Wikipedia:Warung Kopi (Bahasa)/Arsip/September 2015

Hati-hati menggunakan tanda baca titik dua dan kata di mana sunting

Salam.

  1. Saya meminta penegasan kepada orang-orang yang merintis artikel mengenai kejadian tertentu. Hati-hati menggunakan tanda baca titik dua (:) sebagai pemisah jam dan menit. Dalam bahasa Indonesia, hanya mengenal tanda titik sebagai pemisah jam, menit, dan detik. Tanda baca titik dua hanya boleh digunakan dalam perbandingan. (misal: 12:20 berarti dua belas banding dua puluh, bukan jam dua belas lewat dua puluh menit, alih-alih 12.20). Tetapi, saya juga mengizinkan menggunakan tanda baca titik dua, namun hanya untuk durasi stopwatch atau durasi lagu, karena satuan waktunya adalah menit dan detik.
  2. Saya juga meminta agar tidak menggunakan kata di mana sebagai penghubung klausa. Gunakan kata yang, tempat, atau ketika, tergantung konteks. Ingat, saya meminta agar bahasa Indonesia tidak "ikut-ikutan" bahasa berumpun Indo-Eropa. Terima kasih.

Alqhaderi AliffianikoBicara 13 September 2015 08.02 (UTC)[balas]

  Tidak setuju Saya menolak diktum pertama. Menurut saya, penanda waktu jam, menit, dan detik hendaklah dipisahkan dengan titik dua ( : ), karena itu bukan bilangan pecahan atau pemisah ribuan. Untuk itulah, mengapa harus ada pembedaan. Jika penanda waktu tetap menggunakan tanda titik, dan kita terapkan dalam formula matematik, maka itu tidak akan berfungsi. Untuk membuktikannya, silakan anda buka aplikasi MS Excel. Pada sel A1, tuliskan angka 9:30, pada sel B1 tuliskan 9:50. Agar kita dapat mengetahui pergerakan waktu, pada sel C1 tuliskan =B1-A1 kemudian tekan tombol enter, maka akan kita ketahui jumlahnya adalah 0:20 (dua puluh menit). Saya menjamin seratus persen (atau kata SBY "seribu persen"), apabila penanda waktunya kita gunakan separasi titik, maka tidak akan berfungsi secara matematik.
Jadi, peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pencantuman tanda titik sebagai separasi dalam menuliskan penanda waktu, itu harus diamandemen total. Salam -- Igho (bicara) 14 September 2015 02.33 (UTC)[balas]
Mas @Igho:, mohon diperhatikan bahwa Wikipedia bahasa Indonesia menggunakan norma yang diterapkan dalam Ejaan Yang Disempurnakan dan di luar kewenangan kita untuk mengubah norma tersebut. Dalam pengetikkan ke dalam peranti lunak, sebaiknya masih menggunakan pemisah titik (norma bahasa Inggris) karena peranti lunak umumnya menggunakan norma bahasa Inggris. Namun untuk hal-hal lain, sebaiknya menggunakan norma bahasa Indonesia. Salam. ·· Kℇℵ℟ℑℭK 14 September 2015 13.05 (UTC)[balas]
Mas Kℇℵ, di sinilah peran Wikipedia bahasa Indonesia yang memiliki kekuatan, mestinya kita mendorong kepada Kementrian Pendidikan agar menyusun amandemen tata cara tersebut untuk disahkan oleh presiden dan DPR. Tapi baiklah, agar saya tidak salah dan menggunakan logika pribadi, saya akan menghindari bagian-bagian ini heheheheh.... – Igho (bicara)  14 September 2015 jam 20:12 WIB
Maaf, ikut nimbrung. Saya tak ingin masuk dalam detail perdebatan. Yang ingin saya gaungkan adalah sebuah kesadaran dari komunitas Wikipedia, bahwa kita adalah komunitas yang cukup besar, yang bisa berperan lebih. Selama ini, saya sungguh amat heran, tak mengerti (atau mungkin otak saya tak memadai?), nama geografis harus disambung/disatukan, contoh Bukit Tinggi menjadi Bukittinggi, dan seribu contoh lainnya. Untunglah Amerika Serikat, Malaysia, dan negara lainnya tidak tergiur mengikuti aturan/norma yang "amat cerdas ini". Kalau mereka terpukau lalu mengikuti, maka kota mereka, New York akan berubah menjadi Newyork, San Francisco jadi Sanfrancisco, Los Angeles jadi Losangeles, dan Kuala Lumpur akan jadi Kualalumpur. Lalu, siapakah yang lebih benar atau lebih cerdas?.
Spirit Igho: "di sinilah peran Wikipedia bahasa Indonesia yang memiliki kekuatan, mestinya kita mendorong kepada Kementerian Pendidikan agar menyusun amandemen tata cara tersebut untuk disahkan oleh presiden dan DPR.", menurut saya benar, dan kebetulan sesuai dengan pikiran yang saya anut, khususnya untuk kasus penamaan geografis. Saya membayangkan, komunitas Wikipedia satu ketika mampu membuat perubahan atas suatu aturan/norma yang bisa saja jadi usang karena perjalanan waktu. Terima kasih, salam. ∞∞JAYKoto  14 September 2015 17.52 (UTC)[balas]
Cayo!! Apa gunanya Wikipedia jika tak mampu membawa perubahan kepada yang lebih baik? – Igho (bicara)  15 September 2015 jam 10:58 WIB

