Pepsin adalah enzim yang memecah protein menjadi peptida yang lebih kecil (pepsin merupakan salah satu protease). Enzim ini diproduksi di lambung dan merupakan salah satu enzim pencernaan utama dalam sistem pencernaan manusia dan banyak hewan lainnya yang membantu mencerna protein dalam makanan. Pepsin memiliki struktur tiga dimensi, satu atau lebih rantai polipeptida terpelintir dan terlipat, menyatukan sejumlah kecil asam amino untuk membentuk situs aktif, tempat substrat berikatan dan reaksi terjadi. Pepsin merupakan protease aspartat, menggunakan aspartat katalitik pada situs aktifnya.[2]

pepsin A
Pepsin membentuk kompleks dengan pepstatin.[1]
Pengidentifikasi
Nomor EC3.4.23.1
Nomor CAS9001-75-6
Basis data
IntEnztinjauan IntEnz
BRENDAentri BRENDA
ExPASytinjauan NiceZyme
KEGGentri KEGG
MetaCycjalur metabolik
PRIAMprofil
Struktur PDBRCSB PDB PDBe PDBsum
Ontologi GenAmiGO / EGO
pepsin B
Pengidentifikasi
Nomor EC3.4.23.2
Nomor CAS9025-48-3
Basis data
IntEnztinjauan IntEnz
BRENDAentri BRENDA
ExPASytinjauan NiceZyme
KEGGentri KEGG
MetaCycjalur metabolik
PRIAMprofil
Struktur PDBRCSB PDB PDBe PDBsum
pepsin C (gastriksin)
Pengidentifikasi
Nomor EC3.4.23.3
Nomor CAS9012-71-9
Basis data
IntEnztinjauan IntEnz
BRENDAentri BRENDA
ExPASytinjauan NiceZyme
KEGGentri KEGG
MetaCycjalur metabolik
PRIAMprofil
Struktur PDBRCSB PDB PDBe PDBsum

Pepsin merupakan salah satu dari tiga protease utama dalam sistem pencernaan manusia, dua lainnya adalah kimotripsin dan tripsin. Selama proses pencernaan, enzim-enzim ini, yang masing-masing memiliki spesialisasi dalam memutuskan ikatan antara jenis asam amino tertentu, berkolaborasi untuk memecah protein makanan menjadi komponennya, yaitu peptida dan asam amino, yang dapat segera diserap oleh usus halus. Pepsin paling efisien dalam memutus ikatan peptida antara asam amino hidrofobik, khususnya asam amino aromatik seperti fenilalanin, triptofan, dan tirosin.[3]

Proenzim pepsin, pepsinogen, dilepaskan oleh sel utama pada dinding lambung, dan saat bercampur dengan asam klorida dari jus lambung, pepsinogen teraktifkan menjadi pepsin.[2]

Sejarah sunting

Pepsin adalah salah satu enzim pertama yang ditemukan. Enzim ini ditemukan pada tahun 1836 oleh Theodor Schwann. Schwann menciptakan namanya berasal dari kata Yunani πέψις, yang berarti "pencernaan" (dari πέπτειν "untuk mencerna").[4][5][6][7] Ilmuwan pada kisaran waktu tersebut mulai menemukan banyak senyawa biokimia yang berperan penting dalam proses biologis, dan pepsin adalah salah satunya. Zat asam yang mampu mengubah makanan berbasis nitrogen menjadi bahan yang larut dalam air dideterminasikan menjadi pepsin.[8]

Pada tahun 1928, pepsin menjadi salah satu enzim pertama yang dikristalisasi ketika John H. Northrop mengkristalkannya dengan menggunakan dialisis, filtrasi, dan pendinginan.[9]

Prekursor sunting

Pepsin diekspresikan sebagai zimogen yang disebut pepsinogen dengan struktur primernya memiliki 44 asam amino tambahan.

