Lokomotif DD52
Lokomotif DD 52 adalah lokomotif uap mallet artikulasi terbesar di Indonesia dengan susunan roda 2-8-8-0 yang dibeli oleh Staatsspoorwegen. Lokomotif ini Diproduksi oleh pabrik Werkspoor, Belanda, Hanomag dan Hartmann, Jerman.
Lokomotif DD52 | |||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||||||||||||||
|
Sejarah
suntingLokomotif ini didatangkan dari pabrik Hartmann dan Hanomag di Jerman serta Werkspoor di Belanda pada tahun 1923, mulai berdinas sejak 1924, setelah lokomotif DD50 dan lokomotif DD 51. Berbeda dengan kedua pendahulunya yang dibuat di pabrik ALCO di Amerika Serikat, lokomotif DD52 dibuat di Eropa, tepatnya di Jerman dan Belanda. Keunggulan lokomotif ini dibandingkan dengan DD50 dan DD51 adalah kecepatan maksimalnya yang dapat mencapai 50 km/jam, di mana kedua lokomotif sebelumnya hanya mampu mencapai 40 km/jam.
Pengoperasian di Jawa
suntingLokomotif DD52 memiliki julukan "Si Gombar" dari masyarakat lokal Jawa Barat yang selalu dilewati oleh lokomotif ini. Dengan ukurannya yang besar dan tenaganya yang kuat, tugas utama DD52 adalah menarik kereta barang yang melintasi pegunungan Priangan. Walaupun begitu, lokomotif ini juga difungsikan sebagai penarik kereta penumpang.
Akhir pengoperasian
suntingDi akhir masanya, lokomotif ini melayani KA lokal Bandung-Cibatu. Alokasi lokomotif ini sendiri menyebar di beberapa depo lokomotif seperti Tasikmalaya, Purwakarta, dan Cibatu. Karier lokomotif ini berakhir pada tahun 1974 ketika angkutan barang di jalur Tasikmalaya–Cicalengka menurun. Sehingga menjalankan DD52 ini terlalu berlebihan untuk muatan yang tidak begitu berat. Apalagi kondisi kedua DD52 terakhir (no. 03 dan 08) ini sangatlah buruk.
Setelah dipensiunkan, seluruh unit lokomotif DD52 ini secara perlahan mulai dirucat atau dijadikan besi tua, sehingga tidak ada satupun wujud peninggalannya yang dipreservasi di museum kereta api.[1] Hal ini sangatlah disayangkan mengingat pendahulunya yaitu DD50 dan DD51 juga bernasib serupa, sehingga tidak tersisa lagi lokomotif uap bergandar DD di Indonesia.
Pembuatan Model
suntingPada 7 Juni 2023, Masyarakat Pelestari Kereta Api Indonesia/IRPS memulai pembuatan model lokomotif DD52 di Stasiun Semarang Tawang Bank Jateng.[2] Model ini memecahkan rekor MURI sebagai pembuatan miniatur lokomotif terbesar di Indonesia dengan skala 1:4, panjang sekitar 6 meter dan lebar 80 cm. Model lokomotif tersebut pertama kali dipamerkan di Museum Lawang Sewu Semarang pada Juli 2023[3], kemudian berpindah ke beberapa stasiun di Pulau Jawa, dan berakhir di Stasiun Garut, menandakan dimana dulu lokomotif ini beroperasi.[4]
Lihat pula
suntingDaftar Referensi
sunting- ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 118. ISBN 978-602-0818-55-9.
- ^ antaranews.com (2023-06-07). "Replika lokomotif DD52 dbangun di Stasiun Semarang Tawang". Antara News. Diakses tanggal 2024-11-19.
- ^ Fajrin, Muhammad Pascal (2023-07-04). "Miniatur Lokomotif Uap DD5208 Dipamerkan di Lawang Sewu". IRPS (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-11-19.
- ^ "Lokomotif Uap 'Si Gombar' Kembali ke Garut dalam Bentuk Miniatur". Republika Online. 2023-12-16. Diakses tanggal 2024-11-19.