Kubis merah atau kubis ungu (Brassica oleracea L) adalah salah satu jenis kubis yang bagian-bagian tubuhnya berwarna merah keunguan. Di Indonesia, kubis merah dijadikan sebagai tanaman pertanian. Kubis merah termasuk dalam genus brasika dari famili Brassicaceae. Warna merah pada kubis merah berasal dari pigmen antosianin yang melimpah.

Kubis merah
Red cabbage plant
SpesiesBrassica oleracea
Kelompok budidayaKelompok capitata
Kubis merah, dimasak, direbus, dikeringkan, tanpa garam
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz)
Energi122 kJ (29 kcal)
6.94 g
Gula3.32 g
Serat pangan2.6 g
0.09 g
1.51 g
VitaminKuantitas
%AKG
Vitamin A equiv.
0%
2 μg
0%
20 μg
Tiamina (B1)
6%
0.071 mg
Riboflavin (B2)
5%
0.06 mg
Niasin (B3)
3%
0.382 mg
Asam pantotenat (B5)
3%
0.154 mg
Vitamin B6
17%
0.225 mg
Folat (B9)
6%
24 μg
Vitamin C
41%
34.4 mg
Vitamin K
45%
47.6 μg
MineralKuantitas
%AKG
Kalsium
4%
42 mg
Zat besi
5%
0.66 mg
Magnesium
5%
17 mg
Fosfor
5%
33 mg
Potasium
6%
262 mg
Seng
3%
0.25 mg
Komponen lainnyaKuantitas
Air91 g

Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa.
Sumber: USDA FoodData Central

Komposisi kimia di dalam kubis merah meliputi antosianin, serat, gula alami, likopen, asam folat, dan sulfur. Selain itu, kubis merah mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E, dan vitamin K.

Kubis merah bagus dibudidayakan di dataran tinggi dengan sistem pertanian organik. Namun, budidayanya lebih sedikit dibandingkan dengan budidaya kubis putih. Kandungan senyawa kimia di dalam kubis merah bermanfaat sebagai bahan makanan yang menjaga kesehatan tubuh manusia dan mencegahnya dari berbagai penyakit. Konsumsi kubis merah dapat menghambat pertumbuhan beragam jenis kanker. Kubis merah juga dijadikan sebagai pewarna makanan alami untuk warna merah, hijau dan biru dengan campuran telur. Pada titrasi asam-basa, kubis merah dijadikan sebagai salah satu indikator alami.

Nama ilmiah sunting

 
Tumbuhan kubis merah lengkap dengan buah dan daunnya.

Kubis merah merupakan salah satu jenis kubis yang utama.[1] Dalam kelompok varietas, kubis merah termasuk dalam varietas kubis telur.[2] Nama ilmiah untuk kubis merah adalah Brassica oleracea L.[3] Kubis merah adalah salah satu spesies dalam genus brasika.[4] Klasifikasi taksonomi dengan urutan yang tertinggi untuk kubis merah yaitu dari kerajaan tumbuhan. Kemudian kubis merah masuk ke dalam divisi tumbuhan berbiji dengan sub divisi tumbuhan berbunga dan kelas tumbuhan berbiji belah. Lalu kubis merah masuk dalam ordo papaverales dan famili Brassicaceae.[5]

Kubis merah merupakan salah satu tanaman lokal di Indonesia. Masyarakat di Indonesia mengenalnya sebagai salah satu tanaman pertanian. Nama lainnya adalah kubis ungu.[6]

Bentuk sunting

Kubis merah mengandung pigmen antosianin yang menghasilkan warna merah.[7] Tingkatan warna pada kubis merah hampir mencapai warna ungu. Secara umum, bentuk kubis merah adalah bulat. Kubis merah tertutupi lapisan lilin pada permukaan daunnya.[8]

Komposisi kimia sunting

 
Bagian dalam buah kubis merah berwarna merah keunguan. Warna ini dihasilkan oleh pigmen antosianin.

