Kebajikan (Buddhisme)

(Dialihkan dari Dasa Kusala Kamma)

Kebajikan (Pāli: puñña; Sanskerta: puṇya), dalam Buddhisme, didasarkan pada kerangka Sepuluh Landasan Kebajikan (Pāli: dasa-puññā-kiriya-vatthu) yang terwujud dalam bentuk perbuatan baik (kusala-kamma) melalui pikiran, ucapan, dan jasmani. Kebajikan yang diaspirasikan untuk pencapaian Nibbāna, alih-alih keuntungan duniawi, terakumulasi menjadi kesempurnaan (Pāli: pāramī; Sanskerta: pāramitā).

Dalam kitab komentar Abhidhamma Piṭaka, kebajikan didefinisikan sebagai berikut:

Tattha punāti attano kārakaṁ, pūreti cassa ajjhāsayaṁ, pujjañca bhavaṁ nibbattetīti puñño.

Sehubungan dengan hal itu, disebut sebagai kebajikan karena membersihkan pelakunya sendiri, memenuhi kecenderungannya, dan menghasilkan kelahiran yang terhormat.

—VibhA 142

Terdapat tiga poin utama, yaitu:

  • Membersihkan arus batin dari siapa pun yang melakukannya. Ketika seseorang melakukan kebajikan dengan benar, maka pada saat itu arus batin dia berada dalam keadaan yang bersih dari kilesa (secara temporer).
  • Memenuhi atau menyempurnakan kecenderungan untuk orang yang melakukan kebajikan. Kebajikan yang dilakukan seseorang akan memperkuat kecenderungan dia untuk melakukannya lagi sehingga akhirnya menjadi sifat dan karakter atau kebiasaan seseorang.
  • Menghasilkan kelahiran yang terhormat atau mulia. Semua jenis kebajikan yang dilakukan, apabila berfungsi sebagai kamma produktif, maka kebajikan tersebut akan membuahkan kelahiran di alam-alam yang baik.

Sepuluh Landasan Kebajikan tersebut adalah:[1]

  1. Bederma (Pāli: dāna)
  2. Moralitas atau akhlak (Pāli: sīla)
  3. Meditasi (Pāli: bhāvanā)
  4. Rasa hormat (Pāli: apaciti)
  5. Pelayanan (Pāli: veyyāvacca)
  6. Persembahan kebajikan atau pelimpahan jasa (Pāli: pattānuppadāna atau pattidāna)
  7. Ungkapan kebahagiaan (Pāli: abbhanumodanā atau pattanumodanā)
  8. Pengajaran Dhamma (Pāli: Dhammadesanā)
  9. Pendengaran Dhamma (Pāli: Dhammasavana)
  10. Pelurusan pandangan (Pāli: diṭṭhijukamma)

Sepuluh Landasan Kebajikan tersebut juga sering dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dāna (berdana), sīla (moralitas atau akhlak) dengan skema berikut ini:

  1. Kelompok berdana (Pāli: dāna)
    • Berdana (dāna)
    • Persembahan kebajikan atau pelimpahan jasa (pattānuppadāna atau pattidāna)
    • Ungkapan kebahagiaan (abbhanumodanā atau pattanumodanā)
  2. Keompok moralitas atau akhlak (Pāli: sīla)
    • Moralitas atau akhlak (Pāli: sīla)
    • Rasa hormat (Pāli: apaciti)
    • Pelayanan (Pāli: veyyāvacca)
  3. Kelompok meditasi atau pengembangan batin (Pāli: bhāvanā)
    • Meditasi (Pāli: bhāvanā)
    • Pengajaran Dhamma (Pāli: Dhammadesanā)
    • Pendengaran Dhamma (Pāli: Dhammasavana)
    • Pelurusan pandangan (Pāli: diṭṭhijukamma)

Penjelasan sunting

Dalam teks Buddhis, terdapat enam pengerahan usaha untuk melakukan kebajikan (puññāyūhana):

