Kuweni
Kuweni atau kuini (Mangifera × odorata) adalah sejenis pohon buah keluarga mangga-manggaan yang masih berkerabat dekat dengan bacang. Tumbuhan ini memiliki buah yang harum dan daging buah yang lembut. Konsistensi daging buah kuweni lebih padat daripada bacang dan seratnya lebih halus. Karakternya berada di antara mangga dan bacang, dan para ahli juga menganggapnya sebagai hibrida antarspesifik alami antara mangga dan bacang.[1]
Kuini
| |
---|---|
Mangifera odorata | |
Status konservasi | |
Kekurangan data | |
IUCN | 31401 |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Sapindales |
Famili | Anacardiaceae |
Genus | Mangifera |
Spesies | Mangifera odorata Griff. |
Buah ini dikenal dengan nama-nama yang serupa di pelbagai bahasa daerah: kweni, asam membacang, macang, lekup (Mly.); kuwini, ambacang, embacang, lakuik (Mink.); kuweni, kebembem (Btw.); kaweni, kawini, bembem (Sd.); kaweni, kuweni, kweni (Jw.); kabeni, beni, bine, pao kabine (Mdr.); pao kaeni (P. Sapudi); kuwini (Bjr.); weni (Bl.); paok perawe (Sas.); mangga kuini(Sulut.); kuini, guin, koini, kowini, koine, guawe stinki, sitingki, hitingki (aneka sebutan di Maluku).[2]
Di Sabah ia disebut huani atau wani, sedangkan di Filipina dinamai huani, uani atau juani.[3]
Pemerian
suntingPohon berukuran sedang, dengan tinggi antara 10-15 (jarang hingga 20) m. Berbatang lurus dengan tajuk bundar atau bundar telur melebar. Seluruh bagian tanaman, apabila dilukai, akan mengeluarkan getah berbau terpentin, yang mula-mula bening namun lama kelamaan akan menjadi cokelat kehitaman. Getah ini bersifat menggatalkan bila terkena kulit.
Daun tunggal tersebar, bentuk lonjong sampai lanset, 12-35 x 4-10 cm, dengan ujung daun meluncip pendek, bertangkai 3–7 cm yang pangkalnya menggembung. Helai daun menjangat, dengan urat-urat daun yang tampak jelas terutama di sisi bawah.
Karangan bunga dalam malai serupa piramida di ujung ranting, 15–50 cm panjangnya, dengan banyak kuntum bunga kecil-kecil. Bunga berbilangan 5 (-6), dengan diameter sekitar 6 mm, berbau harum. Kelopak bundar telur, merah coklat atau kehijauan, 3–4 mm panjangnya; daun mahkota bentuk lanset, 5-6 x 1,2–2 mm, dengan pangkal kekuningan dan ujung merah jambu pucat. Tangkai sari panjangnya sekitar 5 mm dan tangkai putik 3–5 mm.
Buah batu berbentuk lonjong-jorong miring, lk. 10-13 x 6–9 cm, kulitnya berwarna hijau sampai kekuningan, dengan bintik-bintik lentisel berwarna kecokelatan yang jarang-jarang. Kulit buah agak tebal, 3–4 mm, dengan daging berwarna kuning sampai agak jingga, manis-asam, berserat, mengandung banyak sari buah. Bau harum agak seperti terpentin, mirip bau buah bacang.[3] Meski hampir serupa, buah kuweni agak mudah dibedakan dari bacang yang lebih bulat dan berkulit lebih keras dan tebal, dengan banyak bintik lentisel berjarak agak rapat.
Kegunaan
suntingSebagaimana mangga, kuweni juga populer sebagai tanaman pekarangan. Pohon ini ditanam terutama untuk diambil buahnya, yang disukai orang karena keharumannya. Buah ini, manakala masak, dimakan sebagai buah meja atau dijadikan campuran minuman. Mutu buah kuweni bervariasi bergantung pada kultivarnya, yang dianggap paling baik ialah yang baunya tak begitu menyengat, manis, dengan daging yang tak begitu berserat dan banyak sari buahnya.
Inti bijinya ditumbuk untuk dijadikan tepung, sebagai bahan pembuatan makanan sejenis dodol. Kulit batang kuweni digunakan sebagai bahan obat tradisional.
Asal-usul dan penyebaran
suntingKuweni tidak pernah ditemukan hidup liar. Oleh sebab itu para pakar meyakini bahwa tumbuhan ini merupakan hasil silangan alami antara mangga dan bacang. Hasil penelitian Kiew dkk.[4] mendukung kesimpulan ini.
Pohon buah ini umum dibudidayakan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Semenanjung Malaya dan Filipina bagian selatan. Selain itu diketahui pula ditanam di Vietnam, Guam, dan Kepulauan Christmas. Meski demikian, budidaya kuweni secara intensif belum dilakukan.
Kuweni tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.000 m dpl. Wilayah yang disukainya adalah daerah dengan curah hujan yang agak tinggi namun merata sepanjang tahun, sehingga tanaman ini cocok untuk menggantikan mangga yang umumnya tumbuh lebih baik di daerah kering. Kuweni biasanya diperbanyak dengan biji.
Referensi
sunting- ^ "Kiew, R, L.L. Teo, Y.Y. Gan. 2003. Assessment of the hybrid status of some Malesian plants using Amplified Fragment Length Polymorphism. Telopea 10:225-233". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-20. Diakses tanggal 2007-02-20.
- ^ Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, jil. 2. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 1222.
- ^ a b Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 275-278.
- ^ "Kiew et al. 2003. Assessment of the hybrid status of some Malesian plants using Amplified Fragment Length Polymorphism. Telopea 10:225-233" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2006-09-12. Diakses tanggal 2006-09-12.
Pranala luar
sunting- (Inggris) World Conservation Monitoring Centre 1998. Mangifera odorata. 2006 IUCN Red List of Threatened Species.