Lima Buddha Kebijaksanaan

Dalam Buddhisme Vajrayana, Lima Buddha Kebijaksanaan (Tionghoa: 金刚界五智如来, 五方佛), juga dikenal sebagai Lima Tathāgata Kebijaksanaan (五智如来; Wǔzhì Rúlái), Lima Buddha Agung dan Lima Jina dalam (Sanskerta yang berarti "penakluk" atau "kemenangan"), merupakan perumpamaan dari lima kualitas Buddha. Istilah Buddha-Kebijaksanaan (Inggris: "dhyani-buddha") pertama kali di catat dalam Bahasa Inggris oleh seorang berkewarganegaraan Britania Raya yang menetap di Nepal, Brian Hodgson,[1] pada awal abad ke-sembilanbelas, dan tidak tertera dalam sumber-sumber utama tradisional lainnya. Kelima buddha tersebut merupakan subyek yang sering kali ditemukan dalam beragam mandala dari buddhisme Vajrayana. Kelima Buddha tersebut merupakan subyek utama dari penyembahan dan meditasi dalam Buddhisme Shingon, sebuah sekte Buddhisme Vajrayana yang didirikan di Jepang oleh Kukai.

Lukisan Buddha yang dilukis pada selembar kain.
'The Dhyani Buddha Akshobhya', Tibetan thangka, late 13th century, Honolulu Academy of Arts. The background consists of multiple images of the Five Dhyani Buddhas.

Asal usul sunting

Lima Buddha Kebijaksanaan merupakan pengembangan selanjutnya, berdasarkan elaborasi Yogācāra mengenai konsep akan jñāna para Buddha, akan teori Trikaya (Bahasa Sanskerta: Tri berarti "tiga", kaya berarti "tubuh), sebagai sumper tiga "tubuh" Buddha. Buddha-buddha Kebijaksanaan merupakan aspek keseluruhan akan dharmakaya atau tubuh-kenyataan, yang mana mewujudkan prinsip akan pencerahan. Pada awalnya dua buddha tampak mewakili kebijaksanaan dan kasih sayang - mereka adalah, secara berurutan Akṣobhya dan Amitābha. Perbedaan selanjutnya mewujudkan aspek akan kekuatan, atau kegiatan, dan aspek akan keindahan, atau kekayaan spiritual. Dalam Sutra of Golden Light (sebuah sutra Mahayana awal), tokoh-tokoh tersebut diberi nama Dundubishvara, dan Ratnaketu, tetap sejalan dengan waktu nama mereka berubah menjadi Amoghasiddhi dan Ratnasaṃbhava. Figur yang berada di pusat menjadi dinamakan Vairocana

Ketika buddha-buddha ini dilukiskan dalam mandala, mereka tidak selalu memiliki warna yang sama atau dihubungkan dengan arah yang sama. Pada umumnya, Akṣobhya dan Vairocana dapat ditukarkan. Ketika dipertunjukkan dalam mandala Vairocana, Buddha-buddha tersebut disusun demikian:

Akṣobhya
(avolakiteshvara)

(timur)

Amoghasiddhi

(utara)

Vairocana

(sosok utama/ meditator)

Ratnasaṃbhava

(selatan)

Amitābha

(barat)

Nama-nama sunting

Nama-nama dalam berbagai bahasa:

Sanskerta Tionghoa Jepang Tibet Vietnam
Vairocana 大日如來 Dàrì Rúlái
毘盧遮那佛 Pílúzhēnà Fó
大日如来, Dainichi Nyorai Nampar nangdze, Nam nang Đại Nhật Như Lai
Akṣobhya 阿閃如來, Ajiu Rulai 阿閃如来, Ashuku Nyorai Mitrugpa A Súc Bệ Như Lai
Amitābha 阿彌陀佛, Ēmítuó Fó or Āmítuó Fó 阿弥陀如来, Amida Nyorai Wöpakme A Di Đà Như Lai
Ratnasaṃbhava 寳生如來, Baosheng Rulai 宝生如来, Hōshō Nyorai Rinchen Jung ne Rin jung Bảo Sanh Như Lai
Amoghasiddhi 成就如來, Chengjiu Rulai 不空成就如来, Fukūjōju Nyorai Dön yö drub pa Dön drub Bất Không Thành Tựu Như Lai

