Ar-Radhi Billah (Arab: الراضي) bernama lengkap Abu al-Abbas Muhammad bin al-Muqtadir bin al-Mu'tadhid bin Thalhah bin al-Mutawakkil, merupakan Khalifah Bani Abbasiyah di Baghdad dari tahun 934 sampai kematiannya tahun 940 pada umur 33 tahun. Diperkirakan lahir pada tahun 297 Hijriyah atau 910, dari seorang ibu yang merupakan mantan budak dari Romawi bernama Zhalum. Ia dilantik pada saat pencopotan al-Qahir dari kursi kekhalifahan. Kemudian ia memerintahkan Ibnu Muqlat untuk menulis semua kejahatan yang dilakukan oleh al-Qahir dan memerintahkannya untuk membacakannya di depan khalayak ramai. Ar-Radhi Billah, Abu al-Abbas Muhammad bin Al-Muqtadir bin al-Mu’tadhid bin Thalhah bin al-Mutawakkil.

ar-Radhi bi'llah
الراضي بالله
Khalifah
Amirul Mukminin
Dinar emas ar-Radhi, dicetak di al-Ahwaz pada 934
Khalifah ke-20 Kekhalifahan Abbasiyah
Berkuasa24 April 934 – 12 Desember 940
Pendahulual-Qahir
Penerusal-Muttaqi
KelahiranMuhammad bin Ja'far al-Muqtadir[1]
1 Januari 909[1]
Bagdad[1]
Kematian13 Desember 940[2] (umur 31)
Bagdad[2]
Pemakaman
ar-Rusafa, Irak
SelirFarha[3]
Rabab[3]
Keturunanal-Abbas
Nama lengkap
Abu'l-Abbas Muhammad bin Ja'far al-Muqtadir ar-Radhi bi'llah
DinastiAbbasiyah
Ayahal-Muqtadir
IbuZalum
AgamaIslam Sunni

Dia dilahirkan pada tahun 297 H.Ibunya adalah mantan budak yang berasal dari Romawi bernama Zhalum.Dia dilantik menjadi khalifah pada saat al-Qahir diberhentikan dari jabatannya.Kemudian dia memerintahkan kepada Ibnu Muqlat untuk menuliskan kejahatan yang dilakukan oleh al-Qahir dan memerintahkannya untuk membacakannya dihadapan orang-orang.

Pada tahun 322 orang yang bernama Mardawaij, salah seorang pemuka Dailam asala Asfahan meninggal dunia.Pada saat itu dia telah mempunyai pengaruh yang kuat dan telah tersebar kabar bahwasannya dia akan datang dan menyerang kota Baghdad.Dia pun mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Majusi.Dia pernah berkata: “Saya akan mengembalikan kerajaan-kerajaan asing tersebut dan akan maenghancurkan kerajaan Arab.”

Pada tahun ini Ali bin Buwaih mengutus seorang utusan kepada ar-Radhi dia hendak menuntut bagian uang kepadanya sebesar delapan belas juta dirhamm pertahun dari wilayah yang dia kuasai.Kemudian ar-Radhi mengirimkan bendera kebesaran dan menyatakan Ibnu Buwaih dicopot dari jabatannya.Sejak saat itulah Ibnu Buwaih mengulur-ulur pembayaran yang harus dibayarkan kepada ar-Radhi.

Pada tahun ini al-Mahdi yang telah berkuasa di Maghrib meninggal dunia.Dia telah berkuasa di tempat tersebut selama dua puluh lima tahun.Al-Mahdi merupakan nenek moyang para khalifah Mesir yang dinamakan oleh orang-orang bodoh sebagai kaum Fathimiyyah.Al-Mahdi menganggap dirinya sebagai keturunan ’Alawi, padahal dia adalah seorang yang berasal dari keturunan Majusi.

Qadhi Abu Bakar al-Baqlani berkata: “Kakek dari Ubaidillah yang bergelar al-Mahdi tersebut adalah seorang Majusi.Pada saat Ubaidillah memasuki wilayah Maghrib, dia menyebut dirinya sebagai keturunan Alawiyyin, padahal tidak seorang pun para ahli silsilah menyatakan bahwa dia adalah keturunan Ali.Dia adalah seorang penganut paham kebatinan yang kotor yang berusaha untuk menghancurkan Islam.Dia tidak segan-segan memenggal kepala para ulama dan fuqaha dengan tujuan agar tidak ada seorang pun yang menghalangi ambisinya tersebut.

