Kroya, Cilacap

kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Kroya (Hanacaraka: ꦏꦿꦺꦴꦪ) adalah sebuah kecamatan di wilayah kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Masyarakat Kroya mayoritas menggunakan bahasa Jawa Banyumasan (dialek asli) dan Bahasa Jawa Surakarta - Yogyakarta (pendatang dari timur). Kecamatan ini merupakan kecamatan berkembang dan menjadi pusat perdagangan di wilayah timur Cilacap. Kroya juga dikenal sebagai jalur pertemuan antara lintas selatan (Bandung–Yogyakarta–Surabaya) dan lintas tengah Jawa (Jakarta–Purwokerto–Surabaya).

Kroya
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenCilacap
Luas
 • Total61,68 km2 (23,81 sq mi)
Ketinggian
10 m (30 ft)
Populasi
 • Total117.277 jiwa
Kode Kemendagri33.01.06
Kode BPS3301180
Desa/kelurahan17


Alun-alun Tugu Kroya, sebagai pusat Kecamatan Kroya.

Hal ini mengakibatkan Stasiun Kroya memiliki tingkat lalu lintas terpadat di Daerah Operasi 5 Purwokerto, dan untuk mengakomodasinya, emplasemen stasiun ini dibuat sepanjang 600 m. Stasiun Kroya diklaim merupakan stasiun terbesar di wilayah Kab. Cilacap. Di sisi lain kecamatan Kroya memiliki sebuah pasar tradisonal yang cukup besar serta berada di tempat yang strategis. Kroya berbatasan langsung dengan wilayah kabupaten Banyumas sebelah utara, dan timur laut, kemudian berbatasan dengan kecamatan Nusawungu di sebelah timur,kecamatan Adipala dan Maos, di sebelah barat dan kecamatan binangun di sebelah selatan.

Batas kewilayahan kecamatan Kroya terlihat dari arah barat (cilacap,adipala) tepatnya berada di wilayah desa sikampuh, sedangkan batas kecamatan di wilayah timur (kebumen,Nusawungu) berada di desa mergawati. Nama kecamatan ini mirip dg di daerah Indramayu, Jawa Barat yaitu Kroya.

Batas Wilayah sunting

Utara : Kabupaten Banyumas

Timur : Nusawungu

Barat : Adipala , , Maos Sampang

Selatan : Binangun

Sejarah sunting

Sejarah berdirinya Kecamatan Kroya tidak lepas dari sejarah terbentuknya wilayah karisidenan Banyumas.Kecamatan Kroya awal mulanya adalah daerah desa kecil pada masa kadipaten Wirasaba. Kemudian setelah perang Diponegoro usai secara politis seluruh daerah Banyumas atau Mancanegara Kulon menjadi milik pemerintah Belanda dan Kecamatan Kroya termas hiuk di dalamnya. Hal ini terbukti karena pada tanggal 20 September 1830, seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda bernama Hallewijn memberikan laporan umum hasil kerjanya kepada pihak Komisaris Kerajaan yaitu Jenderal De Kock yang berada di Sokaraja. Laporan tersebut berhubungan dengan luasnya cakupan wilayah karisidenan Banyumasan yang hendak dibentuk dimana meliputi daerah Kebumen, Banjar (Banjarnegara), Panjer (Kebumen), Ayah, Prabalingga (Purbalingga), Banyumas, Kroya, Sumpiuh, Adireja, Karanganyar (Kebumen), Patikraja, Purwakerta (Purwokerto), Ajibarang, dan berbagai daerah lain. Dengan dibentuknya wilayah karisidenan,tahun 1843 akhirnya pemerintah Belanda mulai membangun akses jalan dari Banyumas ke selatan menerobos gunung Karangrau hingga ke Buntu dan disambung ke selatan lagi sampai Kroya.

Mulanya Kecamatan Kroya justru masuk ke wilayah distrik Adireja dan hanya berstatus sebagai kawedanan. Kala itu distrik Adireja mencakup wilayah Adipala, kroya, Nusawungu, Pantai Ayah, Maos, Kalireja dan sekitarnya. Namun pada akhirnya status Kroya naik menjadi distrik yang membawahi sebagian besar bekas distrik Adireja. Kenaikan status Kroya menjadi distrik karena wilayah ini lebih cepat berkembang, akses lebih dekat dari pusat karisidenan, dan terdapat jalur rel kereta api startegis yang menghubungkan jalur dari Cirebon, Purwokerto dari utara dan Bandung, Cilacap dari selatan.