Pada lambung, sel utama mengeluarkan pepsinogen. Zimogen ini diaktifkan oleh asam klorida (HCl) yang dilepaskan dari sel parietal pada lapisan lambung. Hormon gastrin dan saraf vagus memicu pelepasan pepsinogen dan HCl dari lapisan lambung saat makanan tertelan. Asam klorida menciptakan lingkungan asam, yang memungkinkan pepsinogen tersingkap dan memotong diri dengan cara otokatalitik sehingga menghasilkan pepsin (bentuk aktif). Pepsin memecah 44 asam amino dari pepsinogen untuk menciptakan lebih banyak pepsin.

Aktivitas dan stabilitas sunting

Pepsin paling aktif berada di lingkungan asam dengan suhu antara 37 °C hingga 42 °C.[10][11] Dengan demikian, situs sintesis primer dan aktivitasnya berada di dalam lambung (pH 1,5 sampai 2). Pepsin akan mencerna hingga 20% ikatan amida yang tertelan dengan memotong secara istimewa di sisi N-terminal[12]:96 asam amino aromatik seperti fenilalanin, triptofan, dan tirosin.[12]:675 Pepsin menunjukkan pemotongan istimewa untuk residu hidrofobik, terlebih aromatik, pada posisi P1 dan P1'. Peningkatan kerentanan terhadap hidrolisis terjadi jika terdapat asam amino yang mengandung sulfur berdekatan dengan ikatan peptida yang dimiliki asam amino aromatik. Pepsin menunjukkan aktivitas maksimum pada pH 2,0 dan tidak aktif pada pH lebih dari 6,5, tetapi pepsin tidak sepenuhnya terdenaturasi atau diinaktivasi secara ireversibel hingga pH 8,0.[13] Oleh karena itu, pepsin dalam larutan berpH hingga 8,0 dapat diaktifkan kembali saat reasidifikasi. Stabilitas pepsin pada pH tinggi memiliki implikasi yang signifikan terhadap penyakit yang disebabkan oleh refluks laringofaring. Pepsin tetap berada di laring setelah kejadian refluks lambung.[14][15] Pada pH rata-rata dari laringofaring (pH = 6,8) pepsin akan menjadi tidak aktif, tetapi dapat diaktifkan kembali pada kejadian refluks asam selanjutnya yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan lokal.

Pada refluks laringofaring sunting

Pepsin adalah salah satu penyebab utama kerusakan mukosa selama refluks laringofaring.[16][17] Pepsin tetap berada di laring (pH 6,8) mengikuti kejadian refluks lambung.[14][15] Sementara aktivitas enzimatik tidak aktif di lingkungan ini, pepsin akan tetap stabil dan dapat diaktifkan kembali pada kejadian refluks asam selanjutnya.[13] Paparan mukosa laring dengan pepsin aktif secara enzimatik, tetapi pepsin atau asam tersebut tidak terinaktivasi ireversibel, berakibat pada berkurangnya ekspresi protein pelindung dan dengan demikian meningkatkan kerentanan laring terhadap kerusakan.[13][14][15]

Pepsin juga dapat menyebabkan kerusakan mukosa selama refluks asam lambung lemah atau tak asam. Refluks lemah atau tak asam ini berkorelasi dengan gejala refluks dan kerusakan mukosa.[18][19][20][21] Di bawah kondisi tak asam (pH netral), pepsin diserap oleh sel-sel saluran napas bagian atas seperti laring dan hipofaring oleh suatu proses yang dikenal sebagai endositosis yang dimediasi reseptor.[22] Reseptor yang menyebabkan pepsin terendositosis saat ini belum diketahui. Pada penyerapan seluler, pepsin disimpan dalam vesikula intraselular dengan pH rendah yang menyebabkan aktivitas enzimatiknya akan pulih kembali. Pepsin dipertahankan di dalam sel hingga 24 jam.[23] Paparan dengan pepsin pada pH netral dan endositosis pepsin menyebabkan perubahan pada ekspresi gen yang terkait dengan peradangan, yang mendasari tanda dan gejala refluks,[24] dan progresi tumor.[25] Penelitian ini dan lainnya[26] melibatkan pepsin dalam karsinogenesis yang disebabkan oleh refluks lambung.