Demukian juga yang dilakukan oleh anak-anak dan penerusnya.Mereka menghalalkan minuman keras dan perzinahan.Mereka sebarkan akidah Rafidhah yang menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman.Setelah meninggal dia digantikan oleh anaknya yangbernama al-Qaim Biamrillah yang bernama asli Muhammad.

Pada tahun ini muncul gerakan Muhammad bin Ali as-Sam’ani yang terkenal dengan sebutan Abu al-Azafir.Telah tersebar kabar bahwasannya dia adalah seseorang yang mengaku sebagai Tuhan dan bahwa dia mampu menghidupkan orang mati., oleh karena itu dia dibunuh dan disalib bersama-sama para pengikutnya.

Pada tahun ini pula Abu Ja’far as-Sajzi salah seorang pembantu dekatnya meninggal dunia.Diriwayatkan bahwa dia meninggal pada usia 140 tahun dan panca inderanya masih normal.

Pada tahun ini perjalanan ibadah haji tidak bisa dilakukan hingga tahun 329 H.

Pada tahun 323 H.Ar-Radhi mengendalikan pemerintahannya dengan tenang.Pada tahun ini dia membagikan kekuasaan kepada anaknya.Dia memberi tugas kepada anaknya Abu al-Fadhl untuk mengatur wilayah kekuasaannyadi sebelah timur, sedangkan Abu JA’far ditugaskan untuk mengatur wilayah bagian barat.

Pada tahun ini terjadi peristiwa bersejarah yang terkenal dengan sebutan peristiwa Syannabud.Yaitu peristiwa tobatnya Syannabud dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang dari al-Qur’an.Peristiwa pertobatan tersebut dihadiri oleh Abu Ali bin Muqlat.

Pada bulan Jumadil Ula tahun ini angin besar bertiup dengan kencangnya di Baghdad.Dunia seakan gelap mulai dari waktu Ashar hingga Maghrib.

Pada bulan Dzulqa’dah tahun ini binatang-binatang banyak yang mati sepanjang malam.Peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada tahun 324 H, Muhammad bin Raiq mampu menguasai Wasith dan wilayah-wilayah sekitarnya.Sejak saat itu pemerintahan tidak berjalan dengan normal dan kantor-kantor tutup karena semua medan telah dikuasai oleh Raiq.Dan harta yang dihasilkan dari wilayah tersebut disetorkan kepada Raiq.Ar-Radhi pada saat itu hanyalah sebuah simbol yang tidak mempunyai kekuatan dalam kekuasaannya.

Pada tahun 325 H, pemerintahan ar-Radhi lemah tak berdaya.Sehingga kekuasaan khilafah saat itu sering kali berada ditangan para pemberontak, atau para pejabat yang tidak membawa apa-apa.Mereka laksana raja-raja kecil, saat itulah tidak tersisa kekuasaan ar-Radhi kecuali di Baghdad dan Suwad walaupun pada hakikatnya Ibnu Raiq sangat berpengaruh jika dibandingkan dengan Radhi sendiri.

Pada saat kekuatan dinasti Bani Abbas menurun drastis karena gerakan pemberontakan Qaramithah serta kelompok Ahli Bid’ah di berbagai wilayah, maka muncullah kemauan yang kuat dari Bani Umayyah, yang ada diwilayah Andalusia yang berada dibawah pimpinan Amir Abdur Rahman bin Muhammad al-Umawi al-Marwani untuk memdirikan pemerintahan sendiri.Dia berkata: “Saya jauh lebih berhak untuk memegang kendali khilafah daripada Bani Abbas.”