Tiap 100 gram kubis merah yang segar mengandung senyawa antosianin sebanyak 104–188 mg.[9] Rata-rata jumlah antosianin pada tiap 100 gram kubis merah adalah 113 mg.[10] Jumlah antosianin pada kubis merah termasuk melimpah.[11] Kandungan antosianin tidak hanya terdapat pada bagian buahnya, tetapi juga pada bagian lainnya.[12] Warna merah atau kemerahan akan diperoleh dari daun kubis merah yang diambil protoplasnya.[13]

Kubis merah juga mengandung vitamin A, vitamin B, vitamin C, vitamin E, dan vitamin K.[14] Kandungan vitamin A, vitamin B, dan vitamin C pada kubis merah termasuk salah satu yang melimpah dari 4 varietas kubis.[15] Kandungan vitamin A di dalam kubis merah sebanyak 2.170 IU tiap 100 gram.[16] Vitamin B pada kubis merah meliputi vitamin B2 dan vitamin B3.[15] Pada setiap setengah mangkuk kubis merah terkandung 80 gram vitamin A dan 50 gram vitamin C.[17]

Kandungan serat di dalam kubis merah juga tinggi dan mengandung gula alami.[14] Pada tiap setengah cangkir kubis merah seberat 49 gram, mengandung glukosinolat seberat 29 mg.[18] Glukosinolat di dalam kubis merah termasuk dalam senyawa fenolik.[19] Di dalam kubis merah juga terdapat asam folat. Sebanyak 18 mg asam folat terkandung pada tiap 100 gram kubis merah.[20] Kubis merah juga termasuk jenis sayur yang banyak mengandung sulfur.[21]

Pada jenis sayuran berwarna merah, kubis merah termasuk salah satu yang mengandung likopen.[22] Menurut Departemen Pertanian Amerika Serikat, kandungan likopen pada tiap 100 gram kubis merah yang mentah mengandung 20 mikrogram likopen.[23]

Pembudidayaan sunting

 
Kebun kubis merah di Mörslingen

Kubis merah memiliki varietas yang berbeda-beda.[24] Kubis merah merupakan salah satu jenis tanaman budidaya.[25] Budidaya kubis merah dapat ditemukan di Indonesia meski dalam jumlah yang tidak sebanyak kubis putih.[26] Ketinggian permukaan tanah untuk penanaman kubis merah adalah 800 meter di atas permukaan laut.[27] Kubis merah merupakan salah satu jenis sayuran hortikultura.[28] Budidayanya dapat dilakukan dengan sistem pertanian organik.[29]

Manfaat sunting

Bahan makanan sunting

 
Campuran kubis merah dalam salad buah anggur.

Di Indonesia, kubis merah dijadikan sebagai bahan makanan.[30] Kubis merah dapat dimakan secara mentah.[31] Rasa yang dihasilkannya agak pedas dengan sedikit rasa pahit.[32] Kubis merah dijadikan salah satu bahan pengisi salad.[33] Pembuatan lumpia berbahan isi sayuran juga dapat menggunakan kubis merah.[34] Kubis merah juga digunakan sebagai bahan campuran pembuatan sauerkraut.[35]

Menjaga kesehatan tubuh manusia sunting

Kandungan senyawa di dalam kubis merah memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.[14] Vitamin A, vitamin B, dan vitamin C di dalam kubis merah berguna sebagai antioksidan.[36] Kubis merah merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran lainnya.[37] Kandungan antioksidan pada setengah mangkuk kubis merah lebih banyak dibandingkan dengan semangkuk teh hijau.[38] Kandungan vitamin K di dalam kubis merah mampu memenuhi kebutuhan vitamin K harian bagi manusia sebesar 61%.[14] Kandungan vitamin C di dalam kubis merah sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh bila dikonsumsi.[39]

Selain itu, di dalam kubis merah terdapat senyawa yang mampu mencegah radang.[39] Senyawa fenol di dalam kubis merah dapat menguatkan fungsi hati dan jaringannya.[40]

Mencegah dan mengobati berbagai penyakit sunting

Antosianin di dalam kubis merah dapat mencegah terjadinya kanker. Konsumsi kubis merah mampu mencegah pertumbuhan sel kanker pada kanker usus besar hingga 60%.[41] Kubis merah juga dapat menghambat pertumbuhan sel kanker pada kanker otak sebesar 90% dan pada kanker paru-paru sebesar 30%.[42] Jenis kanker lain yang dapat dihambat pertumbuhan selnya selama konsumsi kubis merah adalah kanker prostat dan kanker payudara dengan kemampuan hambatan yang sama, yaitu 80%.[43]

Antosianin di dalam kubis merah juga mampu menurunkan kadar kolesterol dan menurunkan berat badan. Fungsi lainnya untuk mencegah penyakit kardiovaskular dan meningkatkan fungsi kognitif.[44] Kandungan polifenol di dalam kubis merah juga sangat tinggi.[45] Polifenol berperan aktif dalam pencegahan dan pengobatan penyakit alzheimer melalui pengurangan kerusakan sel.[46]

Pewarna makanan sunting

Kubis merah juga dapat digunakan untuk membuat pewarna makanan dengan dicampur dengan telur. Pada telur dengan cangkang berwarna putih, warna yang dihasilkan adalah biru. Sementara pada telur dengan cangkang berwarna cokelat akan menghasilkan warna hijau.[47] Antosianin pada kubis merah juga digunakan sebagai salah satu pemberi warna merah pada produk bahan pangan.[48] Warna produk dapat berubah sebagai hasil ekstrusi.[49]

Indikator alami sunting

 
Rentang warna yang dihasilkan oleh kubis merah sebagai indikator alami. Mulai dari warna merah hingga kuning.

Kubis merah merupakan salah satu indikator alami bagi titrasi asam-basa.[50] Kemampuan yang dimiliki oleh kubis merah adalah mengikat asam dengan nilai +2,20.[51] Pengujian titrasi asam-basa dilakukan dengan memasukkan irisan kubis merah ke dalam air.[52] Zat kimia yang menjadi indikator alami di dalam kubis merah adalah antosianin.[53] Antosianin merupakan pigmen yang mudah larut di dalam air.[54] Perubahan asam ke basa pada kubis merah berada pada rentang warna merah muda hingga ke warna hijau.[55]

Kubis merah ditumbuk terlebih dahulu kemudian diberi air suling untuk pengujian. Setelah itu, kubis merah ini disaring. Warna awal dari kubis merah adalah merah keunguan. Warnanya akan berubah menjadi merah ketika larutan yang menetes padanya adalah larutan asam. Sementara itu, warnanya akan berubah menjadi hijau jika ditetesi oleh larutan basa.[56]

Pada kondisi asam, antosianin akan berwarna merah. Pada kondisi basa lemah, warnanya berubah menjadi hijau. Sementara pada kondisi basa kuat, warnanya berubah menjadi kuning.[53] Pada bahan yang tidak mengandung asam dan basa, warnanya tetap akan ungu.[57] Pada kondisi basa yang tinggi di dalam air, kubis merah berubah warna menjadi hijau. Salah satunyang dengan pencampuran air dengan natrium bikarbonat.[58]

Kubis merah juga menjadi indikator asam basa pada tanah. Pada tanah yang mengandung asam, bunganya akan berwarna merah muda. Sedangkan pada tanah dengan kondisi basa, bunganya akan mengandung alkalis biru.[59]

