Kapas hantu

Sejenis pohon serat liar
Kapas Hantu
Kapas hantu, Abroma augusta
tumbuh liar di Kampus IPB Darmaga, Bogor
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
A. augusta
Nama binomial
Abroma augusta
Sinonim
  • Theobroma augustum L.[1] (basionym)
  • Ambroma augustum (L.) L.f.[2]
  • Abroma fastuosa Jacq.[3] (nom.illeg.)
  • Abroma fastuosa R.Br.[4]
  • Abroma javanica Miq.[5]
  • Abroma alata Blanco
  • Abroma angulata Lam.
  • Abroma angulosa Poir.
  • Abroma mariae Mart.
  • Abroma mollis DC.

Sinonim selengkapnya pada: The Plant List[6]

Kapas hantu (Abroma augusta (L.) L.f.) adalah sejenis pohon kecil dari suku Malvaceae (sebelumnya Sterculiaceae). Perdu ini menyebar mulai dari India, Asia Tenggara, Tiongkok selatan, melalui Nusantara hingga ke Pasifik. Nama-nama lokalnya, di antaranya, kapas hantu (Mly.);[7] ki kecangkir,[5] ki cacangkir, kaworo (Sd.); kapasan, lawé (Jw.); barèh-barèh (Mink.); rĕbong pĕngayoh (Lamp.); amè-amè (Ternate); jaba oto (Halmahera); runa (Buru).[8] Juga ki tèspong (Sd.); sentolo, waron (Jw.).[9] Dalam bahasa Inggris, sebutan tumbuhan ini adalah Devil’s cotton, perennial Indian hemp, atau cotton abroma.[10]

Pengenalan sunting

 
Malai payung tambahan
 
Buah kotak yang memecah
 
Pelat botani menurut Jacquin

Semak yang tegak atau pohon kecil, tingginya hingga 10 m;[10] akan tetapi umumnya 2–3 m.[9] Batang dan ranting dengan pepagan yang berselimut rambut bintang, yang tajam, rapuh, dan menggatalkan kulit; kadang-kadang pula dengan rambut kelenjar.[10] Daun-daun tunggal, berseling, bertangkai panjang, pangkalnya berbentuk jantung dan ujungnya meruncing; dengan bentuk dasar yang sangat berubah-ubah: dekat pangkal ranting bentuk bundar (-bundar telur hingga bentuk jantung) berlekuk 3-5, lk. 20–37 cm garis tengahnya, dan yang dekat ujung ranting bundar telur memanjang dengan tepi bergigi halus.[9]

Bunga-bunga berkumpul dalam malai payung tambahan (cyme) di ujung ranting atau berhadapan dengan daun, berisi 1-4 kuntum, tangkai payung lk. 1–3 cm, daun pelindung (braktea) 6–8 mm. Bunga terletak menggantung, berdiameter 3–5 cm, berkelamin ganda, berbilangan-5, tangkainya sepanjang 1–3,5 cm. Kelopak bunga bertaju-5 berbagi dalam, menyegitiga, 15–20 mm × 6 mm, kehijauan. Daun mahkota 5 helai, bentuk sendok, 2–3,5 cm × 1 cm; ungu tua, merah atau kuning dengan pangkal cekung dan putih; lemas menggantung.[10] Tabung benang sari bentuk periuk, kepala sari 15, tiap kali berseling antara 3 kepala sari dan 1 staminodium.[9]

Buah kotak bentuk lonceng atau kerucut terbalik, bersayap 5, berparuh atau tidak, di ujungnya membuka pecah menurut ruang, di sisinya membelah menurut sekat,[9] ukuran lk. 4–5 cm × 3–4 cm.[10] Biji silindris atau bulat telur sungsang, 3–4 mm × 2 mm, tanpa sayap atau aril, hitam.[10]

Agihan dan ekologi sunting

Kapas hantu menyebar secara alami mulai dari India, Asia Tenggara, ke timur hingga Tiongkok selatan dan Kepulauan Solomon, dan ke selatan hingga Australia utara.[10] Di Asia Tenggara, tumbuhan ini tercatat dari Thailand, Vietnam, Malaysia, Indonesia, dan Filipina.[11] Dibudidayakan di India, Asia Tenggara, dan Afrika (Kongo dan Uganda) terutama untuk seratnya.[10]

Perdu ini umum didapati di sepanjang tepi air, di dalam rimba semak, atau di wilayah terbuka; pada ketinggian 5-1.100 m dpl.[9] Juga umum ditemukan di hutan-hutan sekunder, lahan-lahan yang telantar, pinggir kampung, serta tepi-tepi jalan dan jalan kereta api. Wilayah sebaran alami kapas hantu memiliki suhu harian lk. 27–30 °C pada bulan-bulan yang terpanas, rata-rata curah hujan sekurangnya 1500 mm pertahun, dan lengas relatif yang tinggi.[10]