Dia menyebut dirinya sebagai Amirul Mukminin an-Nashir Lidinillah.Dia berhasil menguasai sebagian besar wilayah Andalusia.Dia mempunyai wibawa yang sangat besar, semangat jihad yang tinggi dan mampu melakukan penaklukan-penaklukan serta mempunyai kepribadian yang sangat menawan dan menakjubkan.Dia mampu menaklukkan para pemberontak dan mampu menguasaai tujuh puluh benteng.Dengan demikian ada tiga orang pada saat itu yang menyebut dirinya sebagai Amirul Mukminin Yaitu khalifah yang ada di Baghdad (ar-Radhi, kemudian penguasa al-Umawi di Andalusia dan al-Mahdi di Qairawan.

Paada tahun 326 H, Yahkam melakukan pemberontakan pada Ibnu Raiq dan dia berhasil mengalahkannya.Ibnu Raiq bersembunyi dan Yahkam akhirnya dapat memasuki Baghdad.Pada saat kedatangannya ke Baghdad ar-Radhi melakukan penghormatan yang besar dengan kedatangannya dan memberikan kepadanya posisi yang tinggi serta memberinya gelar Amirul Umara.Lalu dia diperintahkan untuk memimpin wilayah baghdad dan Khurasan.

Pada tahun 327 H, Abu Ali Umar bin Yahya al-Alawi menulis surat kepada al-Qirmithi untuk membukakan jalan-jalan menuju Makkah, dan dia mengatakan bahwa setiap orang yang melewati jalan yang dikuasainya harus membayar pajak sebesar lima dinar.Dengan car seperti itu akan membuat kaum muslimin dapat kembali melaksanakan ibadah haji.Dan ini adalah bea cukai pertama kali yang dipungut kepada para jama’ah Haji.

Pada tahun 328 H, di Baghdad terjadi banjir yang ketinggian airnya mencapai tujuh belas depa.Banyak manusia dan binatang yang mati akabita banjir ini.

Pada tahun 329 H, ar-Radhi sakit dan meninggal pada bulan Rabiul Akhir.Pada saat meninggal dia baru berusia tiga puluh satu tahun setengah.

Ar-Radhi dikenal sebagai seorang yang terbuka dan dermawan, ilmunya luas dan seorang penyair yang fasih serta senang baergaul dengan para ulama.Dia memiliki syair yang dibukukan.Disamping itu, dia sempat mendengar hadits dari Imam al-Baghawi.

Al-Khatib berkata: “Ar-Radhi memiliki banyak keutamaan.Antara lain adalah khalifah terakhir yang memiliki syair yang dibukukan, dan khalifah terakhir yang mampu melakukan khutbah Jum’at.Dia adalah khalifah pertama yang duduk bersama rakyat (egaliter).Dia banyak melakukan langkah-langkah orang terdahulu.Bahkan dalam berpakaian dia selalu meniru orang-orang dahulu.

Di antara syair yang pernah diucapkannya adalah:

Setiap yang bersih kan menjadi kotor

Semua perkara kan binasa

Semua pemuda gagah kan menuju pada kematian

Uban adalah pertanda bagi manusia

Tuk mengambil pelajaran

Wahai orang yang penuh angan

Yang tenggelam dalam jurang tipuan

Dimanakah orang yang datang sebelum kita

Lenyaplah mereka dari kehidupannya

Ya Tuhan Ampunilah dosa ini

Wahai Dzat yang Maha Pengampun dan Penyayang.

Abu Hasa al-Zarqawaih meriwayatkan dari Ismail al-Khaththabi, dia berkata: Ar-Radhi memintaku datang pada malam Idul Fitri, kemudian saya datang menemuinya.Dia berkata: “Wahai Ismail, saya telah bertekad untuk melakukan salat Idul Fitri bersama dengan rakyat besok, maka apakah yang pantas untuk diucapkan setelah aku berdo’a.”

Saya merenung sejenak sambil menundukkan kepala, kemudian saya katakan: “Wahai Amirul Mukminin, jika kau telah membaca doa untuk dirimu maka katakanlah doa ini:

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan padaku dan kepada kedua orang tuakudan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau Ridhai.”

Dia berkata kepada saya: “Cukuplah bagiku apa yang kau katakan itu.”

Setelah saya pulang ada seorang pekayan yang mengikutiku dari belakang dan dia memberiku uang kepada saya sebanyak empat ratus dinar.