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Selby, Anne. Makanan Berkhasiat: 25 Makanan Bergizi Super untuk Kesehatan Prima. Esensi. hlm. 46. ISBN 978-979-781-081-8. 
  2. ^ Sunarjono, Hendro (2013). Nurrohmah, Febriani Ai, ed. Bertanam 36 Jenis Sayur. Depok: Penebar Swadaya. hlm. 71. ISBN 978-979-002-579-0. 
  3. ^ Putri, A. S., Kristiani, E. B., dan Haryati, S. (2018). "Kandungan Antioksidan pada Kubis Merah (Brassica oleracea L.) Dan Aplikasinya Pada Pembuatan Kerupuk". Metana. 14 (1): 1. ISSN 1858-2907. 
  4. ^ Putri, R. R. R. F., Ulfa, E. U., dan Riyanti, R. (2014). "Uji Aktivitas Antiplatelet Ekstrak Etanol Kubis Merah (Brassica oleracea var. capitata L.)". e-Jurnal Pustaka Kesehatan. 2 (1): 111. 
  5. ^ Juliastuti, H, dkk. (2021). Yuslianti, Eusi Reni, ed. Sayuran dan Buah Berwarna Merah: Antioksidan Penangkal Radikal Bebas. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 49–50. ISBN 978-623-02-2596-3. 
  6. ^ Effendi, F., Setiawan, M. I., dan Lestari, A. (2019). "Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol Bunga Kubis Merah (Brassica oleracea L.) Sebagai Antioksidan dengan Metode DPPH". Jurnal Farmamedika. 4 (1): 30. 
  7. ^ Soenardi, T., dan Tim Yayasan Gizi Kuliner Jakarta (2013). Hardiman, I., dan Lestari, Y., ed. Teori Dasar Kuliner: Teori Dasar Memasak untuk Siswa, Peminat dan Calon Profesional. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 142. ISBN 978-979-22-9629-7. 
  8. ^ Andrianto, Catur (2014). Tips Memilih dan Menyimpan Sayur-Mayur. Sleman: Suaka Media. hlm. 84. ISBN 978-602-14820-0-1. 
  9. ^ Putri, N. I., dkk. (2019). "Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Enkapsulan dalam Proses Pembuatan Serbuk Antosianin dari Kubis Merah dan Bunga Telang". Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi. 18 (1): 2. 
  10. ^ Irianti, T. T., Pramono, S., dan Sugiyanto (2022). Siti, ed. Penuaan dan Pencegahannya: Proses Faali, Biokimiawi, dan Molekuler. Sleman: Gadjah Mada University Press. hlm. 80. ISBN 978-623-359-026-6. 
  11. ^ Artiningsih, Ni Komang Ayu (2021). Nursanty, Eko, ed. Pengelolaan Lingkungan dan Pengolahan Limbah pada Industri Pertanian dan Pangan: Menuju Upaya Pengolahan Limbah (Zero Waste). Semarang: Penerbit Butterfly Mamoli Press. hlm. 10. ISBN 978-623-96425-3-2. 
  12. ^ Saragih, Bernatal (2018). Bawang Dayak (Tiwai) sebagai Bahan Pangan Fungsional. Sleman: Deepublish. hlm. 52. ISBN 978-602-475-200-2. 
  13. ^ Wattimena, G. A., dkk. (2018). Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 69. ISBN 978-979-493-289-6. 
  14. ^ a b c d Lukitasari, D. M., dkk. (2017). "Mikroenkapsulasi Pigmen dari Kubis Merah: Studi Intensitas Warna dan Aktivitas Antioksidan" (PDF). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 28 (1): 1. ISSN 1979-7788. 
  15. ^ a b Winarto, W. P., dan Tim Lentera (2004). Memanfaatkan Tanaman Sayur untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. hlm. 40. ISBN 979-3357-83-5. 
  16. ^ Sutomo, Budi (2016). 378 Resep Jus dan Ramuan Herbal. Jakarta: Kawan Pustaka. hlm. 56. ISBN 979-757-646-9. 
  17. ^ Subarnas, Nandang (2007). Terampil Berkreasi: Keterampilan untuk Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Jilid 2. Bandung: Grafindo Media Pratama. hlm. 48. ISBN 979-758-346-5. 