Pepsin dalam spesimen saluran napas dianggap sebagai penanda sensitif dan spesifik untuk refluks laringofaring.[27][28] Penelitian yang mengembangkan alat terapi terapeutik dan diagnostik pepsin baru untuk refluks lambung sedang berlangsung. Diagnosis pepsin tak invasif cepat yang disebut Peptest sekarang tersedia untuk menentukan adanya pepsin dalam sampel air liur.[29]

Penyimpanan sunting

Pepsin sebaiknya disimpan pada temperatur sangat rendah (antara −80 °C hingga −20 °C) untuk mencegah autolisis (pencernaan sendiri).

Inhibitor sunting

Pepsin dapat dihambat oleh pH tinggi atau oleh senyawa inhibitor. Pepstatin adalah senyawa dengan berat molekul rendah dan inhibitor potensial yang spesifik untuk protease asam dengan Ki sekitar 10−10 M untuk pepsin. Residu statil pada pepstatin dianggap bertanggung jawab atas inhibisi pepstatin pada pepsin; statin merupakan analog potensial dari keadaan transisi untuk katalisis oleh pepsin dan protease asam lainnya. Pepstatin tidak secara kovalen mengikat pepsin sehingga penghambatan pepsin oleh pepstatin reversibel.[30] 1-bis(diazoasetil)-2-feniletana secara reversibel menginaktivasi pepsin pada pH 5, suatu reaksi yang dipercepat dengan adanya Cu(II).[31] Sukralfat juga menginhibisi pepsin.

Pepsin juga mengalami inhibisi umpan balik; produk pencernaan protein memperlambat reaksi dengan menghambat pepsin.[32][33]

Penggunaan sunting

 
Beeman's Pepsin Gum
 
Adams Pepsin Tutti Frutti Gum, dipasarkan "untuk mengobati gangguan pencernaan dan dispepsia"

Pepsin komersial diekstraksi dari lapisan kelenjar lambung babi. Pepsin merupakan komponen renet yang digunakan untuk menggumpalkan susu selama pembuatan keju. Pepsin digunakan untuk berbagai aplikasi dalam pembuatan makanan, yaitu: untuk memodifikasi dan memberikan kualitas pembuihan pada protein kedelai dan gelatin,[34] mengubah protein nabati yang digunakan dalam makanan ringan nonsusu, membuat sereal mentah menjadi sereal panas instan,[35] dan menyiapkan protein hewani dan hidrolisat nabati untuk digunakan dalam penyedap makanan dan minuman. Pepsin digunakan dalam industri kulit untuk menghilangkan rambut dan jaringan sisa dari kulit dan dalam pemulihan perak dari film fotografi tak terpakai dengan mencerna lapisan gelatin yang mengandung perak.[36] Pepsin secara historis merupakan zat aditif pada permen karet Beemans Gum oleh Dr. Edward E. Beeman.

Pepsin biasa digunakan dalam pembuatan fragmen F(ab')2 dari antibodi. Dalam beberapa pengujian, lebih baik hanya menggunakan bagian pengikatan antigen (Fab) dari antibodi. Untuk aplikasi ini, antibodi dapat dicerna secara enzimatik untuk menghasilkan fragmen antibodi baik Fab maupun F(ab')2. Untuk menghasilkan fragmen F(ab')2, IgG dicerna dengan pepsin, yang memotong rantai berat di dekat daerah engsel.[37] Satu atau lebih ikatan disulfida yang bergabung dengan rantai berat di daerah engsel dipertahankan, sehingga kedua daerah Fab dari antibodi tetap bergabung bersama, menghasilkan molekul divalen (mengandung dua tempat pengikatan antibodi), sebagai penandaan F(ab')2. Rantai ringan tetap utuh dan melekat pada rantai berat. Fragmen Fc dicerna menjadi peptida kecil. Fragmen Fab dihasilkan oleh pemotongan IgG dengan papain, bukan pepsin. Papain memotong IgG di atas daerah engsel yang mengandung ikatan disulfida yang bergabung dengan rantai berat, tetapi berada di bawah lokasi ikatan disulfida antara rantai ringan dengan rantai berat. Pemotongan ini menghasilkan dua fragmen Fab monovalen terpisah (mengandung satu tempat pengikatan antibodi tunggal) dan fragmen Fc utuh. Fragmen dapat dimurnikan dengan filtrasi gel, pertukaran ion, atau kromatografi afinitas.[38]