Selang beberapa lama pasca kemerdekaan, pemekaran wilayah Cilacap bagian timur dilakukan sekitar tahun 1980-an. Kroya yang awalnya menjadi distrik akhirnya dipecah menjadi beberapa kecamatan, di antaranya adalah Kecamatan Kroya, kecamatan Adipala, kecamatan Nusawungu, kecamatan Sampang, dan kecamatan Binangun.

Demografi wilayah secara kepemerintahan Kecamatan Kroya bisa disimpulkan memang sudah mengalami penurunan status, jika sebelumnya merupakan wilayah Kawedanan (yang meliputi 5 Kecamatan) pada masa Hindia Belanda Hingga tahun 1980-an, maka kini hanya menjadi wilayah kecamatan saja. idealnya Kecamatan Kroya bisa menjadi daerah otonom baru (Kota / Kabupaten), persyaratan yang sesuai dengan RUU DOB (Daerah Otonomi Baru) yang telah diperkuat dengan Amanat Presiden Nomor R-66/PRES/12/2013 yang meliputi Aspek Administratif, Syarat Kewilayahan dan Syarat Teknis bisa dipenuhi Kecamatan Kroya.

Demografi sunting

 
GPDI Kroya, salah satu gereja di Kecamatan Kroya

Kondisi kerukunan umat beragama di Kecamatan Kroya terbina dengan baik, dimana para tokoh agama senantiasa menjalin silaturahmi dalam rangka meningkatkan peran serta dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan antar umat beragama. Jumlah penduduk di Kecamatan Kroya menurut agama yang dianut, terdiri dari ; Islam: 136.663 jiwa, Katholik: 617 jiwa, Protestan: 1913 jiwa, Hindu: 56 jiwa, Budha: 418 jiwa. Dengan luas wilayah 58 KM2, dan jumlah penduduk 139.667 jiwa (2013), kepadatan penduduk di Kecamatan Kroya mencapai 2.019 jiwa /KM2.

Sedangkan jumlah tempat peribadatan adalah: Masjid: 144 buah, Mushola/langgar: 262 buah, Gereja katholik: 12 buah, Gereja protestan: 23 buah, Vihara: 7 buah.

Mayoritas penduduk Kecamatan Kroya adalah suku Jawa Banyumasan menggunakan bahasa Ngapak. Ada banyak suku pendatang seperti dari Sunda, Madura, Minang, Batak, Manado dan lain-lain. Di kelurahan Kroya, Bajing Wetan, Bajing kulon dan Kedawung terdapat etnis Tionghoa yang cukup signifikan di Kecamatan Kroya. Umumnya mereka sudah bermukim selama lebih dari 50 tahun. Orang-orang Tionghoa banyak bergerak sektor perdagangan di jalan Jend. Ahmad Yani, Jalan Jendral Sudirman maupun jalan-jalan utama di Kecamatan Kroya.

Kondisi sosial meliputi aspek Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam (IPOLEKSOSBUD HANKAM). Secara umum kondisi social ekonomi masyarakat di Kecamatan Kroya berada pada kondisi yang cukup baik, artinya secara prinsipil tidak terdapat tindakan–tindakan yang mengarah pada upaya penggantian idiologi negara, ancaman disintegrasi bangsa, serta tindakan-tindakan sara khususnya yang mengarah pada perpecahan antar etnis, suku dan agama.

Transportasi sunting

 

Kondisi sarana dan prasarana transportasi darat di Kecamatan Kroya secara umum cukup memadai meskipun belum sepenuhnya memenuhi tuntunan kebutuhan yang di harapkan. Fasilitas perhubungan di Kecamatan Kroya meliputi 1 buah terminal dan 2 buah stasiun yaitu, Stasiun Kroya dan Sikampuh. Jaringan transportasi darat di Kecamatan Kroya tercatat sepanjang 209,9 km. Kondisi ini tentu saja masih memerlukan peningkatan atau pengembangan demi mendukung percepatan pembangunan yang bergerak cepat. Dilihat dari jenis jalan, maka dapat dirinci sebagai berikut: a. Jalan Beraspal: 110,10 km b. Jalan Keras: 58,50 km c. Jalan Tanah: 62,80 km.