  1. Mengembangkan kebiasaan untuk melakukan kebajikan seperti berdana, mengajar Dhamma, atau kebajikan lain secara rutin. Dengan cara ini, kebajikan pun terakumulasi melalui kebiasaan-kebiasaan yang telah berkembang.
  2. Mencontoh kebajikan kalyāṇamitta (teman-teman spiritual yang baik) yang telah terbiasa melakukan perbuatan baik.
  3. Melakukan kebajikan dengan tangan sendiri.
  4. Melakukan kebajikan dengan meminta orang lain untuk melakukannya.
  5. Melakukan kebajikan dengan pengetahuan, artinya dengan pemahaman atas hukum karma dan buahnya.
  6. Melakukan kebajikan tanpa pengetahuan, artinya tanpa pemahaman atas hukum karma dan buahnya.

Dāna sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui berdana (dāna) merujuk kepada kehendak (cetanā) yang muncul di arus batin pada tiga waktu:

  1. Sebelum, yaitu saat mempersiapkan objek yang akan didanakan.
  2. Berlangsung, yaitu saat sedang memberikan dana.
  3. Sesudah, yaitu saat merenungkan kembali dengan hati yang sangat bahagia. Tradisi Buddhis mengajarkan untuk mengucapkan "sādhu, sādhu, sādhu" setelah melakukan kebajikan.

Sīla sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui akhlak (sīla-mayaṁ puññakiriyavatthu) mencakup kemunculan kehendak (cetanā) di tiga waktu (sebelum, pada saat, dan sesudah) yang menjadi satu pada saat seseorang mengamalkan lima, delapan, atau sepuluh sīla.

Bhāvanā sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui meditasi (bhāvanā-mayaṁ puññakiriyavatthu) adalah kehendak (cetanā) yang muncul di arus batin seseorang yang bermeditasi untuk merealisasi bahwa mata, telinga, batin, kesadaran indriawi, kesadaran batin, kontak-kontak indra, objek-objek indra, perasaan yang muncul, persepsi atas objek indra, usia tua, dan kematian memiliki karakteristik ketidakkekalan (anicca), ketidakpuasan (dukkha), dan tanpa-diri (anatta).

Apaciti sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui rasa hormat (apaciti-sahagata) dapat dilakukan dengan membantu seseorang yang lebih tua atau bhikkhu yang lebih senior dalam melakukan aktivitasnya.

Veyyāvacca sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui pelayanan (veyyāvacca-sahagata) dapat dilakukan dengan melayani para bhikkhu dengan penuh tanggung jawab, membawakan mangkuk makanan seorang bhikkhu, dan melayani persembahan Dhamma.

Pattānuppadāna atau Pattidāna sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui mempersembahkan kebajikan yang telah diperoleh (pattānuppadāna atau pattidāna) dapat dilakukan dengan mempersembahkan kebajikan yang sudah dilakukan untuk orang yang sudah meninggal dengan mengatakan, "Semoga kebajikan ini melimpah kepada si A", "Saya membagian kebajikan ini untuk si A", atau dipersembahkan untuk semua makhluk dengan berkata, "Semoga kebajikan ini melimpah kepada semua makhluk."

Abbhanumodanā atau Pattanumodanā sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui ungkapan kebahagiaan atas kebajikan yang telah dilakukan (abbhanumodanā atau pattanumodanā) dapat dilakukan pada saat seseorang memberikan ucapan terima kasih dengan mengucapkan, "sādhu sādhu" sebagai apresiasi atau ungkapan rasa bahagia kepada mereka yang telah membagikan kebajikannya atau diberikan ketika mereka sedang melakukan kebajikan.

Dhammadesanā sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui mengajarkan Dhamma (desanā-mayaṁ puññakiriyavatthu) adalah ketika seseorang telah hapal Dhamma (paguṇadhamma) dan mengajarkannya dengan menjadikan pencapaian Nibbāna sebagai tujuan tertinggi, bukan dengan motivasi ingin mendapatkan keuntungan pribadi.