Fragmen antibodi Fab dan F(ab')2 digunakan dalam sistem pengujian yang menimbulkan masalah jika terdapat wilayah Fc. Pada jaringan seperti kelenjar getah bening atau limpa, atau dalam preparat darah periferal, sel dengan reseptor Fc (makrofag, monosit, limfosit B, dan sel pembunuh alami) dapat mengikat wilayah Fc dari antibodi utuh, menyebabkan pewarnaan latar belakang pada daerah yang tidak mengandung antigen target. Penggunaan fragmen F(ab')2 atau Fab mampu memastikan antibodi tersebut mengikat antigen dan bukan reseptor Fc. Fragmen ini mungkin juga digunakan untuk pewarnaan preparat sel dengan adanya plasma karena mereka tidak mampu mengikat komplemen sehingga dapat melisiskan sel. Fragmen F(ab')2, dan Fab pada tingkat yang lebih tinggi, memungkinkan lokalisasi antigen target yang tepat, yaitu pada pewarnaan jaringan untuk mikroskop elektron. Divalensi fragmen F(ab')2 memungkinkannya untuk menghubungkan antigen, penggunaan untuk pengujian presipitasi, agregasi seluler melalui antigen permukaan, atau pengujian roset.[39]

Gen sunting

Tiga gen berikut mengkodekan enzim pepsinogen A manusia yang identik:

Gen manusia keempat mengkodekan gastriksin yabg juga dikenal sebagai pepsinogen C:

