母; p=tiānshàng; Hokkien=Tian Siang Sing Bo; Kantonis=Tin Hau) dikenal pula dengan sebutan Ma Zu atau Mak Co. Karena hidupnya yang sederhana dan gemar berbuat kebaikan, masyarakat memanggilnya Lin San Ren (Lin orang yang baik). Dia dikenal sebagai Dewi Laut, penolong para pelaut, serta pelindung etnis China di wilayah Selatan dan imigran di Asia Tenggara. Kultus Tian Shang Sheng Mu terutama berkembang pada wilayah pesisir pantai dimana penduduknya bergantung dengan aktivitas kelautan.

Patung Mazu di Kinmen, Republik Tiongkok

Semenjak zaman Dinasti Song sampai Dinasti Qing, tidak kurang dari 28 gelar kehormatan yang dianugerahkan oleh kerajaan kepada dia. Gelar tersebut antara lain: Fu Ren (Nyonya Agung), Tian Hou/Tian Fei (Permaisuri Surgawi), Tian Shang Sheng Mu, dan Ma Zu Po (Nenek Ma Zu).

Nama dan Etimologi

sunting

Tian Shang Sheng Mu memiliki arti Bunda Suci dari Langit. Nama asli dia adalah Lin Mo Niang (Fujian/Hokkian: Lim Bik Nio; Hanzi: 林默娘). Lin adalah nama Marga, Mo berarti Diam, Niang berarti Putri. Menurut cerita, nama tersebut diberikan oleh ayahnya karena dia tidak pernah menangis selama sebulan semenjak dilahirkan.

Sebutan Populer

sunting
  • Ma Zu (Hanzi: 媽祖; Hokkien: Makco; lit. nenek buyut). Aksara 媽 memiliki arti ibu, aksara 祖 berarti leluhur; kakek/nenek. Nama Mazu sering kali dirujuk untuk memanggil Dewi Tian Shang Sheng Mu[1] untuk menunjukkan keakraban antara umat dengan sang dewi.
  • Mazu Po ( 媽祖婆) atau Mazu Popo (Nenek dari Nenek Buyut; Hanzi: 媽祖婆婆).
  • Tian Hou (Permaisuri/ Ratu Surgawi; 天后).
  • Tian Fei (Putri Langit; 天妃).
  • A Ma atau A Po (Nenek; 阿媽, 阿婆), sebuah sebutan akrab (tidak formal).
  • Tian Shang Sheng Mu, sebutan formal dari penduduk China bagian Utara dan Taiwan.
  • Tian Hou Sheng Mu (Bunda Suci Surgawi; 天后聖母), sebutan formal dari penduduk China bagian Selatan.
  • Thiên Hậu Thánh Mẫu atau bà Thiên Hậu di Vietnam, berasal dari Tian Hou Sheng Mu.

Gelar Resmi

sunting
  • Sun Ji Fu Ren (Nyonya Agung yang Memberikan Pertolongan yang Sangat Dibutuhkan). Gelar yang diberikan Kaisar Gao Zong dari Dinasti Song pada tahun 1155.
  • Hu Guo Ming Zhu Tian Fei (Putri Surgawi Pelindung Kekaisaran yang Sangat Gemilang; Hanzi: 護國明著天妃). Gelar yang diberikan pada masa Dinasti Yuan. Semenjak saat inilah Tian Shang Sheng Mu digambarkan berjubah permaisuri.
  • Bunda Suci dari Surga di Langit. Gelar diberikan tahun 1417 oleh Kaisar Yongle dari Dinasti Ming.
  • Tian Hou (Permaisuri Surgawi; 天后). Gelar dari Dinasti Qing.
  • Bunda Suci di Surga. Gelar terakhir dari Kekaisaran China yang diberikan oleh Kaisar Daoguang pada tahun 1839.