Dhammasavana sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui mendengarkan Dhamma (dhammasavana-mayaṁ puññakiriyavatthu) ada dua jenis:

  1. Seseorang mendengarkan Dhamma dengan berpikir, "Dengan mendengarkan Dhamma maka mereka akan menganggap saya sebagai seseorang yang mempunyai keyakinan (saddhā)." Niat hati yang demikian tidak akan menghasilkan buah yang besar.
  2. Ketika seseorang mendengarkan Dhamma dengan hati yang lembut, dipenuhi dengan kualitas hati yang penuh kebaikan sembari berpikir, "Dhamma yang dibabarkan akan membawa banyak manfaat untuk kehidupanku." Niat hati yang demikian akan menghasilkan buah yang besar.

Diṭṭhijukamma sunting

Landasan kebajikan yang dibuat melalui meluruskan pandangan (diṭṭhijukammaṁ puññakiriyavatthu) adalah memperbaiki opini atau pandangan pribadi yang masih kurang baik. Buddha telah mengajarkan tentang 62 jenis pandangan salah yang patut diluruskan.

Sepuluh Jalan Perbuatan Baik sunting

Buddha juga mengenalkan kerangka Sepuluh Jalan Perbuatan Baik (Pāli: kusalakammapatha) untuk melakukan kebajikan. Kerangka tersebut didasarkan pada tiga pintu, yaitu pintu-tubuh, pintu-ucapan, dan pintu-mental, sebagai berikut:

  • Tiga perbuatan baik melalui tubuh (Pāli: kusala kāyakamma)
  1. Menahan diri dari pembunuhan (Pāli: pāṇātipātā veramaṇī)
  2. Menahan diri dari pencurian (Pāli: adinnādānā veramaṇī)
  3. Menahan diri dari perzinaan (Pāli: kāmesumicchācārā veramaṇī)
  • Empat perbuatan baik melalui ucapan (Pāli: kusala vacīkamma)
  1. Menahan diri dari perkataan tidak benar (Pāli: musāvādā veramaṇī)
  2. Menahan diri dari ucapan fitnah (Pāli: pisuṇāya vācāya veramaṇī)
  3. Menahan diri dari ucapan kasar (Pāli: pharusāya vācāya veramaṇī)
  4. Menahan diri dari omong kosong (Pāli: samphappalāpā veramaṇī)
  • Tiga perbuatan baik melalui mental (Pāli: kusala manokamma)
  1. Tiadanya dambaan (Pāli: anabhijjhā)
  2. Tiadanya niat jahat (Pāli: abyāpāda)
  3. Pandangan-benar (Pāli: sammādiṭṭhi)

Kebajikan versus Kesempurnaan sunting

Kebajikan yang diaspirasikan untuk pencapaian Nibbāna, alih-alih keuntungan duniawi, terakumulasi menjadi kesempurnaan (Pāli: pāramī). Kesempurnaan (Pāli: pāramī) berbeda dari kebajikan (Pāli: puñña) dalam arti apabila menghasilkan kelahiran kembali, maka kebajikan yang akan melahirkan makhluk di alam-alam tertentu. Kebajikan tidak akan bisa membuat suatu makhluk keluar dari saṃsāra karena kebajikan berbuah di dalam saṃsāra. Kebajikan mengendorkan ikatan suatu makhluk di saṃsāra, tidak melepaskannya. Dengan kebajikan, seseorang mendapatkan kehidupan yang baik sehingga mempermudah seseorang untuk belajar (pariyatti) dan berlatih meditasi (paṭipatti). Namun, untuk keluar dari saṃsāra, dibutuhkan kesempurnaan atau pāramī. Kesempurnaan membantu penembusan Empat Kebenaran Mulia (paṭivedha) dan pencapaian Nibbāna.[2]

Referensi sunting

  1. ^ Kheminda, Ashin (2020-02-01). KAMMA: Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal. Yayasan Dhammavihari. ISBN 978-623-94011-0-8. 
  2. ^ Kheminda, Ashin (2017). "Tentang Kebajikan dan Pāramī". Dhammavihārī Buddhist Studies. Diakses tanggal 2024-04-11.