Patut disayangkan bahwa ada satu terminal di Kroya yang terletak di wilayah Karangmangu saat ini masih terbengkalai dan tidak gunakan lagi. Hal ingin mengingat letaknya yang cukup jauh dari pusat keramaian. Alhasil yang digunakan sebagai tempat pemberhentian bus adalah halte yang ada di perempatan Pegadaian dan perempatan utama Jalan Jendral Sudirman. Terminal karangmangu hanya ramai ketika terjadi relokasi sementara pedagang pasar kroya di lapangan karangmangu saat dilakukan renovasi pasar sekitar tahun 2001 sampai 2004.

Perekonomian sunting

 
Pasar Kroya pada malam hari

Guna mendukung iklim investasi di Kabupaten Cilacap serta kegiatan industri dan perdagangan, tersedia fasilitas pasar baik milik pemerintah daerah maupun desa. Untuk pasar milik pemerintah daerah yang berada di Kecamatan Kroya tercatat ada 3 buah, sedangkan pasar milik desa sebanyak 10 buah, selain itu terdapat beberapa swalayan yang juga menopang perekonomian di Kroya. Dua swalayan besar di Kroya yang cukup terkenal adalah Toserba Jadi Baru dan Kato, keduanya berada di Jalan A.Yani. Hanya saja untuk Kato berada di bangunan sisi selatan Pasar Kroya.

Beberapa Swalayan dan minimarket di Kecamatan Kroya antara lain.

1. Jadi Baru Toseba di Jl.Jend Ahmad Yani

2. Rita Kato Kroya di Jl.Jend Ahmad Yani

3. AM Cahaya Toserba dan Karaoke di Jl.Jend Ahmad Yani

4. Alfamart di berbagai sudut Tempat

5 Indomart, dan masih banyak lagi

Selain itu terdapat juga 1 Bioskop dan beberapa cafe yang tersebar di berbagai tempat.

Pendidikan sunting

Ditinjau dari segi pendidikan, tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Kroya tergolong tinggi. Hal ini karena didukung fasilitas pendidikan yang memadai, yaitu meliputi:

  • 59 buah SD / MI,
  • 21 buah SLTP / MTs dan
  • 9 SLTA, 5 SMK,
  • 3 Akademi,
  • 1 Perguruan tinggi
  • 7 Pondok Pesantren.

Beberapa Sekolah yang sangat favorit di Kecamatan Kroya antara lain:

  • Untuk tingkat SMA/Sederajat ada SMA N 1 Kroya, SMA N 2 Kroya, SMK Tamtama 1 Kroya, SMK Ma'arif 1 Kroya, SMK YPE Kroya, SMA Plus Al-Hidayah Kroya, SMA Buana 1 Kroya, dan masih banyak lagi.
  • Untuk tingkat SMP/Sederajat ada SMP N 1, SMP N 2, SMP N 3, SMP N 6, SMP N 4, SMP N 5 Kroya, SMP Plus Al-Hidayah Kroya,dan masih banyak yang lainya.
  • Beberapa perguruan tinggi di Kecamatan Kroya meliputi;
    • Akbid Dulang Mas Kroya,Jl Betet Kroya.
    • Universitas 17 Agustus 1945 Kroya, Jl. Yos Sudarso Kroya.
    • Stikes Muhamadiyah Kroya, JL, Kroya-mujur km.4, kroya.
    • STIE Satria Purwokerto Kampus Kroya, Jl, jend.sudirman Kroya.

Pendidikan informal yang ada di Kroya meliputi; LPK Bahasa (24), Komputer (11), Menjahit (6), Sopir/Montir (9), dan lainnya (18).

Kesehatan sunting

Jumlah Prasarana Kesehatan yang ada di Kecamatan Kroya terdiri dari 3 buah Rumah Sakit, 2 buah Puskesmas, 10 Puskesmas Pembantu, 11 Polindes, dan 108 Posyandu. Konstribusi masyarakat Kecamatan Kroya dalam menunjang PAD Kabupaten Cilacap di sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) cukup besar, dimana pada tahun 2008 total baku ketetapan sebesar Rp. 1.157.550.000,- (satu milyard seratus lima puluh tujuh juta lima ratus lima puluh ribu rupiah) dengan 51.161 lembar SPPT,- telah lunas dibayarkan sesuai ketentuan yang berlaku. Rumah sakit di Kecamatan Kroya antara lain;

  • RSU Aghisna Medika Kroya, JL.Yos Sudarso, Kroya.
  • RS Masyithoh, Jl. Jend. Sudirman
  • RS PKU Muhamadiyah Kroya, JL. Kroya-Mujur km4. Kroya.