Referensi sunting

  1. ^ PDB: 1PSO​; Fujinaga M, Chernaia MM, Tarasova NI, Mosimann SC, James MN (May 1995). "Crystal structure of human pepsin and its complex with pepstatin". Protein Sci. 4 (5): 960–72. doi:10.1002/pro.5560040516. PMC 2143119 . PMID 7663352. 
  2. ^ a b "Enzyme entry 3.4.23.1". Diakses tanggal 14 Desember 2008. 
  3. ^ Dunn BM (Nov 2001). "Overview of pepsin-like aspartic peptidases". Current Protocols in Protein Science. Chapter 21: Unit 21.3. doi:10.1002/0471140864.ps2103s25. ISBN 0471140864. PMID 18429164. 
  4. ^ Florkin M (Mar 1957). "[Discovery of pepsin by Theodor Schwann]". Revue Médicale De Liège (dalam bahasa French). 12 (5): 139–44. PMID 13432398. 
  5. ^ Asimov I (1980). "page 95". A short history of biology. Westport, Conn: Greenwood Press. ISBN 0-313-22583-4. 
  6. ^ Harper, Douglas. "pepsin". Online Etymology Dictionary. 
  7. ^ πέψις, πέπτειν. Liddell, Henry George; Scott, Robert; A Greek–English Lexicon at the Perseus Project.
  8. ^ Fruton JS (Jun 2002). "A history of pepsin and related enzymes". The Quarterly Review of Biology. 77 (2): 127–47. doi:10.1086/340729. JSTOR 3071644. PMID 12089768. 
  9. ^ Northrop JH (May 1929). "Crystalline pepsin". Science. 69 (1796): 580. Bibcode:1929Sci....69..580N. doi:10.1126/science.69.1796.580. PMID 17758437. 
  10. ^ "Effects of pH". Diakses tanggal 29 April 2010. 
  11. ^ "Information on EC 3.4.23.1 - pepsin A". Brenda-enzymes. Diakses tanggal 14 Desember 2008. 
  12. ^ a b Cox M, Nelson DR, Lehninger AL (2008). Lehninger principles of biochemistry. San Francisco: W.H. Freeman. ISBN 0-7167-7108-X. 
  13. ^ a b c Johnston N, Dettmar PW, Bishwokarma B, Lively MO, Koufman JA (Juni 2007). "Activity/stability of human pepsin: implications for reflux attributed laryngeal disease". The Laryngoscope. 117 (6): 1036–9. doi:10.1097/MLG.0b013e31804154c3. PMID 17417109. 
  14. ^ a b c Johnston N, Knight J, Dettmar PW, Lively MO, Koufman J (Dec 2004). "Pepsin and carbonic anhydrase isoenzyme III as diagnostic markers for laryngopharyngeal reflux disease". The Laryngoscope. 114 (12): 2129–34. doi:10.1097/01.mlg.0000149445.07146.03. PMID 15564833. 
  15. ^ a b c Johnston N, Dettmar PW, Lively MO, Postma GN, Belafsky PC, Birchall M, Koufman JA (Jan 2006). "Effect of pepsin on laryngeal stress protein (Sep70, Sep53, and Hsp70) response: role in laryngopharyngeal reflux disease". The Annals of Otology, Rhinology, and Laryngology. 115 (1): 47–58. doi:10.1177/000348940611500108. PMID 16466100. 
  16. ^ Goldberg HI, Dodds WJ, Gee S, Montgomery C, Zboralske FF (Februari 1969). "Role of acid and pepsin in acute experimental esophagitis". Gastroenterology. 56 (2): 223–30. PMID 4884956. 
  17. ^ Lillemoe KD, Johnson LF, Harmon JW (Agustus 1982). "Role of the components of the gastroduodenal contents in experimental acid esophagitis". Surgery. 92 (2): 276–84. PMID 6808683. 
  18. ^ Tamhankar AP, Peters JH, Portale G, Hsieh CC, Hagen JA, Bremner CG, DeMeester TR (November 2004). "Omeprazole does not reduce gastroesophageal reflux: new insights using multichannel intraluminal impedance technology". Journal of Gastrointestinal Surgery. 8 (7): 890–7; discussion 897–8. doi:10.1016/j.gassur.2004.08.001. PMID 15531244. 
  19. ^ Kawamura O, Aslam M, Rittmann T, Hofmann C, Shaker R (Juni 2004). "Physical and pH properties of gastroesophagopharyngeal refluxate: a 24-hour simultaneous ambulatory impedance and pH monitoring study". The American Journal of Gastroenterology. 99 (6): 1000–10. doi:10.1111/j.1572-0241.2004.30349.x. PMID 15180717. 
  20. ^ Oelschlager BK, Quiroga E, Isch JA, et al. Gastroesophageal and pharyngeal reflux detection using impedance and 24-hour pH monitoring in asymptomatic subjects: defining the normal environment. J Gastrointest Surg 2006;10:54–62.