Kualitas sunting

Ada terdapat jumlah yang besar mengenai hubungan setiap selement dari sebuah mandala, sehingga mandala tersebut menjadi sebuah kode rahasia dan alat membantu visualisasi pemikiran dan peta konsep; sebuah alat untuk mengerti dan mengurai lebih jelas makna sepenuhnya akan Dharma. Beberapa termasuk:

Sekte/Buddha Warna ← Elemen → Simbolisme Arah mata angin → KebijaksanaanSkandhaMudra Arti → Kilesa Musim
Buddha/Vairocana putih ← ruang, etherroda Dharma tengah → all accommodatingbentuk jasmani (rupa)Pemutaran roda Dharma Memutar Roda Dharma → kebodohan tidak ada
Vajra/Akshobhya biru ← air → tongkat, vajra timurnondualiskesadaranmemanggil bumi sebagai saksi menerima, mendamaikan → kemarahan, kebencian musim semi
Padma/Amitābha merah ← apiseroja baratinquisitive → pencerapan → meditasi, samadi menarik, menundukkan → keegoisan, kemelekatan musim panas
Ratna/Ratnasambhava kuning/emas ← tanah → permata cintamani selatanequanimous → perasaan → kedermawanan memperkaya, meninggikan → kesombongan, keserakahan musim gugur
Karma/Amoghasiddhi hijau ← udara, anginwajra ganda (wiswawajra) utaraall accomplishing → pikiran, bentuk-bentuk mental → ketidakgentaran melindungi, meleburkan → kecemburuan musim dingin

Lima Buddha Kebijaksanaan dilindungi oleh Lima raja Kebijaksanaan, dan di Jepang sering digambarkan bersama dalam Mandala Dunia Dunia dan terdapat dalam Shurangama Mantra tertera dalam Sutra Shurangama. Setiap dari mereka sering kali dilukiskan bersama dengan seorang permaisuri (pendamping wanita), menetapi wilayah Tanah suci mereka sendiri. Di Asia Timur, pemikiran untuk dilahirkan kembali di tanah suci merupakan titik tengah dari Buddhisme Tanah Suci. Walaupun kelima Buddha tersebut memiliki tanah suci (surga), sepertinya hanya Sukhāvatī dari Amitabha, dan untuk jangkauan yang lebih kecil, Abhirati dari Akshobhya (guru agung seperti Vimalakirti dan Milarepa berdiam di tanah suci (surga) ini) dan Akanishtha dari Vajrayogini-Heruka, menarik perhatian dari planet bumi.[2]

Buddha (Skt) Sakti/Pasangan Dhyani Bodhisattva Surga Bija Mantra
Vairocana Tara Putih or Dharmadhatvishvari Samantabhadra Surga Tengah - Akanistha Ghanavyuha Om
Akshobhya Locanā Vajrapāni Surga bagian Timur - Abhirati Hum
Amitābha Pandara [3] Avalokiteshvara Surga bagian Barat - Sukhāvatī Hrih
Ratnasaṃbhava Mamaki [4] Ratnapani Surga bagian Selatan - Shrimat Trah
Amoghasiddhi Tara Hijau[5][6] Viśvapāni Surga bagian Utara - Prakuta Ah

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Bogle (1999) pp. xxxiv-xxxv
  2. ^ =2008 Komentar lisan dari Highest Yoga Tantra oleh Venerable Bhikshu Geshe Ngawang Dakpa" dari Tse Chen Ling, Pusat FPMT San Francisco Diarsipkan 2011-07-28 di Wayback Machine.
  3. ^ Pandara The Shakti of Amitabha
  4. ^ Mamaki The Shakti of Aksobhya
  5. ^ "chart of the Five Buddhas and their associations". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-02. Diakses tanggal 2010-09-16. 
  6. ^ "Symbolism of the five Dhyani Buddhas". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-03-08. Diakses tanggal 2010-09-16. 
  • Bogle, George; Markham, Clements Robert; and Manning, Thomas (1999) Narratives of the Mission of George Bogle to Tibet and of the Journey of Thomas Manning to Lhasa ISBN 81-206-1366-X
  • Bucknell, Roderick & Stuart-Fox, Martin (1986). The Twilight Language: Explorations in Buddhist Meditation and Symbolism. Curzon Press: London. ISBN 0-312-82540-4

Pranala luar sunting