Biografi

sunting

Lin Mo Niang dilahirkan di Pulau Meizhou, provinsi Fujian. Ayah dia bernama Lin Yuan yang pernah menduduki jabatan sebagai pengurus di Provinsi Fujian. Dia lahir pada Imlek tanggal 23 bulan 3, tahun Jian Long pertama pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zu dari Dinasti Song Utara (23 Maret 960[2]) sebagai putri ke tujuh.

Masa Kecil hingga Remaja

sunting

Semenjak kecil, Lin Mo Niang telah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia masuk sekolah pada usia 7 tahun dan tidak pernah lupa pada apa yang telah diajarkan padanya. Lin Mo Niang juga tekun berdoa, berbakti pada orang tua, dan suka menolong para tetangganya yang sedang kesulitan. Oleh sebab itu, dia sangat dihormati semua orang. Dia juga mahir mengobati penyakit sehingga orang-orang desa memanggilnya Ling Nu (Gadis Mukzizat), Long Nu (Gadis Naga), dan Shen Gu (Bibi Sakti).

Meskipun tinggal di tepi pantai, Lin Mo Niang baru belajar berenang saat berusia 15 tahun. Namun, dia segera menjadi perenang yang hebat. Ia mengenakan pakaian berwarna merah di tepi pantai untuk memandu kapal-kapal nelayan kembali ke rumah, sekalipun pada saat itu cuaca sedang sangat buruk serta berbahaya.

Menyelamatkan Ayah dan Saudara

sunting

Dikisahkan bahwa ayah serta saudara-saudara pria Lin Mo Niang bekerja sebagai nelayan. Suatu hari, topan yang sangat mengerikan menimpa lautan pada saat mereka sedang mencari ikan. Seluruh keluarga Lin Mo Niang sangat mengkhawatirkan nasib mereka. Satu versi mengisahkan Lin Mo Niang mengalami trance saat mendoakan nasib ayah dan saudara-saudaranya, versi lain mengisahkan ia memperoleh penglihatan akan ayah dan saudara-saudaranya yang tenggelam saat ia tertidur atau saat duduk menenun. Lin Mo Niang berusaha menolong mereka dengan kekuatan batinnya (memproyeksikan dirinya di hadapan ayah dan saudaranya), tetapi ibunya membangunkan Lin Mo Niang sehingga dia menjatuhkan kembali saudaranya. Ayah Lin Mo Niang kembali dengan selamat dan menceritakan kepada seluruh penduduk mengenai keajaiban yang ia.[3] Versi lain tidak menyebutkan ayahnya, melainkan keempat saudaranya yang tenggelam. Lin Mo Niang menjatuhkan saudaranya yang keempat pada saat ibunya membangunkannya.[4]

sunting

Salah satu legenda mengisahkan bahwa Lin Mo Niang berhasil menaklukkan 2 siluman penguasa Pegunungan Tao Hua Shan. Mereka adalah Qian Li Yan (Hanyu Pinyin: ; Indonesia: Mata Seribu Li) dan Sun Feng Er (Indonesia: Telinga Hembusan Angin). Konon, keduanya jatuh cinta kepada Lin Mo Niang, tetapi dia hanya mau memilih salah satu dari mereka yang dapat mengalahkannya. Menggunakan kemampuan bela dirinya, justru kedua siluman tersebut takluk kemudian menjadi pengawal setianya.[5]

Kematian dan Menjadi Dewi

sunting

Pada saat Lin Mo Niang berusia 28 tahun, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zong tahun Yongxi ke-4 (tahun 987), Imlek tanggal 16 bulan 2, dia berlayar bersama ayahnya. Di tengah lautan, perahu mereka dihantam badai hingga tenggelam. Tanpa mempedulikan keselamatannya sendiri, dia berusaha menyelamatkan sang ayah. Namun keduanya akhirnya tewas.

Kisah lain, saat berusia 28 tahun dia memanjat gunung sendirian kemudian terbang ke langit menjadi Dewi bersama dengan raganya. Dikisahkan bahwa pada pagi itu, penduduk Meizhou melihat awan berwarna-warni menyelimuti pulau. Di angkasa terdengar alunan musik merdu dan Lin Mo Niang perlahan-lahan naik ke angkasa untuk dinobatkan sebagai Dewi. Setahun kemudian, penduduk mendirikan sebuah kuil di tempat Lin Mo Niang diangkat ke surga. Kuil tersebut merupakan kuil Thian Shang Sheng Mu yang pertama didirikan di China.

Versi lain menyatakan kematian Lin Mo Niang saat ia masih berusia 16 tahun. Saat itu dia berenang jauh ke tengah laut untuk mencari ayahnya yang hilang. Namun karena kelelahan, dia meninggal dan jenasahnya disapu ombak ke tepi pantai di Pulau Nankan, Kepulauan Matsu.

Kisah dan Mukzizat

sunting

Lin Mo Niang dan Kaisar Song Hui Zong

sunting

Pada tahun 1122, Kaisar Song Hui Zong memerintah seorang menteri bernama Lu Yun Di untuk menjadi duta ke Negeri Gaoli (sekarang Korea). Rombongan tersebut terdiri atas 8 buah kapal, tetapi 7 diantaranya tenggelam akibat dihantam badai yang dahsyat.

Menteri Lu Yun yang selamat merasa takjub kemudian bertanya kepada anak buahnya, siapakah dewa yang menyelamatkan mereka. Salah seorang yang berasal dari Pu Tian menjawab bahwa ia biasa bersembahyang kepada Dewi Lin Mo Niang yang merupakan pelindungan perjalan di lautan. Lu Yun kemudian melaporkan hal tersebut kepada Kaisar Song Hui Zong.

Sebagai penghormatan dan syukur, kaisar memberi dia gelar Sun Ji Fu Ren yang berarti Nyonya Agung yang Memberikan Pertolongan yang Sangat Dibutuhkan. Kaisar juga menyumbangkan sebuah papan bertuliskan Sun Ji hasil kaligrafi dia sendiri untuk dipasang pada kuil di Meizhou.

Asal-Usul Nama Ma Zu

sunting

Kitab Tian Shang Sheng Mu Jing mengisahkan bahwa pada Dinasti Tang, ada seorang pendeta suci yang disebut Dao Yi Chan Shi' (Fujian/Hokkian: To It Sian Su). Nama asli dia adalah Ma Zu. Konon, Lin Mo Niang merupakan reinkarnasi dari pendeta ini. Huruf Ma yang merupakan nama keluarga (marga) dari sang pendeta diganti dengan huruf Ma yang berarti Ibu agar sesuai dengan Sheng Mu yang berarti Ibu yang Suci.

Kultus

sunting

Tian Shang Sheng Mu digambarkan sebagai wanita cantik yang mengenakan jubah merah bersulam serta duduk di atas tahta. Pada ukiran, dia selalu memakai pakaian kebesaran seorang permaisuri yang bertaburkan permata, memegang papan seremonial atau tongkat bertatah permata, dan mahkota khas kekaisaran (bagian atas mahkota berbentuk datar serta dihiasi butiran mutiara yang bergantung pada bagian depan dan belakangnya).[6]

 
Makam Mazu di Desa Matsu

Dalam penggambaran, dia biasanya dikawal oleh kedua siluman Qian Li Yan dan Sun Feng Er. Qian Li Yan berkulit hijau kebiruan, bertanduk dua, bertaring, dan memegang tombak. Sun Feng Er berkulit merah kecoklatan, bertanduk satu, bertaring, dan memegang kapak bergagang panjang. Dikisahkan bahwa Qian Li Yan dapat melihat sejauh ribuan li sementara Sun Feng Er dapat mendengar ribuan pal.

Kultus di Daratan China

sunting

Para keluarga nelayan dan pelaut mulai berdoa kepada Lin Mo Niang semenjak kematiannya, untuk menghormati keberaniannya menyelamatkan orang-orang di lautan. Popularitasnya berkembang pesat dikarenakan perannya sebagai Ibu Pelindung yang Penyayang dan Berkuasa, dibandingkan para Raja Naga yang bersifat otoriter.

Pada masa Dinasti Song, perdagangan maritim Provinsi Fujian sangat berkembang. Para pelaut yang khawatir akan bahaya lautan selalu membawa arca Thian Shang Sheng Mu sebagai pelindung. Dikisahkan bahwa Cheng Ho juga membawa arca dia dalam ketujuh pelayarannya yang terkenal. Sudah menjadi kebiasaan para pelaut semenjak masa itu untuk menyediakan altar Tian Shang Sheng Mu dalam kapal mereka.

Kultus Tian Shang Sheng Mu menyebar dari Provinsi Fujian ke provinsi-provinsi tetangganya yaitu Zhejiang dan Guangdong. Banyak kuil-kuil untuk dia didirikan di kota-kota utama sepanjang pantai timur di China (dari utara ke selatan). Kota-kota tersebut antara lain Dandong, Yantai, Qinhuangdao, Tianjin, Shanghai, Ningbo, Hangzhou, Fuzhou, Xiamen, Guangzhou, dan Macao.

Kultus di Taiwan

sunting
 
Patung Mazu pada kuil di Chiayi, Taiwan.

Pada masa Dinasti Ming, bersamaan dengan banyaknya penduduk Provinsi Fujian yang merantau, kultus Tian Shang Sheng Mu memasuki Taiwan. Kuil tertua di Taiwan terletak di Kota Magong, Kepulauan Penghu. Kultus Tian Shang Sheng Mu berkembang pesat sehingga tidak kurang dari 800 kuilnya dibangun di Taiwan dan hampir dua pertiga penduduknya memiliki altarnya di rumah.

Setiap Imlek tanggal 23 bulan 3, ratusan arca Thian Shang Sheng Mu dari Taiwan diarak (Xun Jing) menuju kuil pusat di Meizhou, Fujian, untuk memperingati hari kelahiran dia.[7]

Penanggalan Imlek tanggal 23 bulan 3 tahun 1989, patung Dewi Pelindung Pelaut yang sangat terkenal didirikan di puncak Gunung Mei Feng Shan, menghadap ke Selat Taiwan.

Penyebaran Kultus Abad Ke 19-20

sunting

Penyebaran kultus Mazu dibawa oleh aliran migrasi besar-besaran penduduk China pada abad ke-19 dan 20. Setelah mencapai Taiwan, kultus Tian Shang Sheng Mu menyebar hingga Vietnam, Ryukyu, Jepang, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Peran dia sebagai Dewi Pelindung Lautan membuat para imigran segera mendirikan kuil untuknya sebagai ungkapan syukur telah tiba dengan selamat.

Para penduduk dari daerah imigrasi selanjutnya membawa kultus Mazu ke negara-negara lain. Diperkirakan kini terdapat sekitar 1500 kuil yang didedikasikan untuk Thian Shang Sheng Mu pada 26 Negara di seluruh dunia.

Kultus di Indonesia

sunting

Tian Shang Sheng Mu merupakan Dewi yang cukup terkenal di Indonesia karena dianggap sebagai Dewi pelindung para perantauan.

Ritual yang cukup terkenal diadakan oleh Klenteng Cu An Kiong di Lasem. Kirab yang disebut Ritual Sedekah Laut tersebut dilangsungkan dengan menaikkan arca Tian Shang Sheng Mu ke perahu nelayan kemudian mengaraknya keliling Pantai Lasem supaya dia memberkati keselamatan para nelayan dan penduduk pantai dari bahaya laut, khususnya bencana tsunami.[8]

Tian Shang Sheng Mu dan Buddhisme

sunting

Setelah masuknya ajaran Buddha di China, agama Tao dan Buddhisme saling meminjam para Dewata populer untuk menarik umat agar datang ke kuil mereka (penjelasan lebih lanjut, baca Tridharma). Umat Buddhis meyakini bahwa Tian Shang Sheng Mu merupakan inkarnasi dari Bodhisatwa Kwan Im.

Dikisahkan bahwa orang tua Lin Mo Niang berdoa kepada Kwan Im untuk memperoleh anak pria, tetapi anak mereka yang selanjutnya ternyata juga wanita. Lin Mo Niang dikatakan sangat berdevosi kepada Kwan Im selama hidupnya.[9]

Daftar Kuil Tian Shang Sheng Mu di Dunia

sunting

Australia

sunting

Australia memiliki 2 kuil Mazu, yakni di Sydney dan Melbourne .[10]

Hongkong

sunting

Hongkong memiliki sekitar 60 kuil untuk Tin Hau (Tian Shang Sheng Mu). Kuil di areal Tin Hau (sebelah timur Taman Victoria, distrik timur Pulau Hongkong) memberikan namanya kepada area serta stasiun kereta api bawah tanah di sana. Oleh karena sejarah mereka, beberapa kuil Tin Hau dimasukkan sebagai bangunan bersejarah.[11]

Macao memiliki 3 Kuil Tin Hau di Coloane, Teluk Macao, dan Taipa. Nama Macao diperkirakan berasal dari ‘’Templo de A-Má’’ (Kuil A-Ma; Hanzi: 媽閣廟), konstruksi yang dibangun pada tahun 1448 dan didedikasikan kepada Tian Shang Sheng Mu.

China Daratan

sunting

Kuil Tian Shang Sheng Mu di China Daratan (selain Fujian) diperkirakan berjumlah lebih dari 40 kuil di Guangdong dan Hainan; lebih dari 30 kuil di Jiangsu dan Zhejiang. Kuil lain dibangun megah di Tianjin, Weihai, Yingkou, Qinhuangdong, Qingdao, Kepulauan Changdao (yang juga dikenal dengan sebutan Kepulauan Kuil karena adanya kuil Mazu di sana), dan Penglai.

Tianjin

sunting

Kuil Mazu di Tianjin dibangun pada tahun 1326 (Dinasti Yuan), merupakan kuil paling utara yang terdapat di China Daratan. Penduduk Tianjin menyebutnya Niangniang Miao (Kuil Ratu). Berlokasi di distrik Nankai, berdekatan dengan Jalan Kultur Kuno Tianjin, situs wisata utama Tianjin, dan merupakan salah satu situs wisata China. Kuil kompleks tersebut dibangun di atas areal seluas 5280 meter persegi. Kuil Mazu Tianjin digunakan sebagai salah satu pusat Taoisme di Tianjin pada tahun 1950an.

Ningbo

sunting

Etnis Fujian membangun kuil Mazu di Ningbo pada tahun 1100an, di dekat tembok pembatas dekat laut. Berdasarkan data tahun 1848, kuil tersebut terakhir direnovasi pada tahun 1680.[12]

Nanjing

sunting

Nanjing Tian Fei Gong (Hanzi: 南京天妃宫|南京天妃宫 ; Indonesia: Istana Tian Fei) didirikan oleh Kaisar Yongle (Dinasti Ming) atas saran Admiral Cheng Ho sekembalinya dari ekspedisi pertama dia. Sebelum dan setelah setiap ekspedisinya, Cheng Ho selalu berdoa di kuil tersebut untuk memohon perlindungan Mazu. Kuil ini merupakan yang terbesar dan memiliki status paling tinggi di seluruh China karena merupakan kuil kerajaan yang dibangun oleh kaisar. Kuil ini menyimpan prasasti batu yang dialasi patung kura-kura dimana terdapat tulisan yang berasal dari Kaisar Yongle .[13] Pada tahun 1937, kuil ini sebagian besar hancur akibat bom pasukan Jepang, tetapi direnovasi pada awal abad 21 untuk memperingati 600 tahun ekspedisi Cheng Ho.

Kuil Mazu yang lebih kecil juga terdapat di Taman Galangan Kapal Harta, berlokasi di situs Galangan Kapal Longjiang, dimana kapal-kapal armada Cheng Ho dibuat.

Shanghai

sunting

Berdasarkan sejarah, terdapat 3 Kuil Tian Hou di Shanghai, tetapi semuanya telah dihancurkan. Pada masa Dinasti Qing, menjadi kebiasaan para diplomat yang hendak berangkat menempuh lautan untuk bersoa di Istana Tian Hou di kota kuno. Kuil terakhir di tepi anak sungai Suzhou direlokasikan ke Songjiang. Kuil ini kini didedikasikan untuk Mazu dari Sungai Huangpu. Kuil Dewa Kota di kota kuno juga sebagian didedikasikan untuk dia.

Fujian

sunting

Di Putian, tempat kelahiran Lin Mo Niang, terdapat ratusan kuil yang didedikasikan untuknya, termasuk sekitar 20 kuil yang terdapat di Pulau Meizhou. Di lokasi lain, terdapat sekitar 70 kuil yang didirikan di area dekat pantai.

Pulau Meizhou dianggap sebagai Mekkah masyarakat oriental. Kuilnya yang utama disebut Kuil Ratu Surgawi-Kuil Leluhur Meizhou (Hanzi: 天后宮湄洲祖廟 ).

Malaysia

sunting

Malaysia memiliki sejarah panjang Taoisme dari penduduk China wilayah selatan yang bermigrasi ke Asia Tenggara. Kuil Thean Hou (Hanzi: 馬来西亚吉隆坡天后宫) yang terkenal berlokasi di Kuala Lumpur, ibu kota Malaysia, dan merupakan salah satu tujuan wisata. Festival ulang tahun Tian Shang Sheng Mu dirayakan di seluruh negeri.

Baru-baru ini masyarakat dan pemerintah Sabah berencana mendirikan patung Mazu yang akan menjadi patung Mazu tertinggi di seluruh dunia, berlokasi di Kudat, ujung paling utara Pulau Kalimantan. Patung setinggi 10 tingkat itu diharapkan akan menarik jutaan wisatawan ke Malaysia tiap tahunnya. Namun proyek tersebut dianulir karena protes sekelompok umat beragama lain serta campur-tangan politik.

Di Kampung Tok'kong, sebuah desa terisolir di Kelantan, masyarakat mengadakan ritual dan festival di Kuil Seng Choon Keong (圣春宫) demi kesehatan, kemakmuran, perlindungan, dan keamanan. Setiap Jumat, umat menemui seorang tatung untuk berkonsultasi.

Singapura

sunting

Imigran China pada abad ke 19, terutama warga Fujian, membawa kultus Mazu ke Singapura. Dua kuil tertua dan terkenalnya adalah Tian Fu Gong (Thian Hok Keng) milik suku Hakka dan kuil Yue Hai Qing Miao (Yueh Hai Ching Bio) milik suku Teochew dan Canton.

Taiwan

sunting

Pada tahun 1980, terdapat 509 kuil yang didedikasikan untuk Mazu, hampir 7 kali lipat dari jumlah yang didata pada awal 1911.[14] Terdapat 800 hingga 1000 kuil [1][pranala nonaktif permanen] yang didedikasikan untuk Mazu, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Awalnya Mazu hanya berperan kecil dalam masalah raligius di Taiwan, yaitu sebagai pelindung para nelayan, tetapi masyarakat kemudian juga berdoa untuk masalah kesehatan, karier, pertanian, jodoh, dan sebagainya. Akhirnya Mazu menjadi pelindung masyarakat Taiwan.

Berdasarkan penelitian tim peneliti Agama Asli, Universitas Provinsi di Taiwan Tengah, setiap tahunnya diadakan Xun Jing yang mendatangi setiap kuil Mazu di taiwan. Kirab terorganisasi ini dilakukan untuk menyebarkan berkat kepada para umat serta membersihkan kota dari roh jahat setiap tahunnya. Selain itu, kirab ini juga menjadi even sosial bagi umat Mazu di wilayah yang berbeda.[15] Berikut ini merupakan kuil-kuil Mazu paling terkenal di Taiwan.

  • Kuil Chenlan (大甲鎮瀾宮 ) [16] di distrik Daija, Taichung, merupakan kuil paling terkenal di Taiwan dan menjadi tujuan ziarah tiap Musim Semi.
  • Kuil Chaotian (朝天宮 ) di Beigang (北港鎮 ), Yunlin. Dibangun tahun 1694. Terkenal akan dekorasinya yang megah.[17]
  • Kuil Ratu Agung Surgawi (大天后宮 ) di Kota Tainan, dibangun tahun 1664.[18]
  • Kuil Tianhou di Cijin, Kaohsiung. Data paling tua kuil tersebut merujuk tahun 1691.[19]
  • Kuil Tianhou di Lugang, menyimpan Gambaran Mazu yang dibawa dari China Daratan pada athun 1684.[20]
  • Kuil Tianhou di Magong, Pulau Penghu, didirikan tahun 1593, merupakan kuil tertua di Taiwan.[21]

Thailand

sunting

Thailand memiliki banyak kuil Mazu, terutama pada kota-kota dekat laut seperti Bangkok, Chonburi, Pattani, dan Phuket. Terdapat pula 3 kuil kecil bernama Gew Leng Thong, Sam San Tian Hew Geng, dan Keng Jew Hui Guan.

Amerika Serikat

sunting
  • Kuil Tin Hau di San Francisco merupakan kuil Taoisme tertua di Amerika, didirikan tahun 1852. Juga terdapat Kuil Ma Tsu di Jalan Beckett Alley Nomor 30, San Fransisco.
  • Kuil Thien Hau di Pecinan Los Angeles, California. Merupakan pusat organisasi sosial kultural Camau Association of America. Kuil ini menjadi objek wisata terkenal di Pecinan semenjak selesai dibangun tanggal 5 September 2005, setelah dua tahun pembangunan, dan menghabiskan dana sebesar 2 juta dolar Amerika.

Vietnam

sunting

Penduduk Vietnam mengenal Mazu sebagai ‘’Thiên Hậu (天后).

  • Kuil Thiên Hậu didirikan pada abad 19 oleh Persekutuan Canton dari Cholon. Kini merupakan bagian dari Kota Hồ Chí Minh.
  • Pagoda Quan Am di Cholon memiliki altar untuk Mazu.
  • Pagoda Thiên Hậu Cung di Provinsi Bình Dương yang dibangun imigran dari China Daratan. Secara rutin merayakan festival Cap Go Meh.

