Lemoape, Palakka, Bone

desa di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan

Lemoape adalah sebuah desa di Kecamatan Palakka, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.

Lemoape
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenBone
KecamatanPalakka
Kode Kemendagri73.08.15.2014
Luas-
Jumlah penduduk1.973 (2003)
Kepadatan-

Etimologi sunting

Nama Lemoape berarti "jeruk kapas" dalam bahasa Bugis. Terdapat 2 versi yang mengisahkan asal-muasal kemunculan nama tersebut. Versi pertama menyebutkan bahwa dahulu di desa itu pernah tumbuh sebatang pohon yang berbuah jeruk dan kapas sekaligus. Versi kedua menyebutkan bahwa nama ini berasal dari jenis buah-buahan yang pernah dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai pembersih badik, senjata tradisional suku Bugis.

Geografi sunting

Lemoape berjarak 12 kilometer dari Watampone, ibu kota Kabupaten Bugis. Desa ini terdiri atas pegunungan, hutan, wilayah permukiman, dan area pertanian seperti sawah dan kebun.

Pembagian sunting

Lemoape terdiri atas 4 rukun kampung, yaitu Lagocci, Ceppungnge, Lajjoro, dan Polewali.

Ekonomi sunting

Sebagian besar penduduknya mencari nafkah dengan bertani. Komoditas pertanian utamanya adalah padi, selain itu juga diselingi dengan berkebun palawija dan kakao. Selain bertani, masyarakat juga beternak. Hal ini banyak dilakukan, karena dalam mengolah tanah pertaniannya, masyarakat lebih banyak memanfaatkan tenaga ternak sapi untuk membantu membajak sawah.

Kakao sebagai komoditas pertanian yang bernilai tinggi pada tahun 1990-an, juga sempat memberikan alternatif solusi dalam menunjang ekonomi masyarakat. Banyak masyarakat Lemoape yang menikmati kejayaan mereka pada masa itu, saat harga kakao mencapai puluhan ribu per kilogramnya.

Kemudian, pada tahun 2000-an, saat nilai jual kakao perlahan anjlok di pasaran, sebagian kecil masyarakat beralih ke cengkeh sebagai komoditas yang menjanjikan hasil yang lebih baik. Namun hal ini hanya bisa dilakoni oleh mereka yang punya modal untuk membeli lahan atau kebun cengkih.

Demografi sunting

Tingkat pendidikan masyarakat mayoritas tamat sekolah dasar. Hanya sebagian kecil saja yang sampai sekolah menengah atapun perguruan tinggi. Kondisi ini banyak di sebabkan oleh budaya masyarakat setempat yang biasa menikahkan anak-anaknya dalam usia muda.

Referensi sunting