Manfaat sunting

Dari pepagan bagian dalam dihasilkan serat, yang cukup halus untuk dipintal menjadi tali (benang) pancing, jaring ikan, jaring tidur (hammock), tambang, dan bahkan pakaian.[10] Serat ini bahkan dikatakan sekualitas dengan yute.[12] Di Lampung, serat-serat yang sangat halus dicat dan disusun sebagai cemara (rambut palsu).[8] Untuk mendapatkan serat-serat ini, menurut Rumphius orang-orang Bali memotong batang dan ranting-ranting yang tebal, dan lalu merendamnya dalam lumpur selama 2 atau 3 hari hingga membusuk. Setelah pepagan luarnya yang kasar dikerok, bagian dalamnya yang putih dan halus dicerai-beraikan untuk memperoleh serat yang baik untuk dijadikan benang atau tali. Rumphius menamai tumbuhan ini sebagai "capas antu" (Lat.: Gossypium daemonis, atau Bld.: Duivels cattoen).[7]

Dari akar, batang, daun dan lain-lain bagian tumbuhan dihasilkan bahan obat. Kapas hantu digunakan secara tradisional di India dan Bangladesh untuk mengatasi gangguan pada haid, sebagai obat kuat (afrodisiak) dan anti-kesuburan, menyembuhkan sakit kencing nanah (gonore) dan kencing manis (diabetes), serta menyembuhkan penyakit kulit.[10][13][14] Di zaman Rumphius, akarnya dipergunakan sebagai obat kudis.[7]

Kapas hantu adakalanya ditanam sebagai perdu hias.[11]

Catatan kaki sunting

  1. ^ Linné, Carl von. 1767. Caroli Linnaei...Systema naturae per regna tria naturae :secundum classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis. Editio decima tertia, ad editionem duodecimam reformatam Holmiensem. t.3: 233. Vindobonae :Typis Ioannis Thomae, 1767-1770.
  2. ^ Linné, Carl von. 1782. Supplementum plantarum Systematis vegetabilium editionis decimae tertiae, Generum plantarum editionis sextae, et Specierum plantarum editionis secunda. p.341. Brunsvigae [Braunschweig] :Impensis Orphanotrophei, 1781.
  3. ^ Jacquin, NJ. 1776. Hortus botanicus Vindobonensis [...] Vol. III: 3, Tab.1. Vindobonae : typis Josephi Michaelis Gerold, aulae imperialis typographi, 1776-1777.
  4. ^ Aiton, WT. 1812. Hortus Kewensis [...] The second edition [...] Vol. IV: 409. London : Longman, Hurst, Rees, Orme, and Brown, Paternoster Row (printed by Richard Taylor and Co. Shoe-Lane, London) 1812
  5. ^ a b Miquel, FAW. 1859. Flora van Nederlandsch Indië. Vol. 1(2): 183. Amsterdam :C.G. van der Post; [etc.] 1855-60.
  6. ^ The Plant List: Abroma augusta (L.) L.f.
  7. ^ a b c Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars IV: 38; Tab 14. Amstelaedami:apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.
  8. ^ a b Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 3: 1347. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda -1917- III: 232-3, sebagai Abroma augusta L., A. fastuosa R.Br. dan A. mollis DC.).
  9. ^ a b c d e f Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia: 301. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
  10. ^ a b c d e f g h i j k Wabuyele, E., 2011. "Abroma augusta (L.) L.f." [Internet] Record from PROTA4U. M. Brink & E.G. Achigan-Dako (Editors). PROTA (Plant Resources of Tropical Africa / Ressources végétales de l’Afrique tropicale), Wageningen, Netherlands. <http://www.prota4u.org/search.asp Diarsipkan 2013-11-08 di Wayback Machine.>. Accessed 20 November 2015.
  11. ^ a b Useful Tropical Plants: Abroma augustum(L.) L.f.
  12. ^ Hanelt, P. 2001. Mansfeld's Encyclopedia of Agricultural and Horticultural Crops: (Except ... p.1578. Berlin: Springer Science & Business Media.
  13. ^ Medicinal Plants of Bangladesh: Abroma augusta L. Diarsipkan 2016-05-15 di Wayback Machine. (kandungan kimiawi).
  14. ^ Quattrocchi, U. 2012. CRC World Dictionary of Medicinal and Poisonous Plants: Common Names ... p.6. Boca Raton: CRC Press.

Pranala luar sunting