Daftar Klenteng Tian Shang Sheng Mu

sunting
  • Klenteng See Hoo Kiong, Jalan Sebandaran, Semarang.
  • Klenteng Cu An Kiong, Jalan Dasun, Lasem.
  • Tempat Ibadah Tri Dharma Pao Sian Lin Kong, Sumenep.
  • Kelenteng Mak Co, Rembang.
  • Klenteng Ma Zu, Tuban.
  • TITD Cao Fuk Miao, Denpasar, Bali.
  • Vihara Bodhisatva Karaniya Metta, Pontianak, Kalimantan Barat. Juga disebut Kelenteng Tiga Dewa (三神宫) oleh warga Tionghoa di Pontianak.
  • Kelenteng Ma Cou Keng, Kabupaten Kubu Raya - Kalimantan Barat
  • TITD Tjoe Hwie Kiong, JL. Yos Sudarso Kediri - Jawa Timur
  • TITD Tjong Hok Kiong, Jalan Hang Tuah - Sidoarjo, Jawa Timur
  • Klenteng Ban Hin Kiong, Manado - Sulawesi Utara
  • Klenteng Kim Hin Kiong - Gresik - Jawa Timur - Indonesia
  • Klenteng Thian Hou Kiong Ma Tjo Po / Vihara Dewi Samudra (Ma Zhu Bo) sejak 1784 - Jl.Bandengan Selatan No.37-38 Tambora,Jakarta Barat
  • Tangerang - Banten
  • TITD Wan Xing Gong 萬興宮
  • Klenteng Ibu Agung Bahari (Tian Hou Gong) - Jl. Sulawesi, Makassar, Sulawesi Selatan.
  • Shio Kwe Liong Tong Marga Lim, Tanjung Leidong, Labuhan Batu Utara, Sumatera Utara.
  • Klenteng TITD Hwie Ing Kiong - Jl HOS Cokroaminoto no 69, kota Madiun.
  • Klenteng TITD Hok Sian Kiong - Jl. PB. Sudirman No.1, Kota Mojokerto , Jawa Timur

Kultur Populer

sunting
  • Lin Moniang (2000), serial drama televisi di Fujian, merupakan pendramatisasian kehidupan Mazu sebagai manusia.

Lihat Pula

sunting

Referensi

sunting

Catatan Kaki

sunting
  •   Artikel ini memuat teks dari The Middle kingdom: a survey of the ... Chinese empire and its inhabitants ..., oleh Samuel Wells Williams, publikasi dari tahun 1848, sekarang berada pada domain umum di Amerika Serikat.
  1. ^ glosbe.com. Dictionary Chinese English
  2. ^ "Litchi City - Putian". Fuzhou University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-22. Diakses tanggal March 1, 2011. 
  3. ^ As depicted in the murals of Fengtin in Fujian Province, recorded in Ruitenbeek, p. 316.'
  4. ^ Irwin, p. 63.
  5. ^ Ruiteenbeek, p. 319
  6. ^ Ruitenbeek, p. 318
  7. ^ Bidang Litbang PTITD/Matrisia Jawa Tengah. 2007. Pengetahuan Umum tentang Tridharma. Hal. 113. Semarang: Penerbit Benih Bersemi.
  8. ^ Shankara. 2009. Lasem dan Kisah Tiga Kelenteng Tua
  9. ^ Irwin, p. 63 and Ruitenbeek, p. 316
  10. ^ 'Heavenly Queen Temple', Only Melbourne, retrieved 2011-11-11, http://www.onlymelbourne.com.au/melbourne_details.php?id=17846
  11. ^ List of Graded Historic Buildings in Hong Kong(as at 6 Jan 2007) Diarsipkan 2011-07-09 di Wayback Machine., by the Antiquities and Monuments Office, Hong Kong.
  12. ^ Samuel Wells Williams (1848). The Middle kingdom: a survey of the ... Chinese empire and its inhabitants ... (edisi ke-3). NEW YORK & LONDON: Wiley & Putnam. hlm. 101. Diakses tanggal 2011-05-08. (Original from Harvard University)
  13. ^ 南京天妃宫 Diarsipkan 2008-10-13 di Wayback Machine. (Nanjing Tian Fei Palace) (Tionghoa)
  14. ^ Boltz, p. 211)
  15. ^ "Devout followers honor the Silent Maiden" by Eva Tang, 24 March 2009, Taiwan Culture Portal, http://www.culture.tw/index.php?option=com_content&task=rdmap&Itemid=262&id=1184 Diarsipkan 2015-03-24 di Wayback Machine.
  16. ^ Chenlan Temple (鎮瀾宮)
  17. ^ Macdonald, Taiwan, p.226.
  18. ^ Macdonald. Taiwan, p.162.
  19. ^ Macdonald, Taiwan, p.168.
  20. ^ Macdonald, Taiwan, p.214.
  21. ^ Macdonald, Taiwan, p.194.

Pranala luar

sunting