SOURCE ARTICLE: Pemakaian Tanda Baca sesuai EYD | Belajar Bahasa dan Sastra http://berbahasa-bersastra.blogspot.com/2012/06/pemakaian-tanda-baca-sesuai-eyd.html#ixzz3nHl3OD3N

  Setuju saya setuju sangat khusus untuk poin pertama karena jelas dalam EYD Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35 menit, 20 detik) Lukman Tomayahu | Bicara 1 Oktober 2015 04.02 (UTC)[balas]
  Komentar Bung Lukman Tomayahu , Ada soal begini: Saya berangkat dari Jakarta pukul 23.00 dan sampai Bekasi pada pukul 00.30. Berapa waktu yang saya gunakan untuk menempuh perjalanan dari Jakarta sampai Bekasi? Silakan selesaikan sesuai cara Anda tersebut, menggunakan kalkulator atau aplikasi MS Excel. Jika Anda tidak berhasil, yakinlah bahwa separasi titik dua adalah yang paling tepat. Salam. – Igho (bicara)  1 Oktober 2015 jam 17:50 WIB
  Komentar Halo bung – Igho (bicara)  saya kira bukan ranah kita untuk membuat aturan tersendiri terkait masalah ini. Aturan ini sudah jelas termaktub dalam Pedoman Umum EYD (halaman 54) yang dikeluarkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Terkait permasalahan yang anda sebutkan di atas, saya kira hanya soal pola kebiasaan kita yang telah terbiasa menggunakan sistem yang dikeluarkan oleh negara asing padahal tanpa kita sadari hal tersebut menyalahi kaidah bahasa kita sendiri. Dan sudah seharusnya produsen software seperti MS Excel yang harus menyesuaikan tata cara penulisan sesuai dengan EYD bukan malah sebaliknya. Salam Lukman Tomayahu | Bicara 1 Oktober 2015 22.46 (UTC)[balas]
  Komentar Halo bung Lukman Tomayahu . Software yang anda maksudkan tidak memperlakukan standar ganda dalam sistem penghitungan. Itulah mengapa software itu membedakan antara bilangan pecahan (misalnya 10.30) dan penanda waktu (misalnya 10:30). Sebab, untuk menghitung waktu dengan hitungan pecahan seperti yang ditetapkan oleh EYD, saya jamin tidak akan berhasil. Menurut saya, penanda waktu semestinya juga berfungsi secara matematik. Dan seperti saya sampaikan dalam penolakan saya di atas, di sinilah peran Wikipedia dalam berkontribusi atau tepatnya ikut memengaruhi kebijakan pemerintah dalam menentukan aturan baku, supaya tidak simpang-siur dalam bentuk amandemen. Sebab, yang menggunakan pemisah titik dua sebagai penanda waktu bukan hanya saya. Untuk itulah saya terus mendorong agar keberadaan Wikipedia bukan sekadar ada tanpa manfaat. Tapi marilah Wikipedia juga berperan ikut membangun bangsa melalui gagasan-gagasan cerdas. Demikian, Bung. Salam. – Igho (bicara)  2 Oktober 2015 jam 19:28 WIB
  Komentar Halo bung – Igho (bicara)  saya paham maksud anda. Tapi maaf saya kurang sependapat dengan anda perihal perubahan yang anda maksudkan karena menurut saya penulisan jam dengan menggunakan tanda titik sebagai pemisah sudah tepat. Dalam EYD bilangan pecahan dipisahkan dengan tanda koma (,) bukan titik (.) sementara tanda titik dua (:) digunakan sebagai perbandingan. Jadi sudah jelas penulisan dengan tanda koma (misalnya 10,30) artinya untuk bilangan pecahan (yang sejak saya SD telah diajarkan seperti itu), penulisan dengan tanda titik (misalnya 10.30) artinya pukul 10 lewat 30 menit, dan penulisan dengan tanda titik dua (misalnya 10:30) yang artinya 10 banding 30.
Saya kira EYD telah memberikan aturan yang jelas dan tinggal kita sebagai penggunanya menggunakannya secara baik dan benar. Sebagai perbandingan, Google juga telah menyesuaikan sistem penulisan jam sesuai dengan EYD. Coba anda ketikan kata "jam" di pencarian google. Niscaya akan muncul jam dengan tanda pisah titik (.). Google saja bisa menyesuaikan mengapa yang lain tidak? Dan saya kira ini hanyalah masalah teknis yang bisa dicarikan solusinya dan tugas Wikipedia sudah tentu harus sejalan dengan mencerdaskan masyarakat dan tentunya dengan semangat untuk memasyarkatkan penulisan Bahasa Indonesia sesuai dengan EYD. Salam Lukman Tomayahu | Bicara 5 Oktober 2015 03.42 (UTC)[balas]