Fasilitas sunting

Di Kecamatan Kroya juga berdiri kantor cabang atau cabang pembantu Bank Nasional seperti: BCA, MANDIRI, BRI, BNI, LIPPO, DANAMON,PUNDI, PERMATA, BANK JATENG, BII beserta ATM sebagai penunjang aktivitas bisnis dan investasi. Sebagian besar berasal dari aktivitas perniagaan pasar, industri jamu, industri sapu, lap, keset, sumpit kayu ekspor, TKI / TKW, transportasi darat, pertanian dan peternakan.

Industri sunting

Cukup menarik bahwa industri Jamu di Kroya lebih terpusat di dua desa yakni Mujur Lor dan Gentasari. Dari usaha industri Jamu inilah banyak menghasilkan pengusaha meski pada akhirnya mereka banyak menginvestasikan hasil keuntungan pada bidang lain. Sementara industri sapu, keset dan lap lebih terpusat di wilayah Pucung Kidul dan Pucung Lor. Pemasaran barang rumah tangga tersebut sering dijumpai pada saat hari pasaran Wage dan Manis. Selain itu ada juga dua industri besar di Kroya yang berada di jalan raya Buntu-Kroya yakni pabrik Sohun (Mie putih) dan pabrik Sumpit. Industri ini banyak membuka lapangan kerja bagi sebagian penduduk Kroya.

Seiring perkembangan zaman, kini sudah banyak bermunculan industri baru di Kroya, salah satunya adalah industri bulu mata dan rambut palsu yang berada di wilayah kauman. Sementara desa Bajing Kulon masih memiliki industri tahu dan tempe yang terletak di dekat kuburan umum pesarean. Roda ekonomi juga berputar di alun-alun setelah dibuka secara bebas sejak tahun 2011. Banyak pedagang kaki lima yang mulai menempati sekitar alun-alun seiring ramainya pengunjung terutama pada hari sabtu malam.

Tokoh sunting

Kecamatan Kroya memiliki catatan sejarah penting dimana Jenderal Soedirman pernah tinggal, mengajar dan berjuang di wilayah ini sebelum dia berjuang secara gerilya di wilayah Purwokerto, Purworejo dan Jogjakarta, Kroya juga memiliki catatan sejarah perjuangan kemerdekaan dan menjadi lokasi syuting film heroik dokumenter KERETA API TERAKHIR.

Selain itu ada pula tokoh kelahiran daerah Kroya yaitu Jenderal Soesilo Soedarman (koreksi dalam catatan lain dia lahir di Brebes), Soesilo Soedarman lahir di Desa Nusajati, Maos, Cilacap, pada 10 Nopember 1928, sebagai anak keempat dari 12 bersaudara, putra dari Bapak Soedarman Wiryosoedarmo dan Ibu Soembijah. Masa kecil Soesilo Soedarman dilewatkan di Pendopo Wisma Mbah Ageng ini. Ia tinggal bersama kakeknya, Eyang Bona Wangsawiredja, yang juga menjabat sebagai Penatus Desa Gentasari ini. Sedang sang ayah, Soedarman Wiryosoedarmo, adalah Sekretaris (Carik) Desa Gentasari.

Almarhum Soesilo Soedarman pernah menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998) dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi pada Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Soesilo Soedarman juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika Serikat yang berkedudukan di Washington DC dari 18 Februari 1986 hingga 11 April 1988.

Kecamatan kroya juga Terdapat Ustdadzah Mumpuni Handayekti Di desa Gentasari Beliau adalah Juara AKSI Indosiar Bersama Dengan Ulin Nuha asal Desa Desa Karangrena

Dengan gaya Ngapak nya ceramah nya beliau Juara Aksi Indosiar Di Tahun 2014 yang lalu

 
Karnaval Kroya
 
Ebeg atau kuda lumping

Desa/kelurahan sunting

Ada 17 desa di Kecamatan Kroya,yaitu: