Paan (Hindi: पान dari kata Sansekerta parṇa, "daun"[1]) adalah sebuah pencampuran dari daun sirih dengan pinang dan terkadang juga dengan tembakau.[2][3] Paan dikunyah untuk efek stimulan dan psikoaktif-nya.[4]

Biji pinang dengan buah sirih yang biasa dikonsumsi di Sumba.

Budaya sunting

 
Konsumsi daun sirih dan pinang di dunia

Mengunyah Paan menjadi sebuah aktivitas budaya yang populer dan berpengaruh di beberapa negara Asia dan Oseania, yang meliputi Myanmar, Kamboja, Kepulauan Solomon, Thailand, Filipina, Laos, dan Vietnam. Tidak diketahui bagaimana dan kapan pasta limun, pinang, dan daun sirih disatukan sebagai sebuah obat. Bukti-bukti arkeologi menunjukan bahwa orang-orang Thailand, Indonesia dan Filipina telah menggunakannya selama empat ribu tahun atau lebih.[5]

Paan dikenal sebagai beeda dalam bahasa Hindi dan vetrrilai atau thambulum dalam bahasa Tamil, thambula dalam bahasa Kannada, killi atau tambulam dalam bahasa Telugu), sireh dalam bahasa Melayu, sirih dalam bahasa Indonesia), suruh dalam bahasa Jawa), mark (ໝາກ) dalam bahasa Laos, bulath dalam bahasa Sinhala, buai dalam bahasa Tok Pisin, dan foah dalam bahasa Dhivehi.

Taiwan sunting

 
Kios Betelnut Beauty di Taiwan

Di Taiwan, cairan sirih dijual di kios-kios pinggir jalan yang disebut toko Betelnut Beauty (Binlang Xi Shi, 檳榔西施).

Indonesia sunting

Tradisi Bersirih atau Menginang (makan pinang) adalah warisan budaya Indonesia yang dilakukan dengan mengunyah bahan-bahan bersirih seperti pinang, sirih, gambir, tembakau, kapur, cengkih.[6] Kebiasaan menginang telah berlangsung lama, yaitu lebih dari 3000 tahun yang lampau atau pada zaman Neolitik, hingga saat ini. Ada juga catatan para musafir Tiongkok yang mengungkapkan bahwa sirih dan pinang sudah dikonsumsi sejak dua abad sebelum Masehi. Sirih Pinang telah menjadi suatu simbol bagi masyarakat adat Melayu.[7] Hal ini dilihat dari tradisi lisan Melayu berupa sastra, misalnya: Sirih pembuka pintu rumah, Sirih pembuka pintu hati.[7] Bahan-bahan menginang adalah yang pertama disuguhkan bagi seluruh tamu yang hadir pada acara adat di sebagian besar wilayah Indonesia, seperti upacara pernikahan, kelahiran, kematian, penyembuhan, dan lain sebagainya.

Referensi sunting

  1. ^ "Oxford Dictionary paan". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-09-03. Diakses tanggal 2015-10-20. 
  2. ^ Mack, TM (2001). "The new pan-asian paan problem". The Lancet. 357 (9269): 1638–9. doi:10.1016/S0140-6736(00)04860-1. 
  3. ^ The World Health Organization IARC Expert Group. "IARC Monographs on the Evaluation of the Carcinogenic Risk of Chemicals to Humans, Vol. 37, Tobacco Habits Other than Smoking; Betel-Quid and Areca-nut Chewing; and Some Related Nitrosamines, Lyon" (PDF). IARCPress. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2012-03-18. Diakses tanggal 2015-10-20. 
  4. ^ Song, Han; Wan, Yi; Xu, Yong-Yong (2013). "Betel Quid Chewing Without Tobacco - A Meta-analysis of Carcinogenic and Precarcinogenic Effects". Asia Pac J Public Health. doi:10.1177/1010539513486921. 
  5. ^ Archaeological evidence from Thailand, Indonesia and the Philippines.
  6. ^ "Tradisi Bersirih dan Nilai Budayanya". MelayuOnline.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-05. Diakses tanggal 5 Mei 2014.21.05. 
  7. ^ a b "Menginang adalah". Academia.edu. Diakses tanggal 13 Mei 2014.24.00. 

Pranala luar sunting