  Komentar Bung Lukman Tomayahu lupa ya, bilangan pecahan itu bisa menggunakan titik dan bisa juga menggunakan koma? Jika titik digunakan untuk pemisah ribuah, maka koma akan berperan sebagai pecahan, dan sebaliknya. Itu tergantung pengaturannya. Bung, kitab suci saja dapat diamandemen, UUD juga dapat diamandemen. Apalagi cuma EYD. Itu perkara kecil jika Wikipedia punya niat memengaruhi Badan Bahasa Kemendikbud untuk mengamandemen. Salam. – Igho (bicara)  5 Oktober 2015 jam 15:09 WIB
  Komentar bung – Igho (bicara)  Menurut saya jika anda ingin merubah EYD, gunakan saluran yang sesuai yang ada seperti langsung menghubungi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa atau Balai/Kantor Bahasa yang tersebar di seluruh Indonesia bukannya malah memprovokasi dengan cara melakukan penulisan di Wikipedia yang tidak sesuai dengan EYD sehingga menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat. Karena bukan hanya Wikipedia saja media pembelajaran masyarakat terdapat media seperti dan media lainnya turut andil dalam memberikan pelajaran kepada masyarakat perihal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sepanjang aturan masih berlaku dan belum diubah, kita ikuti dulu. Dan apabila terdapat hal-hal yang dirasa kurang sesuai, silahkan menyampaikannya ke instansi terkait dalam hal ini Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa atau jika tetap tidak berhasil, lakukan uji materiil Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan di Mahkamah Agung. Salam Lukman Tomayahu | Bicara 6 Oktober 2015 01.28 (UTC)[balas]
  Komentar Anda benar, Bung Lukman Tomayahu ! Saya memang sedang memprovokasi agar Wikipedia punya kontribusi signifikan dalam ikut memperbaiki silangsengkarut kaidah bahasa Indonesia. Saya kira uji materi terhadap Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, itu terlalu jauh. Karena, persoalan utamanya hanyalah kecenderungan perilaku pengguna bahasa Indonesia yang menempatkan bahasa hanya sebagai alat komunikasi, yang penting pesan tersampaikan. Sementara fungsi lain dikesampingkan. Namun jika akan berhenti di situ, silakan saja. Saya, dan mungkin pengguna bahasa Indonesia lain yang sama-sama gelisah, akan terus menggonggong meskipun dengan intensitas kecil (dalam tataran implementasi), sembari menunggu kafilah kehabisan nafas dan terkulai, menyerah dan angkatan, dan berkata, "Ya, pendapat dan gagasan Anda benar!". Salam. – Igho (bicara)  6 Oktober 2015 jam 10:40 WIB

Ivan Lanin dan posisi tawarnya sunting

Salah satu birokrat Wikipedia, Ivan Lanin (Ivan Lanin), merupakan anggota Komisi Istilah bersama Nia Samsihono yang mungkin bertugas secara ad hoc, yang ditunjuk oleh Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ivan merupakan perajin bahasa yang gagasannya diperhitungkan oleh institusi penting negeri ini, bahkan luar negeri. Atas prestasi, dedikasi, dan posisi tawar yang begitu kuat itulah, maka semestinya kita mendorong agar Ivan bersama pengurus lainnya memperjuangkan hal-hal dalam ranah bahasa Indonesia yang selama ini masih mengalami kerancuan. Saya yakin, Wikipedia ada untuk bermanfaat bagi semua, bukan sekadar mengasuh perdebatan dalam diskusi yang kadang tak kunjung selesai. Demikian usulan saya. Semoga bermanfaat. Salam. – Igho (bicara)  30 September 2015 jam 11:24 WIB