  18. ^ Lingga, Lanny (2012). The Healing Power of Anti-oxidant. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 123–124. ISBN 978-602-00-3083-8. 
  19. ^ Santoso, Umar (2021). Antioksidan Pangan. Sleman: Gadjah Mada University Press. hlm. 174–175. ISBN 978-602-386-070-8. 
  20. ^ Astawan, M., dan Kasih, A. L. (2008). Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 144. ISBN 978-979-22-3607-1. 
  21. ^ Alristina, A. D., dkk. (2021). Ilmu Gizi Dasar: Buku Pembelajaran. Grobogan: CV. Sarnu Untung. hlm. 132–133. ISBN 978-623-6766-49-1. 
  22. ^ Sari, Lenan (2016). Wiliam, Dani, ed. Cara Sehat Cepat Hamil. Yogyakarta: Flashbooks. hlm. 39. ISBN 978-602-391-193-6. 
  23. ^ Adriani, M., dan Wirjatmadi, B. (2014). Gizi dan Ksehatan Balita: Peranan Mikro Zinc pada Pertumbuhan Balita. Jakarta: Kencana. hlm. 67–68. ISBN 978-602-7985-52-0. 
  24. ^ Wahyuningsih, Rina (2019). Biomagz Berbasis Kearifan Lokal. Penerbit Ernest. hlm. 18. ISBN 978-602-564-064-3. 
  25. ^ Sunarjono, H., dan Nurrohmah, F. A. (2018). Bertanam Sayuran Daun dan Umbi. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 39. ISBN 978-979-002-846-3. 
  26. ^ Nuraida, dkk. (2022). Monograf Konsentrasi Ekstrak Serai Wangi: Kajian Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura). Guepedia. hlm. 44. 
  27. ^ Istiqomah, Siti. Menanam Hidroponik. Azka Press. hlm. 42. ISBN 978-979-121-148-2. 
  28. ^ Marzuki, I., dkk. (2021). Watrianthos, Ronal, ed. Budi Daya Tanaman Sehat Secara Organik. Yayasan Kita Menulis. hlm. 22. ISBN 978-623-6840-30-6. 
  29. ^ Hubeis, M., Widyastuti, H., dan Wijaya, N. H. (2013). Prospek Pangan Organik Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Petani. Bogor: PT Penerbit IPB Press. hlm. 219. ISBN 978-979-493-542-2. 
  30. ^ Rizki, Farah (2013). The Miracle of Vegetables. Jakarta Selatan: PT Agromedia Pustaka. hlm. 131. ISBN 979-006-447-0. 
  31. ^ Yasa Boga (2005). Resep Praktis dan Lezat Salad Cita Rasa Asia dan Barat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 19. 
  32. ^ Suharni, I. E., dan Astutik, R. Y. (2016). Menopause: Masalah dan Penanganannya. Sleman: Penerbit Deepublish. hlm. 161. ISBN 978-602-453-152-2. 
  33. ^ Marsden, Kathryn (2008). The Complete Book of Food Combining: Panduan Diet Sehat Terlengkap, Terbaru, dan Mudah Sekali Dipraktikkan. Diterjemahkan oleh Dharma, Lala Herawati. Bandung: Penerbit Qanita. hlm. 62. ISBN 978-9793269-72-6. 
  34. ^ HArtono, A., Iwan, R., dan Dewi, J. (2021). Mayasari, Lidya, ed. Lezat tapi Bikin Langsing: Menu Favorit Hidup Sehat. Yogyakarta: Nigtoon Cookery. hlm. 41. ISBN 978-623-91466-8-9. 
  35. ^ Setiarto, R. Haryo Bimo (2020). Teknologi Fermentasi Pangan Tradisional dan Produk Olahannya. Guepedia. hlm. 271. ISBN 978-602-443-769-5. 
  36. ^ A’ini, S. A., dan Dhurhania, C. E. (2021). "Analisis Kadar Vitamin C pada Kubis Merah (Brassica oleraceaL. var capitata) yang Dibuat Jus dengan Variasi Lama Penyimpanan A". Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 6 (2): 216. ISSN 2502-647X. 
  37. ^ Kim, Sachi D. (2018). 260 Resep Jus Buah dan Sayur. Yogyakarta: Genesis. hlm. 12. ISBN 978-602-5713-10-1. 