  21. ^ Mainie I, Tutuian R, Shay S, Vela M, Zhang X, Sifrim D, Castell DO (Oktober 2006). "Acid and non-acid reflux in patients with persistent symptoms despite acid suppressive therapy: a multicentre study using combined ambulatory impedance-pH monitoring". Gut. 55 (10): 1398–402. doi:10.1136/gut.2005.087668. PMC 1856433 . PMID 16556669. 
  22. ^ Johnston N, Wells CW, Blumin JH, Toohill RJ, Merati AL (Desember 2007). "Receptor-mediated uptake of pepsin by laryngeal epithelial cells". The Annals of Otology, Rhinology, and Laryngology. 116 (12): 934–8. doi:10.1177/000348940711601211. PMID 18217514. 
  23. ^ Johnston N, Wells CW, Samuels TL, Blumin JH (Agustus 2010). "Rationale for targeting pepsin in the treatment of reflux disease". The Annals of Otology, Rhinology, and Laryngology. 119 (8): 547–58. doi:10.1177/000348941011900808. PMID 20860281. 
  24. ^ Samuels TL, Johnston N (November 2009). "Pepsin as a causal agent of inflammation during nonacidic reflux". Otolaryngology--Head and Neck Surgery. 141 (5): 559–63. doi:10.1016/j.otohns.2009.08.022. PMID 19861190. 
  25. ^ Balkwill F, Mantovani A (Februari 2001). "Inflammation and cancer: back to Virchow?". Lancet. 357 (9255): 539–45. doi:10.1016/S0140-6736(00)04046-0. PMID 11229684. 
  26. ^ Adams J, Heintz P, Gross N, Andersen P, Everts E, Wax M, Cohen J (Maret 2000). "Acid/pepsin promotion of carcinogenesis in the hamster cheek pouch". Archives of Otolaryngology--Head & Neck Surgery. 126 (3): 405–9. doi:10.1001/archotol.126.3.405. PMID 10722017. 
  27. ^ Knight J, Lively MO, Johnston N, Dettmar PW, Koufman JA (Agustus 2005). "Sensitive pepsin immunoassay for detection of laryngopharyngeal reflux". The Laryngoscope. 115 (8): 1473–8. doi:10.1097/01.mlg.0000172043.51871.d9. PMID 16094128. 
  28. ^ Samuels TL, Johnston N (Maret 2010). "Pepsin as a marker of extraesophageal reflux". The Annals of Otology, Rhinology, and Laryngology. 119 (3): 203–8. PMID 20392035. 
  29. ^ Bardhan KD, Strugala V, Dettmar PW (2012). "Reflux revisited: advancing the role of pepsin". International Journal of Otolaryngology. 2012: 1. doi:10.1155/2012/646901. PMC 3216344 . PMID 22242022. 
  30. ^ Marciniszyn J, Hartsuck JA, Tang J (1977). "Pepstatin inhibition mechanism". Advances in Experimental Medicine and Biology. 95: 199–210. doi:10.1007/978-1-4757-0719-9_12. PMID 339690. 
  31. ^ Husain SS, Ferguson JB, Fruton JS (November 1971). "Bifunctional inhibitors of pepsin". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. 68 (11): 2765–8. Bibcode:1971PNAS...68.2765H. doi:10.1073/pnas.68.11.2765. PMC 389520 . PMID 4941985. 
  32. ^ Northrop HJ (1932). "The story of the isolation of crystalline pepsin and trypsin". The Scientific Monthly. 35 (4): 333–340. Bibcode:1932SciMo..35..333N. 
  33. ^ Greenwell P, Knowles JR, Sharp H (Juni 1969). "The inhibition of pepsin-catalysed reactions by products and product analogues. Kinetic evidence for ordered release of products". The Biochemical Journal. 113 (2): 363–8. PMC 1184643 . PMID 4897199. 
  34. ^ Kun LY (2006). Microbial Biotechnology: Principles And Applications. World Scientific Publishing Company. ISBN 981-256-677-5. 
  35. ^ US patent 2259543, Billings HJ, "Fortified Cereal", diterbitkan tanggal 1938, diberikan kepada Cream of Wheat Corporation 
  36. ^ Smith ER (September 1933). "Gelatinase and the gates-gilman-cowgill method of pepsin estimation". The Journal of General Physiology. 17 (1): 35–40. doi:10.1085/jgp.17.1.35. PMC 2141270 . PMID 19872760. 
  37. ^ Falkenburg WJ, van Schaardenburg D, Ooijevaar-de Heer P, Tsang-A-Sjoe MW, Bultink IE, Voskuyl AE, Bentlage AE, Vidarsson G, Wolbink G, Rispens T (2016). "Anti-Hinge Antibodies Recognize IgG Subclass- and Protease-Restricted Neoepitopes". Journal of Immunology. doi:10.4049/jimmunol.1601096. PMID 27864476. 
  38. ^ Lane DS, Harlow E (1988). Antibodies: a laboratory manual. Cold Spring Harbor, N.Y: Cold Spring Harbor Laboratory. hlm. A2926. ISBN 0-87969-314-2. 
  39. ^ "Enzyme Explorer- Pepsin". Sigma-Aldrich. 

Pranala luar sunting