Kabar yang baik sekali. Tapi, kontribusi apa ya yang kira-kira bisa diajukan oleh kontributor Wikipedia untuk para birokrat di Kemendikbud? Mungkinkah semacam daftar revisi istilah tertentu? Muhraz (bicara) 30 September 2015 05.03 (UTC)[balas]
Kontribusi signifikan yang dapat diberikan oleh Wikipedia kepada Kemendikbud adalah mengurai benang kusut disambiguasi kaidah bahasa Indonesia, mulai ejaan, tanda baca, pengistilahan, bentukan kata, dan lain-sebagainya. Salam. – Igho (bicara)  30 September 2015 jam 14:03 WIB
Benar-benar kabar baik Bung Igho!. Marilah bersama kita dukung dan dorong Sdr. Ivan Lanin bersama pengurus WBI lainnya membawa usulan dan saran revisi dari komunitas WBI tentang berbagai hal yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia. Sebagai sebuah bahasa yang belum mapan, tentulah masih memerlukan penyempurnaan terus menerus. Sebagai komunitas yang cukup besar, WBI tentu punya kewajiban moral dan hak untuk ikut berpartisipasi dalam penyempurnaan tersebut. Untuk langkah awal, sebaiknya kita mulai dengan daftar saran dan usulan revisi, yang bisa ditambahi oleh kontributor WBI lainnya. Saya coba membuat daftarnya, silakan disempurnakan. Terima kasih. JAYrangKoto   1 Oktober 2015 17.25 (UTC)[balas]

Daftar saran dan usulan revisi kaidah Bahasa Indonesia sunting

  • Pemakaian titik dua ( : ) sebagai pemisah penanda waktu jam, menit, dan detik. (usulan Igho).
  • Penulisan nama geografis, seperti Bukittinggi menjadi Bukit Tinggi, dan banyak contoh lainnya. Agar sama dengan New York (bukan Newyork), Addis Ababa (bukan Addisababa), dan Kuala Lumpur (bukan Kualalumpur). (usulan Jayrangkoto).
  • Penulisan nama geografis di daerah dikembalikan sesuai nama aslinya, tidak harus diindonesiakan, seperti Payakumbuh menjadi Payokumbuah, Lima Puluh Kota menjadi Limo Puluah Koto, Muara Labuh menjadi Muaro Labuah, dan banyak contoh lainnya. Kasus ini banyak terjadi di Sumatera Barat, dan tak terjadi di Jawa, seperti Purwokerto tidak menjadi 'Kota Purba', atau Mojokerto tidak menjadi 'Kota Maja', dan lain sebagainya. (usulan Jayrangkoto).
    Yang terakhir ini sebenarnya sudah ada di Pedoman Penulisan Nama Geografis (saya lupa nama buku persisnya). Tapi ada alasan yang bisa digunakan untuk "pengindonesiaan": nama-nama itu bukan diindonesiakan, tapi memang dari awal nama yang dikenal dalam bahasa Melayu. Istilahnya itu eksonim. Jadi nama seperti Payakumbuh itu nama yang diberikan oleh penutur bahasa Melayu/Indonesia ke tempat-tempat yang ada di Sumatera Barat. Gombang (bicara) 2 Oktober 2015 12.23 (UTC)[balas]
  Komentar Jika demikian, berbahagialah orang Jawa yang nama-nama tempatnya tidak banyak berubah. Sidoarjo tidak berubah Sidaarja. Purwokerto tidak menjadi Purwakarta, sebab sudah ada nama Purwakarta. Purworejo tidak diganti Purwareja. Mungkin Suroboyo yang diresmikan menjadi Surabaya, itu pun masyarakatnya nyaman saja dan tetap melafalkan Suroboyo hehehehe... Salam. -- Igho (bicara) 2 Oktober 2015 15.57 (UTC)[balas]

Dengan hormat mengundang Tuan Ivan Lanin untuk menyampaikan pendapat, gagasan, kontribusi, perkembangan tim kerja Komis Istilah di Badan Bahasa Kemendikbud, serta kemungkinan Wikipedia dapat memengaruhi beberapa hal yang selama ini kerap menjadi silangsengkarut disambiguasi kaidah. Salam dari saya, Miss Andriana (bicara) 13 Oktober 2015 08.00 (UTC)[balas]