  38. ^ Dalaimartha, S., dan Adrian, F. (2013). Fakta Ilmiah Buah dan Sayur. Penebar Plus+. hlm. 115. ISBN 978-602-866-189-8. 
  39. ^ a b Tumiwa-Bachrens, Inge (2019). Makan Sehat Itu Mudah: 101 Resep Masakan Rumah Sederhana. Jakarta Selatan: Kawan Pustaka. hlm. 157. ISBN 978-979-757-666-0. 
  40. ^ Lingga, Lanny (2010). Cerdas Memilih Sayuran: Plus Minus 54 Jenis Sayuran. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka. hlm. 224. ISBN 979-006-306-7. 
  41. ^ Servan-Schreiber 2010, hlm. 297.
  42. ^ Servan-Schreiber 2010, hlm. 298.
  43. ^ Servan-Schreiber 2010, hlm. 299.
  44. ^ Widyanto, R. M., dkk. (2021). Gizi Molekuler. Malang: UB Press. hlm. 142. ISBN 978-623-296-312-2. 
  45. ^ Navari, Tim (2015). 1001 Makanan Sehat. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Komputindo. hlm. 27. ISBN 978-602-02-5796-9. 
  46. ^ Sovia, Emma (2015). Damaya, ed. Buat Anak Anda Jago Eksakta!. Yogyakarta: Diva Press. hlm. 189. ISBN 978-602-255-851-4. 
  47. ^ Setiadi, Hilmi. Penggunaan Bahan Alami untuk Kehidupan Sehari-hari. Victory Pustaka Media. hlm. 9. 
  48. ^ Saati, E. A., dkk. (2019). Pigmen sebagai Zat Pewarna dan Antioksidan Alami. Malang: UMM Press. hlm. 13. ISBN 978-979-796-434-4. 
  49. ^ Lestario, Lydia Ninan (2017). Antosianin. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 116. ISBN 978-602-386-277-1. 
  50. ^ Erwin, Nur, M. A., dan Panggabean, A. S. (2015). "Potensi Pemanfaatan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L.) sebagai Indikator Asam Basa Alami" (PDF). Jurnal Kimia Mulawarman. 13 (1): 15. ISSN 1693-5616. 
  51. ^ Ehret, Arnold (2011). Puasa Rasional. Diterjemahkan oleh Eta, Agustina Reni. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 84. ISBN 978-979-22-7699-2. 
  52. ^ Chang, Raymond (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid 2 (edisi ke-3). Jakarta: Penerbit Erlangga. hlm. 143. 
  53. ^ a b Darmayanti, N. W., S., Wijaya, I. K. W. B., dan Haifaturrahmah (2020). Buku Panduan Praktikum IPA Terpadu: Berpendekatan Saintifik dengan Berorientasi pada Lingkungan Sekitar (untuk SMP/MTs). Badung: Nilacakra. hlm. 21. ISBN 978-623-7352-91-4. 
  54. ^ Tensiska, Sumanti, D. M., dan Pratamawati, A. (2010). "Stabilitas Pigmen Antosianin Kubis Merah (Brassica oleraceae var capitata L.f. rubra (L.) Thell) Terenkapsulasi pada Minuman Ringan yang Dipasteurisasi". Bionatura - Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik. 12 (1): 42. ISSN 1411-0903. 
  55. ^ Suryani, MAirizki, F., dan Putra, A. Y. (2020). Kimia Dasar Pertanian. Pekanbaru: UIR Press. hlm. 88. ISBN 978-979-3793-98-6. 
  56. ^ Tim Grasindo (2016). Rangkap: Rangkuman Terlengkap Teori dan Rumus Matematika & IPA SMP/MTs. Gramedia Widiasarana Indonesia. hlm. 251. ISBN 978-602-375-431-1. 
  57. ^ Dahlan, Tina (2010). Game Sains Kreatif dan Menyenangkan untuk Meningkatkan Potensi dan Kecerdasan Anak. Bandung: Ruang Kata. hlm. 71. ISBN 978-602-8389-26-6. 
  58. ^ Kumalaningsih, Sri (2016). Rekayasa Komoditas Pengolahan Pangan. Malang: UB Press. hlm. 29. ISBN 978-602-432-058-4. 
  59. ^ Syailani (2019). Pangestuti, Artina Wiludjeng, ed. Kimia Sahabatku dan Kimia Kompetensiku. Surakarta: CV Kekata Group. hlm. 10. ISBN 978-602-457-269-3. 

Daftar pustaka sunting