Beberapa tokoh yang meninggal pada masa pemerintahan ar-Radhi adalah: Nafthawaih, Ibnu Mujahid seorang pakar qiraat, Ibnu Kas al-Hanafi, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Abi Rabbih pengarang kitab al-’Iqd al-Farid, al-Ishthikhari seorang tokoh madzhab Syafi’i, Ibnu Syannabud dan Abu Bakar al-Anbari.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abbas
pendiri Bani Abbasiyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ibnu Abbas
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ali
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muhammad
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ibrahim
 
1. AS-SAFFAH
(k. 750-754)
 
 
 
 
 
2. AL-MANSUR
(k. 754-775
 
Musa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
3. AL-MAHDI
(k. 775-785)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
5. AR-RASYID
(k. 786-809)
 
4. AL-HADI
(k. 785-786
 
Ibrahim al-Mubarak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
6. AL-AMIN
(k. 809-813)
 
7. AL-MA'MUN
(k. 813-833)
 
8. AL-MU'TASIM
(k. 833-842
 
al-Qasim
 
al-Mu'taman
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
9. AL-WATSIQ
(k. 842-847)
 
 
 
 
 
10. AL-MUTAWAKKIL
(k. 847-861)
 
 
 
 
 
12. AL-MUSTA'IN
(k. 862-866)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
14. AL-MUHTADI
(k. 869-870)
 
13. AL-MU'TAZZ
(k. 866-869)
 
11. AL-MUNTASHIR
(k. 861-862)
 
al-Muwaffaq
 
15. AL-MU'TAMID
(k. 870-892)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
16. AL-MU'TADHID
(k. 892-902)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
17. AL-MUKTAFI
(k. 902-908)
 
 
 
 
 
18. AL-MUQTADIR
(k. 908-935)
 
 
 
 
 
19. AL-QAHIR
(k. 932-934)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
22. AL-MUSTAKFI
(k. 944-946)
 
20. AR-RADHI
(k. 934-940)
 
Ishaq
 
21. AL-MUTTAQI
(k. 940-944)
 
23. AL-MUTHI'
(k. 946-974)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
25. AL-QADIR
(k. 991-1031)
 
 
 
 
 
24. ATH-THA'I
(k. 974-991)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
26. AL-QA'IM
(k. 1031-1075)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
27. AL-MUQTADI
(k. 1075-1094)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
28. AL-MUSTAZHIR
(k. 1094-1118)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
29. AL-MUSTARSYID
(k. 1118-1135)
 
 
 
 
 
30. AL-MUQTAFI
(k. 1136-1160)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
30. AR-RASYID
(k. 1135-1136)
 
 
 
 
 
32. AL-MUSTANJID
(k. 1160-1170)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
33. AL-MUSTADHI'
(k. 1170-1180)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
34. AN-NASHIR
(k. 1180-1225)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
35. AZH-ZHAHIR
(k. 1225-1226)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1. AL-MUSTANSHIR II
Berkuasa di Kairo
 
 
 
 
 
36. AL-MUSTANSHIR
(k. 1226-1242)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
37. AL-MUSTA'SHIM
(k. 1242-1258)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

[4] Catatan:

  • k. merupakan tahun kekuasaan
  • Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
  • Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.


Referensi

sunting
  1. ^ a b c Duindam, J.; Artan, T.; Kunt, M. (2011). Royal Courts in Dynastic States and Empires: A Global Perspective. Rulers & Elites. Brill. hlm. 204. ISBN 978-90-04-20622-9. 
  2. ^ a b Masudi 2010, hlm. 393.
  3. ^ a b al-Zubayr, A.R.I.; Qaddūmī, G.Ḥ. (1996). Book of Gifts and Rarities. Harvard Middle Eastern monographs. Center for Middle Eastern Studies of Harvard University. hlm. 191. ISBN 978-0-932885-13-5. 
  4. ^ Imam As-Suyuthi (2006). Tarikh Khulafa' [Sejarah Para Penguasa Islam]. Jakarta: Al-Kautsar. ISBN 979-592-175-4. 
Didahului oleh:
al-Qahir
Khalifah Bani Abbasiyah
(934940)
Diteruskan oleh:
al-Muttaqi